206 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 3, Desember 2017, hlm. 206–210 206 PENGARUH APLIKASI TELEHOMECARE TERHADAP PENGETAHUAN PENDERITA TUBERCULOSIS PARU TENTANG PENULARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS (The Effect of Telehomecare application to the knowledge of patient with pulmonary tuberculosis about Tuberculosis disease transmission) Ning Arti Wulandari Program Studi Pendidikan Ners, STIKes Patria Husada Blitar email: ningarti83@gmail.com Abstract: Tuberculosis (TB) disease is transmitted through a “droplet infection”. Currently it is still very difficult to cut the chain chain of transmission of tuberculosis disease, this is due to lack of knowl- edge of patients about the prevention of transmission of tuberculosis. Forms of health services to pa- tients with tuberculosis currently focuses on treatment. Education is actually also given but still less than the maximum due to limited time to have a health officer reach too broad. Therefore the use of technology in providing nursing care to tuberculosis patients at home. The technique used telehomecare, where officers will provide education and followup to tuberculosis patients through cellular telepone. The purpose of this study was to identify the effect of telehomecare application to the knowledge of pulmonary tuberculosis patients about Tuberculosis disease transmission. Method: The design of this study was one group pretest posttest design, conducted from 18 April to 30 June 2012 with a sample of 14 pulmonary tuberculosis patients in the work area of Puskesmas Kanigoro Blitar district taken from the entire population. The data obtained analyzed with Wilcoxon Signed Rank test. The results of this study showed there were differences in knowledge before and after being given education via telehomecare with a value of p= 0.02. Discussion: Telehomecare program could be applied in Puskesmas, clinic or hospital to improve nursing care service Keywords: tuberculosis, telehomecare Abstrak: Penyakit tuberculosis (TB) menular melalui “droplet infection”. Saat ini masih sangat sulit untuk memotong matai rantai penularan penyakit tuberculosis, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan penderita tentang pencegahan penularan penyakit tuberculosis. Bentuk pelayanan kesehatan kepada penderita tuberculosis saat ini menitik beratkan pada pengobatan. Edukasi sebenarnya juga di berikan tetapi masih kurang maksimal karena keterbatasan waktu yang miliki petugas kesehatan jangkauan yang terlalu luas. Oleh sebab itu penggunaan tehnologi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada penderita tuberculosis dirumah. Tehnik yang digunakan adalah telehomecare, dimana petugas akan memberikan edukasi dan followup kepada penderita tuberculosis melalui telepone seluler. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi adanya Pengaruh aplikasi telehomecare terhadap pengetahuan penderita tu- berculosis paru tentang penularan penyakit Tuberculosis. Metode: Desain penelitian ini adalah one group pretest posttest design, dilakukan18 April sampai dengan 30 Juni 2012 dengan sampel 14 penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kanigoro Kabupaten Blitar yang diambil dari seluruh populasi. Data yng diperoleh akan dianalisis dengan Wilcoxon Signed Rank test. Hasil penelitian ini ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan edukasi melalui telehomecare dengan nilai p=0,02. Pembahasan: Program telehomecare dapat diaplikasikan di Puskesmas, klinik maupun rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan Kata Kunci: tuberculosis, telehomecare hp Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, No. 3, Desember 2017 DOI: 10.26699/jnk.v4i3.ART.p206-210 IT Typewritten text © 2017 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 207Wulandari, Pengaruh Aplikasi Telehomecare Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sering bermanisfestasi di paru. Penyakit tuberculosis menular melalui “droplet infection” atau udara. Saat ini tuberculosis merupakan penyakit paru yang menjadi prioritas untuk ditangani. Penang- gulangan TB yang selama ini diakukan oleh peme- rintah antara lain promosi kesehatan baik kepada individu, keluarga ataupun kelompok, imunisasi BCG, penggalangan kerjasama dan kemitraan dengan program terkait. Pemberantasan penyakit tuber- culosis (TB) secara nasional di Indonesia telah ber- langsung sejak tahun 1969 namun hasilnya belum memuaskan (Depkes RI, 2009) Penyakit TB merupakan ancaman bagi pem- bangunan Nasional, karena sekitar 75% penderita TB merupakan kelompok usia produktif secara ekonomi (15–50 tahun). Diperkirakan seseorang penderita TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya antara 3 sampai dengan 4 bulan. Berdasarkan data dari Puskesmas Kanigoro temuan kasus (Case Detection Rate) tahun 2010 adalah 12% dan 2011 mengalami peningkatan 23% dari jumlah penduduk 72,551. Sedangkan CNR (Case Notification Rate) di Puskesmas Kanigoro di tahun 2011 adalah 30,32 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan penyakit TB antara lain faktor medis, sosial ekonomi, budaya, sikap dan perilaku masya- rakat. Sosial ekonomi rendah mengarah pada peru- mahan yang telampau padat, sehingga ventilasinya buruk dan meningkatkan terjadinya penularan penyakit TB terutama pada anggota keluarganya. Sikap dan perilaku dalam pencegahan penularan yang dimiliki oleh penderita maupun keluarganya sangat mempengaruhi penyebaran penyakit TB (Crofton, 2002) Menurut Notoadmodjo (2010) perilaku kese- hatan adalah suatu respon seseorang terhadap sti- mulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta ling- kungan. Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010) membagi perilaku menjadi 3 domain antara lain; pengetahuan, sikap dan perilaku itu sendiri. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi sete- lah melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2010) sikap mem- punyai komponen pokok antara lain; kepercayaan dan konsep terhadap suatu objek tertentu, kehidupan emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak. Sehingga dapat disimpulkan setelah seseorang tahu tentang suatu objek tertentu maka akan membentuk kepercayaan terhadap objek yang di ketahui dan meningkatkan keterkaitan emosional dari subjek tersebut, sehingga akan mempengaruhi terbentuknya sikap yang utuh (total attitude). Beberapa cara untuk meningkatkan pengeta- huan seseorang yang salah satunya dengan pendidik- an kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas kesehatan pemegang program TB di Puskesmas Kanigoro, selama ini telah dilakukan pendidikan kesehatan dan konseling kepada penderita dan keluarganya secara individu dan kelompok, namun tetap belum maksimal. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan penyakit yang dilakukan pada tanggal 30–31 Oktober 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kanigoro dari 7 orang penderita, 5 orang mempunyai pengetahuan kurang dan 2 baik. Petugas kesehatan pemegang TB sebe- narnya sangat menginginkan melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan kunjungan rumah. Jarak rumah penderita satu dengan yang lain sangat jauh ( ± 10 km) dapat memakan waktu yang lama untuk melakukannya sehingga harus mengorbankan pekerjaan yang ada di dalam Puskesmas. Salah satu cara meningkatkan asuhan keperawatan dan jang- kauan pelayanan kesehatan adalah dengan menggu- nakan tehnologi keperawatan yaitu telenursing atau Telehealth nursing (Greenberg, 2000). Telenursing didefinisikan sebagai suatu proses manajemen dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan melalui tehnologi informasi dan telekomunikasi (Canadian Nurse Assosiation, 2005). Tehnologi yang digunakan dalam aplikasi telenursing antara lain; telepon, personal digital assistans, mesin faximail, internet, video, audio conference, teleradiologi, sistem informasi computer bahkan melalui telerobotic (Scotia, 2008). Telenursing sendiri terdiri dari dua bagian yaitu telephone nursing dan telehomecare (Greenberg, 2000). Telephone nursing digunakan pada proses kepera- watan untuk memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan telepon, yang paling sering dilakukan adalah telephone nursing dalam melaku- kan triage atau yang disebut telephone triage, bentuk kegiatan yang dilakukan adalah memberi saran, informasi, arahan, manajemen gejala, meng- atasi masalah dan manajemen penyakit. Sedangan telehomecare dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip perawatan pasien dirumah. Bentuk yang dilakukan dalam telehomecare antara lain pengkajian dan 208 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 3, Desember 2017, hlm. 206–210 Berdasarkan Tabel 1 didapatkan bahwa 64% responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan usia 57% responden berusia 55–64 tahun, 64% res- ponden berpendidikan terakhir SLTA dan 64% res- ponden sebelum sakit bekerja dan setelah sakit ini sudah tidak dapat bekerja. intervensi, edukasi, supportif care, discharge followup dan manajemen sebuah penyakit. Aplikasi telehomecare ini lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya. Untuk meningkatkan pengetahuan penderita TB tentang pencegahan penularan penyakitnya, penggu- naan telehomecare ini sangat efektif. Dengan apli- kasi system ini maka petugas kesehatan pemeggang program TB tidak perlu kehilangan banyak waktu dan tenaga untuk memberikan edukasi kepada penderita.Tehnologi yang dapat digunakan dalam aplikasi telehomecare di wilayah kerja Puskesmas Kanigoro adalah telephone seluler yang hampir seluruh orang memilikinya. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengaplikasikan telehomecare dalam memberikan edukasi tentang pencegahan penularan penyakit sehingga dapat memutus mata rantai penularan penyakit TB di wilayah kerja Pus- kesmas Kanigoro. BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini adalah one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita tuberculosis paru di wilayah kerja Puskes- mas Kanigoro Kabupaten Blitar yang berjumlah 14 dan peneliti mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Variabel dependent adalah telehomecare dan variable dependentnya adalah pengetahuan penderita tuberculosis paru tentang pencegahan penularan penyakit. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada 18 April sampai dengan 30 Juni 2012 . Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi rumah responden untuk meminta persetujuan kemudian dilanjutkan dengan pretes, dilanjutkan kunjungan rumah yang ke dua untuk memberikan edukasi yang kemudian ditindaklanjuti dengan menggunakan telephone selluler untuk followup edukasi yang telah diberikan pada hari ke 3, 8 dan 15 kemudian peneliti meng- adakan kunjungan rumah yang ke tiga untuk mela- kukan posttes. Hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank test, hipotesa penelitian akan diterima bila nilai P<0,05. HASIL PENELITIAN Karakteristik penderita penderita tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Kanigoro Kabupaten Blitar yang berjumlah 14 seperti didalam table di bawah ini Karakteristik responden f % Jenis Kelamin Laki-laki 9 64 Perempuan 5 36 Total 14 100 Usia 25-34 tahun 3 22 35-44 tahun 1 7 45-54 tahun 2 14 55-64 tahun 8 57 Total 14 100 Pendidikan terakhir SD 2 14 SLTP 3 22 SLTA 9 64 Total 14 100 Pekerjaan Masih bekerja 5 36 Tidak Bekerja 9 64 Total 14 100 Tabel 1 Penderita penderita tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Kanigoro Kabupaten Blitar Tabel 2 Distribusi perbedaan pengetahuan tentang penularan penyakit tubercullosis Responden di Wilayah kerja Puskesmas Kanigoro sebelum dan setelah di berikan Telehomecare No Responden Pre Tes Post Tes f % f % 1 3 30 9 90 2 6 60 9 90 3 6 60 7 70 4 3 30 5 50 5 3 30 5 50 6 4 40 8 80 7 5 50 6 60 8 1 10 3 30 9 7 70 8 80 10 4 40 6 60 11 8 80 10 100 12 8 80 8 80 13 7 70 7 70 14 4 40 7 70 Wilcoxone Signed Rank Test p=0,02 209Wulandari, Pengaruh Aplikasi Telehomecare Berda sarkan Tabel 2 diata s menunjukan adanya peningkatan pengetahuan pada 86% atau 12 responden. Hasil analisa data penilaian tingkat pengetahuan pre test dan post test dengan menggu- nakan Wilcoxon Signed Rank test dengan interval kepercayaan 95% didapatkan nilai p=0,02 maka hipotesa penelitian diterima yaitu ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan edukasi melalui telehomecare. PEMBAHASAN Pengetahuan penderita tuberculosis paru ten- tang penularan penyakit Tuberculosis sebelum diberikan edukasi melalui telehomecare Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2010). Menurut kriteria untuk menilai tingkatan pengetahuan menggunakan nilai; (1) tingkat pengetahuan baik bila score atau nilai 76-100%, (2) tingkat pengetahuan cukup bila score atau nilai 56-75% dan (3) tingkat pengetahuan kurang bila score atau nilai d”56%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai dari responden adalah 50%. Berdasarkan kri- teria penilaian tingkat pengetahuan score 50% tergolong tingkat pengetahuan kurang. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Fak- tor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, minat, pengalaman dan usia, sedangkan faktor eksternal antara lain ekonomi, informasi dan kebudayaan (Notoadmojo, 2010). Pendidikan sebagai suatu usaha untuk menjadi kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pada dasar- nya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin luas wawasannya dan lebih mudah mene- rima informasi dan pembaharuan. Sebagian besar responden 64% berpendidikan terakhir SLTA sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang 57% dapat dimungkinkan walaupun pendidikan ter- akhirnya SLTA, tetapi masih ada yang mempunyai pengetahuan kurang. Ini membuktikan bahwa pengetahuan tidak hanya di dapat dari pendidikan formal saja tetapi juga pendidikan nonformal misal- kan pelatihan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penge- tahuan seseorang antara lain adalah usia. Usia terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Notoadmodjo, 2010). Berdasar- kan hasil penelitian ini didapatkan 57% responden berusia 55–64 tahun. Semakin tua seseorang maka semakin banyak pengalamannya sehingga mem- punyai banyak wawasan dan semakin kondusif dalam menyelesaikan masalah. Dapat disimpulkan bahwa usia responden dalam penelitian ini tidak mendukung rata-rata pengetahuan responden yang masih kurang (57%). Hal ini mungkin di pengaruhi oleh kurangnya informasi tentang penularan penya- kit tuberculosis paru yang didapatkan oleh respon- den selama ini. Karena selama ini pendidikan kese- hatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan hanya sebatas informasi tanpa media dan dilakukan pada saat pasien mengambil obat di Puskesmas. Tetapi ada juga yang obatnya diambilkan oleh keluarga sehingga petugas tidak mempunyai kesempatan bertatap muka langsung dengan klien. Kondisi seperti inilah yang mengakibatkan kurang efektifnya pendidikan kesehatan dan konseling yang dilakukan petugas untuk memutus mata rantai penularan TB melalui pendidikan kesehatan pencegahan penularan penyakit TB. Pengetahuan penderita tuberculosis paru ten- tang penularan penyakit Tuberculosis setelah diberikan edukasi melalui telehomecare Hasil penelitian ini pada Tabel 2 didapatkan adanya peningkatan pengetahuan setelah dilakukan telehomecare. Nilai rata-rata pretes adalah 5 yang artinya rata-rata responden dapat menjawab per- tanyaan 50% dari 10 item pertanyaan, sedangkan nilai rata-rata postes adalah 7 yang artinya rata- rata responden dapat menjawab pertanyaan 70% dari 10 item pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan telehomecare responden me- miliki pengetahuan kurang dan setelah di berikan telehomecare pengetahuannya meningkat menjadi cukup. Pengetahuan yang meningkat dalam penelitian ini secara teori dapat dikaitkan dengan pendidikan. Notoadmodjo (2010) berpendapat bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima atau menyesuaikan diri dengan hal baru, karena pendidikan mempengaruhi proses belajar. Responden dalam penelitian ini 64% mem- punyai pendidikan terakhir SLTA sehingga dengan pemberian edukasi melalui telehomecare dapat lebih mudah menerima informasi. Sedangkan hubungan- nya dengan usia semakin tua seseorang pengala- mannya akan semakin banyak, selain itu usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir sese- 210 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 4, Nomor 3, Desember 2017, hlm. 206–210 orang. Sehingga semakin bertambahnya usia akan semakin meningkat pula daya tangkap dan pola pikirnya dan pengetahuan yang diperolehnya akan semakin membaik. Berdasarkan penelitian ini 57% responden berusia 55–64 tahun sehingga lebih mudah menangkap informasi yang diberikan melalui telehomecare. Pengaruh telehomecare terhadap pengetahuan penderita tuberculosis paru tentang penularan penyakit Tuberculosis Hasil analisis dari hasil penelitian dengan menggunakan Wilcoxone Signed Test didapatkan nilai p=0,002, sehingga hipotesa penelitian diterima yang artinya ada pengaruh telehomecare terhadap pengetahuan penderita tuberculosis paru tentang penularan penyakit Tuberculosis. Peningkatan pengetahuan setelah diberikan telehomecare sesuai dengan pernyataan Durrani dan Khoja (2009) yang mengatakan bahwa telenursing di Asia dapat me- ningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memberi akses yang luas terhadap konsultasi dan meningkatkan pengetahuan klien. Salah satu pela- yanan telenursing adalah telehomecare yang mempunyai bentuk pelayanan antara lain pengkajian dan intervensi, edukasi, supportif care, dischanger followup da n mana jemen terha da p penya kit (Greenberg, 2000).Dalam penelitian ini peneliti melakukan edukasi tentang penyakit tuberculosis yang meliputi definisi, penyebab, tanda gejala dan cara penularan penyakit yang dilakukan di rumah responden dengan media booklet dan kemudian di tindak lanjuti (followup) dengan menggunakan telephone selluler pada hari ke 3, 8 dan 15. Bentuk followup yang dilakukan pada responden antara lain mengevaluasi kembali materi yang telah di sampaikan peneliti, mulai dari definisi, penyebab, tanda gejala dan cara penularan penyakit. Aplikasi telehomecare ini sangat efektif, karena selama ini pemberian asuhan keperawatan pada penderita TB hanya terbatas dilakukan di Puskes- mas saja. Ada 4 responden yang bertempat tinggal > dari 8 Km dari Puskesmas sehingga sulit untuk dilakukan homecare, tetapi dengan telehomecare perawat dapat memberikan pelayananan kapan saja dan penderita TB dan keluarganya bebas menghu- bungi perawat kapan saja untuk mendiskusikan penyakitnya. Dalam pelaksanaan telehomecare responden dan keluarganya sangat antusias. Selama ini responden yang lebih aktif menghubungi sebelum hari yang telah ditentukan peneliti melakukan followup. Artinya dengan telehomecare respon- den tampak lebih memperhatikan dan berpartisipasi aktif dari pada pemberian edukasi melalui konseling yang terbatas di Puskesmas saja. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata pengetahuan dari 50% atau kurang baik menjadi 70% atau cukup baik. Salah satu faktor pendukung pelaksanaan antara lain jenis telephonen selluler yang digunakan oleh responden. Jenis telephone selluler yang digu- nakan dapat mempengaruhi daya tangkap sinyal. Selain itu beberapa hal yang dapat mempengaruhi atau menghambat pesan yang disampaikan pada komunikasi jarak jauh menurut Anwar (2007) antara lain gangguan karena kebisingan, distorsi atau misinterprestasi yang bersifat psikologis sehingga dapat mengubah makna atau pesan yang disam- paikan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Ada pengaruh telehomecare terhadap penge- tahuan penderita tuberculosis paru tentang penu- laran penyakit tuberculosis. SARAN Program telehomecare dapat diaplikasikan di Puskesmas, klinik maupun rumah sakit untuk me- ningkatkan pelayanan asuhan keperawatan DAFTARRUJUKAN Anwar. 2010. Komunikasi Keperawatan.Jakarta. Rineka Cipta. Canadian Nurse Assosiation. 2005. Nurse one, the Ca- nadian Nurses Portal Ottawa. Diperoleh melalui www.cna-alic.ca tanggal 23 Desember 2011. Crofton J Horne, N. 2002.Tuberculosis Klinis. Jakarta. Widya Medika. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedo- man Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta. Depkes RI Durrani & Khoja. 2009. A Systematic Review of the use of Te le he al th i n A si a Countrie s. Journ al of telemedicine and Telecare 2009, Diakses melalui www.Proquest.com. Tanggal 6 Juli 2012. Greenberg,E. 2000. The Domain of Telenursing; issue and Prospects. Diakses melalui www.Proquest. com. Tanggal 6 Juli 2012. Notoatmodjo. 2010. Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta; Rineka Cipta. Scotia. 2008. Telenursing Prsctice Guideline. Diakses melalui www.Proquest.com. Tanggal 6 Juli 2012