114 

 

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP  

SIKAP IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN  

MP-ASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN 

 (Effect Of Education On Health Nursing Mothers Attitude   

MP-ASI In Giving The Baby Age 0-6 Months) 
 

Anis Sa’diyah dan Ika Agustina  

STIKes Patria Husada Blitar 

e-mail: erieikaa@yahoo.co.id 

 

 

Abstract : The first solid food given after pulverized to form liquid but more filling than 

milk. Breastfed babies do not need solid foods before they are 6 months old. If baby food 

other than breastmilk companion early on (before the age of 6 months) it will increase the 

risk of diarrheal diseases and other infections. Method : Research design was Pre-

Experimental One-Group Pre-test-post test design. Research sample 28 respondents at 

Children Care District Sanankulon Regency Village Bendowulung Blitar, its choosed 

with total sampling. Data collected by questionnaire. Analysis using Wilcoxon. Result : 

The results showed Berdasarkan uji statistik Wilcoxon didapatkan nilai sig = 0,005. 

Discussion : Based on the results of these studies are expected to respondents to be more 

active in improving the understanding of complementary feeding through electronic mass 

media and so respondents can improve the provision of complementary feeding in 

children aged 0-6 months. 

Keywords : health education, attitude, MP-ASI 

 

Pemberian makanan pendamping selain 

ASI (MP-ASI) mulai dilakukan setelah bayi 

berusia 6 bulan (Sulistyoningsih, H., 2011: 

p.173). Setelah Bayi berusia 6 bulan, ASI hanya 

mampu memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan 

gizi bayi. Keterampilan makanan bayi pun sudah 

berkembang. Pada usia ini, bayi sudah 

memperlihatkan minat dan ketertarikannya pada 

makanan lain selain ASI. Pertumbuhan bayi 

justru akan terganggu jika ia tidak mendapatkan 

makanan pendamping setelah usia 6 bulan 

karena tidak terpenuhinya gizi yang dibutuhkan 

untuk pertumbuhan dan perkembangan (Riksani 

Ria, 2011: p.59). 

Beberapa alasan yang menguatkan 

pendapat mengapa bayi tidak bisa diberi makan 

tambahan selain ASI hingga usia 6 bulan yaitu 

saat bayi berumur 0-6 bulan, organ-organ 

pencernaannya belum berkembang dengan 

sempurna dan sistem pencernaannya pun belum 

siap menerima makanan lain selain ASI. Organ 

pencernaan akan kelebihan beban kerja jika 

sebelum berusia 6 bulan bayi sudah 

mendapatkan MP-ASI. Selain itu, enzim 

pemecah protein (asam lambung, pepsin, lipase, 

amilase dan sebagainya) saat itu belum 

diproduksi secara sempurna. Perkembangan 

secara sempurna pada organ dan enzim 

pencernaan tersebut akan terjadi ketika bayi 

berusia 6 bulan. Selanjutnya, dapat 

meningkatkan risiko alergi, pada usia 6 bulan, 

bayi memproduksi antibodi yang cukup untuk 

melawan alergen. Saat bayi berumur kurang dari 

6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap 

menerima kandungan dari makanan sehingga 

makanan yang masuk akan menimbulkan reaksi 

imun dan menyebabkan terjadinya alergi pada 

bayi. Saat bayi berumur 6 bulan, sistem 

pencernaanya relatif lebih siap menerima 

makanan selain ASI. Meningkatkan resiko 

infeksi, hal ini disebabkan sistem kekebalan 

tubuh bayi yang berusia kurang dari 6 bulan 

belum optimal. Dengan pemberian makanan 

selain ASI, sama saja  dengan memberikan 

peluang bagi bakteri untuk menyerang dan 

menginfeksi tubuh bayi. Apalagi, jika kebersihan 

dalam penyajian makanan tidak terjamin. Maka 

hal diberikan itu akan memperbesar 

ACER
Typewritten text
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 2, Juli 2014 
DOI: 10.26699/jnk.v1i2.ART.p108-112

IT
Typewritten text
© 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan

IT
Typewritten text
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/


Sa’diyah dan Agustina, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap ...115 

 

kemungkinan timbulnya penyakit dan infeksi. 

Hasil riset menunjukkan bahwa bayi yang 

diberikan makanan sebelum berusia 6 bulan 

lebih sering terserang diare, sembelit, batuk 

pilek, dan demam, dibanding bayi yang hanya 

diberi ASI ekslusif. Sulit dan berantakan, bayi 

cenderung mendorong makanan keluar daripada 

menelannya dan mereka tidak dapat duduk 

sendiri. Bayi akan terhindar dari bahaya obesitas 

jika pemberian MP-ASI ditunda hingga ia 

berusia 6 bulan. 

Hasil analisis SUSENAS tahun 2001 

menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif 

pada bayi umur kurang 4 bulan sebesar 49,2%. 

Pemberian ASI eksklusif di daerah perkotaan 

lebih rendah  (44,3%) dibandingkan perdesaan 

(52,9%). Ibu-ibu di Jawa-Bali lebih rendah 

memberikan ASI eksklusif dibanding di kawasan 

Timur Indonesia (60%) dan Sumatera (55%) 

(Sulistyoningsih, 2011: p.165). Jika bayi 

mendapatkan makanan pendamping selain ASI 

terlalu dini (sebelum usia 6 bulan) maka akan 

meningkatkan risiko penyakit diare serta infeksi 

lainnya. Selain itu juga akan menyebabkan 

jumlah ASI yang diterima bayi berkurang, 

padahal komposisi gizi ASI pada 6 bulan 

pertama sangat cocok untuk kebutuhan bayi, 

akibatnya pertumbuhan bayi akan terganggu. 

Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan 

terlambat (melewati usia 6 bulan) maka bayi 

akan mengalami kekurangan zat gizi terutama 

energi dan protein juga zat besi. Akibatnya akan 

menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat, bayi 

mengalami anemia, atau defisiensi zat gizi yang 

lainnya (Sulistyoningsih, 2011: p.165). 

Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada hari 

selasa tanggal 04 Juni 2013 pukul 09.00 WIB, di 

posyandu Desa Bendowulung terbagi menjadi 4 

Dukuh yaitu Bendowulung, Cepoko, Kumprit, 

Pangkru. Pada saat posyandu di Dukuh Pangkru, 

3 dari 10 ibu mengatakan telah memberikan MP-

ASI  pada bayi sebelum usia 6 bulan dengan 

alasan bayinya belum kenyang dan rewel apabila 

hanya diberi ASI saja. Sehingga mendorong  

peneliti untuk melakukan penelitian tentang 

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap 

ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI pada 

bayi usia 0-6 bulan di Posyandu Desa 

Bendowulung Kecamatan Sanankulon 

Kabupaten Blitar. 

Rumusan masalah dalam penelitian ini 

ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap 

sikap ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI 

pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu Desa 

Bendowulung Kecamatan Sanankulon 

Kabupaten Blitar. 

Tujuan umum penelitian adalah 

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan 

terhadap sikap ibu menyusui dalam pemberian 

MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Tujuan 

khusus (1) Mengidentifikasi sikap ibu menyusui 

dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 

bulan sebelum pendidikan kesehatan (2) 

Mengidentifikasi sikap ibu menyusui dalam 

pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan 

sesudah pendidikan kesehatan (3) Menganalisis 

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap 

ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI pada 

bayi usia 0-6 bulan. 

Manfaat praktis penelitian ini sangat 

berguna untuk menambah pengalaman dan 

wawasan tentang pendidikan kesehatan terhadap 

sikap ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI 

pada bayi usia 0-6 bulan, melatih berfikir dan 

sikap kreatif mencari pemecahan masalah 

mengenai pendidikan kesehatan terhadap sikap 

ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI pada 

bayi usia 0-6 bulan. Manfaat teoritis 

memperbanyak referensi tentang pengaruh 

pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu 

menyusui dalam pemberian MP-ASI pada bayi 

usia 0-6 bulan 

 

BAHAN DAN METODE  

Desain penelitian Pre-Experimental 

dengan One-Group Pre-test-post test design 

dengan cara penelitian yang dilakukan dengan 

cara memberikan pretest  terlebih dahulu 

sebelum diberi pendidikan kesehatan, setelah itu 

diberikan pendidikan kesehatan tentang sikap 

ibu menyusui dalam pemberian MP-ASI, 

kemudian dilakukan posttest. Sampel penelitian 

ini adalah 28 ibu pada tanggal 18 Juli 2013 di 

posyandu Desa Bendowulung Kecamatan 

Sanankulon Kabupaten Blitar yang dipilih 

dengan teknik total sampling. Variabel bebasnya 

adalah pendidikan kesehatan tentang MP-ASI 

pada ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan 

variabel terikatnya sikap ibu dalam pemberian 

MP-ASI. Perlakuan dilaksanakan sehari pertama 

dengan memberikan pretest kemudian diberikan 

pendidikan kesehatan tentang MP-ASI 

selanjutnya dilakukan posttest. Analisis 

menggunakan uji statistik Wilcoxon. 

  



116    Jurnal Ners Dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 114-119 

 

 

 

HASIL PENELITIAN 

Karakteristik ibu menyusui di Posyandu Desa 

Bendowulung tertera pada tabel di bawah.  

Tabel 1. Karakteristik responden 

No Karakteristik f % 

1 

 

 

 

Umur 

- < 20 tahun 
- 20 – 35 tahun 
- > 35 tahun 

 

3 

21 

4 

 

10,7 

75 

14,3 

2 

 

 

 

 

Pendidikan  

- SD 
- SLTP 
- SLTA 
- PT 

 

- 

7 

19 

2 

 

- 

25 

67,9 

7,1 

3 

 

 

 

 

Pekerjaan  

- Petani 
- PNS 
- Swasta 
- IRT 

 

3 

1 

2 

22 

 

10,7 

3,6 

7,1 

78,6 

No Karakteristik f % 

4 

 

 

 

Penghasilan  

- < 500.000 
- 500.00 – 1.000.000 
- > 1.000.000 

 

1 

25 

2 

 

3,6 

89,3 

7,1 

5 Informasi kesehatan 

- Tidak pernah 
- Petugas Kesehatan 
- Media 
cetak/elektronik 

- Guru/teman/ortu 

 

6 

18 

2 

2 

 

21,4 

64,3 

7,1 

7,1 

 

Tabel 2. Sikap responden sebelum dan 

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan 

tentang MP-ASI 

No Kategori 

sikap 

Sikap  

pre test 

 Sikap post 

test 

  f % F % 

1 Positif 13 46,4 21 75 

2 Negatif 15 53,6 7 25 

 

 

PEMBAHASAN 

Sikap Sebelum Pendidikan Kesehatan 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 

responden, 53,6% responden sebelum dilakukan 

pendidikan kesehatan memiliki sikap negatif 

tentang pemberian MP-ASI. Sikap seseorang 

terhadap suatu objek adalah perasaan 

mendukung atau memihak (favorable) maupun 

perasaan tidak mendukung atau memihak 

(unfavorable) pada objek tersebut. Faktor-faktor 

yang mempengaruhi sikap antara lain faktor 

intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam 

diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas 

dan pengalaman pribadi serta faktor ekstern yang 

merupakan faktor diluar manusia atau 

lingkungan (Azwar, 2011). Sikap negatif disini 

berarti belum ada kemampuan responden dalam 

memberikan MP-ASI kepada anaknya. Sikap 

negatif reponden ini diduga dipengaruhi oleh 

lingkungan dan penghasilan responden. 

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 

78,6% responden merupakan ibu rumah tangga 

dan 46,4% memiliki sikap negatif. Pembentukan 

sikap tergantung pada kebudayaan tempat 

individu tersebut dibesarkan. Lingkungan 

memberikan pengaruh sosial pertama bagi 

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari 

hal-hal yang baik, juga hal-hal yang buruk 

tergantung pada sifat kelompoknya (Azwar, 

2011). Seharusnya menjadi ibu rumah tangga 

memiliki waktu yang longgar sehingga dapat 

menggunakan waktu untuk mempelajari hal-hal 

yang baik untuk anak. Namun, responden juga 

memiliki lingkungan sosial yaitu keluarga dan 

juga tetangga di sekitar tempat tinggal. 

Responden melihat bahwa anak-anak tetangga 

tidak diberi MP-ASI sehingga mereka juga 

terpengaruh tidak memberikan MP-ASI karena 

menambah biaya hidup. Lingkungan merupakan 

pengaruh sosial bagi seseorang, dimana 

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik 

dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada 

sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seorang 

akan memperoleh pengalaman yang akan 

berpengaruh terhadap cara berfikirnya. 

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 

89,3% responden memiliki penghasilan antara 

Rp. 500.000 – 1.000.000,- dan  46,4% memiliki 

sikap negatif dalam pemberian MP-ASI. Faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap antara lain 

faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat 

dalam diri orang yang bersangkutan seperti 

selektifitas dan pengalaman pribadi serta faktor 

ekstern yang merupakan faktor diluar manusia 

atau lingkungan (Azwar, 2011). Faktor 

selektifitas yaitu pemenuhan kebutuhan sehari-



Sa’diyah dan Agustina, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap ...117 

 

hari menjadi hal yang utama. Pendapatan 

keluarga mempengaruhi daya beli keluarga akan 

bahan makanan yang bergizi karena penghasilan 

atau pendapatan menentukan jenis pangan yang 

akan dibeli. Keluarga yang kurang mampu untuk 

meningkatkan kualitas hidup anak-anaknya 

masih belum merupakan prioritas utama didalam 

kehidupan keluarganya. Keluarga dengan 

pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang 

dapat memenuhi kebutuhan makanannya 

sejumlah yang diperlukan tubuh. Responden 

perlu diberikan pemahaman tentang pemberian 

MP-ASI dengan menu yang memiliki biaya tidak 

memberatkan tetapi tetap berkualitas. 

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 

bahwa 78,6% responden pernah mendapatkan 

informasi tentang MP-ASI dan 64,3% responden 

mendapatkan informasi tersebut dari petugas 

kesehatan. Salah satu faktor yang dapat 

mempengaruhi sikap adalah pengetahuan. 

Semakin bertambahnya informasi semakin 

bertambah pula pengetahuan yang didapat. 

Semakin banyak pengetahuan akan 

mempengaruhi responden dalam berfikir dan 

bersikap dalam hal pemberian MP-ASI. Namun, 

informasi yang diperoleh responden adalah 

informasi mengenai pengertian MP-ASI saja 

belum menyentuh kepada pembuatan MP-ASI 

yang sesuai dengan pendapatan responden. 

Selain itu, sikap yang negatif responden ini juga 

didukung oleh kecenderungan responden yang 

kuat dalam komponen kognitif, sedangkan 

komponen afektif dan konatif kurang dimiliki 

oleh responden. Sikap adalah sebagai keteraturan 

tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran 

(kognitif), dan predisposisi tindakan (konatif) 

seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan 

sekitarnya (Azwar, 2011). Komponen kognitif 

berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang 

berlaku atau apa yang benar mengenai obyek 

sikap. Komponen afektif menyangkut masalah 

emosional subyektif seseorang terhadap suatu 

obyek sikap. Komponen perilaku atau komponen 

konatif dalam struktur sikap menunjukkan 

bagaimana perilaku atau kecenderungan 

berperilaku yang ada dalam diri seseorang 

berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. 

Responden memiliki kepercayaan yang baik 

terhadap MP-ASI namun responden belum 

memberikan MP-ASI kepada anaknya dengan 

baik.   

  

Sikap Setelah Pendidikan Kesehatan  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 

dari 28 responden, 75% responden memiliki 

sikap positif dalam pemberian MP-ASI. 

Perubahan sikap dapat terjadi perlahan-lahan 

seiring dengan bertambahnya pengetahuan, 

informasi dan pengalaman yang didapatkan. Hal 

ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Azwar 

(2011) bahwa pembentukan sikap dapat 

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu 

pendidikan, pengalaman, pengaruh orang lain 

yang dianggap penting, faktor emosi dan media 

massa.  

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 

bahwa 67,9% responden berpendidikan SMA 

dan 57,1% memiliki sikap positif dalam 

pemberian MP-ASI. Pendidikan adalah suatu 

kegiatan atau proses pembelajaran untuk 

mengembangkan atau meningkatkan 

kemampuan tertentu sehingga sasaran 

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat 

pendidikan turut pula menentukan mudah 

tidaknya seseorang menyerap dan memahami 

informasi yang mereka peroleh. Pendidikan 

berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang 

terhadap perkembangan orang lain menuju arah 

suatu cita-cita  tertentu. Pemahaman baik dan 

buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem 

kepercayaan seseorang hingga ikut berperan 

dalam menentukan sikap seseorang (Azwar, 

2011). Dengan memiliki pendidikan yang cukup, 

responden akan lebih mudah menerima 

informasi sehingga dapat memahami dan 

memiliki kepercayaan untuk memberikan MP-

ASI kepada anaknya. 

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 75% 

responden berumur 20-35 tahun dan 60,7% 

memiliki sikap positif dalam pemberian MP-ASI 

sedudah dilakukan pendidikan kesehatan. Untuk 

dapat menjadi dasar pembentukan sikap, 

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan 

kesan yang kuat. Karena itu sikap akan mudah 

terbentuk. Pengalaman pribadi akan membentuk 

dan mempengaruhi penghayatan seseorang 

terhadap stimulus sosial (Azwar, 2011). Dengan 

semakin matangnya umur responden akan 

semakin meningkatkan pengalaman seseorang 

dalam melakukan sesuatu yang terbaik bagi 

anaknya. Pemberian pendidikan kesehatan 

merupakan salah satu hal yang dapat 

meninggalkan kesan yang kuat kepada 

responden, sehingga responden akan mampu 

melakukan pemberian MP-ASI kepada anaknya 

dengan baik dan benar sesuai usia anak. 



118    Jurnal Ners Dan Kebidanan, Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, hlm. 114-119 

 

 

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 

bahwa ada perubahan sikap responden antara 

sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan yaitu 

dari sikap negatif menjadi sikap positif sebanyak 

28,6%. Keberhasilan suatu pendidikan kesehatan 

dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan 

kesehatan, sasaran dan proses dalam pendidikan 

kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Oleh karena itu 

digunakan metode ceramah yang efektif dalam 

penyampaian sehingga responden dapat mengerti 

dan memahami isi pendidikan kesehatan. 

Metode pendidikan kesehatan yang digunakan 

oleh peneliti adalah dengan memberikan materi 

pemberian MP-ASI melalui presentasi, 

pemberian leaflet dan juga memberikan contoh 

atau praktek dalam pembuatan menu MP-ASI.  

  Sikap responden pada penelitian ini 

setelah diberikan pendidikan kesehatan masih 

ada yang negatif. Salah satu karakteristik sikap 

adalah spontanitasnya, yaitu menyangkut sejauh 

mana kesiapan individu untuk menyatakan 

sikapnya secara spontan (Azwar, 2011). 

Pemberian pendidikan kesehatan yang hanya 

beberapa menit tentunya belum dapat 

menumbuhkan sikap positif kepada responden 

yang sebelumnya memiliki sikap negatif secara 

spontan saat pengukuran sikap dilakukan pada 

penelitian ini. Untuk merubah sikap seseorang 

diperlukan waktu yang tidak singkat. Pemberian 

pendidikan kesehatan ini akan meningkatkan 

pemahaman seseorang terhadap pemberian MP-

ASI dengan tepat. Sikap yang negatif ini 

didukung oleh komponen afektif dan konatif 

yang ada pada diri responden mengenai 

pemberian MP-ASI. 

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap 

Sikap Ibu Hamil 

       Berdasarkan uji statistik Wilcoxon 

didapatkan nilai sig = 0,005. Hal ini 

menunjukkan bahwa adanya pengaruh 

pendidikan kesehatan tentang pemberian MP-

ASI terhadap sikap responden. Berdasarkan 

evaluasi pendidikan kesehatan yang diberikan 

oleh peneliti didapatkan bahwa pada semua 

kriteria evaluasi penyuluhan yang diukur 

didapatkan nilai yang baik pada setiap kategori. 

Nilai yang paling tinggi dengan nilai baik yaitu 

sebesar 64,3% terdapat pada kriteria peserta aktif 

dalam memberikan pertanyaan kepada panitia. 

Responden sangat aktif dalam menerima 

pendidikan kesehatan yang diberikan terutama 

pada saat memberikan praktek dalam pembuatan 

MP-ASI. Dengan adanya keaktifan ini 

diharapkan untuk selanjutnya responden mampu 

menindaklanjutinya dengan membuat MP-ASI 

dirumah sesuai dengan apa yang disampaikan 

pada saat pendidikan kesehatan. 

  Hasil ini sesuai dangan pendapat Azwar 

(2011) bahwa struktur sikap terdiri dari 3 

komponen yang saling menunjang yaitu 

komponen kognitif yang berisikan persepsi atau 

kepercayaan, komponen efektif yang 

berhubungan dengan masalah emosional 

subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. 

Komponen kognitif atau perilaku yang 

menunjukkan bagaimana perilaku atau 

kecenderungan berperilaku yang ada pada diri 

seseorang berkaitan dengan sikap yang 

dihadapinya. 

  Keberhasilan suatu pendidikan  

kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor  

penyuluhan, sasaran  dan proses dalam 

penyuluhan. Pendidikan kesehatan yang baik 

tentu akan mampu merubah perilaku seseorang 

untuk berbuat yang terbaik bagi kesehatan. 

Namun, dalam pemberian MP-ASI diperlukan 

adanya biaya untuk mendapatkan bahan dan 

proses waktu dalam pembuatannya. Hal ini tentu 

menjadi pemeikiran tersendiri bagaimana 

memberikan MP-ASI yang berkualitas dengan 

biaya dan waktu yang efektif sehingga tidak 

membebani seorang ibu.  

 

SIMPULAN DAN SARAN 

Simpulan 

  Penilaian sikap ibu sebelum 

diberikan pendidikan kesehatan tentang 

pemberian MP-ASI adalah pada penilaian 

sikap positif 46,4% dan pada sikap negatif 

53,6%. Sedangkan penilaian sikap  ibu 

sesudah diberikan pendidikan kesehatan 

tentang pemberian MP-ASI adalah pada 

penilaian sikap positif 75% dan pada sikap 

negatif 25%. Terdapat pengaruh pendidikan 

kesehatan terhadap sikap ibu menyusui dalam 

pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan 

di Posyandu Desa Bendowulung Kecamatan 

Sanankulon Kabupaten Blitar. 

Saran 

Petugas kesehatan khususnya bidan 

memberikan pelayanan yang dapat 

diwujudkan dalam pemberian pendidikan 



Sa’diyah dan Agustina, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap ...119 

 

kesehatan rutin setiap bulan tentang MP-ASI 

dan cara pembuatannya dengan biaya dan 

waktu yang efisien untuk mengoptimalkan 

pertumbuhan dan perkembangan anak. Para 

ibu diharapkan lebih aktif lagi dalam 

meningkatkan pemahaman tentang MP-ASI 

baik melalui media massa maupun elektronik 

sehingga ibu dapat meningkatkan 

kemampuan dalam pemberian MP-ASI 

 

DAFTAR RUJUKAN 

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia: 

Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: 

Pustaka Pelajar. 

Notoatmodjo. Soekidjo. 2003. Pendidikan dan 

Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 

Riksani, Ria. 2012. Keajiban ASI. Jakarta: 

Dunia Sehat. 

Sulistyoningsih, Hariani. 2011. Gizi Untuk 

Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha 

Ilmu