20 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 20–28 20 PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) PADA PENDERITA HIPERTENSI (Utilization Of Integrated Posted Cooperation (Posbindu) of Non-Communicable Disease of Patients with Hypertension) Dina Zakiyyatul Fuadah, Naning Furi Rahayu Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri email: dinazakiyya@gmail.com Abstract: Non-communicable disease is one of the undetected diseases because it does not have indica- tion and lamentation. It is usually found in intermediate phase so it is difficult to cure and end by physical defect or early die. To decrease these numbers the goverment already has a program named POSBINDU PTM. The research goal was to analysis the correlation of knowledge of hypertension (abnormally high blood pressure) sufferer by using of integrated establishment (POSBINDU) Non- communicable disease (PTM) in public health center Banaran. The research design used correlation by cross-sectional approach. The population was hypertension (abnormally high blood pressure) sufferer in POSBINDU PTM Program in public health center Banaran - 30 hypertensions (abnormally high blood pressure). The sampling technique used Total Sampling. The data analysis of this research used Rho Spearman Statistic by the level of mistake =0,05 or significant level is 95%. The result showed the significant score (p value) 0,004 < 0,005, so H1 was accepted. The research showedthat it had strong correlations of knowledge of hypertension (abnormally high blood pressure) sufferer about POSBINDU PTM. The research showed that the level of hypertension (abnormally high blood pressure) sufferer POSBINDU PTM was in fair category. It is hoped that respondents always use POSBINDU PTM service in their area to increase health standard while for health staff assistant, they are hoped to promote more about POSBINDU PTM to the society as specially to uninfected disease sufferer. Keywords: Knowledge, Hypertension, The Usage of POSBINDU PTM Service Abstrak: Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Untuk mencegah angka tersebut maka pemerintah mencanangkan program POSBINDU PTM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian studi korelasi, dengan metode pendekatan cross sectional. Populasinya adalah penderita hipertensi yang masuk sebagai anggota pro- gram POSBINDU PTM di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman sebanyak 30 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penge- tahuan penderita hipertensi tentang POSBINDU PTM dalam kategori cukup. Pemanfaatan POSBINDU PTM oleh responden memiliki kategori cukup. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Rho Spearman dengan tingkat kesalahan = 0,05didapatkan nilai signifikan (P Value) 0,004 < 0,05, sehingga terdapat hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan pemanfaatan POSBINDU PTM. Peningkatan derajat kesehatan dapat diupayakan melalui peningkatan pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM di setiap wilayah binaan puskesmas, selain itu peran serta tenaga kesehatan serta kader sangat diperlukan Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 1, April 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i1.ART.p020–028 IT Typewritten text © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 21Fuadah, Rahayu, Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)... PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena tidak ber geja la da n tida k a da keluha n. Bia sa nya ditemukan dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi penderita, keluarga dan negara.PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM (Kemenkes RI, 2009). Insiden dan prevalensi PTMdiperkirakanterjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21. Ini merupakan tantangan utama masalah kesehatan di masa yang akan datang.Pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensiWorld Health Organization (WHO). Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal, dengan nilai sistolik >140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg (kriteria Join National Committee) (JNC VII, 2007). Menurut WHO (WorldHealthOrganization ) da n ISH (The International Society of Hypertension) tahun 2012, terdapat 800 jutapenderita hipertensi di seluruh dunia, dan 4 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita hipertensi tidak mendapatkanpengobatan yang memenuhi. Berda sar ka n hasil RISKESDAS ta hun 2013 prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5% dan cakupan diagnosa hipertensi oleh tenaga kesehatan mencapai 36,8% atau dengan kata lain sebagian besar hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosa 63,2%. Hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga ta hun 2010), menyebutka n ba hwa penya kit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebabnya sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi dengan persentase jumlah penderita sebanyak 27,5%. Penelitian epidemiologi oleh (Darmojo, 2009) membuktikan bahwa hiperten- si berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler. Sehingga diper- lukan pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang dikenal dengan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM. Pelaksanaan POSBINDU PTM memerlukan pedoman sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan maupun pengelola program di berbagai tingkatan administrasi untuk memfasilitasi terselenggaranya POSBINDU PTM di masyarakat (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan data pola 10 besar penyakit ter- banyak di Indonesia tahun2010, jumlah kasus hiper- tensi sebanyak 8.423 pada laki-laki dan 11.45 pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan angka kematian tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data penyakit terbanyak di seluruh rumah sakit Provinsi Jawa Timur 2010 terjadi 4,89% kasus hipertensi esensial dan 1,08% kasus hipertensi sekunder. Menurut STP (Surveilans Terpadu Pe- nyakit) Puskesmas di Jawa Timur total penderita hipertensi di Jawa Timur tahun 2011 sebanyak 285.724 pasien. Jumlah tersebut terhitung mulai bulan Januari hingga bulan September 2011. Jumlah penderita tertinggi pada bulan Mei 2011 sebanyak 46.626 pasien (Dinkes Jatim, 2011). Dari data POSBINDU PTM desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman terhitung bulan Juni 2016 sam- pai Januari 2017terdapat 240 orang menderita PTM, dan penderita hipertensi sebanyak 86 (35,5%) penderita, dan sisanya 154 menderita penyakit tidak menular lainnya. Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM adalah peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring terhadap faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Pelaksanaan tindak lanjutnya dalam bentuk konseling dan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Upaya pe- ngembangan program POSBINDU PTM sedang gencar dilakukan, dan harapan ke depan POSBIN- DU PTM dapat dijadikan “kendaraan program” pengendalian penyakit tidak menular di masyarakat. Agar upaya ini dapat berjalan dengan baik, benar, untuk lebih mensosialisasikan tentang POSBINDU PTM ke masyarakat khususnya penderita penyakit tidak menular. Kata kunci: Pengetahuan, Hipertensi, Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM). 22 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 20–28 dan tepat sasaran perlu disusun satu pedoman untuk melaksanakannya sehingga implementasi dari POS- BINDU PTM mempunyai daya ungkit dalam pe- ngendalian faktor risiko PTM, (Panduan POSBIN- DU PTM, Kemenkes 2012). Bagi penderita yang sudah mengikuti POSBIN- DU PTMsudahdi berikan pengobatan rutin. Dari POSBINDU PTM di Puskesmas Kauman sudah berjalan meskipun belum dilakukan secara menye- luruh di kecamatan Kauman, sedangkan dari penge- tahuan perawat tentang POSBINDU PTM sudah sangat memadai, begitu juga dengan kader POS- BINDU, dikarenakan kader mendapat pembinaan dari Puskesmas Kauman. Namun masyarakat di desa Banaranmaupun masyarakat di desa-desa lainnya di kecamatan Kauman, belum begitu memanfatkan dilihat dari kehadiran penderita yang hanya 60 orang ke Program POSBINDU PTM tersebut, 32 diantaranya yaitu menderita hipertensi dan 28 orang menderita PTM lainnya. Ini dikarena- kan kurang meratanya program POSBINDU PTM, sedangkan dari penderita hipertensi sendiri, pengeta- huan tentang penyakitnya belum begitu memahami dengan jelas seperti mereka tetap mengkonsumsi makanan-makanan yang tidak diperbolehkan, ku- rang aktivitas fisik, dan masih menganggap penyakit hipertensi tidak berbahaya. Hal ini terjadi karena penderita tidak aktif mengikuti Program POSBIN- DU PTM. Faktor penyebab penderita tidak hadir dianta- ranya faktor pekerjaan, pendidikan penderita hiper- tensi juga masih rendah menjadikan penderita tidak begitu memahami tentang POSBINDU PTM, be- gitu pula informasi dari pihak Puskesmas Kauman sendiri belum memberikan informasi tentang POS- BINDU PTM yang lebih luas. Sedangkan kegiatan POSBINDUPTM di desa Banaran di lakukan pada malam hari yaitu pukul 19.00 sehingga lebih banyak- nya orang yang beristirahat pada waktu tersebut. Berdasarkan survei awal di Puskesmas Kauman didapatkan data kegiatan POSBINDU PTM yang belum berjalan diantaranya ialah: kegiatan pemerik- saan fungsi paru, pemeriksaan IVA, dan pemeriksa- an kadar alkohol. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa penting- nya pemahaman tentang penyakit dan penanganan penyakit dari dini itu sangat penting. Maka sangat perlu diadakannya penyuluhan kesehatan dan pen- dampingan masyarakat tentang penyakit-penyaki tidak menular di setiap layanan kesehatan dan di masyarakat secara luas. Sebaiknya penderita mema- hami tentang pentingnya kegiatanyang dapat me- nunjang kesehatan, seperti pada desa Banaran ada- nya program pemerintah POSBINDU PTM. Na- mun yang terjadi sebaliknya tidak semua penderita hipertensi di Kecamatan Kauman hadir dan ikut serta dalam program tersebut. Sementara peran POSBINDU PTM sebagai pengawas dan peman- tau kesehatan di masyarakat sangat di butuhkan. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi korelasi (hubungan/asosiasi), dimana peneliti ingin menghubungkan antara pengetahuan penderita hipertensi dengan pemanfaatan POSBINDU PTM. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja yaitu pada tanggal 27 bulan Maret 2017 dan pengukuran dilakukan terhadap variabel independen tentang pengetahuan penderita hipertensi dan va- riabel independen yaitu pemanfaaatan POSBINDU PTM (Notoatmodjo, 2010). Peneliti melakukan studi pendahuluan di desa Banaranwilayah kerja Puskesmas Kauman, Kabu- paten Tulungagung dengan mencari data penderita hipertensi dan mengikuti kegiatan POSBINDU PTM selanjutnya peneliti mengumpulkan data beserta alamat responden penderita hipertensi di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman. Peneliti melakukan penelitian di POSBINDU PTM desa Banaran. Memberikan lembar informed consentdan menjelaskan tentang prosedur pene- litian. Memberikan surat permohonan menjadi responden. Memberikan surat menjadi responden dan responden menandatangani dengan didampingi saksi seluruh pesera POSBINDU PTM. Peneliti mencatat absen kehadiran dari responden yang mengikuti POSBINDU PTM. Meminta responden mengisi kuosiner yang sudah disediakan. Respon- den mengisi cek list dengan cara apa saja kegiatan yang sudah dila ksa na kan oleh r esponden di POSBINDU PTM. HASIL PENELITIAN Gambaran Tempat Penelitian Desa Banaran berada di Kecamatan Kauman KabupatenTulungagung. Desain ini merupakan salah satu wilayah kerja puskesmas Kauman. Pus- kesmas Kauman memiliki POSBINDU PTM diwi- layah Desa Banaran pada tiap bulannya POSBIN- DU PTM dilakukan 2 kali dalam satu bulan. 23Fuadah, Rahayu, Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)... POSBINDU PTM ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan arisan ibu-ibu sehingga dapat dilak- sanakan pada pukul 19.00 wib. Kegiatan dilaksana- kan di balai desa dan selalu dihadiri oleh ibu kepala desa. Ibu-ibu dari desa Banaran mendapatkan infor- masi tentang POSBINDU PTM dari Puskesmas Kauman, kader-kader POSBINDU PTM itu sen- diri, dan dari bidan desa pada POLINDES. POS- BINDU PTM di desa Banaran ini mempunyai 5 kader untuk membantu proses terlaksananya POS- BINDU PTM tersebut. Di desa Banaran ini ada 4 RW dan 16 RT dimana tiap 4 RT masuk dalam 1RW. HASIL PENELITIAN Data Umum Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Usia f % 40-49 tahun 22 73,3 50-59 tahun 7 23,3 >60 tahun 1 0,3 Total 30 100 Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman, Kab. Tulungagung 2017 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman, Kab. Tulungagung 2017 Pendidikan f % SD 2 0,6 SMP 7 23,3 SMK/ SMA 10 33,3 PT 11 36,6 Total 30 100 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Tabel 3 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan di Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman, Kab. Tulungagung 2017 Pekerjaan f % Guru 11 36,6 Wiraswasta 8 26,6 Karyawan 4 13,3 Ibu Rumah Tangga 7 23,3 Total 30 100 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber informasi Sumber Informasi f % Kader 17 56,6 Puskesmas 5 16,6 Bidan Desa 8 26,6 Total 30 100 Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan sumber i nfor masi di Pos Pe mbi naan Te r padu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman, Kab. Tulungagung 2017 Data Khusus Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan penderita Hipertensi No Kriteria f % 1 Baik 4 13,3 2 Cukup 21 70,0 3 Kurang 5 16,7 Total 30 100 Tabel 5 Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan penderita hipertensi tentang pemanfaatan pelayanan POSBINDU Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman Kab. Tulungagung 24 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 20–28 Analisis hubungan pengetahuan penderita hipertensi dengan pemanfaatan pelayanan POSBINDU (PTM) Berdasarkan pada perhitungan analisa statistik Spearman Rank Corelation didapatkan Sig (p)= 0,004 = 0,05, sig(p) < maka H1 diterima, ini menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variable dengan nilai r = 0,513 maka hubungan atara kedua variabel adalah positif ini berarti makin tinggi pengetahuan, maka makin tinggi pula pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM, dengan kekuatan hubungan sedang. PEMBAHASAN Pengetahuan penderita hipertensi tentang pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBIN- DU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada pen- derita hipertensi, yaitu pengetahuan tentang peman- faatan pelayanan POSBINDU PTM pada respon- den berusia mulai dari 40 - >60 tahun. Dengan kate- gori baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dengan nilai tertinggi yaitu 95 dengan kategori baik,di dapatkan oleh usia 42 tahun dan paling rendahnilai 40 dengan kategori kurang oleh responden berusia 56 tahun. Sebagian besar responden (70%) atau 21 responden dikategorikan cukup. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dikutip oleh (Hendra, 2008), yaitu umur, pendidikan dan informasi. Umur Menurut Singgih (2007), beliau mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses– proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun. Menurut peneliti, penge- tahuan seseorang akan dipengaruhi oleh usia. Bahwa semakin dewasa umur seseorang maka akan sema- kin mudah untuk menerima pengetahuan. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Dari pene- litian didapatkan bahwa responden berusia 40-49 tahun memiliki pengetahuan yang lebih baik. Hal ini sependapat dengan Abu Ahmadi (2009) bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh usia. Bertambahnya usia seseorang dapat berpe- ngaruh pada pertambahan pengetahuan yang diper- olehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Menurut Maryam (2011) yang menyatakan bahwa pada lansia mengalami kemunduran kemampuan kognitif antara lain berupa berkurangnya ingatan (suka lupa). Tingkat Pendidikan Responden dengan pendidikan perguruan tinggi memiliki nilai pengetahuan baik dalam mengisi kiesioner, untuk pendidikan SMA, responden dapat mengisi kuesioner dengan kategori baik dan cukup. Sedangkan pendidikan SMP, responden dapat me- ngisi kuesioner dengan kategori cukup dan kurang, sedangkan pendidikan SD, responden memiliki nilai kurang. Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan ada- lah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat ber- diri sendiri. Menurut Wied hary A, 2006, menyebut- kan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan me- mahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya. Pendidikan res- ponden mempengaruhi hasil nilai dari pengetahuan Distribusi frekuensi berdasarkan pemanfaatan pelayanan POSBINDU Penyakit Tidak Menular (PTM) Tabel 6 Distribusi frekuensi berdasarkan pemanfaatan pelayanan POSBINDU PenyakitTidak Menu- lar (PTM) bagi penderita hipertensi di desa Banaran wilayah kerja Puskesmas Kauman Kab. Tulungagung 2017 No Kriteria f % 1 Baik 7 23,3 2 Cukup 19 63,3 3 Kurang 4 13,3 Total 30 100 25Fuadah, Rahayu, Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)... responden. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan sema- kin luas pula pengetahuannya tetapi selain dari pendidikan formal, pengetahuan tersebut juga dapat diperoleh dari pendidikan informal. Pernyataan ini sesuai dengan Wawan. A dan Dewi. M (2010), pen- didikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlu- kan untuk mendapatkan pengetahuan, misalnya hal- hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kalitas hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang akan makin mudah seseorang menerima pengetahuan. Sumber Informasi Sumber informasi responden penderita hiper- tensi dengan nilai tertinggi didapatkan dari kader POSBINDU PTM sebanyak 56%. Informasi dari bidan desa sebanyak 37% dan pegawai puskesmas juga ikut terlibat dalam pemberian informasi se- banyak 17% pada responden. Informasi menurut Wied Hary A (2007), infor- masi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, atau orang-orang disekililingnya. Maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.Informasi sangat berperan penting untuk seseorang mengetahui pengetahuan tertentu. sema- kin banyak seseorang memperoleh informasi maka semakin baik pula pengetahuan seseorang. Infor- masi itu sendiri sebagai pemberitahuan seorang ada- nya informasi baru mengenai suatu halyang dianggap penting.Sesuai dengan Suryani (2007), informasi adalah salah organ pembentuk pengetahuan dan memegang per anan besar dalam memba ngun pengetahuan. Semakin banyak seseorang mem- peroleh informasi, maka semakin baik pula pengeta- huannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pengetahuannya. Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM). Pemanfaatan POSBINDU merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kelompok POSBINDU PTM Utama adalah hiper- tensi, hipotensi, diabetes melitus (DM), kanker, pe- nyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan (Rahajeng, 2012). Pengetahuan penderita hipertensi dalam me- manfaatkan pelayanan POSBINDU Penyakit Tidak Menular (PTM) sangatlah penting dalam meng- atasai dan mencegah kambuhnya penyakit hipertensi pada penderita hipertensi. Pelayanan POSBINDU PTM tidak melayani penyakit menular, untuk itu penderita hipertensi tidak perlu khawatir tertular penyakit lain. Sehingga dapat memanfaatkan pelayanan POSBINDU PTM secara optimal. Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM bagi penderita hipertensi di desa Banaran wilayah kerja puskesmas Kauman yang berusia mulai dari 40- >60 tahun dengan jumlah 30 orang yang dijadikan sampel, semuanya memiliki nilai pemanfaatan dengan kategori baik, cukup kurang. Nilai tertinggi kategori baik yaitu dengan nilai 92,3 dan kategori kurang dengan nilai 38,4. Sebagian besar (63,7%) atau 19 responden dikategorikan cukup. Hasil penelitian didapatkan usia 40-49 tahun lebih banyak dalam pemanfaatan POSBINDU PTM. Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Noto- atmodjo (2007), perilaku pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di Negara sedang berkembang sangat bervariasi. Pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM pada penderita hipertensi sangatlah berguna dalam mengatasai dan mencegah kambuhnya penyakit hipertensi, oleh karena itu pada penderita hipertensi perlu ditingkatkan dalam memanfaatkan pelayanan POSBINDU Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam proses meningkatkan taraf kesehatan seseorang, hal ini diharapkan bahwa seseorang sadar akan pen- tingnya pemanfaatan pelayanan POSBINDU guna meningkatkan kesehatan. Sehinga pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM dapat di gunakan sebaik baiknya oleh masyarakat dalam mengatasi suatu penyakit terutama pada penderita hipertensi atau pada penderita penyakit tidak menular (PTM). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2010) adalah usia, pekerjaan. Faktor 26 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 20–28 usia, juga akan mempengaruhi dari pemanfaatan dimana seseorang berusia 40-50 tahun akan me- manfaat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan berusia lanjut/60 tahuun. Sebenarnya pada usia 40- 60 tahun seseorang akan memiliki ketahanan fisik yang semakin menurun sehingga lebih rentan ter- papar suatu penyakit. Tetapi perbedaannya pada usia 40-50 tahun responden lebih berfikir pentingnya pelayanan kesehatan. Supaya aktivitas mereka tidak terganggu dan tidak menghambat dalam mencari nafkah. Tetapi pada usia lanjut kebanyakan sese- orang akan melakukan pemeriksaan setelah sakit, dan kalau sudah sakit mereka akan memeriksakan dan memanfaatkan pada unit pelayanan kesehatan yang lebih besar. Sesuai dengan pendapat Wirick yang dikutip oleh Sopar (2009). Faktor usia meru- pakan dasar penggunaan kesehatan yang utama, umur tidak hanya berhubungan dengan tingkat pelayanan melainkan juga jenis pelayanan dan penerimaan pelayanan. Faktor pekerjaan, responden penderita hiper- tensi dengan nilai tertinggi didapatkan sebanyak 37% adalah guru/PNS, 27% responden bekerja sebagai wiraswasta, 23% sebagai karyawan swasta dan 13% sebagai ibu rumah tangga. Menurut Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2010) pekerjaan me- mang secara tidak langsung turut andil dalam seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kese- hatan. Tetapi pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial. Semakin seseorang dengan pekerjan tinggi atau PNS itu cenderung lebih memanfaat pelayanan kesehatan, dikarenakan banyaknya dorongan dari faktor eksternal, misalnya teman bekerja yang memberikan informasi. Berbeda dengan orang yang bekerja dirumah atau tidak bekerja (ibu rumah tangga), mereka lebih sedikit informasinya tentang sesuatu pela yana n kesehata n.Individu dalam masyarakat sebagaimana diukur melalui karakte- ristik seperti pekerjaan, bagaimana gaya hidup indi- vidu, yang akan menghubungkan dengan peman- faatan layanan kesehatan. Hubungan pengetahuan penderita hipertensi denganpemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM). Berdasarkan pada perhitungan analisa statistik spearman rank corelation didapatkan Sig(p)= 0,004 = 0,05, sig(p) < maka H0 ditolak,ini menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Nilai r = 0,513 maka hubungan atara kedua variabel adalah positif ini berarti makin tinggi pengetahuan, maka makin tinggi pula pemanfaatan pelayanan POSBIN- DU PTM, dengan kekuatan hubungan sedang. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masya- rakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia (Armilawaty, 2007). Dalam hal ini, pengetahuan seseorang tentang penyakit hipertensi perlu ditingkatan terutama pada penderita hipertensi sangat dibutuhkan untuk dapat mencegah terjadinya hipertensi dan dapat meman- faatkan pelayanan POSBINDU PTM dengan baiksaat hipertensi kambuh. Pemanfaatan pela- yanan POSBINDU PTM dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor usia, dan pekerjaan. Ber da sa r ka n da ta umum mengena i usia responden, menyatakan bahwa hampir seluruhnya berusia lebih dari 40 tahun yang menderita hipetensi. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan mening- katnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30- 50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun (Sharma, 2008). Menurut Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2010), karakteristik untuk menggam- barkan kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Sebagian besar responden menempuh pendidikan SMP,SMA hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh dalam pemberian dukungan keluarga, responden dengan pendidikan menengah keatas mempunyai tingkat dukungan yang lebih tinggi (Friedman 1998 dalam Silvitasari 2013). Pendidikan responden sangat berpengaruh be- sar terhadap cara berfikirnya, ilmu-ilmu yang res- ponden dapatkan dari jenjang pendidikannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama tentang bagaimana memperlakukan bila terjadi kekambuhan penyakit hipertensi, responden dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya lebih berfikir maju dan memahami bagaimana mem- berikan solusi untuk pengobatan hipertensinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yang menyatakan bahwa sebagian besar responden telah bekerja, pekerjaan responden meliputi guru/PNS, karyawan swasta, wiraswasta 27Fuadah, Rahayu, Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)... dan ibu rumah tangga. Responden dengan pendi- dikan tinggi akan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh, sehingga pengetahuan tentang pemanfaatan pelayanan POSBINDU PTM akan dilaksanakan sebaik baiknya. Hasil penelitiandi POSBIDU PTM desa Ba- naran kecamatan Kauman kabupaten Tulungagung, didapatkan pengeta hua n responden terhadap POSBINDU PTMsebanyak (70%) atau 21 orang dengan kategori cukup. Namun ada pula responden yang belum memahami pengetahuan pelaksanaan pelayanan POSBINDU PTM tepatnya pada per- tanyan koesioner tetang jenis pemerikasan pada meja per meja dikarenakan di POSBINDU PTM desa Banaran tidak di pasang nomor urutan meja pemeriksaan. Sedangkan pemahaman responden tentang peranan dan tanggungjawab kader dan petugas puskesmas masih sangat kurang dikarena- kan kurangnya sosialisasi dari kader dan petugas puskesmas. Pada usia 59 tahun cenderung kurang bisa mengerjakan kuisioner dengan benar dikarena- kan keterbatasan peneglihatan dan kemampuan untuk mengingat informasi Sedangkan pemanfaatan pelayanan POSBIN- DU PTM desa Banaran sebanyak (63,3%) atau 19 orang dengan kategori cukup.Walaupun penderita hiper tensi masih belum memanfatkan semua pelayanan. Seperti pada responden tidak melakukan wawancara/penggalian informasi pada kader, responden tidak melakukuran pengukuran indeks masa tubuh, tidak melakukan cek kolestrol dan responden tidak melakukan edukasi, itu semua dika- renakan responden beranggapan kenapa melakukan cek tersebut kalau tidak ada manfaat buat penyakit- nya. Untuk pemberian nomor urut tidak dilakukan dikarenakan di POSBINDU PTM tersebut tidak ada. Berdasarkan penelitian ini, menjelaskan bahwa adanya arah hubungan yang positif antara kedua variabel. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen yang baik akan dimulai dari pengetahuan yang baik pula. Pentingnya manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Pernyata- an tersebut semakin menegaskan bahwa usia, tingkat pendidikan dan informasi seseorang mem- pengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang POSBINDU PT M dan dala m mema nfa atkan pelayanan POSBINDU PTM, dipengaruhi oleh usia, dan pekerjaaan. Sehingga seseorang berpeluang besar dalam memanfaatkan pelayanan POSBINDU PTM dengan optimal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubung- an pengeta huan penderita hiper tensi dengan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBIN- DU) Penyakit Tidak Menular (PTM) di Desa Ba nar an Wilaya h Kerja Puskesma s Kauman Kabupaten Tulungagung tahun 2016 dengan meng- gunakan uji- Sparmen- Rank, maka dapat disim- pulkan bahwa:1) Sebagian besar penderita hipertensi di POSBINDU PTM desa Banar an memiliki pengetahuan tentang POSBINDU PTM dalam kategori cukup, 2) Sebagian besar penderita hiper- tensi di POSBINDU PTM desa Banaran memiliki pemanfaatan terhadap POSBINDU PTM dalam kategori cukup, 3) Terdapat hubungan antara penge- tahuan penderita hipertensi dengan pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit TidakMenular (PTM). Saran Bagi Puskesmas, diharapkan bagi instansi pelayanan kesehatan khusunya pihak puskesmas sebaiknya tetap melaksanakan POSBINDU PTM dan program penyuluhan pada masyarakat khusus- nya penderita hipertensi dan perawatannya secara rutin sehingga dapat meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi. Bagi Institusi, hasil penelitian ini dapat dikem- bangkan dengan member ika n infor masi da n menambah pengetahuan, pemahaman kepada maha- siswa keperawatan tentang pengetahuan seseorang akan mempengaruhi daripemanfaatan program kesehatanmisalnya POSBINDU PTM. Bagi Responden, pasien hipertensi dan ke- luarga, diharapkan mempunyai semangat tinggi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hipertensi dan perawatannya agar dapat melakukan pera- watan mandiri sehingga tekanan darah dapat diken- dalikan. Bagi Peneliti selanjutnya, bagi peneliti selanjut- nya dapat menjadikan penelitian ini sebagai data dasar untuk melakukan penelitian yang terkait, dan kelemahan dari penelitian ini tidak banyak dilakukan observasi, melainkan penilaian dilakukan berdasar- kan kejujuran dari responden untuk menjawab koesioner, untuk selanjutnya alangkah baiknya jika 28 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 1, April 2018, hlm. 20–28 penelitian ini dilakukan dengan observasi dengan jumlah responden yang lebih banyak. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Armilawati, Amalia, H. Amirudin R. 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemologi. FKM UNHAS. Available from: http://www.cermin Dunia Kedokteran.com (Accessed 15 March 2010). Apriadji. 2007.Pengetahuan Perilaku. Jakarta: PT Penebar Swadaya. Badan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.2012. Pedoman Pe nyelanggaraan Posbindu PTM. Jakarta: Pustaka Indonesia. Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tudak Menular. Rineka Cipta. Jakarta Depkes RI, 2009. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.-http:// www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/ 810-hipertensi-penebab-kematian-nomor-tiga.html Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Rahajeng, S. M. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Te rpadu Pe ny ak it Ti dak Me nular. Jakar ta : Kementerian Kesehatan RI. Hendra, AW. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan. Avaible: http://ajang-berkarya. Wordpress.com/2008/06/07/Konsep Pengetahuan/ 17/05/2011. JNC VII. 2007. The Sevent report of the Joint National Committee on prevention detection. Evaluation, and t re at me nt of hi gh bl ood pre ssure : Hypertension 42:1206-52, http//:hyper.ahajournals. org/content/42/6/1206. Maryam, R. Siti, dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehat- an. Jakarta: Rineka Cipta Rianto, A. Notoadmodjo. 2011. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehat- an. Jakarta : Rineka Cipta RISKE SDAS. Pr eva l ensi Hiper ten si. 2013. http:pkmsungaiyak.wordpress.com/2014/10/25/ hindari-hipertensi/ Sharma S, et al. Hypertension. Last Update August 8. 2008. http//:www.emedience.com Singgih, D.G. 2007. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia. Suryani. 2007. Psikolog Kognitif. Surabaya: Dakwah Digital Press. World Health Organization. 2011. Hypertension fact sheet. Department of Sustainable Development and Hea l t hy E nvi r on m ent s Sept em ber 2011. h t t p : - / / w w w. s e a r o . w h o . i n t / l i n k f i l e s / non_communicable_diseases_hipertension-fs.pdf.