*) Praktisi Bidan, **) STIKes Patria Husada Blitar 75 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA SEKOLAH (Relationship between Authoritarian Parenting with Independence of Pre School Age Children) Zulfa Okta Asnida *) , Apsa Madantia **) STIKes Patria Husada Blitar e-mail: jurnalstikes@gmail.com ABSTRACT Introduction: One of the roles of the parents is to make the children independent, which means increasing the children’s ability in fulfilling their needs or with a little help from the others. In general, as common knowledge, parents usually use authoritarian parenting in raising their children. The purpose of this study was to determine the correlation of parents using authoritarian parenting way with the independent of 3- 5 years old preschool children. Method: The research designed using cross sectional analytical correlation. The subject of this research was all of the parents who have 3-5 years old preschool children in Berlian Desa Bendorejo District of Udanawu collected by total sampling technique and analized using chi square technic Result: The results of this research showed that respondents with authoritarian parenting way tend to have children with low self-reliance of 38.9 %. Meanwhile, respondents with non- authoritarian parenting way tend to have children with high self-sufficiency of 38.9 % . The results of Chi-square test showed p value = 0.025 . From the data analysis it was obtained the value of the significance level was 0.025. Discussion: Based on these results it could be concluded that there was a correlation between of parents using authoritarian parenting way with the independent of 3-5 years old preschool children. It was expected that the respondents provided appropriate parenting way for the children in developing their independent. Keywords: children independent, authoritarian, pre school children PENDAHULUAN Pola Asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu dan sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karateristik anak yang dampaknya akan di rasakan oleh anak baik dari segi positif atau negative. (Petranto, 2006). Pola asuh orangtua yang positif akan berdampak positif pula pada perkembangan anak, anak-anak yang berkembang dengan kemandirian secara normal akan memiliki kecendrungan positif di masa depan. Dalam mengarungi kehidupan, anak mandiri cenderung berprestasi karena dalam menyelesaikan tugas anak tersebut tidak bergantung pada orang lain. Pada akhirnya anak merasa mampu menumbuhkan rasa percaya diri. Anak mandiri yakin, seandainya ada risiko, ia mampu menyelesaikannya dengan baik, dengan begitu anak akan mampu berfikir serius, yakni senantiasa berusaha untuk merealisasikan sesuatu yang ditargetkan atau yang dimaksudkan, selanjutnya ia akan menjadi anak yang prestatif (Wiyani, 2013). Pola asuh otoriter merupakan pola pengasuhan anak yang bersifat keras di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang mutlak yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya Penerapan pola asuh orang tua sangat penting utamanya adalah seorang ibu karena seorang ibu adalah orang Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 DOI: 10.26699/jnk.v1i1.ART.p063-068 mailto:nevy_syai@yahoo.com IT Typewritten text © 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia pra sekolah 76 utama bagi anak dan ibu merupakan lingkungan pertama yang di masuki untuk membina sosialisai anak. Peran ibu dalam menerapkan pola asuh pada anak merupakan hal yang berpengaruh pada sikap keseharian anak. Selain itu dalam keseharian seorang ibu juga menginginkan aktualisasi dirinya melalui bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di luar rumah harus pandai mengatur waktu untuk keluarga karena pada umumnya tugas utama seorang ibu adalah mengatur urusan rumah tangga (Handayani, 2006). Status ibu bekerja belum tentu mempunya efek negatif dalam mendidik anak-anaknya namun dapat mempunyai hal yang positif juga. Peran aktif seorang ibu terhadap perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia lima tahun (balita). Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada lingkungannya, agar ia dapat melangsungkan kehidupan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Peran aktif ibu tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak dan peran lain yang penting adalah dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama dialami oleh anak (Septiari, 2012). Salah satu peran orang tua adalah memandirikan anak, yang berarti meningkatkan kemampuan anak untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau dengan sedikit bimbingan dari orangtua, anggota keluarga atau yang lainnya (Laily, 2004). Kemandirian harus di kembangkan pada anak agar anak bisa menjalani kehidupan tanpa ketergantungan pada orang lain. Efek ketidakmandirian pada anak dapat menimbulkan kerugian pada anak yaitu anak tidak bisa secara optimal mengembangkan kepribadian, kemampuan sosialisasi dan keadaan emosionalnya akan terhambat (Handayani, 2006). Ada 2 jenis ketidakmandirian pada anak yaitu ketidakmandirian fisik dan psikologis, ketidakmandirian fisik di tandai dengan ketidakmampuan anak dalam mengurus dirinya sendiri. Kemandirian anak berperan penting dalam membangun kepercayaan diri dan harga diri pada anak karena kedua hal tersebut berdampak pada kemampuan bersosialisasi, kemauan untuk berprestasi dan daya saing anak di masa depan. Sering kita dengar, anak yang ditinggal orang tuanya bekerja akan lebih mandiri. Namun ini sebenarnya seperti menyatakan, kemandirian itu timbul karena kondisi.Anak dipaksa untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, bertindak menurut kemauannya sendiri, begitu pula dalam menanggung akibatnya. Secara umum, kita ketahui beberapa orang tua pada umumnya menggunakan pola asuh orang tua otoriter dalam mengasuh anaknya. Sebagian besar menganggap pola asuh ini dapat membuat anak jauh lebih mandiri. Namun, tak sepenuhnya anak yang berada dalam asuhan otoriter menjadi mandiri. Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan di PAUD Berlian Desa Bendorejo, terdapat 18 murid dalam 1 kelas. Masing – masing anak memiliki pengasuhan yang berbeda, di mana sebagian dari 18 anak tersebut tingkat kemandirian belum sesuai dengan usianya. Namun tak jarang di antara mereka berperilaku lebih mandiri jika di lihat berdasarkan usianya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh orang tua Otoriter Dengan Kemandirian Anak usia Pra Sekolah 3-5 tahun di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar “ Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Adakah Hubungan Pola Asuh Orang Tua Otoriter Dengan Kemandirian Anak Usia Pra sekolah 3-5 tahun di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar”. Zulfa Okta Asnida, Apsa Madantia Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 77 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia Prasekolah 3-5 tahun di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Sedangkan tujuan khususnya adalah 1) Mengidentifikasi pola asuh orang tua otoriter di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, 2) Mengidentifikasi kemandirian anak usia pra sekolah 3-5 tahun di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar, 3) Menganalisis hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia sekolah pra sekolah 3-5 tahun di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Manfaat penelitian ini adalah 1) Dapat di gunakan sebagai bahan referensi bagi institusi pendidikan tentang hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia pra sekolah 3-5 tahun, 2) Menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman nyata dalam menyelesaikan tugas karya ilmiah, menambah informasi tentang hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia pra sekolah 3-5 tahun, 3) Masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang pola asuh orang tua yang tepat dalam membentuk kemandirian anak usia pra sekolah 3-5 tahun. BAHAN dan METODE Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian yang digunakan adalah semua orang tua murid yang ada di PAUD Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar sejumlah 18 orang (sampling jenuh). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua sedangkan variabel dependennya adalah kemandirian anak usia pra sekolah 3-5 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar pada tanggal 15-16 Juli 2013. Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuisioner kepada orang tua untuk menilai pola asuhnya dan lembar observasi bagi anak untuk menentukan kemandiriannya. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan Chi Square. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden di PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar Juli 2013 Tabel 1 Karakteristik Responden No Karakteristik Frekuensi % 1 Umur <25 tahun 26-30 tahun >30 tahun 4 6 8 22,2% 33,3% 44,4% 2 Pendidikan SD SMP SMA Akademi/PT 4 6 6 2 22,2% 33,3% 33,3% 11,1% Tabel 2 Informasi tentang Kemandirian Anak No Sumber Informasi Frekuensi % 1 Tidak pernah Mendapatkan informasi 4 22,2% 2 Petugas Kesehatan 9 50% 3 Keluarga 3 16,7% 4 Teman 2 11,1% Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia pra sekolah 78 Tabel 3 Tabulasi silang pola asuh dengan kemandirian anak Kriteria Kemandirian Anak Total Tinggi Rendah F % F % F % Otoriter 3 16,7 7 38,9 10 55,6 Non Otoriter 7 38,9 1 5,6 8 44,4 Jumlah 10 55,6 8 44,4 18 100 χ 2 = 5,951, p value = 0,025, C = 0,498 PEMBAHASAN Pola Asuh Responden Dari hasil penelitian terhadap 18 responden, diketahui responden yang memiliki pola asuh otoriter sejumlah 10 orang dengan prosentase 55,6%. Sedangkan responden yang memiliki pola asuh non otoriter sejumlah 8 orang dengan prosentase 44,4 %. Pola asuh orang tua yang di terapkan pada anak yang bersifat relative dan konsisten dari waktu ke waktu. Perilaku ini dapat di rasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif. Pada dasarnya pola asuh dapat di artikan seluruh cara perlakuan orang tua yang di terapkan anak. Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya (Shochib, 2010). Adanya kecenderungan pola asuh otoriter pada orang tua ini diduga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor pendidikan dan budaya lingkungan sekitar seperti adanya tradisi turun temurun dari keluarga dalam mengasuh anak. Tingkat pendidikan dan pengetahuan serta pengalaman orang tua sangat berpengaruh dalam mengasuh anak. Pendidikan diartikan sebagai pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Pendidikan orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Pada responden yang memiliki pendidikan rendah dan kurangnya informasi tentang kemandirian anak, cenderung memiliki pola asuh otoriter dan tingkat kemandirian anak yang rendah. Dari hasil penelitian di ketahui, pola asuh orang tua otoriter di miliki responden dengan pendidikan SD sebanyak 16,7%, SMP sebanyak 27,8%, SMA 11,1% dan Perguruan Tinggi 0%. Sedangkan pola asuh orang tua non otoriter di miliki orang tua dengan pendidikan SD sebanyak 5,6%, SMP sebanyak 5,6 %, SMA sebanyak 22,2 % dan Perguruan Tinggi sebanyak 11,1%. Hal ini menunjukkan semakin rendah pendiidkan orang tua akan memiliki pola asuh yang otoriter, dan sebaliknya semakin tinggi pendidikan orang tua akan memiliki pola asuh yang non otoriter. Faktor umur responden juga berpengaruh pada pola asuh yang di miliki orang tua dalam mengasuh orang tuanya. Pola asuh orang tua otoriter di miliki responden dengan usia <25 tahun sebanyak 16,7%, 26-30 tahun sebanyak 11,1% dan >30 tahun sejumlah 27,8%. Sedangkan pola asuh non otoriter di miliki responden dengan usia <25 tahun sebanyak 5,6%, 26-30 tahun sebanyak 22,2% dan >30 tahun sebanyak 16,7%. Dapat di simpulkan orang tua yang memiliki usia <25 tahun dan >30 tahun cenderung memiliki pola asuh orang tua otoriter, sedangkan yang usia 25-30 tahun memiliki pola asuh non otoriter. Dari hasil penelitian dapat di simpulkan karateristik orang tua yang memiliki pola asuh otoriter yaitu pendidikan orang tua yang rendah dan usia orang tua < 25 tahun dan > 30 tahun. Sedangkan karateristik responden yang memiliki pola asuh non otoriter yaitu orang tua dengan pendidikan tinggi dan usia orang tua antara 26-30 tahun. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan Zulfa Okta Asnida, Apsa Madantia Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 79 antara lain: mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak, menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak dan terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak. Pendidikan yang masih tergolong pendidikan dasar akan mengakibatkan pemahaman dan penalaran seseorang dalam hal memberikan pengasuhan kepada anak. Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Banyak orang tua yang memberikan pengasuhan kepada anaknya dengan cara otoriter di masyarakat lingkungan tempat tinggal. Hal yang terjadi di lingkungan sekitar adalah orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya bersamaan dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalau tidak mau menuruti apa yang diperintahkan orang tua atau melanggar peraturan yang dibuat orang tua maka tidak akan diberi uang saku. Orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anaknya. Orang tua juga tidak mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Responden seringkali mengikuti cara-cara yang di lakukan masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak ke arah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat di terima masyarakat dengan baik. Oleh karena itu, kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya. Pola asuh orang tua adalah proses pendidikan yang berlangsung lama dan berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi sikap tingkah laku seseorang yang dilakukan oleh orang tua. Orang tua harus mengetahui tumbuh kembang anak yang normal sesuai dengan usia anak. Kemudian orang tua harus memberikan kesempatan, dukungan dan dorongan. Oleh karena itu, peran orang tua dan pola pengasuhan yang baik akan menjadikan anak yang mandiri. Anak dengan pola asuh otoriter menjadi tergantung, pasif, kurang bisa bersosialisasi, kurang percaya diri, kurang memiliki rasa ingin tahu dan kurang mandiri bahkan anak dapat menjadi agresif. Kemandirian Anak Berdasarkan hasil penelitian dari 18 responden menunjukkan bahwa 55,6% responden memiliki anak dengan kemandirian tinggi sejumlah 10 orang. Sedangkan 44,4% responden memiliki kemandirian rendah sejumlah 8 orang. Kemandirian anak merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan dan tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian antara lain faktor lingkungan, faktor karakteristik sosial, serta faktor keluarga yang meliputi stimulasi dari orang tua, cinta dan kasih sayang, pendidikan orang tua dan faktor orang tua, termasuk didalamnya tentang hubungan orang tua dan anak. Kemandirian anak yang tinggi ini tidak lepas dari pengaruh sosialisasi anak di sekolah. Dari hasil penelitian menunjukkan kemandirian anak yang tinggi di miliki orang tua yang berusia < 25 tahun sebanyak 5,6%, usia 26-30 tahun sebanyak 27,8%, dan >30 tahun sebanyak 22,2%. Sedangkan anak dengan kemandirian rendah di miliki orang tua dengan usia <25 tahun sebanyak 16,7%, usia 26-30 tahun sebanyak 5,6% dan usia > 30 tahun sebanyak 22,2%. Faktor pendidikan orang tua juga dapat berpengaruh pada kemandirian Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Hubungan pola asuh orang tua otoriter dengan kemandirian anak usia pra sekolah 80 anak. Dari hasil penelitian menunjukkan kemandirian tinggi di miliki orang tua dengan pendidikan SD sebanyak 11,1%, pendidikan SMP sebanyak 11,1%, pendidikan SMA sebanyak 27,8%, dan pendidikan perguruan Tinggi sebanyak 5,6%. Sedangkan kemadirian rendah di miliki orang tua dengan pendidikan SD sebanyak 11,1%, pendidikan SMP sebanyak 22,2%, pendidikan SMA sebanyak 5,6%, dan perguruan Tinggi sebanyak 5,6%. Kemandirian seorang anak diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara anak dengan teman sebaya. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar berfikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri. Dalam mencapai keinginan untuk mandiri sering kali anak mengalami hambatan–hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. PAUD Berlian Desa Bendorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar telah mengajarkan sikap mandiri, sopan santun, baik kepada orang sebaya maupun kepada orang tua, sabar, mengendalikan emosi, menunjukkan kepedulian terhadan sesama dan lingkungan merupaka perilaku yang bisa dibentukpada seseorang sejak usia dini. Hal inilah yang mampu menambah kemandirian anak responden karena kemandirian anak dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan terus menerus, latihan terebut berupa pemberian tugas tanpa bantuan. Sesuai dengan bertambahnya umur, pertumbuhan dan perkembangan anak akan mengalami peningkatan salah satunya melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau belajar untuk mandiri, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak dalam meningkatkan kemandirian amatlah penting. Meskipun dunia sekolah juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam pembentukan anak untuk mandiri Hubungan Pola Asuh Otoriter dengan Kemandirian Anak Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden dengan pola asuh otoriter cenderung memiliki anak dengan kemandirian rendah sebesar 38,9% dan kemandirian tinggi sebanyak 16,7%. Sedangkan, responden dengan pola asuh non otoriter cenderung memiliki anak dengan kemandirian tinggi sebesar 38,9% dan kemandirian rendah 5,6%. Hasil uji Chi square menunjukkan p value = 0,025, sehingga p value 0,025 < 0,05 atau signifikan sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian anak usia sekolah pra sekolah 3-5 tahun. Adanya hubungan ini mengindikasikan bahwa pola asuh otoriter orang tua akan dapat menentukan kemandirian anak yang rendah dan sebaliknya. Hasil penelitian menunjukkan dari responden sejumlah 55,6% dengan pola asuh otoriter terdapat 16,7 anak yang memiliki Kemandirian Tinggi. Hal ini dapat di pengaruhi antara lain dari faktor internal anak itu sendiri yaitu faktor kecerdasan atau intelegensi dan faktor perkembangan. Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan berfikir. Sehingga, anak yang cerdas cenderung cepat untuk bertindak, dibarengi dengan kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko- resiko yang akan dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat kemandirian anak. Artinya, semakin tinggi intelegensi seseorang anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya. Kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi perkembangan anak. Oleh sebab itu, orang tua perlu mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Didalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi Zulfa Okta Asnida, Apsa Madantia Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 81 mandiri. Masa anak–anak merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan kemandirian, kemandirian akan memberikan dampak positif bagi perkembangan anak, maka sebaiknya kemandirian diajarkan pada anak sedini mungkin sesuai kemampuan anak, seperti telah diakui segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan semakin berkembang menuju kesempurnaan (Julianto, 2006). SIMPULAN dan SARAN SIMPULAN Ada hubungan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian anak usia sekolah pra sekolah 3-5 tahun, dengan hasil uji Chi square menunjukkan p value = 0,025. SARAN Bagi orang tua diharapkan mulai mengubah cara pola asuh yang otoriter, permisif ke pola asuh demokratis atau kombinasi antar ketiganya, dimana hal ini dapat membantu meningkatkan kemandirian yang baik bagi anak. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah, kemampuan komunikasinya buruk, kurang berkembangnya rasa sosial, tidak timbul kreatif dan keberanianya untuk mengambil keputusan atau berinisiatif, gemar menetang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan menarik diri. REFERENSI Julianto 2006, Pendidikan Membentuk Kemandirian Anak, Kinza Books, Jakarta. Laily, N dan Matulessy, A 2004, Pola Komunikasi Antara Orangtua dan Anak, Jurnal: Anima Vol. 19.No. 2. 194 – 205. Petranto 2006, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh OrangTuanya,http://dwpptrijen ewa.isuisse.com/buletin/p=3273 &webora/, Diakses tanggal 27 Mei 2010. Shochib, M 2010, Pola Asuh Orang Tua Dalam membantu anak mengembangkan Disiplin Anak, Rineka Cipta, Jakarta. Septiari, BB 2012, Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua, Nuha Medika, Yogyakarta. Wiyani, N 2013, Bina Karakter Anak Usia Dini, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta. http://dwpptrijenewa.isuisse.com/buletin/p=3273&webora/ http://dwpptrijenewa.isuisse.com/buletin/p=3273&webora/ http://dwpptrijenewa.isuisse.com/buletin/p=3273&webora/ http://dwpptrijenewa.isuisse.com/buletin/p=3273&webora/