174 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 174–180 174 KINERJA PERAWAT INSTRUMEN DALAM MELAKSANAKAN MANAJEMEN ALAT OPERASI HERNIOTOMI HERNIORAPHY (HTHR) DI INSTALANSI BEDAH SENTRAL RSUD KANJURUHAN KEPANJEN (The Performance of Scrub Nurse In Implementing Hernioraphy Herniotomi Operation Management (HTHR) In Central Surgical Instalance RSUD Kanjuruhan Kepanuren) Wahyuningsri, GM. Sindarti, Irawan Poltekkes Kemenkes Malang, Jl Besar Ijen No 77C Malang email: ningsriwahyu06@gmail.com Abstract: Scrub nurse is professional nursing personnel who is given authority and responsibility in the management of surgical instruments of any type of surgery, has the task of covering before, during, and after surgery action. The absence of SOP (Standart OperationalProcedure) makes every action only based on the experience and habits of each surgical operator. The purpose of this study was to determine the performance of nurses in implementing instrument management tools in a kind of herniotomic herniospheric instrument operation management at central surgical installation of Kanjuruhan Kepanjen Hospital. The research design used descriptive observative. The population was 30 nurses at a central surgical installation. The sample used 10 scrubnurses according to the inclusion criteria in charge in operating room for herniotomic hernioraphy (HTHR) surgery. The sampling technique used Total Sam- pling. The data collected by observation with checklist. The result of the research on the performance of scrubnurse in implementing the management of Herniotomic Herniospheric operation tool before and during the 100% surgical action not yet comply with the SOP (Standart OperationalProcedure), the performance of the instrument nurse after surgery is 100% appropriated. Further research recommen- dations were expected to continue research on the performance of nurse instruments on others types of operations for all nurses assigned to operating rooms. Keywords: Performance, Scrub Nurse, The task Management of Herniotomy Hernioraphy Surgical Tool Abstrak: Perawat instrumen adalah tenaga Keperawatan Profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam manajemen alat operasi pada setiap jenis pembedahan, mempunyai tugas meliputi sebelum, selama dan sesudah tindakan pembedahan. Belum adanya SPO ( Standar Prosedur Operasional ) membuat setiap tindakan hanya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan masing – masing operator bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manajemen alat pada salah satu jenis operasi Herniotomy Hernioraphy di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif observatif. Populasi 30 orang Perawat di Instalasi Bedah Sentral, Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 Perawat instrumentsesuai kriteria inklusi yang bertugas di kamar Operasi untuk Operasi Herniotomi Hernioraphy (HTHR) Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling.Pengambilan data secara observasi menggunakan cek list. Hasil penelitian kinerja Perawat instrumen dalam melaksanakan manajemen alat operasi Herniotomy Hernioraphy sebelum dan selama tindakan pembedahan 100 % belum sesuai SPO (Standar Prosedur Opersional), Kinerja Perawat instrumen sesudah tindakan pembedahan adalah 100% sudah sesuai. Rekomendasi peneliti selanjutnya diharapkan bisa melanjutkan penelitian mengenai kinerja ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, No. 2, Agustus 2017 DOI: 10.26699/jnk.v4i2.ART.p174-180 IT Typewritten text © 2017 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 175Wahyuningsri, Sindarti, Irawan, Kinerja Perawat Instrumen... Perawat instrumen pada jenis operasi lainnnya bagi semua Perawat yang bertugas di kamar Operasi dan tersusunnya Standar Prosedur Operasional yang baku dengan pengesahan dari Pimpinan Kata Kunci: Kinerja, Perawat Instrumen,Pelaksanaan Manajemen Alat Operasi Herniotomy Hernioraphy Pembedahan merupakan semua tindakan pengobat- an yang menggunakan cara invasif dengan mem- buka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani atau yang sakit melakukan tindakan pem- bedahan harus di lakukan di kamar operasi. (Sjam- suhidayat, 2005). Kamar operasi baik, dapat mencapai tujuan untuk kelancaran tindakan operasi dan dan mence- gah infeksi, apabila memenuhi syarat: letak, bentuk dan ukuran, sistem ventilasi, suhu dan kelembaban- nya, penerangan, peralatan, sistem instalasi gas me- dis, pintu, pembagian area, dan tenaga yang bertugas secara tim (Susiatin 2012). Tim pembedahan kamar operasi terdiri dari ahli bedah, asisten ahli bedah, perawat instrumen atau scrub nurse, perawat sirkuler dan ahli anastesi atau perawat anastesi (Muttaqin dan Sari, 2009). Setiap anggota tim mempunyai tanggung jawab atau tugas masing-masing dalam setiap operasi. Untuk perawat instrumen atau scrub nurse mempunyai uraian tugas atau tanggung jawab sebelum pembe- dahan, selama pembedahan dan setelah pembe- dahan. Perawat instrumen bertanggung jawab dalam menejemen sirkulasi dan suplai alat-alat instrumen, mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan serta menjaga kelengkapannya, mempertahankan integritas lapangan steril dan berbagai tanggung ja- wab lainnya dalam sebuah tindakan operasi. Salah satu tindakan operasi contohnya operasi hernia, dilihat dari keseriusannya termasuk jenis dalam bedah minor dan bila dilihat dari urgensi termasuk dalam tindakan urgent / gawat. Tindakan pembedahan Herniotomy Hernioraphy (HTHR) merupakan suatu intervensi bedah yang mempunyai tujuan melakukan pengangkatan bagian tubuh yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit, apabila seorang Perawat instrumen tidak atau ku- rang mengetahui mengenai tugas dan tanggung jawabnya maka akan berakibat terganggunya proses operasi yang beresiko pada kesalahan akan ber- akibat terjadinya komplikasi pada pasien yang mejalani operasi tersebut. Rumah Sakit Umum Daerah “Kanjuruhan” Ke- panjen Kabupaten Malang dalam periode semester I bulan Januari sampai dengan Juli 2015operasi bedah umum menempati urutan teratas dalam jum- lah pasien yang dioperasi. Sedangkan jumlah operasi Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) dan Scrotalis dengan tindakan Herniotomy Hernioraphy (HTHR) sebanyak 123 kasus, namun untuk kasus tersebut belum ada SOP yang berkaitan dengan tindakan tersebut dan selama ini sistem kerja dalam operasi ini berdasarkan pengalaman dan kebiasaan masing- masing operator bedah dan tidak ada standarisasi yang baku. Masalah kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manejemen alat operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) apa bila tanpa pedoman stan- dar opersional maka akan mengganggu kelancaran tindakan operasi dan akan timbul risiko infeksi pot operasi Tujuan Umum penelitian untuk mengetahui kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manejemen alat operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah “Kanjuruhan” Kepanjen.Tujuan Khususnya mengidentifikasi manejemen alat ope- rasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR):(1) kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan mane- jemen alat sebelum operasi,(2) kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manejemen alat selama operasi, (3) kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manejemen alat sesudah operasi Kamar operasi adalah suatu unit khusus diru- mah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pem- bedahan, baik elektif maupun akut, yang membu- tuhkan keadaan suci hama (steril) (Boedihartono dkk dalam Andarias, 2012) Bagian Kamar Operasi: (1)Area bebas (un restricted area), petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar operasi.(2) Area semi ketat (semi restricted area), petugas wajib menggunakan pakaian khusus kamar operasi yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana kamar operasi.(3)Area ketat atau terbatas (restricted area) petugas wajib menggunakan pakaian khusus kamar operasi lengkap yaitu topi, masker, baju dan celana operasi dan melaksanakan prosedur aseptik. Ketenagaan yang bekerja di kamar operasi yaitu: (1) Tim bedah terdiri ahli bedah, asisten ahli bedah, perawat instrumen (scrub nurse), perawat 176 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 174–180 sirkuler, ahli/perawat anastesi.(2) Staf Perawat ka- mar operasi yaitu perawat kepala kamar operasi dan perawat pelaksana. Perawat instrument atau scrub nurse adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam pengelolaan paket alat pembedahan, selama tindakan pembedahan ber- langsung). memiliki tanggung jawab terhadap mana- jemen instrument operasi pada setiap jenis pembe- dahan. (Boedihartono dkk, dalam Andarias 2012 Tanggung jawab dari perawat instrumen adalah sebagai berikut: a) menjaga kelengkapan alat instru- men steril yang sesuai dengan jenis operasi, b)meng- awasi teknik aseptik dan memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai kebutuhan dan menerima- nya kembali, c) mengaplikasikan anatomi dasar dan teknik-teknik bedah yang sedang dikerjakan, d) mengawasi prosedur untuk mengantisipasi segala kejadian, e) melakukan manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi., mengatur alat-alat yang akan dan telah digunakan, f) mempertahankan integritas lapangan steril selama pembedahan, g) mengawasi semua aturan keamanan yang terkait benda-benda tajam, terutama skapel harus diletak- kan dimeja belakang untuk menghindari kecelakaan dengan kewaspadaan universal, h) memelihara per- alatan dan menghindari kesalahan pemakaiannya, i) bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan kepada tim bedah mengenai setiap pelanggaran teknik aseptik atau kontaminasi yang terjadi selama pembedahan, j)menghitung kasa, jarum dan instru- men sebelum pembedahan dimulai dan sebelum ahli bedah menutup luka operasi. Kinerja Perawat dalam tugas sebagai Manaje- men Sirkulasi dan Suplai Alat Instrumen Operasi adalah merupakan suatu jaminan bahwa Perawat sebagai individu atau dalam kelompok memahami apa yang di harapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif, mampu mengantisipasi kebu- tuhan operasi dan menangani situasi kedaruratan di ruang operasi (Casio, 2003) Salah satu pembedahan yang menjadi obyek penelitian adalah kasus Hernia. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui de- fek atau bagian lemah dari dinding rongga bersang- kutan. Menurut sifatnya, hernia dapat berupa hernia reponibel atau irreponibel. Hernia repobibel merupa- kan hernia yang hilang timbul karena isi hernia yang dapat kembali ke dalam rongga abdomen, sedangkan hernia irreponibel merupakan hernia dengan isi hernia yang tidak dapat susut kembali ke dalam rongga abdomen, ada yang terjadi Hernia Inkarse- rata, Hernia Strangulata. Hernia Obstruksi. (Henry dan Thompson, 2009). Terapi untuk hernia ini adalah operasi. Manajemen Alat Operasi Herniotomy Hernio- raphy adalah manajemen sirkulasi dan suplai alat instrumen operasi adalah pengaturan alat-alat yang akan dan telah digunakan berarti manajemen alat operasi adalah suatu proses perencanaan, pengorga- nisasian, pelaksanaan dan pengawasan alat instru- men operasi yang akan dan telah digunakan. (Mutta- qin dan Sari 2009)Set Standar Operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) adalah instrumen dan alat tenun yang digunakan untuk tindakan pembedahan tertentu. Peralatan perlu distandarisasikan dengan tujuan agar tersedianya alat sesuai dengan jumlah danjumlah dan jenis, kebutuhan untuk memperlancar pelaksanaan tindakan pembedahan serta mencip- takan suasana yang harmonis dan kepuasan kerja (Boedihartono,dkk.1993). Pelaksanaan Manajemen Sirkulasi dan Suplai Alat Instrumen Operasi Her- niotomy Hernioraphy (HTHR) adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan alat instrumen operasi yangakan dan telah digunakan dalam operasi Herniotomy Hernio- raphy (HTHR). Perawat instrumen dalam pelaksanaan manaje- men alat instrumen operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) yang berkualitas dapat dilihat dari kiner- janya. Kinerja sebagai perawat instrumen menurut (Turkanto, 2005)) meliputi: 1) Sebelum pembedahan: (a) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi: Kebersihanruangoperasi dan peralatan, Meja mayo/instrument, Meja operasi lengkap, Lampu operasi, Suction pump; (b) Me- nyiapkan set instrumen steril sesuai jenis pembe- dahan, (c) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lainsesuai keperluan pembedahan (d) Me- nyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril; 2) Saat pembedahan: (a) Memperingatkan “tim steril” jika terjadi penyimpangan prosedur aseptic,(b) Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah dan asisten, (c) Menata instrumen steril di meja mayo sesuaiurutan prosedur pembe- dahan,(d) Memberikan bahan desinfektan kepada operator untuk desinfeksi kulit daerahyang akan disayat, (e) Memberikanlaken steril untuk prosedur drapping, (f) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan tindak- 177Wahyuningsri, Sindarti, Irawan, Kinerja Perawat Instrumen... an pembedahan secara tepatdanbenar, (g) Membe- rikan kain steril kepada operator danmengambil kain kasayang telah digunakan dengan memakai alat, (h) Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan dalam keadaan siap pakai, (i) Mempertahankan instrumen selama pembedahandalam keadaan tersusun secara sistematis untuk memudahkan bekerja, (j) Member- sihkan instrumen dari darah dalam pembedahan un- tuk mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo, (k) Menghitung kain kasa, jarum dan instrument, (l) Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa dan jarum kepada ahli bedah sebelum luka ditutup lapis demi lapis, (m) Menyiapkan cairan untuk mencuci luka, (n) Membersihkan kulit sekitar luka setelah lukadijahit, (o) Menutup luka dengan kain kasastreril; 3) Setelah pembedahan: (a) Mem- bersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang dipasang electrode, (b) Menggan- tikan alat tenun, baju pasien dan penutup serta me- mindahkan pasien dari meja opeasi kekereta dorong, (c) Memeriksa dan menghitung semua instrumen danmenghitung sebelum dikeluarkan dari kamar operasi, (d) Membersihkan instrument bekas pakai dengan cara: Pembersihan awal, Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung deterjen, Me- nyikat sela-sela instrument, Membilas dengan air mengalir, Mengeringkan; (e) Membungkus instru- men sesuai jenis, macam,bahan, kegunaan dan ukur- an. Memasang pita autoclave dan membuat label nama alat-alat (set) pada tiap bungkusan instrumen dan selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai prosedur yangberlaku, (f) Membesihkan kamar operasi setelah tindakanpembedahan selesai agarsiap pakai. Hasil dari kinerja dipengaruhi oleh faktor: (1) kemampuan ability yang secara psikologis memiliki potensi, reality knowledge dan skill, (2) motivasi, terhadap situasi kerja . Situasi yang dimaksud meli- puti hubungan kerja, fasilitas kerja, pola kepemim- pinan kerja dan kondisi kerja. Menurut Gibson dalam (Susiatin 2012) dan Menurut Keith Davis dalam buku Anwar Prabu Manggkunegara BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini Deskriptif Observatif . Populasi dari Perawat instrumen yang bertugas dikamar operasi Rumah Sakit Umum Daerah “Kan- juruhan” Kepanjen yang berjumlah 30 orang.untuk semua jenis tindakan operasi .Kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Perawat instrumen yang bekerja di Insta- lasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen., 2) Perawat yangmelakukan instrumentasi operasi (HTHR), 3) Perawat instrumen yang berpendidikan DIII Keperawatan, 4) Bersedia menjadi responden dengan menanda tangani informed consent. Jum- lah sampel didapatkan 10 orang Perawat. Teknik Pengumpulan data dengan Kuisioner untuk menda- patkan data umum dan lembar observasi untuk data Khusus.dengan teknik ini menilai kinerja perawat instrumen dalam melaksanakan manajemen alat operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) di kamar operasi Rumah Sakit Umum Daerah “Kanjuruhan” Kepanjen, mulai dari sebelum, selama dan sesudah tindakan pembedahan. Teknik pengolahan data menggunakan persentase dengan skala kualitatif, bila terdapat hasil kurang 100% diinterpresasikan belum sesuai SPO, hasil 100 % sudah sesuai Tabel 1 Kinerja Perawat Instrumen Tindakan Pembedahan Hernitomy Hernioraphy (HTHR) dalam kesesuaian SPO di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen No Sebelum % Selama % Sesudah % 1 Sesuai 0 Sesuai 0 Sesuai 100 2 Belum sesuai 100 Belum sesuai 100 Belum sesuai 0 Jumlah 100 100 100 HASIL PENELITIAN Berdasarkan data diatas bahwa Kinerja Pera- wat Instrumen tindakan pembedahan sebelum dan selama seluruhnya belum sesuai Standar Prosedur Opersional dan sesudah tindakan seluruhnya sesuai Data yang mendukung kinerja Perawat Instru- men Tindakan Pembedahan Hernitomy Hernioraphy (HTHR) di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanju- ruhan” Kepanjen 178 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 174–180 PEMBAHASAN Kinerja perawat instrumen dalam menyelesai- kan tugas sebelum tindakan pembedahan Hernio- tomy Hernioraphy di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen menunjukkan bahwa Ki- nerja Perawat seluruh responden masih belum se- suai dengan SPO karena belum ada SPO tetap atau belum ada pengesahan dari Pimpinan Rumah Sakit. Standart operasional prosedur yang digunakan penelitian merujuk dari Rumah Sakit tipe A, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyediaan alat yang sifatnya tambahan (instrumen tambahan), dan belum adanya sosialisasi dan evaluasi dari pelaksa- naan SPO manajemen alat operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR) sebagai panduan dalam melakukan tindakan. Masa kerja yang sudah lama , responden dalam melakukan tindakan hanya berda- sarkan paradigma responden, sehingga membentuk suatu keyakinan yang kuat bahwa suatu tahapan yang dilakukan adalah suatu kebenaran. Pada pelak- sanaan manajemen alat operasi Herniotomy Hernio- raphy (HTHR) dapat diketahui bahwa banyak persiapan alat yang tidak lengkap, penggunaan sarana dan prasarana yang tidak tepat dan kurang- nya prasarana yang mendukung sehingga membuat hasil kinerja tidak bisa sesuai secara keseluruhan responden. Menurut Turkanto (2005) Perawat instrumen sebaiknya mengetahui dan menyiapkan alat instru- men set mulai dari instrumen dasar sampai instrumen tambahan, sesuai dengan macam dan jenis operasi yang akan dilakukan. Suatu tindakan pembedahan di ruang operasi ada dua jenis insrumen atau alat yang digunakan, yaitu instrumen dasar (basic set instrumen) dan instrumen tambahan. Perawat instrumen bisa mengusulkan dan menyiapkan instru- men set sesuai kebutuhan operasi yang diperlukan karena sehari sebelumnya sudah mendapatkan informasi dari sosial media whatsapp, sehingga pada saat pelaksanaan tindakan pembedahan semua instrumen sudah siap pakai. Kinerja perawat instrumen yang dapat menye- lesaikan tugas-tugas dengan benar selama tindakan pembedahan dalam operasi Herniotomy Hernio- raphy di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruh- an” Kepanjen menunjukkan bahwa semua respon- den masihbelumsesuai SPO, dimana saat draping hanya memakai duk lubang besar untuk demarkasi area operasi, penutupan jaringan kulit yang di insisi menggunakan benang nonabsorbable sedang di SPO memakai staples kulit. Antara yang di SPO dengan dilapangan terdapat ketidak sesuaian namun hal ini biasa terjadi di tiap-tiap kasus pembedahan karena tiap operator mempunyai kebiasaan sendiri- sendiri sesuai dengan keilmuan yang didapatkannya. Kebiasaan sebagai perilaku yang diulang- ulang berdasarkan pengetahuan yang dimiliki merupakan pengalaman dari suatu kegiatan dan dapat menun- jukkan karakter seseorang. Terbentuknya suatu pe- rilaku terutama pada orang dewasa dimulai dari tahap kognitif yaitu tahu terlebih dahulu terhadap stimulasi yang berupa materi atau obyek sehingga menimbulkan pengetahuan baru bagi subyek ter- sebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin yang akan menimbulkan respon yang lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan Notoatmodjo (2003). Kinerja Perawat instrumen sesudah tindakan pembedahan dalam operasi Herniotomy Hernio- raphy di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kanjuruhan Kepanjen menunjukkan bahwa seluruhnya respon- den melakukan kinerja sudah sesuai dengan SOP, karena tindakan Perawat Instrumen setelah operasi sudah terbiasa dan berpengalaman seperti operasi pada umumnya bahwa pembersihan pasien, alat dan instrumen yang telah dipakai selalu dihitung atau di cek kembali jumlah penggunaan dan sisanya, kemu- < 3 Th 3–5 Th > 5 Th Sesuai 2 2 2 Belum sesuai 4 0 0 Jumlah 60% 20% 20% Tabel 2 Masa Kerja Dengan Kinerja Perawat Instrumen dalam Melaksanakan Manajemen Alat Operasi HerniotomyHernioraphy (HTHR) di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen Kinerja Masa Kerja di IBS Tabel 3 Pelatihan Dengan Kinerja Perawat Instrumen dalam Melaksanakan Manajemen Alat Operasi HerniotomyHernioraphy (HTHR) di Instalasi Bedah Sentral RSUD “Kanjuruhan” Kepanjen Kinerja Pelatihan Instrumen Sudah (%) Belum (%) Sesuai 60 10 Belum sesuai 20 10 Jumlah 80 20 179Wahyuningsri, Sindarti, Irawan, Kinerja Perawat Instrumen... dian di sterilkan dan disimpan kembali sehingga su- dah siap pakai. Seperti pendapat Mutaqin, Sari, (2005)bahwa peran Perawat instrumen sesudah tindakan pembedahan berfokus pada pengecekan kelengkapan alat dan bahan yang dipergunakan, prosedur tetap (protap) pembersihan alat yang dapat dijadikan acuan bagi Perawat instrumen dalam pe- laksanaan tindakan sesudah pembedahan. Penga- laman merupakan sumber pengetahuan, dilakukan mengulang kembali. Faktor motivasi juga berpenga- ruh terhadap kinerja Perawat instrumen, dimana seseorang yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka berfikir negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Notoatmodjo (2010).Keterampilan psikomotor dan manual seorang Perawat instrumen yang telah tersertifikasi dan diakui dalam profesi, menurut Gruendemann B. J., Fernsebner, B. ­2005 bahwa sertifikat khusus teknik kamar operasi seha- rusnya dimiliki untuk menjadi seorang Perawat instrumen. Lamanya pengalaman bertugas dikamar ope- rasi akan memberikan dampak yang besar terhadap kinerja Perawat dalam menentukan hasil akhir pem- bedahan”. Meskipun masa kerja dari responden sebagian besar 60% responden memiliki masa kerja di kamar operasi kurang dari 2 tahun , 20% memiliki masa kerja 3 sampai 5 tahun dan 20% lainnya memi- liki masa kerja diatas 5 tahun , namun kinerja dalam maajemen alat operasi herniotomy hernioraphy di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen semua responden menunjuk- kan kinerja yang benar. Faktor yang mempengaruhi kinerja selain pengalaman juga yang secara psikolo- gis memiliki potensi, reality knowledge dan skill, motivasi terhadap situasi kerja. Situasi yang dimak- sud meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Menurut Gibson dalam (Susiatin 2012) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian tentang Kinerja Perawat Instrumen Dalam Melak- sanakan Manajemen Alat Operasi Herniotomi Hernioraphy Di Instalansi Bedah sentral RSUD Kanjuruhan Kepanjen, maka dapat disimpulkan bahwa: Kinerja Perawat Insrumen pada sebelum dan selama tindakan operasi masih belum sesuai dengan Standar Perosedur Operasional (SPO) kare- na SPO RSUD Kanjuruhan belum ada pengesahan dari pihak manajemen, dan alat ada yang belum lengkap, sementara SPO yang dipergunakan peneli- tian mengacu dari RS Tipe A yang dimodifikasi. Kinerja setelah tindakan operasi, manajemen alat sudah sesuai hal ini didukung bahwa prinsip kerjanya sama dari beberapa Rumah sakit. Saran Bagi RSUD Kanjuruhan untuk melengkapi per- alatan, menetapkan SPO dan dievaluasi implemen- tasinya. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini sebagai data dasar penelitian selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Boedihartono, dkk. 2003. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi. Jakarta : Depkes RI. Casio, 2003. http:// www.unikom.ac.id/files/22696-2/ babii.pdfkinerja diakses 23 desember 2015. Gibon, 1996. http:// www.unikom.ac.id/files/22696-2/ babii.pdfkinerja diakses 23 desember 2015. Gruendemann B. J., Fernsebner, B. ­2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif (Volume 1). Alih bahasa, Brahm U. Pendit(et al): Editor Edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha, Siti Aminah. Jakarta: EGC. Muttaqin, A., Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif (Konsep, Proses dan Aplikasi). Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodelogi Pene- litian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodelogi Pene- litian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa In- donesia. Jakarta : Balai Pustaka. Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Kepe- rawatan (Konsep, Proses, dan Praktik; Edisi 4, Volume 2) Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester dkk. Jakarta: EGC. Puruhito & Rubingah. 1995. Dasar-dasarTata Kerja dan Pengelolaan Kamar Operasi. Surabaya: Airlang- ga University Press. Sjamsuhidajat, R., Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC. 180 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 174–180 Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogjakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Turkanto, 2005. nstrumen Teknik Pedoman Tetap Teknik Operasi di Kamar Bedah. Solo: PT Media Mitra Persada. Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Pera- wat. Jakarta: EGC.