137Muhith, Fardiansyah, Mawaddah, Mulyatin, Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien... 137 HUBUNGAN PERILAKU KEKERASAN PASIEN DENGAN STRES PERAWAT DI INSTALASI IPCU RSJ. DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG (Relationship Between The Violence Of Patient Violence And Nurse Stress in RSJ IPCU Installation. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang) Abdul Muhith1, Arief Fardiansyah2, Nurul Mawaddah3, Mulyatin4 123 STIKes Majapahit Mojokerto 4 RSJ. DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang email: abdulmuhith1979@gmail.com Abstract: Psychiatric intensive care unit nurses are in a limited environment that allows nurses close to patients to be able to observe the client’s condition and evaluate the treatment and medical actions taken. If the nurse is not prepared with this condition, it can cause tension to the nurse which results in stress. One of the tasks of mental nurses is the handling of violent behavior (aggressive), the poor perception of nurses makes work stress (Muhith, 2015) This study aims to the relationship between Patient Violence Behavior with Stress on nurses in Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang. This research design use cross sectional approach. The population of this study is 40 people, with a sample of 28 people, is simple random sampling. The independent variable is Patient’s Violence Behavior, while the dependent variable is Stress the questioner. Data analysis using Spearman correlation test. Spearman correlation test results obtained r= 0.738 p = 0.000 (p <0,05), it can be concluded that there is a significant relationship between the behavior of patient’s hardness with stress on the nurses in Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang. Based on these results it is concluded that patient’s violence behavior in Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang most of is high category, whereas most nurses experi- ence moderate stress.Thus the hospital can create a comfortable and safe atmosphere for patients and nurses who work, so that stressful events can be minimized and well managed. Keywords: patient’s violence behavior, nurse stress Abstrak: Perawat psikiatri intensive care unit berada dalam lingkungan yang terbatas yang memungkinkan perawat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien dan mengevaluasi tindakan perawatan maupun tindakan medis yang dilakukan. Jika perawat tidak siap dengan kondisi tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan pada perawat yang berakibat stres. Salah satu tugas perawat jiwa adalah penanganan perilaku kekerasan (agresif), persepsi yang buruk perawat menjadikan stres kerja (Muhith, 2015). Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara Perilaku Kekerasan Pasien dengan Stres pada perawat di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang. Desain penelitian cross sectional. Populasi sejumlah 40 orang dengan sampel sebanyak 28 orang. Teknik pengambilan sampel simple random sampling. Variabel bebasnya adalah Perilaku Kekerasan Pasien, sedangkan variabel tergantungnya adalah Stres. Alat ukur menggunakan kuesoner. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2018. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman. hasil uji Korelasi Spearman didapatkan hasil r = 0,738 p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara Perilaku Kekerasan Pasien dengan Stres pada perawat di Intensive Psychiatry Care Unit Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 2, Agustus 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p137–143 IT Typewritten text © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 138 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 137–143 PENDAHULUAN Tantangan terbesar perawat psikiatri dalam penangganan perilaku kekerasan pasien dan kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya stres pada pera- wat sendiri apa bila pemahaman dan koping individu perawat tidak bagus. Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, yang dikata- kan sebagai stres yang positif, namun terlalu banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik dan ketidakmampuan mengatasi masalah. Perawat psikiatri intensive care unit berada dalam lingkungan yang terbatas yang memungkin- kan perawat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien dan mengevaluasi tindakan perawatan maupun tindakan medis yang dilakukan. Jika perawat tidak siap dengan kondisi tersebut akan dapat menimbulkan ketegangan pada perawat yang berakibat stres. Salah satu tugas pe- rawat jiwa adalah penanganan perilaku kekerasan (agresif), persepsi yang buruk perawat menjadikan stres kerja (Muhith, 2015). Pasien skizofrenia jenis paranoid, hebefrenik, residual, dan akut biasanya memperlihatkan perilaku kekerasan. Pasien dapat melakukan kekerasan kepada orang lain, lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena pada jenis ini pasien seolah mendapat ancaman, tekanan psiko- logis, dan menganggap orang lain sebagai musuh. Masalah perilaku kekerasan pasien hampir selalu terjadi di ruang perawatan jiwa. Penelitian yang dila kuka n The Nasional Alliance For The Mentality III (NAMI) dalam menyatakan bahwa 10,6% pasien dengan gangguan mental serius seperti skizofrenia paranoid melukai orang lain, dan 12,2% mengancam mencederai orang lain (Muhith, A., Nasir 2011). Keperawatan adalah bentuk profesi, aktivitas dan hubungan interpersonal yang kerap kali meye- babkan stress. Merawat klien dengan tingkat kece- masan yang tinggi dapat menjadi aktivitas yang sangat memancing stress bagi perawat. Perawat jiwa atau psychiatric nurse tidak hanya dituntut untuk memberikan usaha yang lebih namun juga diha- dapkan pada situasi dan kondisi pasien yang tidak mendukung, mulai dari pasien yang tidak kooperatif hingga ancaman perilaku agresi secara fisik yang diberikan oleh pasien. Perawat diharuskan mampu mempersiapkan segala sesuatu dengan baik guna keberlangsungan proses keperawatan. Situasi yang tidak kondusif seperti perilaku agresi harus segera diatasi agar tidak berakibat buruk bagi pasien dan perawat itu sendiri, bila situasi yang menekan ini tidak segera diatasi, tidak menutup kemungkinan perawat akan terjebak dalam konflik dan stres yang mana akan mempengaruhi kinerja secara langsung (Muhith, 2015). Terdapat empat faktor penyebab stres perawat yaitu aktivitas dalam merawat pasien, peran atasan, hubungan interpersonal, dan masalah yang berhu- bungan dengan organisasi. Dari ke empat faktor tersebut, aktivitas dalam merawat pasien dan masa- lah yang berhubungan dengan organisasi menjadi penyebab stres perawat dengan tingka t stres sedang, sedangkan faktor lainnya menyebabkan stres ringan. Aktivitas dalam merawat pasien men- jadi penyebab stres pada perawat karena perilaku kekerasan fisik yang dilakukan oleh pasien terhadap perawat. (Muhith, A., Nasir 2011). Berdasarkan permasalahan dan penelitian ter- dahulu diketahui bahwa perilaku agresif atau keke- rasan pasien mampu memicu terjadinya stres bagi perawat, maka solusi yang ada adalah dengan mene- rapkan standar keperawatan yang ada, kemudian melakukan intervensi untuk mengurangi tingkat agresif pasien baik dengan terapi farmako, maupun dengan terapi kelompok atau menerapkan strategi pertemuan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan melalui studi pendahuluan kepada 8 orang perawat di instalasi IPCU RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang menunjukkan 3 orang perawat mengalami stress sedang dan 4 orang perawat lainnya me- ngalami stress ringan. Berdasarkan kondisi realita tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perilaku kekerasan pasien dengan stress perawat di instalasi IPCU RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang. (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Perilaku kekerasan pasien di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang sebagian besar dalam kategori tinggi, sedangkan sebagian besar Perawat mengalami stress yang sedang. Dengan demikian diharapkan pihak rumah sakit dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman baik bagi pasien maupun perawat yang bekerja, sehingga kejadian stres bisa diminimalkan dan dikelola dengan baik. Kata kunci: Perilaku Kekerasan Pasien, Stres Perawat 139Muhith, Fardiansyah, Mawaddah, Mulyatin, Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien... BAHAN DAN METODE Desain penelitian pendekatan cross sectional populasi seluruh perawat yang bertugas di Instalasi IPCU RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang sebanyak 40 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jenis simple random sampling hal ini berarti setiap anggota populasi ini mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Nasir & Muhith, 2011). Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian ini adalah: qpZNd qpZN n ..)1( ... 2 2/1 2 2 2/1       50,0.50,0.)96,1()140()1,0( 50,0.50,0.)96,1.(40 22 2  n 238,28 360,1 416,38 n Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 28 orang. Alat ukur yang digunakan adalah questioner. Lokasi penelitian yang digunakan adalah di Instalasi IPCU Ruang Camar, Ruang Mawar dan Ruang Perkutut RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan waktu penelitian mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2018. Analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi spearman untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel be- bas dengan variabel terikat (Nasir & Muhith, 2011). HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Kekerasan Pasien Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 28 orang responden, sebagian besar merasakan Perila- ku Kekerasan Pasien dalam kategori Tinggi yaitu sebanyak 17 orang (60,7%). Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stres Perilaku Kekerasan Pasien f % Rendah 11 39,3 Tinggi 17 60,7 Jumlah 28 100 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Kekerasan Pasiendi Intensive Psy- chiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat LawangTahun 2018 Sumber: Data Primer diolah Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Stresdi Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Tahun 2018 Stres f % Normal 3 10,7 Ringan 9 32,1 Sedang 13 46,4 Berat 3 10,7 Jumlah 100 100 Sumber: Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 28 orang responden, sebagian besar memiliki Stres dalam kategori Sedang yaitu sebanyak 13 orang (46,4%). Analisis untuk menguji hubungan antara Perilaku Kekerasan Pasien dengan Stres di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan hasil sebagai berikut Hasil analisis hubungan antara Perilaku Keke- rasan Pasien dengan Stres perawat pada Tabel 3. diperoleh hasil dari 17 responden yang menilai Pe- rilaku Kekerasan Pasien dalam kategori Tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki Stres dalam kategori Sedang yaitu sebanyak 12 responden (70,6%). Dilihat dari hasil uji Korelasi Spearman didapatkan hasil r = 0,738p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Perilaku Kekerasan Pasien dengan stres pada perawat di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr. Radjiman Wediodi- ningrat Lawang. 140 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 137–143 PEMBAHASAN Perilaku Kekerasan Pasien Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 28 orang responden, sebagian besar merasakan Perila- ku Kekerasan Pasien dalam kategori Tinggi yaitu sebanyak 17 orang (60,7%), hal ini menunjukkan bahwa perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pasien di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Gejala positif pasien skizofrenia salah satunya adalah perilaku kekerasan, yaitu respon dan perilaku manusia untuk merusak dan berkonotasi sebagai agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau sesuatu. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang ber- tujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis, dimana perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik (Muhith, 2015). Menurut Muhith (2015), data perilaku keke- rasan dapat diperoleh melalui observasi atau wa- wancara tentang perilaku berikut ini: muka merah dan tegang pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar- mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau ber- teriak, mengancam secara verbal atau fisik, melem- par atau memukul benda/orang lain, merusak barang atau benda dan tidak mempunyai kemampuan men- cegah/mengontrol perilaku kekerasan (Muhith, 2015). Perawat di Psikiatri intensive care unit memiliki intensitas tinggi terhadap perilaku kekerasan pasien. Menurut Muhith (2015) hal ini bisa disebabkan karena semakin lama terpapar stressor ini sangat berpengaruh pada persepsi seseorang terhadap ma- salah. Serta deprivasional stres bisa memperburuk kondisi sesorang. Masalah ini perlu mendapat per- hatian bahwa perawat di psikiatri intensive care unit di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang sebagian besar mengalami resiko tinggi terhadap perilaku agresif. Jadi berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa perawat di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang memiliki resiko yang sangat tinggi terhadap perilaku kekerasan dari pasien, sebab perawat di ruang psi- kiatri akut berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan ia dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi secara intensif kondisi klien dan mengevaluasi tindakan perawatan maupun tindakan medis yang dilakukan. Kondisi tersebut yang menyebabkan perawat rawan menda- patkan perlakukan agresif dari pasien. Stres Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 28 orang responden, sebagian besar memiliki Stres dalam kategori Sedang yaitu sebanyak 13 orang (46,4%). Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi stres perawat yang bekerja di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang memiliki stres dalam kategori sedang. Stres dapat diartikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi fisiologi dan psikologis. Stres adalah pola reaksi menghadapi stressor yang berasal dari dalam indi- vidu maupun dari lingkungannya (Muhith A., 2015). Menurut Selye (dalam Hawari, 2011), yang dimak- sud dengan stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang n % n % n % n % n % Rendah 3 27,3 7 63,6 1 9,1 0 0 11 100 Tinggi 0 0 2 11,8 12 70,6 3 17,6 17 100 Jumlah 3 10,7 9 32,1 13 46,4 3 10,7 28 100 r = 0,738p = 0,000 (p < 0,05) Tabel 3 Distribusi Silang Frekuensi Responden berdasarkan Perilaku Kekerasan Pasiendengan Stres di Inten- sive Psychiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Tahun 2018 Sumber: Data Primer diolah Stres Perawat Normal Ringan Sedang Berat Total Perilaku Kekerasan Pasien 141Muhith, Fardiansyah, Mawaddah, Mulyatin, Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien... manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup meng- atasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ter- nyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Menurut Muhith, A., Nasir (2011), stres adalah pengalaman emosi negatif yang oleh perubahan yang dapat diperkirakan dalam hal biokimia, fisiologis, kognitif, behavorial, yang tujuannya untuk mengubah peristiwa stressful atau mengakomodasi akibatnya. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stress merupakan bagian dari kehidupan ma- nusia. Stress yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih ber- gairah dalam kehidupan yang biasanya membo- sankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan. Menurut Hartono (2011), jika tekanan stres ter- lampau besar hingga melampaui daya tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala, gampang marah, tidak bisa tidur; gejala-gejala itu merupakan reaksi non-spesifik pertahanan diri, dan ketegangan jiwa itu akan merangsang kelenjar anak ginjal (corfex) untuk melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah menjadi naik dan aliran darah ke otak, paru-paru, dan otot perifer, meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala-gejala patologis yang muncul dapat berupa hipertensi, serangan jantung, borok lambung, asma, eksim, kanker, dan sebagainya. Jika sudah timbul hipertensi, stres tetap berlangsung, sehingga bertambahlah risiko kom- plikasi serangan jantung (infark) atau stroke otak yang dapat berakibat fatal (kelumpuhan atau bahkan dapat meninggal dunia). Berdasarkan fakta dan konsep teori tersebut dapat dikatakan bahwa kondisi stres yang dialami perawat yang bekerja di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang memiliki stres dalam kategori sedang artinya kondisi stres tersebut masih dalam kondisi yang wajar sehingga tidak sampai mengganggu aktivitasnya dalam bekerja. Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien dengan Stres Hasil analisis hubungan antara Perilaku Keke- rasan Pasien dengan Stres perawat pada Tabel 3. diperoleh hasil dari 17 responden yang menilai Perilaku Kekerasan Pasien dalam kategori Tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki Stres dalam kategori Sedang yaitu sebanyak 12 responden (70, 6%). Ber da srkan da ri hasil uji Korela si Spearman didapatkan hasil r = 0,738 p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Perilaku Keke- r asan Pa sien dengan Stres pada pera wa t di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, artinya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pasien di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang berpengaruh terhadap tingkat stres perawat. Menurut Muhith, A., Nasir (2011), ada empat faktor penyebab stres perawat yaitu aktivitas dalam merawat pasien, peran atasan, hubungan inter- personal, dan masalah yang berhubungan dengan organisasi. Dari ke empat faktor tersebut, aktivitas dalam merawat pasien dan masalah yang berhu- bungan dengan organisasi menjadi penyebab stres perawat. Aktivitas dalam merawat pasien menjadi penyebab stres pada perawat adalah perilaku kekerasan fisik yang dilakukan oleh pasien terhadap perawat. (Muhith, A., Nasir (2011), Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Muhith, A., Nasir (2011), pasien dengan kondisi kedaruratanpsikiatri dapat melaku- kan perbuatan yang beresiko membahayakan diri, berkeinginan bunuh diri atau penelantaran diri sendiri hingga keadaan yang menimbulkan resiko pada orang lain.Beberapa pasien bahkan dapat bertindak agresif, mengancam atau bertindak kejam, serta melakukan perilaku yang dapat menimbulkan cedera fisik atau psikologis pada orang lain atau menim- bulkan kerusakan harta benda. Situasi ini dapat menyebabkan stressor Hal ini terjadi karena faktor keadaan lingkungan, dimana Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU)ditempati oleh pasien dengan karakteristik pasien psikiatri akut. Pada beberapa keadaan, pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi, pasien kadang-kadang 142 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 137–143 berteriak mengancam, dan mengejek atau menghina menggunakan kata kasar kepada perawat dan pasien lainnya. (Muhith, A., 2018). Kondisi pasien yang labil membuat perawat harus ekstra sabar karena karakteristik pasien agresif, antara lain sulit diajak komunikasi, menarik diri, atau justru agresif. Seorang perawat ketika mempunyai sikap positif terhadap pasien,maka ia akan cenderung menyenangi dan peduli dengan keadaan pasien. Sebaliknya, ketika seorang pera- wat sikap yang negatif terhadap pasien, maka ia cenderung akan membenci dan menjauhinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan yang bermakna antara Perilaku Kekerasan Pasien dengan Stres pada perawat di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, artinya semakin tinggi resiko terjadinya perilaku kekerasan oleh pasien maka akan membuat stres perawat menjadi meningkat, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Per ila ku keker a sa n pa sien di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang sebagian besar dalam kategori tinggi. Stres Perawat di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang sebagian besar dalam kategori sedang. Ada hubungan yang bermakna antara Perilaku kekerasan pasien dengan Stres pada perawatdi Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU) RS Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Semakin tinggi tingkat perilaku kekerasan pasien pada perawat yang bekerja di Intensive Psychiatry Care Unit (IPCU), maka tingkat stres yang dirasakan juga akan semakin meningkat, demikian juga sebaliknya jika tingkat perilaku kekerasan pasien rendah maka tingkat stres juga semakin rendah. Jadi hipotesis diterima Saran Bagi rumah sakit, rumah sakit harus selalu meningkatkan kualitas lingkungan ruang akut seperti pemberian sekat, menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien, kelengkapan alat-alat pence- gahan perilaku kekerasan sampai emergency tool guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, melakukan pelatihan penanganan pasien krisis, melakukan rotasi dikarenakan tingginya beban kerja di ruang akut ini. Bagi perawat, hasil penelitian mengenai perilaku agresif pasien menunjukan hasil yang tinggi. Meng- ingat hal ini merupakan sumber stresor perawat alangkah baiknya perawat jiwa memiliki persepsi yang positif,serta senantiasa meningkatkan kemam- puan personal. Sehingga mampu mengatasi stresor. Sebagian besar perawat berada pada kategori stress sedang, namun secara keseluruhan hampir merata pada setiap kategori stress. Diharap perawat selalu mampu menjadikan stress ini menjadi positif sehingga mampu meningkatkan nilai individu perawat sendiri. Bagi institusi pendidikan keperawatan, diharap- kan penelitian ini dapat di jadikan salah satu bahan referensi pada mata kuliah Jiwa, sehingga dapat lebih memberikan gambaran nyata tentang kondisi lahan yang sebenarnaya. Dijadikan acuan untuk mempersiapkan para peserta didik yang nantinya akan terjun ke lahan. Bagi penelitian keperawatan, setelah menge- tahui nilai hubungan pada penelitian ini, hendaknya melakukan penelitian berkelanjutan untuk menge- tahui lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan perilaku agresif pasien dengan stres perawat dipsikiatri intensive care unit. DAFTAR RUJUKAN Dermawan, D. & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Hartono, LA. 2011. Stres & Stroke. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI. Lukluk, Zuyina A. & Siti Bandiyah. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Muhith Abdul, Nasir & Ideputri. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mulia Medika Muhith abdul., Nasir. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa,. Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: cv. Andi. Muhith, A. 2018. Aplikasi Komunikasi terapeutik Nursing & Health Yogyakarta: Andi. Muhith, A., Nasir. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Muhith, A., Saputra, M.H., Fardiansyah A., 2018. Risk factor of rheumatoid arthritis among Eldely in UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto distric Indo- nesia. Indian Journal of Public health Research 143Muhith, Fardiansyah, Mawaddah, Mulyatin, Hubungan Perilaku Kekerasan Pasien... & Development, Volume.9 Number, 6 June 2018, ISSN 0978-0245 (print ), ISSN 0976-5506 (Electronic). Medicine: Public health, Eviron- mental and Occupational Health. Indian Journal of Public health Research & Development. Nabila, Hanifa. 2016. Pengukuran Hars dan Dass https:/ / w ww. s c r i b d . c o m / d oc u m e n t / 3 3 4 0 6 5 1 5 3 / Pengukuran-Hars-Dan-Dass, diunduh pada 2 Februari 2018. Nijman, Henk, Len Bowers, Nico Oud & Gerard Jansen. 2005. Psychiatric Nurses Experiences with Inpatient Aggression. Nijman, Henk, Len Bowers, Nico Oud & Gerard Jansen. 2005. Psychiatric Nurses Experiences with Inpatient Aggression. Oud, N.E. 2000. The Perception of Prevalence of Aggression Scale (POPAS) Questionnaire. https:/ / www. r es ea r c h g a t e. n et / p r ofi l e / N i c o_ Ou d/ p u b l i c a t i o n / 2 7 0 1 5 9 8 4 9 _ T h e _ P e r c e p t i o n _ o f _ P r e v a l e n c e _ o f _ Aggression_Scale_POPAS_Questionnaire/links/ 54a177900cf256bf8baf71c1/The-Perception-of- P r e va l e n c e - of- A g g r e s s i on - S c a l e- P O PA S - Questionnaire.pdf, diunduh pada 2 Februari 2018. Psychology Foundation of Australia . (2014). Depression Anxiety Stress Scales (DASS). HYPERLINK http:/ / www2. psy. un sw. edu.a u/ da ss/ h t t p: / / www2. psy.unsw.edu.au/dass/ diunduh pada 2 Februari 2018. Yosep, Iyus dan Titin Sutini. 2014. Baku Ajar Kepera- watan Jiwa Dan Advance Mental Health Nursing. Bandung: PT Refika Aditama.