JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Pengaruh Pemberian Extra Virgin Olive Oil terhadap jumlah Sel Granulosa dan Kadar 17 Estradiol Tikus yang di Papar Rhodamin B 1 Fera Yuli Setiyaningsih, 2 Pande Made Dwi Jayasa, 3 Hidayat Sujuti, 4 Diah Prabawati Retnani 1,2 Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang 3,4 Fakultas Kedokteran, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima, 24/10/2018 Disetujui, 28/12/2018 Di Publikasi, 28/12/2018 Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku, luka Diabetik, kekambuhan, sel granulosa, 17 es- tradiol, rhodamin B, stress oksidatif Penambahan pewarna tersebut akan berdampak pada kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengertahui pengaruh pemberian extra virgin olive oil terha- dap jumlah sel granulosa dan kadar 17 estradiol pada Rattus novergicus yang dipapar rhodamin B. Metode: Desain penelitian ini true experimental dengan pendekatan post test control group design. Subyek penelitian 30 ekor tikus putih Rattus novergicus umur 12 minggu berat rata-rata 220 gram dan kondisi sehat. Tikus dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol tanpa perlakuan, kontrol positif perlakuan dengan rhodamin B 18 mg/200gr. Perla-kuan 1 pemberian rhodamin B 18 mg/200gr dan EVOO 1,5 ml/KgBB, perlakuan 2 pemberian rhodamin B 18 mg/200gr dan EVOO 3 ml/KgBB, perlakuan 3 pemberian rhodamin B 18 mg/200gr dan EVOO 4,5 ml/KgBB. Jumlah sel granu-losa ditentukan dengan pewarnaan HE, kadar 17 estradiol dengan ELISA. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis, Rank Spearman dan Regresi Linier Sederhana dengan derajat kemaknaan < 0.05. Hasil: Rata-rata jumlah sel granulosa dan kadar 17 estradiol terendah terdapat pada kelompok kontrol positif dan rata-rata tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 3. Terdapat satu dosis yang bisa secara signifikan bisa meningkatkan sel granu- losa dan kadar 17 beta estradiol dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain dengan nilai < 0.05. Kesimpulan: pemberian EVOO mempengaruhi jumlah sel granulosa ovarium dan kadar 17 estradiol pada tikus yang dipapar rhodamin B.  Correspondence Address: DOI:10.26699/jnk.v5i3.ART.p241–248 241 Universitas Brawijaya Malang - East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: fera.yuli@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 This is an Open Access article under The CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) fera.yuli@gmail.com http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/277 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 242 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 241–248 Abstract The addition of the dye will have an impact on health. The aim of this research was to know the effectiveness of the administration of extra virgin olive oil to the number of granulosa cell and 17â estradiol level of Rats exposed by rhodamin B. The design of this study was true experimental with post test approach of group design control. The subject of the study was 30 white mice Rattus novergicus in the age of 12 weeks weight aver- age 220 grams and in healthy condition. Rats were divided into 5 groups. Control group without treatment, positive control treatment with rhodamine B 18 mg / 200gr. Treatment 1 administration of rhodamine B 18 mg / 200gr and EVOO (Extra Virgin Olive Oil) 1.5 ml / KgBB, treatment 2 rhodamine B 18 mg / 200gr and EVOO 3 ml / KgBB, treatment 3 rhodamine B 18 mg / 200gr and EVOO 4,5 ml / KgBB. The number of granulosa cells was deter- mined by HE staining, the level of 17 estradiol with ELISA. The data was analyzed by Kruskal Wallis test, Spearman Rank and Simple Linear Re- gression with degree of significance  <0.05. The average number of granu- losa cells and the lowest levels of 17 estradiol were found in the positive control group and the highest average was in the treatment group 3. There was one dose that could significantly increase granulosa cells and the beta estradiol levels compared with the treatment group the other with niali  <0.05. The administration of EVOO affected the number of granu- losa cells and the levels of 17 estradiol in rats exposed by rhodamine B. © 2018 Journal of Ners and Midwifery Article Information History Article: Received, 24/10/2018 Accepted, 28/12/2018 Published, 28/12/2018 Keywords: Granul osa Ce l l s, E stradiol , Rhodamin B, Oxidative Stress The Effectiveness of the Administration of Extra Virgin Olive Oil to the Number of Granulosa Cell and 17 â Estradiol Level of Rats Exposed by Rhodamin B 243Setiyaningsih, Jayasa, Sujuti, Retnani, Pengaruh Pemberian Extra Virgin... PENDAHULUAN Infertil merupakan suatu hasil biologik suami istri yang tidak menghasilkan kehamilan dan kela- hiran bayi (Rahmatullah, 2016). Frekuensi dan pe- nyebab infertilitas bervariasi, 40%–50% etiologi in- fertilitas yang sudah diteliti adalah karena penyebab dari perempuan (Duckitt, 2003). Infertilitas yang disebabkan oleh faktor pria 30%, infertilitas yang disebabkan oleh faktor dari pria dan wanita yaitu 20–30%, infertilitas yang tidak dapat dijelaskan 15% (De Cherney et al., 2003). Berdasarkan hasil pene- litian penyebab infertilitas berhubungan dengan pihak istri adalah tuba, penyebab yang tidak diketahui, masalah yang berhubungan dengan mentruasi, uterus, ovarium dan kelainan seksual (Roupa et al., 2008). Penyebab infertilitas yang paling sering dila- porkan adalah masalah ovarium (39,7%) (Kazemija- liseh et al., 2015). Gangguan ovulasi disebabkan oleh gangguan folikulogenesis, folikel tidak berkem- bang dan mengalami atresia. Atresia pada folikel disebabkan oleh adanya apoptosis (Karuputhula et al., 2012). Apoptosis folikel disebabkan rendahnya kadar estradiol yang mempengaruhi proses ovulasi (Djuwantono et al., 2008). Peroksida lipid menye- bakan terjadinya atresia pada folikel (Devine et al., 2012). Radikal bebas eksogen berasal dari lingkungan yang tercemar oleh beberapa zat kima misalnya asap kendaraan, limbah, asap rokok, radiasi sinar UV, ozon dan senyawa kimia beracun (Yuliarti, 2009). Pewarna makanan yang paling banyak digunakan dalam industri makanan adalah r hodamin B. Rhodamin B termasuk dalam pewarna sintesis yang mengandung senyawa kimia beracun berbahaya (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). Makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak Sekolah dasar di kota Batu adalah 18,5% dari 27 sampel mengandung rhodamin B (Kristianto et al., 2013). Dampak rhodamin B pada sistem reproduksi tikus melalui stress oksidatif yang berakibat pada menurunnya jumlah folikel, menurunnya kadar 17 â-estradiol (Maryanti, et.al, 2014). Sel granulosa sangat peka terhadap spesies oksigen reaktif (ROS). H2O2 termasuk dalam ROS yang mem- punyai peranan penting dalam apoptosis sel granu- losa (Devine et al, 2012). Antioksidan merupakan senyawa yang bisa menghambat proses oksidasi dalam tubuh (Handrawan, 2012). Zaitun termasuk dari lima makanan yang kaya akan kandungan polifenol yang memiliki manfaat untuk kesehatan (Roder, 2016). Polifenol dari extra virgin olive oil memberikan efek protektif dan man- faat sebagai antioksidan. Efek biologis in vivo dari makanan yang kaya akan fenolat extra virgin olive oil, terutama hydroxytyrosol, dipelajari pada tikus (Lopez et al., 2007). Polifenol juga telah terbukti mempengaruhi kesuburan, perkembangan seksual dan kesehatan janin (Chirstina et al., 2015). Extra Virgin Olive Oil mengandung 36 polifenol, EVOO mengandung 6 polifenol (Morris, 2015). Dengan Latar belakang ini, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efek protektif EVOO sebagai antioksi- dan pada tikus betina yang diberi paparan rhodamin B. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh pemberian extra virgin olive oil terhadap jumlah sel granulosa ovarium pada tikus yang dipapar rhodamin B. Membuktikan pengaruh pemberian extra virgin olive oil terhadap kadar 17 estradiol pada tikus yang dipapar rhodamin B. Membuktikan pengaruh peningkatan dosis extra virgin olive oil terhadap jumlah sel granulosa ovarium pada tikus yang dipapar rhodamin B. Membuktikan pengaruh peningkatan dosis extra virgin olive oil terhadap kadar kadar 17  estradiol pada tikus yang dipapar rhodamin B BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain true experi- mental dengan pendekatan post test control group design. Penelitian dilakuakan di laboratorium farma- kologi, patologi anatomi dan biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Subyek pene- litian ini adalah tikus putih Rattus novergicus usia 12 minggu berat rata-rata 220 gram yang berjumlah 30 ekor yang terbagi dalam 5 kelompok perlakuan (n = 6). Aklimatisasi dilakukan selama 15 hari setelah aklimatisasi tikus kemudian di kelompokan secara random. Kelompok kontrol tanpa perlakuan apapun, kelompok kontrol positif dengan pemberian rhodamin B dosis 18 mg/200 gr, kelompok perlakuan 1 dengan pemberian rhodamin B 18 mg/200gr dan EVOO 1,5 ml/KgBB, kelompok perlakuan 2 dengan pem- berian rhodamin B 18 mg/200gr dan EVOO 3 ml/ KgBB, kelompok perlakuan 3 dengan pemberian rhodamin B 18 ml/200gr dan EVOO 4,5 ml/KgBB. Rhodamin B vetecTM regent grade yang dibeli dari perusahaan Sigma-Aldrich. EVOO yang digu- nakan adalah dengan presentase murni 100% minyak zaitun murni merk Borges. Setelah perla- kuan 36 hari dilakukan pemeriksaan apusan vagina untuk menentukan estrus tikus. Pembedahan dilaku- 244 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 241–248 kan pada saat tikus pada fase proestrus. Tikus yang akan dibedah terlebih dahulu diinjeksi dengan ketamin dosis 0.2 mg/200 gram secara intra mus- cular. Tikus yang sudah tidak bergerak kemudian dibedah diambil darah sebanyak 3 ml dari bagian jantung dan organ ovarium. Darah yang sudah diambil kemudian dikirim ke labolatorium biomedik dan diperiksa kadar 17  estradiol dengan ELISA (ELISA Kit Rat 17  Estradiol). Ovarium dikirim ke labolatorium patologi anatomi untuk proses pewarnaan HE. Analisa data menggunakan kruskal wallis, mann whitney dan rank sprearman. Penelitian ini sudah mendapatkan ijin dari komisi etik Universitas Brawijaya Malang No. 45/ EC/KEPK-S2/03/2018. HASIL PENELITIAN KN : Kelompok negatif KP : Kontrol positif P1 : Perlakuan 1 pemberian rhodamin B 18mg/ 200gr dan EVOO 1,5 ml/KgBB P2 : Perlakuan 2 pemberian rhodamin B 18mg/ 200gr dan EVOO 3 ml/KgBB P3 : Perlakuan 3 pemberian rhodamin B 18mg/ 200gr dan EVOO 4,5 ml/KgBB Gambar 1 Grafik rata-rata jumlah sel granulosa KN : Kelompok negatif tanpa paparan apapun KP : Kontrol positif pemberian rhodamin B 18 mg/200gr P1 : Perlakuan 1 pemberian rhodamin B 18mg/ 200gr dan EVOO 1,5 ml/KgBB P2 : Perlakuan 2 pemberian rhodamin B 18mg/ 200gr dan EVOO 3 ml/KgBB Gambar 2 Grafik kadar 17  Estradiol Perlakuan Rata-rata Standard Deviasi Notasi KN (Tanpa dipapar rhodamin B dan tanpa pemberian EVOO) 225.033 35.987 abc KP (dipapar rhodamin B, tanpa pemberian EVOO) 198.200 20.658 a P1 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 1.5 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 244.600 9.556 b P2 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 3 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 263.350 5.026 c P3 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 4.5 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 372.467 33.373 d Signifikansi normalitas = 0.004 Signifikansi homogenitas = 0.001 Tabel 1 Uji Normalitas dan Homogenitas Jumlah Sel Granulosa pada Tikus yang Dipapar Rhodamin B dan EVOO Analisis Perbedaan Untuk melihat perbedaannya, dilakukan uji lanjut dengan uji mann whitney dengan hasil notasi pada tabel 1 Dari kolom notasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Perlakuan KN (abc) berbeda nyata dengan perlakuan P3. Perlakuan KN tidak berbeda nyata dengan perlakuan KP (a), P1 (b), dan P2 (c). 245Setiyaningsih, Jayasa, Sujuti, Retnani, Pengaruh Pemberian Extra Virgin... 2. Perlakuan KP (a) berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. Perlakuan KP tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 3. Perlakuan P1 (b) berbeda nyata dengan KP, P2, dan P3. Perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 4. Perlakuan P2 (c) berbeda nyata dengan KP, P1, dan P3. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 5. Perlakuan P3 (d) berbeda nyata dengan KP, P1, P2, dan P3. Perlakuan Rata-rata Standard Deviasi Notasi KN (Tanpa dipapar rhodamin B dan tanpa pemberian EVOO) 56.221 13.346 abc KP (dipapar rhodamin B, tanpa pemberian EVOO) 42.310 11.366 a P1 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 1.5 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 63.354 2.918 b P2 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 3 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 72.210 4.184 c P3 (Rhodamin B 18 mg/200gr, EVOO 4.5 ml/kgBB, lama paparan 36 hr) 82.611 4.232 d Signifikansi normalitas = 0.313 Signifikansi homogenitas = 0.006 Tabel 3 Tabel Uji Normalitas dan Homogenitas Kadar 17â Estradiol pada Tikus yang Dipapar Rhodamin B dan EVOO Untuk melihat perbedaannya, dilakukan uji mann whitney dengan hasil notasi pada Tabel 2 Dari kolom notasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Perlakuan KN (abc) berbeda nyata dengan per- lakuan P3. Perlakuan KN tidak berbeda nyata dengan perlakuan KP (a), P1 (b), dan P2 (c). 2. Perlakuan KP (a) berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. Perlakuan KP tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 3. Perlakuan P1 (b) berbeda nyata dengan KP, P2, dan P3. Perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 4. Perlakuan P2 (c) berbeda nyata dengan KP, P1, dan P3. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan KN. 5. Perlakuan P3 (d) berbeda nyata dengan KP, P1, P2, dan P3. Chi-square Signifikansi Chi-square Kesimpulan hitung tabel 22.585 0.000 9.488 Signifikan Tabel 2 Hasil uji Kruskal Wallis Jumlah Sel Granu- losa pada Tikus yang Dipapar Rhodamin B dan EVOO Keterangan: jika nilai  < 0,05 maka dapat disim- pulkan bahwa data tersebut adalah signifikan. Nilai chi-square hitung > Nilai chi-square tabel maka data tersebut signifikan. Tabel 4 Hasil uji kruskal wallis Kadar 17â Estradiol pada Tikus yang Dipapar Rhodamin B dan EVOO Chi-square Signifikansi Chi-square Kesimpulan hitung tabel 23.330 0.000 9.488 Signifikan Keterangan: jika nilai  < 0,05 maka dapat disim- pulkan bahwa data tersebut adalah signifikan. Nilai chi-square hitung > Nilai chi-square tabel maka data tersebut signifikan. 246 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 241–248 Tabel 6 Hasil Analisis korelasi rank spearman EVOO dan 17  Estradiol Correlation Coefficient Signifikansi Kesimpulan 0.964 0.000 Signifikan Keterangan: Hubungan searah antara dosis dengan angka konsentrasi estradiol Serum pada taraf nyata 5% ditunjukkan dengan nilai correlation yang positif. Berdasarkan Tabel 1 bisa dijelaskan bahwa rata-rata yang paling tinggi jumlah sel granulosa ter da pa t pa da kelompok per la kua n 3 ya itu 372.467±33.373, dan rata-rata angka jumlah sel granulosa ovarium terendah pada kelompok perla- kuan positif (KP) yaitu sebesar 198.200±20.658. gambar 2 menunjukkan bahwa rerata kadar 17  estradiol tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 3 sebesar 82.611±4.232, dan rata-rata kadar 17  Estradiol Serum terendah pada kelompok kontrol positif yaitu sebesar 42.310±11.346. Hasil uji Kruskal Wallis nilai < 0.05 bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan rerata jumlah sel granulosa dan kadar 17 estradiol pada setiap kelompok perlakuan. Rank Sperman Analisis Pengaruh Variabel B thitung Signifikansi Keterangan Konstanta 188.422 dosis evoo (X) 36.103 10.267 0.000 Signifikan  = 0.050 Koefisien Determinasi (R2) = 0.827 t tabel (0.05,22) = 2.074 Tabel 7 Uji Regresi Linier Sederhana EVOO dengan Jumlah Sel Granulosa Tabel 8 Uji Regresi Linier Sederhana Extra Virgin Olive Oil dengan Kadar 17  Estradiol Variabel B thitung Signifikansi Keterangan Konstanta 45.657 dosis evoo (X) 8.651 10.087 0.000 Signifikan  = 0.050 Koefisien Determinasi (R2) = 0.822 t tabel (0.05,22) = 2.074 diperoleh nilai < 0.05 yang berarti terdapat hu- bungan yang signifikan antara dosis dengan jumlah sel granulosa dan Estradiol Serum pada tikus yang dipapar rhodamin B. Hubungan searah antara dosis dengan angka konsentrasi estradiol serum dan jumlah sel granulosa pada taraf nyata 5% ditunjuk- kan dengan nilai correlation yang positif. Berdasarkan uji regresi linier sederhana pada tabel 7 variabel X (dosis EVOO) memiliki statisitik uji t sebesar 10.267 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai |t hitung| lebih besar dari t tabel, dan nilai signifikan t lebih kecil dari  (0.05). Sehingga variabel dosis berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel jumlah Sel Granulosa. Tabel 8 didapatkan bahwa variabel X (dosis EVOO) memi- Analisis hubungan Tabel 5 Hasil Analisis korelasi rank spearman jumlah sel granulosa Correlation Coefficient Signifikansi Kesimpulan 0.964 0.000 Signifikan Keterangan: Hubungan searah antara dosis dengan angka jumlah Sel Granulosa Ovarium pada taraf nyata 5% ditunjukkan dengan nilai correlation yang positif. 247Setiyaningsih, Jayasa, Sujuti, Retnani, Pengaruh Pemberian Extra Virgin... liki statisitik uji t sebesar 10.087 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai |t hitung| lebih besar dari t tabel, dan nilai signifikan t lebih kecil dari  (0.05). Variabel dosis berpengaruh positif dan signifikan terhadap kadar 17  estradiol. PEMBAHASAN Hasil penelitian rhodamin B dan EVOO pada kelompok penelitian memiliki perbedaan dimana kelompok positif memiliki jumlah sel granulosa dan kadar 17  estradiol paling rendah dibandingkan dengan kelompok yang lain. Jumlah sel granulosa dan kadar 17  estradiol tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 3. Rhodamin B mengandung senyawa kimia klorin yang bersifat reaktif, jika klorin tersebut tertelan maka akan meracuni tubuh (BPOM, 2012). Rho- damin B yang masuk ke dalam tubuh bisa merusak sel dengan cara menembus sel dan tertimbun di mitokondria sehingga mengakibatkan gangguan sistem pernapasan sel yang pada akhirnya akan meningkatkan ROS (Mottram et al., 2012). Rhodamin B juga meningkatkan terjadinya apoptosis sel di hipothalamus sehingga berdampak pada keseimbangan hormon pada tikus (Sulistina et al., 2014). Berdasarkan penelitian Mariyanti et al (2014), zat kimia yang terkandung dalam rhodamin B menyebabkan terjadinya penurunan kadar 17  estradiol pada kelompok positif dari pada kelompok negatif. Berdasarkan penelitian Lai, et al (2017) menunjukkan bahwa adanya peningkatan ROS pada sel granulosa mempengaruhi apoptosis sel sehingga akan berdampak pada kualitas oosit. Liu (2010) menyatakan bahwa adanya peningkatan kadar MDA berpengaruh pada apoptosis sel granulosa ovarium. Kadar MDA merupakan senyawa reaktif sebagai tanda terjadinya stres oksidatif yang terjadi dalam tubuh. EVOO mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi termasuk asam oleat, asam oleat adalah kelompok dari famili minyak yang kaya akan asam lemak tak jenuh polifenol (Berrougui et al., 2015. EVOO memiliki peran sebagai antioksidan karena mempunyai sifat biologi yang bisa meng- hambat terjadinya proses oksidasi. Olive phenols adalah bagian dari EVOO yang berfungsi sebagai penghambat oksidasi, bertindak sebagai pemutus rantai dengan cara menyumbangkan radikal-radikal yang diproduksi oleh oksidasi lipid dan pembentukan turunan stabil selama proses reaksi (Servili et al., 2013). EVOO kaya biophenol (366 mg / kg) memo- dulasi keseimbangan antara GSH dan gluthation teroksidasi (GSSG). Dengan demikian, EVOO biophenol memberikan efek antioksidan sebagai bagian dari induksi Nrf2 (Kouka et al., 2017). Pemberian EVOO bisa menyebabkan pening- katan rata-rata jumlah sel granulosa dan kadar 17  estradiol pada tikus yang di papar rhodamin B. Hal itu disebabkan karena EVOO mempunyai sifat sebagai antioksidan yang diperankan oleh olive phenol. Adanya antioksidan didalam tubuh akan menghambat atau bahkan bisa mencegah terjadinya stress oksidatif yang disebabkan oleh zat-zat radikal yang bisa merusak fungsi sel. Efek antioksidan yang terdapat dalam EVOO berperan penting sebagai penghambat terjadinya ROS. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian EVOO berpengaruh pada jumlah sel granulosa dan kadar 17 estradiol dengan nilai signifikansi. Peneliti selanjutnya disaran untuk meneliti pengaruh pemberian EVOO dan CVO. Saran Penelitian ini membuktikan bahwa Efek antiok- sidan yang terdapat dalam EVOO berperan penting sebagai penghambat terjadinya ROS. Sehingga disarankan untuk meneliti ke subyek manusia atau dosis EVOO ditambahkan lg pada tikus yang terpapar Rhodamin B DAFTAR PUSTAKA Alsuhendra dan Ridawati (2013). Bahan Toksik Dalam Makanan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Berrougui, H., Ikhlef, S. dan Khalil, A (2015). Extra Virgin Olive Oil Polyphenols Promote Cholesterol Efflux and Improve HDL Functionality. Evidence Based Complementary and Alternative Medicine. Vol. 15. 1-9. BPOM. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang Pene- rapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Christina, L., Lelievre, J.Y., Ferraro, Z.M., Arnason, J.T., Ferrier, J., dan Gruslin, A (2015). The effects of dietary polyphenols on reproductive health and early development. Human Reproduction Update. 21(2). 228-248. DeCherney (2003). Anatomy of the Female Reproduction System. In: Current Diagnosis and Treatment 248 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 241–248 Obstetrics & Gynecologist. 10th edition. New York: McGraw Hill Companies. Devine, P.J., S.D. Perreault, and U. Luderer. (2012). Roles of Reactive Oxygen Species and Antioxidant in Ovarian Toxicity. Biology of Reproduction Journal 86(2):27. Duckitt, K. (2003). Infertility and Subfertility. Clin Evid. 2044-20733. Djuwantono, T., Hartanto, B., dan Wiryawan, P. (2008). Step By Step Penanganan Endokrinologi Repro- duksi dan Fertilitas Dalam praktik Sehari-hari. Jakarta: Sagung. Handrawan. (2012). Keajaiban Antioksidan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Karuputhula, N.B., Chattopaghyay, R., Chakravarty, B., dan Chaudhury, K. (2012). Oxidative status in granulosa cell of infertile women undergoing IVF. System Biology in Reproductive Medicine. 1-8. Kazemijaliseh, H., Tehrani, F.R., Gandevani, S.B., Hosseinpanah, F., Khalili, D., dan Azizi, F. (2015). The prevalence and causes of primary infertility in Iran: A population based study. Global Journal of Health Science. 7(6). 206-232. Kouka, P. , Pri ft i s, A. , Sta gos, D., An gel is A. , Stathopoulus, P., Xinos, N., Skaltsounis, A.L., Mamoulakis, C., Tsatsakis, A., Spandidos, D.A. dan Kouretas, D. (2017). Assessment of the antioksidan Activity of an Olive Oil Total Polyphenolic Fraction and Hydroxytyrosol from a Greek Olea europea Variet y in Endot helial Cel l and Myoblasts. International Journal of Moleculer Medicine. 40. 703-712. Kristianto, Y., Riyadi, D.B. dan Mustafa, A (2013). Faktor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Lai, Q., Xiang, W., Li, Q., Zhang, H., Li, Y., Zhu, G., Xiong, C. dan Jin, L. (2017). Oxidative Stress in Granulosa Cells Contribute to Poor Oocyte Quality and IVF- ET out come in Women with Polycystic Ovary Syndrome. Tronters of Medicine. PMID: 29260383. Liu, J. dan Li, Y. (2010). Effect Oxidative Stress and Apoptosis in Granulosa Cells on the Outcome of IVF-EF. Journal of Central South University Medical Sciences. 35(9). 990-994 Lopez, M.J.O., Berna, G., Carneiro, E.M., Serrana, H.L.G., Martin, F. dan Lopez, C. (2007). An Extra-Virgin Olive Oil Ri ch in Pol yph en oli c Compoun ds Ha s Antioxidant Effects in Of1 Mice. Journal of Ntrition. 138. 1074-1078. Maryanti, S.A., Suciati, S., Wahyuni, E.S., Santoso, S., dan Wiyasa, I.W.A. (2014). Rhodamin B Triggers Ovarian Toxicity Through Oxidative Stress. Cucurova Medical Journal. 39(3). 451-457. Morris, Traccy. (2015). Fat Face Off : Extra Virgin Olive Oil VS Virgin Coconat Oil. https//blog.fitbit.com/ fat-face-off-olive-oil-vs-coconut-oil. Diakses tanggal 7 Februari 2018. Mottram, Laurie, F., Forbes, S., Ackley, Brian, D., and Peterson, Blake, R. (2012). Hidrophobic Analogues of Rhodamin B and Rhodamin 101 : Potent Flourescent Probes of Mitochondria in Living C. Elegans. 8. 2156-2165. Rahmatullah, Irfan. (2016). 9 Bulan Dibuat Penuh Cinta Dibuai Penuh Harap. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Roder, Susan M.S (2016). 5 foods containing potentially he art -he al thy pol y phe nols. h t tp: / / www.utswmedicine.org/stories/articles/year-2016/ polyphenols.html. Diakses tanggal 29 Januari 2017. Roupa, Z., Polikandrioti, M., Sotiropoulou, P., Faros, E., Koulouri, A., Woznial, G., dan Gourni, M. (2008). Cause of infertility in women at reproductive age. Health Science Journal. 3. 80-87. Servili, M., Sordini, B., Esposto, S., Urbani, S., Venezziani, G., Maio, Di Ilona., Selvaggini, R., and Taticchi., A. (2013). Biological Activities of Phenolic Compounds of Extra Virgin Olive Oil. Antioxidant. 3. 1-23. Sulistina, D. R., Ratnawati, R., & Wiyasa, I. W. A (2014). Rhodamine B increases hypothalamic cell apoptosis and disrupts hormonal balance in rats. Asian Pacific Journal of Reproduction, 3(3), 180–183. https:// doi.org/10.1016/S2305-0500(14)60023-3. Yuliarti, Nurheti. (2009). Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.