125Setiyorini, Wulandari, Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup... 125 HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG BEROBAT DI POLI PENYAKIT DALAM RSD MARDI WALUYO BLITAR (The Correlation of Nutritional Status with Quality of Life on Elderly with Type 2 Diabetes Mellitus in Interna Polyclinic of Mardi Waluyo Public Hospital ) Erni Setiyorini, Ning Arti Wulandari Program Studi Pendidikan Ners, STIKes Patria Husada Blitar email: nerserni@gmail.com Abstract: Diabetes mellitus type 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus) is an adult-onset diabetes which occurs at about 80% of patients with diabetes mellitus. The prevalence of type 2 DM in the elderly is increased. The increasing number of patients with type 2 diabetes is influenced by various factors, such as genetics, lifestyle, age, obesity and lack physical activity. The purpose of this study was to determine the correlation of nutritional status with quality of life on elderly with type 2 diabetes mellitus. The design in this study was correlational with cross sectional approach. The population in this study was 300 elderly people with type 2 diabetes who went to poly disease in RSD Mardi Waluyo Blitar. The sampling technique used accidental sampling, the sample was 100 elderly patient of type 2 DM. The data collection used questioner, nutritional status by using calculation of BMI (Body Mass Index), while life quality of elderly patient of DM type 2 assessed by questionnaire WHOQOL -BREF. The data analysis used Spearman Rank. The result of the research showed that there was correlation be- tween nutritional status with quality of life on elderly patient of DM type 2 who went to poly disease in RSD Mardi Waluyo Blitar which was shown with p value = 0.000. It is recommended to health workers to provide motivation to patients to maintain a good lifestyle so as to minimize complications and quality of life of the elderly either and for families to support and facilitate healthy lifestyles in elderly people with type 2 diabetes to achieve the most nutritional status according to age and ability. Keywords: elderly, Type 2 Diabetes Mellitus, nutrition status, quality of life Abstrak: Diabetes mellitus tipe 2 (diabetes mellitus non-dependen insulin) merupakan diabetes onset dewasa yang terjadi pada sekitar 80% pasien yang mengidap diabetes mellitus. Prevalensi DM tipe 2 meningkat pada lanjut usia. Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah genetika, gaya hidup, usia, obesitas dan aktifitas fisik yang kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pada lansia penderita diabe- tes melitus tipe 2. Desain dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 300 orang lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, sampel sebanyak 100 lansia penderita DM tipe 2. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, status nutrisi dengan menggunakan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh), sedangkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 dinilai dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF. Analisa data dengan menggunakan Spearman Rank. Hasil Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar yang ditunjukkan dengan nilai p=0,000. Bagi petugas kesehatan untuk memberikan ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, No. 2, Agustus 2017 DOI: 10.26699/jnk.v4i2.ART.p125-133 IT Typewritten text © 2017 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 126 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 125–133 motivasi pada pasien untuk menjaga pola hidup yang baik sehingga meminimalkan komplikasi dan kualitas hidup lansia baik. Bagi keluarga untuk mendukung dan memfasilitasi pola hidup sehat pada lansia penderita DM tipe 2 untuk mencapai status nutrisi yang paling otimal sesuai dengan usia dan kemampuannya. Kata Kunci: Lansia, diabetes mellitus tipe 2, status nutrisi, kualitas hidup Diabetes mellitus tipe 2 adalah suatu penyakit kronik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat dari terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Diabetes mellitus tipe 2 (diabetes mellitus non-dependen insulin) merupakan diabetes onset dewasa yang terjadi pada sekitar 80% pasien yang mengidap diabetes mellitus. Prevalensi DM tipe 2 meningkat pada lanjut usia. Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah genetika, gaya hidup, usia, obesitas dan aktifitas fisik yang kurang. Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, prevalensi diabetes pada kelompok usia 45– 54 tahun sebesar 3,3%, 55–64 tahun 4,8%, 65–74 tahun 4,2% dan >75 tahun sebesar 2,8% (Kemen- trian Kesehatan RI, 2013). Menurut Rizvi (2009) orang dewasa berusia 60 tahun dan lebih tua akan menempati dua per tiga populasi diabetes pada tahun 2025. Angka harapan hidup pada pasien dengan DM tipe 2 akan meningkat dengan kepatuhan pasien ter- hadap terapi pengobatan dan perubahan pola hidup yang sesuai bagi pasien DM, akan tetapi hal ini se- dikit berbeda pada kondisi tubuh lansia. Hal ini dapat disebabkan karena secara fisiologis terdapat penu- runan fungsi tubuh lansia, salah satunya adalah ke- mampuan respon tubuh terhadap pengobatan. Tu- juan kesehatan pada lansia dengan diabetes adalah untuk mempertahankan fungsional dan mengendali- kan kadar gukosa darah (Huang etc, 2005). Dalam penatalaksanaan DM fokus penatalaksanaan pada pengobatan, namun kurang mematuhi diet dan olah- raga. Lansia dengan diabetes berhubungan dengan kondisi kronik seperti hipertensi, dislipidemia dan penyakit kardiovaskuler yang berdampak pada kebu- tuhan nutrisinya. Masalah pencapaian dan peme- liharaan berat badan yang optimal pada lansia dengan diabetes tidaklah sesederhana dalam kelompok usia lainnya. Meskipun begitu peningkatan prevalensi kegemukan memberikan kontribusi pada resistensi insulin dan hiperglikemi, lansia dengan fasilitas pera- watan jangka panjang dengan diabetes cenderung kurus. Ada beberapa masalah yang terkait dengan status gizi diantaranya adalah perubahan nafsu makan, pembatasan diet, kesepian dan depresi mem- pengaruhi jenis dan jumlah makan yang dikonsumsi lansia (Rizvi, 2009). Munculnya berbagai penyakit pada lansia akan meningkatkan resiko kekurangan nutrisi. Intake makanan pada lansia dapat berpenga- ruh dan dipengaruhi oleh kondisi fisiologis (Lukito dan Wahlqvist, 1992). Pada proses penuaan, toleran- si terhadap glukosa menurun. Permasalahan yang paling umum terjadi pada penderita DM adalah mempertahankan berat badan ideal. Beberapa lansia bermasalah dengan berat badan yang berlebihan dan sebagian malnutrisi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dila- kukan oleh Rohimah dkk (2016) pada 153 lansia penderita DM tipe 2, menunjukkan bahwa status nutrisi berdasarkan penilaian dengan IMT dalam kategori gizi kurang 9 orang (5,9%) dan gizi baik 144 orang (94,1%). WHO mendefinisikan quality of life sebagai persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehi- dupan dalam konteks sistem budaya dan nilai di mana mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan keprihatinan mereka. Oleh karena itu, kecuali definisi kesehatan fisik QoL mencakup keadaan psikologis, tingkat kemandirian orang, kehidupan sosial dan kepercayaan pribadi (WHO, 1998). Kualitas hidup yang baik terutama bersumber dari status kesehatan dan beberapa fak- tor lain yang dapat mempengaruhinya. Diabetes melitus dan status nutrisi obesitas dapat menurunkan status kesehatan akibat konsekuensi fungsionalnya, perubahan gaya hidup yang terkait dengan pengobat- an dan komorbiditas dan komplikasi yang sering menyertainya (Vidal-Peracho etc, 2014). Hubungan antara nutrisi, penuaan dan kualitas hidup bersifat rekursif. Faktor penuaan terkait dengan perubahan beberapa aspek nutrisi, seperti indera penciuman dan rasa, kemampuan untuk mengunyah dan mene- lan, fungsi pencernaan dan usus dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidupnya. Pada saat yang bersamaan gizi buruk dan kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, keti- dakmampuan untuk melakukan ADL, perubahan 127Setiyorini, Wulandari, Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup... kualitas hidup, morbiditas dan kematian (Amarantos ect, 2001). Kondisi fisiologis pada lansia ini dapat lebih parah dampaknya pada pasien dengan DM tipe 2 apabila kadar glukosanya tidak terkontrol dan apabila timbul komplikasi akibat DM tipe 2. Berdasarkan survei pendahuluan terhadap pa- sien DM yang berobat ke poli penyakit dalan RSD. Mardi Waluyo Blitar, rata-rata kunjungan pasien lansia penderita DM tipe 2 yang datang berobat per bulan lebih kurang 300 pasien. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ter- tarik melakukan penelitian tentang hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes melitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi status gizi pada lansia penderita diabetes melitus tipe 2. 2) mengidentifikasi kualitas hidup pada lansia penderita diabetes melitus tipe 2. 3) menganalisis hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pada lansia penderita diabetes melitus tipe 2. BAHAN DAN METODE Desain dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel Inde- penden dalam penelitian ini adalah kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Variabel dependen da- lam penelitian ini adalah status gizi. Populasi dalam penelitian ini adalah 300 orang lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar. Sampling yang digunakan da- lam penelitian ini adalah accidental sampling, sam- pel sebanyak 100 lansia penderita DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu lansia yang tidak mengalami demensia dan tidak mengalami kompli- kasi DM yang berat. Penelitian dilaksanakan tanggal 24–27 April 2017. Pengumpulan data dengan meng- gunakan kuesioner, status nutrisi dengan mengguna- kan perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh), se- dangkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 dinilai dengan menggunakan kuesioner WHOQOL- BREF. Analisa data dengan menggunakan Spear- man Rank. HASIL PENELITIAN Data Umum Data umum responden ini menguraikan tentang distribusi frekuensi responden yang meliputi: Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik jenis kelamin lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar, sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 64 orang (64%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia lansia penderita DM tipe 2 No Jenis kelamin f % 1 Laki-laki 36 36 2 Perempuan 64 64 Total 100 100 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin lansia penderita DM tipe 2 No Usia f % 1 Usia Pertengahan 38 38 2 Lanjut usia 55 55 3 Lanjut usia tua 7 7 Total 100 100 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan usia lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia responden adalah lanjut usia sebanyak 55 orang (55%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan terakhir lansia penderita DM tipe 2 No Pendidikan terakhir f % 1 SD 34 34 2 SLTP 22 22 3 SLTA 22 22 4 Perguruan tinggi 22 22 Total 100 100 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan terakhir lansia penderita DM tipe 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan terakhir reponden adalah SD sebanyak 34 orang (34%) 128 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 125–133 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 31 orang (31%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 melakukan pemantauan kadar gula darah secara teratur yaitu 78 orang (78%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan olahraga yang dilakukan lansia penderita DM tipe 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan lansia penderita DM tipe 2 No Pekerjaan f % 1 Tidak bekerja 3 3 2 IRT 31 31 3 Petani 16 16 4 Swasta 20 20 5 Pensiunan PNS/ABRI 17 17 6 Pedagang 5 5 7 PNS 8 8 Total 100 100 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan lansia penderita DM tipe 2 No Lama menderita DM f % 1 < 1 tahun 8 8 2 1 – 5 tahun 33 33 3 >5 tahun 59 59 Total 100 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 lebih dari 5 tahun yaitu 59 orang (59%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet lansia penderita DM tipe 2 No Diet f % 1 Diet 56 56 2 Tidak diet 44 44 Total 100 100 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 diet yaitu 56 orang (56%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan waktu kontrol ke Dokter lansia penderita DM tipe 2 No Waktu kontrol ke dokter f % 1 Obat habis 2 2 2 Ada keluhan 6 6 3 Rutin 92 92 Total 100 100 Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan waktu kontrol ke Dokter lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 melakukan kontrol ke dokter secara rutin yaitu 92 orang (92%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pemantauan kadar gula darah lansia penderita DM tipe 2 No Pemantauan kadar gula darah f % 1 Tidak teratur 22 22 2 Teratur 78 78 Total 100 100 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pemantauan kadar gula darah lansia penderita DM tipe 2 No Olahraga yang dilakukan f % 1 Tidak olahraga 24 24 2 Seminggu sekali 12 12 3 Seminggu 2 kali 9 9 4 Setiap hari 55 55 Total 100 100 Tabel 9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan olahraga yang dilakukan lansia penderita DM tipe 2 129Setiyorini, Wulandari, Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup... Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 melakukan olahraga setiap hari teratur yaitu 55 orang (55%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kadar gula darah lansia penderita DM tipe 2 No Kadar gula darah f % 1 Normal 67 67 2 Hiperglikemia 33 33 Total 100 100 Tabel 10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kadar gula darah lansia penderita DM tipe 2 Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 memiliki kadar gula darah dalam range normal yaitu 67 orang (67%). Data Khusus Data khusus meluputi status nutrisi, kapasitas fungsional, kualitas hidup dan hasil uji statistik hubungan status nutrisi, kapasitas fungsional dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2. Tabel 11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan status nutrisi lansia penderita DM tipe 2 No Status nutrisi f % 1 Sangat kurus 4 4 2 Kurus 22 22 3 Normal 49 49 4 Gemuk 7 7 5 Obesitas 18 18 Total 100 100 Tabel 12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 No Kualitas hidup f % 1 Kualitas hidup kurang 8 8 2 Kualitas hidup sedang 53 53 3 Kualitas hidup baik 39 39 Total 100 100 Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 memiliki kualitas hidup sedang yaitu 53 orang (53%). Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia menderita DM tipe 2 memiliki status nutrisi normal yaitu 49 orang (49%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasar- kan status nutrisi lansia penderita DM tipe 2 Hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar. Status nutrisi Kualitas hidup Spearman’s rho Status nutrisi Correlation coefficient 1,000 ,403** Sig. (2-tailed) . ,000 N 100 100 Kualitas hidup Correlation coefficient ,403** 1,000 Sig. (2-tailed) ,000 . N 100 100 Tabel 13 Hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 PEMBAHASAN Status nutrisi lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar Hasil penelitian menunjukkan bahwa status nutrisi lansia penderita DM tipe 2 dalam kategori sangat kurus 4 orang (4%), kurus 22 orang (22%), normal 49 orang (49%), gemuk 7 orang (7%), obe- sitas 18 orang (18%). Terjadinya variasi status nu- trisi pada responden dapat terjadi akibat adanya kon- sumsi makanan yang tidak sesuai dengan aturan diet penyakit DM, baik dalam hal jumlah, jenis dan 130 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 125–133 frekuensi mengkonsumsinya. Sebagian besar responden sebanyak 59 orang (59%) telah menderita DM tipe 2 dalam durasi waktu > 5 tahun, sehingga dalam kurun waktu tersebut, beberapa diantaranya mengalami kemalasan dan kebosanan dengan menu makanan yang sesuai dengan aturan diet. Faktor tersebut berkontribusi terhadap terjadinya status nu- trisi gemuk dan obesitas. Sejalan dengan studi pen- dahuluan yang dilakukan oleh Indriyani (2016) yang dilakukan di RSUD Kabupaten Ciamis, yaitu dari 10 orang, terdapat 7 orang pasien kurang disiplin terhadap jadwal, jumlah dan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsinya, bahkan pasien suka ngemil tanpa memperhatikan kandungan gizi dalam makanan tersebut. Terdapat 3 orang memiliki pola hidup yang baik, sehingga tidak mengalami obesitas karena mereka beranggapan bahwa dengan mema- tuhi segala yang dianjurkan dokter penyakit yang diderita akan cepat sembuh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 49 orang (49%) memiliki status nutrisi normal. Berat badan normal yang dicapai oleh responden didukung dengan dengan data demografi responden, yaitu sebagian besar responden 56 orang (56%) menerapkan diet, kontrol ke dokter secara rutin 92 orang (92%), pemantauan kadar gula darah secara rutin 78 orang (78%), olahraga secara rutin setiap hari sebanyak 55 orang (55%). Hasil pene- litian terkait dengan pelaksanaan diet tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryono (2012) yang menyatakan bahwa penatalaksanaan kadar glukosa darah 86,2% penderita DM mematuhi pola diet DM yang dianjurkan, namun secara faktual jumlah penderita DM yang disiplin menerapkan program diet hanya berkisar 23,9%. Status nutrisi sebagian dalam kategori sangat kurus dan kurus, hal ini dapat terjadi karena secara fisiologis penu- runan berat badan pada pasien DM dapat terjadi akibat penurunan sekresi insulin dan terjadinya resis- tensi insulin sehingga glukosa tidak dapat memasuki sel otot dan jaringan lemak. Mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh melalui glikogenolisis dan lipolisis, hal ini menyebabkan massa otot dan jaringan lemak akan berkurang dan terjadilan penu- runan berat badan (Ashaeryanto dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 67 orang (67%) memiliki kadar gula darah normal dan 33 orang (33%) hiperglikemi. Berdasarkan penelitian Juleka (2012, dalam Indriyani, 2016) pada penderita DM di RSU Gunung Jati Cirebon menunjukan bahwa pasien yang memiliki asupan energi melebihi kebu- tuhan memiliki resiko 31 kali lebih besar untuk mengalami kadar glukosa darah tidak terkendali dibandingkan dengan asupan energi yang sesuai. Kadar glukosa yang tidak terkendali dapat disebab- kan karena pola diet yang diterapkan oleh responden tidak sesuai dengan aturan diet DM. Secara fisiologis, lansia mengalami perubahan pada semua sistem tubuhnya, salah satunya adalah endokrin, sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi, sehingga sekresi insulin menurun. Selain itu kondisi awal yang mengawali terjadinya penyakit DM tipe 2, diantaranya adalah status nutrisi obe- sitas, aktifitas fisik yang kurang, berkurangnya mas- sa otot, adanya penyakit penyerta dan penggunaan obat. Kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke Poli Penyakit Dalam RSD Mardi Waluyo Blitar sebagian besar dalam kategori kualitas hidup sedang 53 orang (53%), kemudian kualitas hidup baik sebanyak 39 orang (39%) dan kategori kurang sebanyak 8 orang (8%). Pada penelitian yang dilaku- kan oleh Yuniarti,dkk (2011) gambaran kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Batua diperoleh bahwa sebanyak 80 orang (80%) responden dalam kategori kurang dan 20 responden (20%) kualitas hidup baik. Berdasarkan data crosstabulasi data antara karakteristik responden dengan kualitas hidup diperoleh data bahwa sebagian besar kualitas hidup dalam kategori cukup pada jenis kelamin perempuan 32 orang (32%) dan kualitas hidup baik sebanyak 27 orang (27%). Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) kualitas hidup pasien DM tipe 2 berdasarkan karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase terbesar dari responden yang mem- punyai kualitas hidup rendah adalah perempuan 46%. Hal ini dapat disebabkan karena pola hidup yang baik pada jenis kelamin perempuan mengha- silkan kualitas hidup yang cukup dan baik dibanding- kan jenis kelamin laki-laki, didukung data penelitian responden dengan jenis kelamin perempuan yang melakukan diet sebanyak 39 orang (39%). Sebagian besar responden pada penelitian ini sebagai ibu rumah tangga sebanyak 31 orang (31%), walaupun secara teori masalah finansial dapat mempengaruhi kualitas hidup, akan tetapi keluarga mampu meme- 131Setiyorini, Wulandari, Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup... nuhi kebutuhan pengobatan responden dan membe- rikan dukungan yang baik sehingga kualitas hidup cukup dan baik. Berdasarkan usia, kategori usia lanjut usia me- miliki kualitas hidup baik 22 orang (22%) dan cukup 27 orang (27%). Didukung dengan data penelitian bahwa pola hidup yang baik diterapkan oleh lanjut usia yaitu 40 orang (40%) melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara teratur. Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur berkontribusi terhadap kesehatan dan kualitas hidup yang baik. Responden yang menderita DM tipe 2 lebih dari 5 tahun memiliki kualitas hidup cukup 29 orang (29%) dan baik sebanyak 25 orang (25%). Berda- sarkan penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2011) lama menderita penyakit DM tipe 2 yang dialami responden rata- rata 6 tahun, hasil analisis hubungan lama mengalami DM dengan efikasi diri menunjuk- kan bahwa rata-rata lama mengalami DM pada responden yang memiliki efikasi diri yang baik adalah 6,48 tahun. Responden dalam waktu yang lebih lama memiliki efikasi diri yang baik. Semakin lama sese- orang menderita penyakit yang dialaminya, makanya kesempatan untuk belajar berdasarkan pengalaman semakin luas dan efikasi diri semakin baik. Pasien semakin berpengalaman dalam menangani penyakit DM dan koping yang lebih baik. Hal ini didukung dengan Wu et.al (2006) yang menyatakan bahwa pengalaman selama sakit dan mekanisme koping dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien dalam melakukan aktifitas dan melakukan perawatan diri. Berdasarkan tingkat pendidikan, kualitas hidup baik sebanyak 13 orang (13%) dan kualitas hidup cukup sebanyak 17 orang (17%) pada lansia dengan pendidikan SD. Hal ini dapat disebabkan karena seseorang dengan pendidikan rendah cenderung untuk mematuhi instruksi dan anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan. Didukung dengan data penelitian bahwa responden dengan pendidikan SD memiliki prosentase terbanyak dalam melakukan diet DM yaitu sebanyak 20 orang (20%). Hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar Hasil Penelitian menunjukkan hubungan adanya hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup lansia penderita DM tipe 2 yang berobat ke poli penyakit dalam RSD Mardi Waluyo Blitar yang ditun- jukkan dengan nilai p=0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti dkk (2011) bahwa kualitas hidup berhubungan dengan status nutrisi, usia, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan dan banyaknya keluhan kesehatan yang dialaminya. Hasil crostabulasi memperlihatkan bahwa responden yang memiliki status nutrisi normal memiliki pro- sentase kualitas hidup terbanyak baik 24 orang (24%) dan cukup 22 orang (22%), obesitas memiliki kualitas hidup baik sebanyak 11 orang (11%), kurus dengan kualitas hidup cukup 19 orang (19%). Ku- rangnya nutrisi dan obesitas dapat menjadi penyebab berbagai macam keluhan dan timbulnya penyakit, selain itu dukungan nutrisi yang sesuai dengan diet DM sangat diperlukan untuk mempertahankan kon- disi kesehatan lansia dan memberikan kontribusi terhadap kadar gula darah yang terkendali. Sebagian besar responden dengan status nutrisi normal memiliki kualitas hidup baik sebanyak 24 orang (24%). Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi geriatri dengan kualitas hidup geriatri (p=0,002), didapatkan bahwa geriatri mempunyai status gizi baik memiliki kemung- kinan untuk mempunyai kualitas hidup 16 kali lebih besar daripada geriatri dengan status gizi yang tidak baik (OR=15,556). Status nutrisi yang normal didu- kung dengan pola hidup yang sehat dengan berolah- raga, diet, kontrol ke dokter rutin dan pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur untuk memantau kesehatannya. Status nutrisi normal berkontribusi terhadap status fungsional, didukung data penelitian menunjukkan bahwa status nutrisi normal memiliki status fungsional mandiri sebanyak 44 orang (44%). Terdapat 2 orang responden yang memiliki status nutrisi kurang dan 2 orang dengan status nutrisi kurus yang memiliki kualitas hidup kurang. Sesuai dengan teori bahwa usia lanjut berkaitan dengan gangguan nutrisi akibat dari penurunan fungsi organ tubuh, yaitu penciuman, pengecapan dan fungsi gastroin- testinal. Hal ini berkontribusi terhadap status nutrisi, walaupun tidak dapat digeneralisasi bahwa sebagian besar lansia mengalami status nutrisi yang buruk. Sejalan dengan pendapat Amarantos, et all (2001) tentang hubungan nutrisi dengan kualitas hidup lansia yang menunjukkan adanya keterkaitan antara status nutrisi dengan kualitas hidup lansia. Status nutrisi sangat kurus dan kurus dapat menyebabkan terjadi- nya keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari dan hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, teru- tama pada aspek fisik. Lebih lanjut Amarantos, et all (2001) juga menjelaskan bahwa selain faktor nutrisi terdapat faktor lain yang mempengaruhi 132 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 125–133 kualitas hidup lansia, yaitu keluhan kesehatan yang dirasakan oleh lansia yang dapat mengganggu aktifi- tasnya sehari-hari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup pada lansia pen- derita DM tipe 2. Saran Bagi petugas kesehatan untuk memberikan motivasi pada pasien untuk menjaga pola hidup yang baik sehingga meminimalkan komplikasi dan kualitas hidup lansia baik. Bagi keluarga untuk mendukung dan memfasilitasi pola hidup sehat pada lansia pen- derita DM tipe 2 untuk mencapai status nutrisi yang paling otimal sesuai dengan usia dan kemampuan- nya. DAFTAR RUJUKAN Amarantos, E, Martinez, A, Dwyer, J. 2001. Nutrition and quality of life in older adult. The Journals of Gerontology: Series A, Volume 56, Issue suppl_2, 1 October 2001, Pages 54–64,https://doi.org/ 10.1093/gerona/56.suppl_2.54. Ambarwati, W.N. 2012. Konseling Pencegahan dan Penatalaksanaan Penderita Diabetes Mellitus, Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ariani, Y. 2011. ‘Hubungan Antara Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien DM Tipe 2 dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP.H.Adam Malik Medan’. Tesis, Magister Ilmu Keperawatan Ke- khususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Ashaeryanto, Tiara IM, Kawijaya D. 2011. Modul Tutor Berat Badan Menurun. Blok Endokrin dan Meta- bolism e Fa kult as Kedokter an Universit as Haluoleo Kendari. Astuti, F.A.A. 2012. ‘Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Geriatri di Posyandu Lansia Ngudi Sehat Bibis Baru Nusukan Banjarsari Surakarta.’ Skripsi, Fakultas Kedokteran Univer- sitas Muhammadiyah Surakarta. Dewi, S.R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish Huang ES, Gorawara-Bhat R, Chin MH. Self-reported goals of older patients with type 2 diabetes mel- litus. J Am Geriatr Soc 2005;53:306–11. Indriana, Y. 2003. Kepuasan Hidup orang lanjut usia dalam hubungannya dengan jenis aktifitas, jenis kelamin, religiositas, status perkawinan, tingkat kemandirian, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal, diakses tanggal 1 Agustus 2017, . Indriyani, F. 2016. Gambaran Berat Badan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016, Skripsi, Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Kementrian Kesehatan RI . 2013. Riskesdas tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Kurniawan. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 60 (12). Rizvi, AA. 2009. Nutritional Challenges in the elderly with diabetes. International Journal of Diabe- tes Mellitus Volume 1, Issue 1, April 2009, Pages 26-31. http://www.sciencedirect.com/science/ar- ticle/pii/S1877593409000162 Rohaedi, S, Putri, S.T, Karimah, A.D. 2016. Tingkat Kemandirian Lansia dalam Activities Daily Liv- ing di Panti Sosial Tresna Werdha Senja Rawi. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, Vol- ume 2, Nomor 1, Juli 2016.. Rohimah, B, Sugiarto, Probandari, A, Wiboworini, B. 2016. Perbedaan Kekuatan Genggam Berdasarkan Status Gizi Pada Pasien DM Tipe 2. Indonesia Journal of Human Nutrition, Juni 2016, Volume 3, nomor 1 Suplemen 9–19. Suhartini.2009. Pengaruh Faktor-faktor Kondisi Kese- hatan, Kondisi Ekonomi dan Kondisi Sosial terhadap Kemandirian Orang Lanjut Usia. . Suyono. 2012. Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta: FKUI. Tamher, Noorkasini. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. WHO.1998.The World Health Organization Quality of Life Assessment (WHOQOL): development and general psychometric properties. Soc Sci Med. 1998; 46:1569–1585. Yuniarti, Alfrina. 2011. Nutritional Status Related To Qual i ty Of Li fe Of E l de rl y Pe opl e In Rappokalling Makassar. Diss. Hasanuddin Uni- versity. Vidal-Peracho, C, Lucha-López,M.O, Lucha-López, A.C, Tricás-Moreno, J.M, Estébanez-De Migue, E and Bernués-Vázquez, L. 2014. A descriptive study of health status and health related quality of life in selected outpatients with type 2 diabetes, patho- 133Setiyorini, Wulandari, Hubungan Status Nutrisi dengan Kualitas Hidup... logical body mass index and cardiovascular risk in Spain. Diabetology & Metabolic Syndrome 2014 6:135 licensee BioMed Central. 2014.https:// doi.org/10.1186/1758-5996-6-135. Wu, S.F.V., Courtney, M., Edward, H., McDowell, J., Shortridge-Baggett, L.M.,Chang, P.J. (2006). Self- efficacy, outcome expectation and self care be- havior in people with type diabetes in Taiwan, diakses tanggal 01 Agustus 2017, < http:// web.ebscohost.com>.