E:\Tita\D\Tita\Feb 17\Jurnal Bl 262 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 3, Desember 2016, hlm. 262–265 262 HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS NGLEGOK KABUPATEN BLITAR (The correlation of Sexes and Hypertention of Elderly in Nglegok Public Health Centre Kabupaten Blitar) Abstract: Until now, hypertension still become a major challenge in Indonesia, because hypertension is a condition that is often found in primary health care. Gender is one of the factors that influence blood pressure that cannot be changed. Male have higher rates of hypertension than women. Aging also resulted in the increase of blood pressure. The purpose of this study was to determine the correlation of sexes and hypertension of elderly in Nglegok Public Health Center Kabupaten Blitar. This research was descriptive analytic by using cross sectional design. The population in this study was 54 people while the sample was 29 people. The data collection obtained from a medical record and analyzed by the Spearman Rank test. The results showed that there was no correlation between the sexes and hyperten- sion of elderly in Nglegok Public Health Center Kabupaten Blitar with the Sig. 0.130. This was likely due to factors that affect hypertension was not only gender, but also age and physical activity, so that the elderly need to be stimulated to actively participate in elderly posyandu in each region, so that the activities of the elderly will increase Keywords: gender, elderly, hypertension Abstrak: Sampai saat ini, hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia, karena hipertensi adalah kondisi yang sering ditemukan dalam perawatan kesehatan primer. Gender merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yang tidak dapat diubah. Laki-laki memiliki tarif lebih tinggi hipertensi dibanding wanita. Peningkatan usia juga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada orang tua di Nglegok Puskesmas Kabupaten Blitar. Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 54 orang. Sedangkan sampel sebanyak 29 orang. Pengumpulan data diperoleh dari rekam medis dan dianalisis menggunakan uji Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi pada orang tua di Nglegok Public Health Center Kabupaten Blitar dengan Sig. 0.130. Hal ini mungkin disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi tidak hanya jenis kelamin, tetapi juga usia dan aktivitas fisik. Sehingga kebutuhan lansia untuk dirangsang untuk berpartisipasi aktif dalam posyandu lansia di masing-masing daerah, sehingga kegiatan lansia meningkat Kata Kunci: gender, lansia, hipertensi Sampai saat ini hipertensi merupakan tatangan yang besar di Indonesia, karena hipertensi merupakan kon- disi yang sering ditemukan pada pelayanan kese- hatan primer. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang sangat tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Gambaran di tahun 2013 dengan mengguna- kan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2016). Yeni Kartika Sari, Evi Tri Susanti Program Studi Pendidikan Ners, STIKes Patria Husada Blitar email: kartikasariyeni84@gmail.com ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, No. 3, Desember 2016 DOI: 10.26699/jnk.v3i3.ART.p262-265 IT Typewritten text © 2016 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 263Wulandari, Pengaruh Yoga ... Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang, (Kemenkes RI, 2016). World Health Organization (WHO) memper- kirakan akan terjadi peningkatan proporsi lansia di dunia dari 7% pada tahun 2020 smpai 23% pda tahun 2025. Bertambahnya umur akan mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena peningkatan ketebalan arteri dan disfungsi jaringan endotel juga meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Keadaan ini akan berkibat pada penumpukan zat kolagen pada lapisan otot pembuluh darah sehingga perlahan lahan pembuluh darah akan menyempit dan menjadi tidak elastis lagi. Hipertensi pada lansia ber- hubungan dengan peningkatan sensitifitas natrium, hipertensi sistolik terisolasi dan hipertensi “white coat”. Data dari Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar didapatkan bahwa hipertensi menmpati urutan ke 3 setelah gastritis dan penyakit kulit akibat alergi dengan jumlah kasus 875 kasus. Pada bulan Oktober 2016 lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 55 orang, bulan Nopember 2016 sebanyak 54 orang dan Bulan Desember 2016 sebanyak 54 Orang. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitr tahun 2013 jumlah penderita hipertensi adalah sebanyak 5404 orang. Hipertensi di Kabupaten Blitar juga masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak pada tahun tersebut. Penyakit hipertensi perlu untuk dideteksi secara dini dengan cara pemeriksaan tekann darah secara berkala. Hal ini dikarenakan hipertensi merupakan faktor pencetus kematian akibat penyakit serebro- vaskuler dan kardiovaskuler, (Ezzati, et al., 2008). Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten), tidak terdeteksi secara dini, dan mendapatkan pengobatan yang memadai dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (stroke). Selain itu hipetensi juga dapat menye- babkan kebutan dan gangguan kognitif (WHO, 2015). Faktor faktor yang mempengruhi hipertensi diantaranya adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik, kebiasaan merokok, konsusmsi garam, konsumsi lemak jenuh, konsumsi minuman beralkuhol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress dan pengunaan estrogen. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat diubah. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yang tidak dapat diubah. Penelitian yang dilakukan oleh Everett dan Zajacova tahun 2015 menunjukkan bahwa laki laki memiliki tingkat hipertensi yang lebih tinggi daripada wanita namun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih rendah terhadap penyakit hipertensi daripada wanita. Akan tetapi penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) menunjukkan bahwa wanita cenderung menderita hipertensi daripada laki laki. Pada penelitian tersebut sebanyak 27,5% wanita mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki laki hanya sebesar 58%. Wanita akan mengalami peningkatan resiko tekanan darah tinggi setelah menopause yaitu usia di atas 45 tahun. Karena wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormone esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang rendah dan LDL yang tinggi akan mempengar uhi terja dinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan darah tnggi, (Anggraini, dkk., 2009). Adanya perbedaan inilah maka peneliti ingin melakukan penelitian hubungan jenis kelamin dengan tekanan darah lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me- ngetahui hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu pe- ngumpulan data variabel bebas dan variabel terikat dinilai secara simultan pada satu waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Puskes- mas Nglegok Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi di Puskesma Nglegok Kabupaten Blitar selama bulan Agustus 2016 seba- nyak 54 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria iklusi yaitu lansia yang berumur lebih dari 60 tahun sebanyak 29 orang. Pengumpulan data diperoleh dari catatan rekam medik dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank test. HASIL PENELITIAN Jenis kelamin responden dalam penelitian hamper merata antara laki laki dan wanita yaitu berjumlah 14 dan 15 (48% dan 52%). Pekerjaan responden pada penelitian ini mayoritas adalah ibu 264 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 3, Desember 2016, hlm. 262–265 rumah tangga yaitu sebanyak 13 orang (45%). Sedangkan pada responden laki laki mayoritas sudah tidak bekerja lagi (31%). Agama responden peneli- tia n ma yoritas a dalah bera gama Isla m ya itu sebanyak 23 responden (79%) telah mengalami menopause memiliki kadar este- rogen yang rendah. Padahal esterogen ini berfungsi meningkatkan kadar HDL yang sangat berperan da- lam menjaga kesehatan pembuluh darah. Sehingga pada wanita menopause, kadar esterogen yang menurun juga akan diikuti dengan penurunan kadar HDL jika tidak diikuti dengan gaya hidup yang baik pula. Responden pada penelitian ini dimungkinkan juga mengalami dampak penurunan esterogen yang diikuti dengan penurunan kadar HDL. Karena HDL yang rendah dan LDL yang tinggi akan mempenga- ruhi terjadinya atherosclerosis sehingga tekanan darah akan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 sete- lah data dianalisis menggunakan Spearman Rank tampak bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar bulan Agustus 2016 dengan nilai Sig. 0.130. Jenis kelamin memng merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Rosta, 2011 juga mengatakan demikian. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) men- dukung penelitian dari Rosta (2011) tersebut yaitu wanita cenderung menderita hipertensi daripada laki-laki. Meskipun jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya tekanan darah, (Rosta, 2011). Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi tekanan darah terutama lansia, selain jenis kelamin, seperti umur dan aktifitas fisik. Umur berkaitan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Semakin tua seseorang maka semakin besar resiko terserang hipertensi (Khomsan, 2003). Pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelen- turannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pem- buluh darah yang sempit daripada biasanya dan me- nyebabkan naiknya tekanan darah (Sigarlaki, 2006). Aktifitas fisik yang kurang bersiko menderita hipertensi karena meningkatnya risiko kelebihan berat badan. Berdasarkan tabel 1 dapat kita lihat bahwa 13 lansia adalah ibu rumah tangga dan 9 lansia tidak bekerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas lansia aktifitasnya kurang. Orang yang kurang melakukan aktiftas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin keras dan sering otot jantung harus memompa, semakin besar Tabel 1. Karakteristik Responden di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar, Agustus 2016 No Krakteristik F % Jenis Kelamin 1 Laki laki 14 48 2 Wanita 15 52 Total 29 100 Pekerjaan 1 Tidak bekerja 9 31 2 Petani 3 10 3 Pedagang 4 14 4 IRT 13 45 Total 29 100 Agama 1 Islam 23 79 2 Katolik 1 3 3 Protestan 5 18 Total 29 100 Tabel 2. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Hipertensi di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar, Agustus 2016 Jenis Kelamin Hipertensi T Ring an Sedang Berat F % F % F % Laki laki 4 14 9 31 0 0 16 Wanita 4 14 9 31 3 10 13 Total 8 28 18 62 3 10 29 Sig 0.130 Dari tabel di atas tampak bahwa lansia yang menderita hipertensi berat didominasi oleh wanita sebanyak (100%), sedangkan sisanya untuk hiper- tensi ringan dan sedang memiliki jumlah yang sama. PEMBAHASAN Hubungan Jenis Kelamin dengan Hipertensi di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar, Agustus 2016 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 tampak bahwa lansia yang menderita hipertensi didominasi oleh wanita dibandingkan dengan laki laki yaitu sebanyak 55%. Responden yang mende- rita hipertensi berat juga 100% dialami oleh wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013); bahwa wanita akan mengalami peningkaan risiko hipertensi setelah menopause yaitu usia diatas 45 tahun. Wanita yang 265Wulandari, Pengaruh Yoga ... tekanan yang dibebankan pada arteri, (Anggara dan Prayitno, 2013). Berdasarkan penelitian Lewa, dkk. (2010), secara umum lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian HST (Hipertensi Sistolik Terisolasi) yaitu dengan angka kejadian sebe- sar 2,336 kali beresiko terkena hipertensi. Hipertensi Sistolik Terisolasi yaitu hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Jadi tekanan diastolic masih dalam kisaran normal sedangkn tekanan sistolik cenderung tinggi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar dengan nilai Sig. 0.130. Hal ini kemungkinan karena faktor yang mempe- ngaruhi hipertensi tidak hanya jenis kelamin, namun juga umur dan aktifitas fisik Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa: Lansia perlu distimulasi untuk berperan aktif dalam posyandu lansia di masing masing wilayahnya, sehingga aktifitas lansia semakin meningkat, Pada penelitian selanjutnya dapat dilanjutkan dengan meneliti lagi faktor faktor lain yang dapat mening- katkan resiko hipertensi dan memperbanyak jumlah sampelnya DAFTAR RUJUKAN Anggraini, A.D., Waren, S., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, S.S. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Pusk e smas B angk i nang Pe ri ode Januari Sampai Juni 2008. Fakultas Kesehatan. Univer- sitas Riau. Files of DrsMed-FK UNRI: 1-41 Everett, B., and Anna Zajacova. 2015. Gender Differences in Hypertension and Hypertension Awareness Among Young Adult. https://www.ncbi.nlm.nih. gov/pmc/articles/PMC4896734/. Diakses tanggal 1 Desember 2016. Ezzati, M., Oza, S., Danaei, G., Murray, C.J.L. Trends and cardiovascular mortality effects of state-level blood pressure and uncontrolled hypertension in the United States. Circulation. 2008;117(7):905– 914. Diakses tanggal 1 Desember 2016. Kemenkes RI. 2016. Pusat Data dan Informasi Kemen- terian Kesehatan RI. Jakarta Selatan. Google book. Diakses tanggal 1 Desember 2016. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta: 95. Rosta, J. 2011. Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak dengan Status Gizi dan Tekanan Darah Geriatri di Panti Wredha Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Sigarlaki, H.J.O. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kec amat an Bul us Pe santre n, Kabupate n Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Makara, Kesehatan.10 (2): 78-88. Stokes, Gordon Steward. 2009. Management of Hyper- tension in The Elderly Patient. https://www. ncbi. nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2762362/. Diakses tanggal 1 Desember 2016. Wahyuni, dan Eksanoto, D. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Jagalan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. 1 (1): 79-85. WHO. 2015. Question and answer on hypertension. http:// www.who.int/features/qa/82/en/. Diakses tanggal 1 Desember 2016.