E:\Tita\D\Tita\April 15\Jurnal 1Suprajitno, Upaya Keluarga Mencegah Penularan ... 1 UPAYA KELUARGA MENCEGAH PENULARAN TUBERKULOSIS (The Family Effort to Prevention Transmission of Tuberkulosis) Suprajitno1, Sri Mugianti1, Umi Albaqiyatus Sholikhah2 1Jurusan Keperawatan Poltekkes Malang, 2Praktisi Keperawatan bedonku@yahoo.co.id Abstract: Tubercolusis is an infection disease that can prevented through the family effort. The study purpose was to describe the family effort to prevent transmission of tuberculosis. This study was descrip- tive. The study population was all of family who have family members suffering of tuberculosis was record in UPTD Kesehatan Kota Blitar as many as 36 families. The sample used total population. Collecting data using questionnaires. The questionnaire filled in by family members who care for and assist the patient every day. The results showed 6% of the family effort of prevention were better category, 36% of the family effort of prevention were enough category, and 58% of the family effort of prevention were less category. Less family efforts prevention showed were that do not shut your mouth when cough- ing, coughing does not turn heads, discard sputum by not hoarded, not given a sputum container with liquid soap (disinfectant), and sputum container is not closed. The family efforts not supported to prevent were not drying mattress least once a week, family members not consume healthy foods, and a little consume of vitamin C. Recommended were UPTD Kesehatan Kota Blitar to provide health educa- tion of transmission Tuberculosis in the family and the improved health status of the family. Keywords: family, Tuberculosis, prevention Abstrak: Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang dapat dicegah melalui upaya keluarga. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan upaya keluarga mencegah penularan Tuberculosis. Desain penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita Tuberkulosis yang tercatat di UPTD Kesehatan se-Kota Blitar sebanyak 36 keluarga. Sampel penelitian yang digunakan total population. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner diisi oleh anggota keluarga yang merawat dan mendampingi penderita setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan 6% upaya pencegahan keluarga katagori baik, 36% upaya pencegahan keluarga katagori cukup, dan 58% upaya pencegahan keluarga katagori kurang. Upaya pencegahan keluarga katagori kurang ditampakkan dari perilaku penderita yaitu tidak menutup mulut saat batuk, saat batuk tidak memalingkan kepala, membuang dahak dengan cara tidak ditimbun, penampung dahak tidak diberikan cairan sabun (disinfektan), dan penampung dahak tidak ditutup. Upaya keluarga lain yang tidak mendukung pencegahan penularan adalah tidak menjemur kasur minimal seminggu sekali, anggota keluarga tidak konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, dan sedikit konsumsi vitamin C. Upaya yang perlu dilakukan oleh UPTD Kesehatan se-Kota Blitar adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan Tuberkulosis di keluarga dan peningkatan status kesehatan keluarga. Kata Kunci: keluarga, tuberculosis, upaya pencegahan Tuberculosis (Tb) merupakan masalah kesehatan yang serius di dunia, bahkan sebagai penyebab kematian terbanyak dibanding infeksi lain. Laporan WHO (2009) menggambarkan peringkat Indonesia turun posisi kelima dengan jumlah penderita Tb sebanyak 429 ribu orang. Prevalensi Tb tertinggi terjadi pada kelompok di atas usia 54 tahun seba- nyak 3.593 per 100.000. Prevalensi Tb paling ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 1, April 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i1.ART.p001-005 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 2 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 1–5 banyak terjadi pada laki-laki yaitu 819 per 100.000 penduduk, penduduk yang tinggal di desa 750 per 100.000 penduduk, kelompok pendidikan yang tidak sekolah 1.041 per 100.000 penduduk, sebagai petani/ nelayan/buruh 858 per 100.000 penduduk, dan pen- duduk dengan tingkat pengeluaran kuintil 4 sebesar 607 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2010). Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua di Indonesia dalam jumlah penderita Tb, BTA positif kasus baru di bawah Provinsi Jawa Barat, sedangkan untuk semua tipe menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jumlah seluruh kasus Tb tahun 2010 sebanyak 37.226 kasus termasuk 23.223 kasus Tb paru BTA positif. Angka penemuan kasus baru BTA positif tahun 2010 di Jawa Timur sebesar 58,2%. Penularan Tuberculosis dapat terjadi saat penderita Tuberculosis berbicara, meludah, bersin, atau batuk (Laban, 2008:22). Upaya mencegah peningkatan jumlah penderita dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit Tb paru yaitu dilakukan pencegahan dini di lingkungan keluarga. Penyakit Tb dapat menular ke anggota keluarga lain. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergan- tungan (Depkes RI, 2011). Prevalensi penyakit Tb khususnya di negara sedang berkembang disebab- kan oleh pengetahuan keluarga tentang penyakit Tuberculosis yang rendah. Akhirnya, keluarga tidak mampu mencegah penularan Tuberculosis antar anggota keluarga (Depkes RI, 2007). Upaya keluar- ga dalam pencegahan Tuberculosis antara lain dapat dilakukan dengan menjaga dan mempertahan- kan personal hygiene, kebersihan lingkungan rumah, peningkatan gizi keluarga, dan pemberian imunisasi Bacilli Calmette-Guerin (BCG) saat bayi (Depkes RI, 2007). Hasil studi pendahuluan tentang jumlah pen- derita Tb di Kota Blitar bulan Januari–Mei 2014 yang tercatat di 3 Puskesmas Kota Blitar sebanyak 36 orang. Penyebaran penderita Tuberkulosis di wilayah Sananwetan sebanyak 15 orang, Kepanjen Kidul sebanyak 8 orang, dan Sukorejo sebanyak 13 orang. Hasil wawancara dari 15 penderita Tubercu- losis yang berobat di UPTD Kesehatan Kecamatan Sananwetan, Kepanjenkidul, dan Sukorejo bulan Juni 2014 menunjukkan 5 penderita Tuberculosis tidur sekamar dengan anggota keluarga yang sehat, 10 keluarga tidak menjemur kasur setiap satu minggu sekali, 11 anggota keluarga penderita Tuberculosis mengkonsumsi rokok, 7 keluarga tidak menyediakan tempat buang dahak, dan 7 orang meludah di sembarang tempat. Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilaku- kan penelitian tentang upaya keluarga mencegah penularan Tuberculosis. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah des- kriptif. Populasinya adalah keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita Tuberkulosis yang tercatat di UPTD Kesehatan se-Kota Blitar seba- nyak 36 orang. Sampel yang dipilih ditetapkan dengan metode total population. Pengumpulan data di rumah keluarga penderita Tuberkulosis yang ter- catat di UPTD Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul, Sukorejo, dan Sananwetan se-Kota Blitar pada tanggal 1–7 Juli 2014. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikembangkan berdasarkan tinjauan kajian teori, jumlah pertanyaan sebanyak 15 butir. Analisa data secara deskriptif dengan tampilan prosentase. HASIL PENELITIAN Secara umum, keluarga yang merawat pende- rita tuberkulosis di 3 UPTD Kesehatan Kota Blitar seperti dalam tabel 1 di bawah. Tabel 1. Karakteristik Keluarga yang Merawat Penderita Tuberkulosis di 3 UPTD Kesehatan Kota Blitar bulan Juni 2014 (n=36) No. Karakteristik f % 1 Jenis kelamin: - Laki-laki - Perempuan 13 23 36,1 63,9 2 Hubungan keluarga: - Suami / Istri - Anak - Orang tua - Menantu / adik 12 11 6 7 33,3 30,5 16,7 19,4 3 Umur: - 21 – 40 tahun - 41 – 60 tahun - > 61 tahun 16 17 3 44,4 47,2 8,4 4 Kebiasaan merokok: - Ya - Tidak 30 6 83,3 16,7 5 Pendidikan: - Dasar (SD & SMP) - Menengah (SMA) - Tinggi 15 17 4 41,7 47,2 11,1 3Suprajitno, Upaya Keluarga Mencegah Penularan ... Upaya keluarga mencegah penularan tuber- kulosis ditunjukkan dalam tabel 2. cairan sabun, menggunakan saputangan dari kertas/ tisu, saat batuk dihadapkan pada salah satu sudut rumah, membuang dahak di tempat tertentu (kaleng tertutup), keluarga selalu memantau keluarga yang akan berobat secara teratur, keluarga mengantar berobat anggota keluarga yang sakit (Entjang, 2000). Berdasarkan pendidikan yang diperoleh upaya pen- cegahan penularan tuberculosis sebesar 72,2% memiliki pendidikan yang kurang, meliputi keluarga tidak menutup mulut saat batuk, keluarga tidak membuang dahak dengan cara ditimbun, keluarga tidak membuang dahak dengan cara diberikan cairan sabun, keluarga saat batuk tidak menghadapkan pada salah satu sudut rumah dan keluarga tidak membuang dahak di kaleng tertutup. Keluarga Tabel 2. Upaya Keluarga Mencegah Penularan Tuber- kulosis Saat Merawat Penderita Tuberkulosis yang Terregister di 3 UPTD Kesehatan Kota Blitar bulan Juni 2014 (n=36) N o. U paya Pencegahan f % 1. Baik 2 5,6 2. Cukup 13 36,1 3. Kurang 21 58,3 Upaya keluarga mencegah penularan tuberku- losis berdasarkan faktor yang mempengaruhi penu- laran tuberkulosis ditabelkan dalam tabel 3. N o Faktor U paya Pencegaha n Baik Cukup Kurang f % f % f % 1 Pendidikan pencegahan secara langsung dan pengetahuan pengobatan 2 5,6 8 22,2 26 72,2 2 Menjaga kebersihan lingkungan 27 75,0 0 0 9 25,0 3 Meng kon su msi makanan yang sehat yang dapat mempertinggi daya tahan tubuh 6 16,7 0 0 30 83,3 4 Pember ian vaksin BCG 33 91,7 0 0 3 8,3 Tabel 3. Tabulasi Silang antara Upaya Pencegahan oleh Keluarga dengan Faktor yang Mempengaruhi Penularan Tuberkulosis bagi Penderita Tuberkulosis yang Tercatat di 3 UPTD Kesehatan Kota Blitar bulan Juni 2014 PEMBAHASAN Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit tuberculosis, makin rendah pengetahuan tentang bahaya penyakit tuberculosis, makin besar pulalah bahaya bagi lingkungannya, keadaan social- ekonomi sehingga makin jelek nilai gizi dan hygiene lingkungan akan menyebabkan daya tahan tubuh rendah, sehingga memudahkan sakit. Gizi yang jelek, selain mempersulit penyembuhan juga memu- dahkan kambuhnya kembali TBC yang sudah reda (Entjang, 2000). Berdasarkan hasil penelitian responden sebesar 58% memiliki upaya keluarga mencegah penularan tuberculosis kurang, 36% upaya keluarga mencegah penularan tuberculosis cukup. Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan tentang pencegahan penularan tuberculosis sangat kurang karena keluarga kurang pengetahuan sehing- ga perlu diberikan penyuluhan tentang pencegahan penularan tuberculosis. Keluarga diberikan pendidikan untuk membiasa- kan menutup mulut saat batuk dan bersin mengguna- kan saputangan, membuang dahak dengan cara ditimbun, membuang dahak dengan cara diberikan penderita tuberculosis sudah banyak menggunakan kertas tisu dari kertas. Peneliti berpendapat pendi- dikan dan pengetahuan keluarga sangat menentukan upaya keluarga mencegah penularan tuberculosis. Semakin rendah pengetahuan keluarga maka upaya untuk mencegah penularan tuberculosis dalam ke- luarga kurang. Keluarga tidak tahu upaya apa yang harus dilakukan untuk mencegah penularan tuber- culosis. Keluarga diberi penjelasan tentang pentingnya kebersihan rumah dan lingkungan, serta kebersihan diri sendiri. Desinfeksi alat-alat, menjemur kasur, kebersihan ruangan, penjelasan pentingnya cahaya matahari untuk membunuh basil-basil TBC (Sjamsunir, 1982). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kebersihan lingkungan keluarga di wilayah UPTD Kesehatan se-Kota Blitar didapatkan 25% memiliki kebersihan lingkungan yang kurang karena keluarga tidak menjemur kasur minimal seminggu sekali, dan 75% kebersihan lingkungan keluarga baik karena keluarga menyapu lantai setiap hari, keluarga selalu membuka jendela agar matahari masuk ke dalam rumah dan keluarga masing-masing menggunakan 4 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 1–5 satu sikat gigi. Peneliti berpendapat bahwa kurang- nya kebersihan diri menyebabkan daya tahan tubuh menjadi rendah dan mudah menjadi sakit. Status gizi merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakit tuberculosis. Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk tuberculosis paru (Hiswani, 2009). Ber- dasarkan hasil penelitian yang diperoleh konsumsi makanan sehat keluarga di wilayah UPTD Kese- hatan se-Kota Blitar didapatkan 83,3% kurang mengkonsumsi makanan sehat karena kurangnya mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan kurangnya mengkonsumsi vitamin C yang kurang. Peneliti berpendapat bahwa status gizi sangat berpe- ngaruh terhadap kesehatan seseorang. Jika status gizi seseorang baik maka daya tahan tubuh juga baik. Sebaliknya jika status gizi kurang maka daya tahan tubuh seseorang akan jelek dan mudah terserang penyakit. Pemberian vaksin BCG sebagai pencegahan (Sjamsunir, 1982). Berdasarkan hasil penelitian di wilayah UPTD Kesehatan se-Kota Blitar didapat- kan 8,3% tidak melakukan pemberian vaksin BCG dan 91,7% keluarga sudah memberikan vaksin BCG. Peneliti berpendapat jika seseorang tidak diberikan vaksin BCG maka kekebalan tubuhnya terhadap bakteri tuberculosis juga kurang. Seseorang yang tidak diberikan imunisasi BCG akan lebih mudah terserang tuberculosis, dibandingakan dengan orang yang mendapatkan vaksin BCG. Berdasarkan hasil tabulasi silang, upaya keluar- ga menjaga kebersihan lingkungan antara lain keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi yang buruk da- pat memudahkan penularan tuberculosis (Hiswani, 2009). Sebesar 36,1% tipe keluarga bukan inti memiliki upaya pencegahan penularan tuberculosis yang kurang. Peneliti berpendapat bahwa tipe keluarga bukan inti memiliki resiko tertular yang lebih besar dibandingkan keluarga dengan tipe keluarga inti. Dalam satu rumah harus ditempati oleh jumlah anggota keluarga yang ideal. Ventilasi dan penca- hayaan yang cukup dan kebersihan lingkungan me- rupakan upaya mencegah penularan tuberculosis. Berdasarkan tabulasi silang antara konsumsi makanan sehat dan upaya keluarga mencegah penularan tuberculosis bahwa status gizi merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakit tuber- kulosis. Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mem- pengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap penyakit termasuk tuberculosis paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak- anak (Hiswani, 2009). Se- besar 11,2% keluarga memiliki upaya pencegahan penularan tuberculosis kurang memiliki kekurangan berat badan kurang. Peneliti berpendapat bahwa upaya pencegahan penularan tuberculosis bisa dilihat melalui IMT keluarga penderita tuberculosis. Orang yang memiliki BB kurang akan akan menye- babkan rendahnya daya tahan tubuh selain memper- sulit penyembuhan juga memudahkan tertular penyakit tuberculosis. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendi- dikan keluarga yang merawat penderita tubercu- losis yaitu Makin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TBC untuk dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya, makin besar pulalah bahaya si penderita sebagai sumber penu- laran, baik di rumah maupun ditempat pekerjaannya, untuk keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Se- baiknya pengetahuan yang baik tentang penyakit ini, akan menolong masyarakat dalam menghindari- nya (Entjang, 2000). Keluarga memliki pendidikan yang kurang. Pendidikan responden paling banyak lulusan SMA/Sederajat sebanyak 47,2% dan SMP/ Sederajat sebanyak 30,6%. Peneliti berpendapat se- makin rendah pendidikan keluarga penderita Tuber- kulosis semakin kurang tindakan upaya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah penularan di lingkungan keluarga. Keluarga tidak tahu bagaimana cara mencegah penularan Tuberkulosis. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peng- hasilan keluarga yang merawat penderita tubercu- losis yaitu keadaan ekonomi sangat erat kaitannya dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, ling- kungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan tuberculosis. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan tuberculosis, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak dengan memenuhi syarat- syarat kesehatan (Hiswani, 2009). Keluarga rata- rata memiliki penghasilan yang ku- rang sebanyak 30,6 % dengan penghasilan kurang dari Rp 1.000.000,00 per bulan. Peneliti berpendapat semakin rendah pendapatan keluarga penderita tuberculosis semakin kurang upaya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah penularan karena ke- luarga kurang memenuhi asupan gizi dan lingkungan 5Suprajitno, Upaya Keluarga Mencegah Penularan ... rumah yang memadai sehingga penderita mudah terjangkit dan tertular penyakit tuberculosis. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian yaitu sebesar 6% upaya pencegahan keluarga katagori baik, 36% upaya pencegahan keluarga katagori cukup, dan 58% upaya pencegahan keluarga katagori kurang. Kurangnya upaya keluarga mencegah penularan tuberculosis ditunjukkan dengan perilaku tidak menutup mulut saat batuk, tidak menimbun dahak, penampung dahak tidak diberikan cairan sabun (disinfektan), saat batuk tidak memalingkan kepala, dan tidak menyediakan penampung dahak kaleng tertutup, serta satu rumah tidak ditempati dengan jumlah anggota keluarga yang ideal. Perilaku keluarga yang mendukung penularan penyakit tuberculosis yaitu tidak menjemur kasur minimal seminggu sekali, Kurang mengkonsumsi makanan sehat, dan konsumsi vitamin C kurang. Keluarga yang memiliki upaya pencegahan katagori baik, kecil kemungkinan tertular dan perilaku keluarga yang ditampakkan adalah melakukan pola hidup bersih, sehat, konsumsi makanan bergizi, dan menerapkan upaya pencegahan. Saran Saran bagi (1) keluarga penderita tuberculosis agar membiasakan pola hidup sehat, pengobatan yang teratur jangan terputus, menjaga kebersihan lingkungan, konsumsi makanan bergizi untuk daya tahan tubuh, dan memberikan vaksin BCG sebagai pencegahan dan (2) UPTD Kesehatan Kota Blitar agar melakukan gerakan genting kaca. DAFTAR RUJUKAN Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis edisi 2. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Citra Aditya Bakti. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengen- dalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.