144 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 144–149 144 HUBUNGAN PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DAN PENGETAHUAN SEKS BEBAS PADA SISWA/SISWI USIA 17-18 TAHUN (The Correlation Of Social Media Usage and free Sex Knowledge Of 17-18 Years Old Senior High School Students) Hesti Wahyuningtias, Wahyu Wibisono STIKes Patria Husada Blitar email: wahyu_kuromon@yahoo.com Abstract: Many factors can affect teen sex knowledge (Students,) one of them is information media such as the social media. The purpose of this study was to determine the correlation of facebook and instagram usage with free sex knowledge of 17-18 years old students of senior high school PGRI TALUN Blitar. This design of the study was Corelational with Cross sectional design. The population in this study was all of students aged 17-18 years old of senior high school PGRI TALUN Blitar. The sample was 28 students. The sampling technique used Total Sampling. The Statistical test used Spearman Rank. The results showed that there were 85.7% of adolescents who used social media facebook and instagram 71.4% were in the category of good knowledge and 10.7% in the category of fair, while 4% of adolescents who did not use facebook and instagram 7.1% were in the category of good knowledge and 10.7% were in category of fair. The conclusion of was there wasa correlation of social media usage with students’s knowledge about free sex in SMA PGRI TALUN Blitar (p = 0,000). It is expected that school should be open minded on the digital technology, especially the social media so that student’s curiousity can be facilitated and monitored by school to prevent free sex. Keywords: Students, Free sex Knowledge, Social Media Abstrak: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seks remaja (Siswa) salah satunya adalah sumber informasi berupa media sosial. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media sosial dengan pengetahuan seks siswa SMA PGRI TALUN Blitar. Jenis penelitian ini merupakan korelasional dengan rancangan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMA PGRI TALUN Blitar dengan sampel 28 siswa. Tehnik pengambilan sampel ang digunakan adalah Total Sampling. Uji statistik menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 85,7 % remaja yang menggunakan media sosial facebook dan instagram memiliki pengetahuan baik sebesar 71,4 % dan cukup sebesar 10,7%. Sedangkan dari 4 % remaja yang tidak menggunakan facebook dan instagram meiliki pengetahuan baik dan cukup masing-masing sebesar 7,1% dan 10,7%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA PGRI TALUN Blitar (p = 0,000) Kata kunci: Siswa, Pengetahuan seks , Media sosial Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 2, Agustus 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p144–149 PENDAHULUAN Setiap manusia sebelum mengalami masa de- wasa pasti mengalami masa anak-anak dan masa remaja. Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. (Irianto, 2015). Ciri-ciri remaja secara psikologis sebagai berikut dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas, pe- ngembangan akan cita-cita masa depan, pengem- IT Typewritten text © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 145Wahyuningtias, Wibisono, Hubungan Penggunaan Sosial Media... bangan nilai moral dan etis yang mantap, pengem- bangan hubungan pribadi yang labil, dan penghar- gaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar. Pada usia remaja memungkinkan untuk meng- akses berbagai macam informasi termasuk yang menyajikan adegan seksual secara implisit. Media yang ada, baik media elektronik maupun media cetak contohnya, kerap kali menyuguhkan sajian-sajian yang terlalu dini ataupun tidak layak dikonsumsi bagi anak-anak dan remaja. Sering kali kita melihat pem- beritaan-pemberitaan tentang meningkatnya angka sex bebas di kalangan remaja, salah satunya dise- babkan oleh mudahnya akses para remaja ini ke hal-hal berbau pornografi. Hal lain yang menjadi tren saat ini adalah keberadaan jejaring sosial seperti Facebook dan Instagram yang dikenal luas di ma- syarakat. Jejaring sosial tersebut selain membawa manfaat positif juga membawa dampak negatif bagi remaja. Manfaat positifnya selain mempererat tali silaturahmi juga bisa mendapatkan informasi terbaru dari status orang lain sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menganggu privasi, membuat ketagihan sehingga dapat mengganggu waktu untuk belajar dan dapat mempengaruhipara remaja untuk melaku- kan seks bebas (Firman,2009). Dari Survey kesehatan reproduksi remaja (usia 14-19) tahun 2009 tentang perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi menunjukan dari 19.173 responden 92% sudh berpacaran dan pada saat pacaran melakukan pegang-pengangan tangan, 82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% sudah melakukan seks bebas. Data tersebut diper- kuat oleh survey BKKBN (2010) yang menyebut- kan dari 100 responden di Jabotabek 51% remaja telah melakukan hubungan seksual pranikah, di Surabaya 54%, di Bandung 47 %, Medan 52% dan Yogyakarta 37%. Adapun dampak dari media sosial adalah se- bagai berikut, remaja menjadi kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial tanpa tahu waktu, remaja menjadi malas berkomunikasi di dunia nyata, situs jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingkan diri sendiri,dan menjadikan remaja menjadi malas belajar karena sering menggunakan jejaring sosial. (Efendi,2010) Pengetahuan seksual pada remaja tidak hanya berhubungan seksual melainkan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaa tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya biasanya orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. (Sar- wono, 2012) Di Blitar sebagian besar (59%) remaja SMA di Kabupaten Blitar telah melakukan perilaku seksual pranikah beresiko berat, dari 90.8% remaja pernah atau sedang memiliki teman kencan (pacar) sebanyak 7,1% diantaranya pernah melakukan hu- bungan sekssual pranikah. (Husna,2013) Di SMA PGRI Talun dari 82 responden mendapat informasi tentang pengetahuan seksual 1 siswa mendapat informasi dari internet, 18siswa mendapat informasi dari guru, 34 siswa mendapat informasi dari petugas kesehatan, 42 siswa mendapat informasi dari teman dan 5 siswa tidak ada yang memberi informasi. (Tina Sari, 2014) Sehingga bagi siswa SMA sangat penting karena mereka mengalami masa-masa menuju dewasa, dengan rasa ingin tau tinggi dan ingin mencoba hal- hal yang baru begitu besar. Perilaku seksual pada siswa SMA tersebut mengindikasikan kerawanan terhadap kejadian penyakit kelamin jika kegiatan tersebut berlanjut atau mengarah kepada yang lebih buruk, peyakit kelamin tersebut diantaranya penyakit Gonorrhea, Chamydia, Urethritis, Sifilis, Herpes Genital, Tricomonas dan bahkan sampai menye- babkan HIV/AIDS (Verawaty dan Rahayu, 2012). Sehingga perlu dilakukan pendekatan dengan orang tua, orang tua harus bisa menggunakan internet sehingga bisa mengawasi anak, di berikan pendidikan tentang bahaya media sosial, dan diberikan peralatan ketrampilan pada anak sehingga anak bisa meng- habiskan waktu dengan produktif. Berdasarkan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengunaan media sosial dengan Kesehatan Repro- duksi pada siswa SMA PGRI Talun Blitar. BAHAN DAN METODE Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasional Jenispenelitian ini merupakan penelitian korelasional yaitu jenis penelitian denganmengobservasi variabel independen terlebih dahulu kemudian di ikuti sampai waktu tertentu un- tuk melihat terjadinya variabel dependen (Nur- salam, 2008:82). Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan cross sectional meru- pakan rancangan penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama. Populasi dalam penelitian adalah remaja pertengahan yang berada di SMA PGRI Talun Kabupaten Blitar Mei 2017 sebanyak 28 orang. 146 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 144–149 Sampel dalam penelitian ini adalah remaja per- tengahan yang ada di SMA PGRI Talun Kabupaten Blitar sejumlah 28 orang yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah Total sampling yaitu seluruh populasi diambil untuk dijadikan sebagai sampel. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan memberikan pernyataan yang terbuka dan tertutup. Kuesioner yang diba- gikan terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama adalah data Demografi, bagian kedua adalah kuesioner pengetahuan tentang seksual untuk me- ngetahui pengetahuan remaja pertengahan tentang hubungan seksual. Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS v20 dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisa yang digunakan adalah analisa data bivariat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel. Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman rank. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden Penelitian dilaksanakan di SMA PGRI Talun Blitar. Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, penggunaan media sosial dan pernah berpacaran. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja (60,7%) berusia 17 tahun, hampir seluruhnya (82, 1%) r ema ja mengguna ka n media sosia l facebook dan instagram, dan hampir seluruhnya (89,3%) remaja pernah berpacaran. Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (78,6%) remaja memiliki pengeta- huan baik tentang seks bebas. Hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 82,1% remaja yang menggunakan media sosial facebook dan instagram memiliki pengetahuan baik sebesar 75,0% dan cukup sebesar 7,1%. Sedangkan dari 5 remaja yang tidak menggunakan facebook dan instagram memiliki pengetahuan baik dan cukup masing-masing sebesar 3,6% dan 14,3%. Hasil uji Spearman rank menunjukkan nilai p value = 0,000, sehingga nilai p value 0,000 <  = 0,05 bermakna ada hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas remaja di SMA PGRI Talun Blitar. Selain itu, ada hubungan yang kuat antara penggunnan media sosial facebook dan instagram dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas remaja ditandai nilai r sebesar 0,666. No Pengetahuan f % 1 Baik 22 78,6 2 Cukup 6 21,4 3 Kurang 0 0 Jumlah 28 100 Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang seks bebas Ya 21 (75%) 2 (7,1%) 0 (0%) 23 (82,1%) Tidak 1 (3,6%) 4 (14,3%) 0 (0%) 5 (17,9%) Total 22 (78,6%) 6 (21,4%) 0 (0%) 28 (100,0 %) Uji Spearman rank’s = 0,000 r = 0,666 Tabel 2 Tabulasi silang penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas Kriteria Penggunaan media sosial Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang Pengetahuan remaja tentang seks bebas PEMBAHASAN Penggunaan media sosial facebook dan instagram pada remaja Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA PGRI Talun Blitar didapatkan hampir seluruh- nya remaja menggunakan media sosial facebook dan instagram. Facebook adalah suatu situs jejaring sosial yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seluruh orang yang ada di belahan dunia untuk dapat berko- munikasi satu dengan yang lainnya. Facebook 147Wahyuningtias, Wibisono, Hubungan Penggunaan Sosial Media... merupakan situs pertemanan yang dapat digunakan manusia untuk bertukar informasi, berbagi foto, vidio, dan lainnya. Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna meng- ambil foto, menerapkan filter digital, dan membagi- kannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri. Satu fitur yang unik di insta- gram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera kodak instamatic dan polaroid. Hal ini mengindikasikan remaja sangat cepat mengadaptasi perkembangan teknologi saat ini dan sebagai media mengekresikan dirinya melalui dunia maya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berusia 17 tahun. Remaja didefinikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mecakup aspek biologis, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 9–19 tahun (Ratna, 2010). Usia remaja memiliki ciri yaitu pencarian identitas diri, rasa ingin tau tinggi, merasa ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keaadaan fisiknya dan mulai berfikir dan berkhayal serta merasa lebih dekat dengan teman sebaya. Kalangan remaja yang mem- punyai media sosial biasanya memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama teman. Dalam media sosial siapapun dapat dengan bebas berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. (Ratna, 2010) Masa remaja merupakan masa perkembangan dalam segala hal sehingga menjadi labil atau mudah dipengaruhi merupakan suatu ciri dari remaja sen- diri. Remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Adapun dampak dari media sosial adalah sebagai berikut, remaja menjadi kecanduan untuk menggunakan jejaring sosial tanpa tahu waktu, remaja menjadi malas berkomunikasi di dunia nyata, situs jejaring sosial akan membuat remaja lebih mementingka diri sendiri,dan menjadikan remaja menjadi malas belajar karena sering menggunakan jejaring sosial. (Efendi, 2010). Manfaat positifnya sela in memperera t tali silaturahmi juga bisa mendapatkan informasi terbaru dari status orang lain sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menganggu privasi, membuat ketagihan sehingga dapat mengganggu waktu untuk belajar dan dapat mempengaruhi para remaja untuk melakukan seks bebas (Firman,2009). Setiap siswa di lingkungan sekolah selalu dominan membawa gadget dimana- pun mereka berada. Para siswa mengungkapkan bahwa media sosial merupakan bagian dari kecang- gihan teknologi yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari yang mereka lakukan. Masa pencarian identitas diri remaja tidak terlepas dari gaya hidup yang dikembangkan masyarakat teruta- ma dalam mengisi waktu luang, misalnya yang dilakukan para remaja untuk mengakses media sosial. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh orang tua sehingga remaja tidka memiliki kecanduan terhadap media sosial. Pengetahuan remaja tentang seks bebas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA PGRI Talun Blitar didapatkan sebagian besar remaja memiliki pengetahuan baik tentang seks bebas. Pengetahuan adalah hasil yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap satu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sehingga sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Jadi pengeta- huan merupakan hasil pengindraan kita (No- toadmojo, 2010). Perkembangan seksual pada peserta didik usia sekolah menengah (masa remaja) berusaha secara total menemukan satu identitas, berupa perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari hasrat seksual, emosional, romantis,dan atraksi kasih sayang (Sarwono, 2007). Adanya pengeta- huan baik tentang seks bebas ini diduga dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan lingkungan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja berusia 17 tahun. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saaat dilahirkan sampai ber- ulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kema- tangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir (Notoadmojo, 2010). Tingkat kema- tangan berpikir pada remaja usia akhir ini tentunya akan dapat memiliah mana hal yang baik bagi dirinya dan lingkungannya. Remaja usia ini juga mampu melakukan pengembangan nilai moral dan etis yang mantap yaitu dengan mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-cita. Pendidikan SMA merupakan pendidikan me- nengah yang mengajarkan banyak ketrampilan untuk dunia kerja nantinya. Terbentuknya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pen- didikan, pekerjaan, nilai atau kepercayaan) faktor pendukung (sarana atau fasilitas yang ada) dan faktor pendorong (sikap dan perilaku dari perawat atau petugas kesehatan lainnya) (Notoatmodjo, 2010). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tinggi pula pengetahuan yang didapat oleh orang 148 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 144–149 tersebut, yang artinya dapat mempengaruhi terhadap pola pikir dan daya nalar seseorang. Tingkat pendi- dikan yang semakin tinggi, seseorang akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha perbaikan kesehatan dan dapat menyesuaikan diri terhadap pembaharuan. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja akan meningkatkan hasrat seksual (libido sek- sualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. Namun, dengan penalaran yang baik tentu hasrat seksual yang terjadi akan mampu diredam karena mereka akan melihat dampaknya. Berdasarkan wawancara dan observasi pada remaja di SMA PGRI Talun sebagian besar tumbuh dikalangan keluarga yang sangat memperhatikan kondisi psikologis mereka dan berada pada ling- kungan agama yang kuat. Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pe- ngaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan mem- berikan pengaruh sosial pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompok dalam lingkungan alam.(Nursalam, 2011). Hal ini menjadi kunci utama dari pengetahuan yang baik pada remaja tentang seks bebas meng- ingat orang tua dan agama merupakan pondasi untuk mencegah terjadinya seks bebas. Hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas Hasil penelitian menunjukkan dari 85,7% remaja yang menggunakan media sosial facebook dan instagram memiliki pengetahuan baik sebesar 71,4% dan cukup sebesar 10,7%. Sedangkan dari 4% re- maja yang tidak menggunakan facebook dan insta- gram memiliki pengetahuan baik dan cukup masing- ma sing sebesar 7, 1% dan 10,7%. Ha sil uji Spearman rank menunjukkan nilai p value = 0,000, sehingga nilai p value 0,000 <  = 0,05 bermakna ada hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas remaja di SMA PGRI Talun Blitar. Selain itu, ada hubungan yang kuat antara penggunnan media sosial facebook dan instagram dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas remaja ditandai nilai r sebesar 0,666. Hal ini mengindikasikan penggunaan media sosial merupakan salah satu sumber untuk mendapatkan pengetahuan remaja tentang seks bebas. Jejaring sosial selain membawa manfaat positif juga membawa dampak negatif bagi remaja. Manfaat positifnya selain mempererat tali silaturah- mi juga bisa mendapatkan informasi terbaru dari status orang lain sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menganggu privasi, membuat ketagihan sehingga dapat mengganggu waktu untuk belajar dan dapa t mempenga ruhi para rema ja untuk melakukan seks bebas (Firman, 2009). Usia remaja memungkinkan untuk mengakses berbagai macam informasi termasuk yang menyajikan adegan seksual secara implisit. Media yang ada, baik media elektro- nik maupun media cetak contohnya, kerap kali menyuguhkan sajian-sajian yang terlalu dini ataupun tidak layak dikonsumsi bagi remaja. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berperti- sipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Media sosial sebagai sarana untuk mencari informasi, hiburan maupun berkomunikasi dengan teman untuk membicarakan berbagai hal. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan ma- syarakat tentang inovasi baru (Notoatmodjo, 2012). Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terben- tuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Pengeta- huan seseorang cenderung akan berubah kearah sesuai dengan informasi yang didapat dan orang yang dianggap penting terutama teman dalam media sosial. Subjek penelitian yang kesemuanya merupa- kan siswa SMA, hamper seluruhnya menggunakan media social, sehingga akses dan sharinginformasi khususnya terkait seks bebas juga lebih cepat. Pengetahuan merupakan salah satu faktor intrinsik yang dimiliki oleh seseorang karena proses belajar atau dari informasi dan dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan akan terus berkembang seiring tuntutan hidup seseorang, sehingga pengeta- huan yang diperoleh akan mempengaruhi tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2008). Hal ini mengin- dikasikan pengetahuan seseorang akan semakin meningkat apabila diberikan informasi yang benar dan akurat. Untuk mencegah terjadinya perilaku seks bebas tentunya peranan orang tua dan kekuat- 149Wahyuningtias, Wibisono, Hubungan Penggunaan Sosial Media... an agama seseorang menjadi pokok utama. Penge- tahuan remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada umur, pendidikan, pengelaman, pekerjaan, dan lingkungan (Nursalam, 2011) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilaku- kan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Remaja di SMA PGRI Talun Blitar hampir seluruh- nya menggunakan media sosial facebook dan insta- gram, Pengetahuan tentang seks bebas remaja di SMA PGRI Talun Blitar sebagian besar pada kategori baik, Hasil uji Spearman rank menunjukkan nilai p value = 0,000, sehingga nilai p value 0,000<  = 0,05 bermakna ada hubungan penggunaan media sosial dengan pengetahuan remaja tentang seks bebas remaja Saran Sesuai dengan kesimpulan yang telah dikemu- kakan, peneliti ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: Bagi tempat penelitian, diharapkan dengan penelitian ini tempat yang menjadi lokasi penelitian lebih bersifat terbuka terhadap segala informasi terkait upaya yang bisa dilakukan oleh sektor terkait dalam usaha mengembangkan kesa- daran serta kemampuan remaja untuk lebih mema- hami perilaku seks bebas yang merugikan dirinya; Bagi remaja, remaja dapat memahami tentang seks bebas serta berupaya untuk meningkatkan hubungan dengan orang tuanya dan meningkatkan kedekatan- nya dengan Tuhan agar tidka terjerat pada hal ne- gatif terutama seks bebas; Bagi institusi kesehatan, hasil penelitian ini sebagai tambahan referensi dan wacana dilingkungan pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut khususnya untuk penelitian yang sejenis. Diharapkan institusi lebih banyak menyediakan referensi tentang seks bebas pada re- maja sehingga dapat mempermudah pada penelitian selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian tentang topik ini. DAFTAR RUJUKAN BKKBN. 2010. Makin Banyak Remaja Lakukan Seks Pranikah (online). http://ceria.bkkbn.go.id. Diakses 25 September 2013, pukul 20:14 WIB. Firman, M. dan Chandrataruna, M. 2009. “Manfaat Fac e book Le bih B any ak” , h tt p: / / t e kn ol ogi . vi va n e ws . c om / n e ws / r ea d / 6 24 81 manfaat_facebook_lebih_banyak. Diakses 25 September 2013, pukul: 10.00 WIB. Hidayat, A A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Irianto,K.2015. Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktek. Bandung:AlfabetaMa’sum, Suwarno. 2003. Penanggulangan Bahaya Narkotika Dan Ketergantungan Obat. Jakarta:V. Mas Agung Notoadmojo, S.2008. Pendidikan dan Perilaku Kese- hatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.2011.Metodologi Penelitian Ilmu Kepera- watan:Pendekatan Praktis.Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan. Jakarta: Salemba Medika. Pujiningtyas, L. R. 2014. Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Perilaku Seks Siswa SMP di Sura- karta. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta Sarwono. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sari, L.T. 2014. Efektifitas Pendidikan Seksual Dini Pada Remaja Melalui Binaan Keagamaan Terhadap Kecenderungan Seks Bebas. Jurnal Kesehatan STIKes Ganesha Husada.