97Livana, Anggraeni, Pendidikan Kesehatan tentang Perkembangan Psikososial... 97 PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN FISIK DAN VERBALPADA ANAK USIA SEKOLAH DI KOTA KENDAL (Health Education O Psychososial Development As An Effort Of To Prevent Physical And Verbal Violence Of School Aged Children In Kendal City) Livana PH, Rina Anggraeni Program studi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal email: livana.ph@gmail.com Abstract: The psychosocial development of children is influenced by the family environment including the role of parents in parenting, so parents should educate children well in order for children to develop optimally achieve development tasks, but the current phenomenon there are parents educating children using physical and verbal violence. The impact of violence on children is a disorder of psychosocial development. Actions that can be taken are providing health education about psychosocial develop- ment of normal and deviant school-age children. This study aimed to identify the influence of health education on psychosocial development against physical and verbal violence of school-aged children in Kendal City. The design used pre and post test without control group. The sample was 1320 school- age children of 4th, 5th, and 6th grade in 20 public elementary schools in Kendal city which was chosen by purposive sampling. The data were analyzed using Chisquare test. The results showed that there was an influence of health education on psychosocial development of school-age children with verbal and physical violence. It is suggested to parents to discipline children in the family environment, it requires understanding and knowledge of parents in educating children, without verbal and physical violence so that the child’s psychosocial development according to the task of development. Keywords: Health education on psychosocial development, physical and verbal violence, school age children. Abstrak: Perkembangan psikososial anak dipengaruhi lingkungan keluarga termasuk peran orang tua dalam mengasuh anak, sehingga orang tua harus mendidik anak secara baik agar anak berkembang optimal mencapai tugas perkembangan, tetapi fenomena saat ini ada orang tua mendidik anak menggunakan kekerasan fisik dan verbal. Dampak kekerasan pada anak yaitu gangguan perkembangan psikososial. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah yang normal dan yang menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk pengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial terhadap kekerasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah di Kota Kendal.Desain penelitiannya menggunakan pre and post test without control group. Sampel penelitian ini sebanyak 1320 anak usia sekolah yang menduduki kelas 4, 5, dan 6 di 20 SD Negeri di Kota Kendal yang dipilih dengan cara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chisquare. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah dengan kekerasan verbal dan fisik. Disarankan kepada orang tua untukmendisiplinkan anak di lingkungan keluarga, diperlukan pemahaman dan pengetahuanorang tua dalam mendidik anak, tanpa melakukan kekerasan verbal dan fisik agar perkembangan psikososial anak sesuai tugas perkembangan. Kata kunci: Pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial, kekerasan fisik dan verbal, anak usia sekolah. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 2, Agustus 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p097–104 IT Typewritten text © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 98 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 97–104 PENDAHULUAN Anak usia sekolah merupakan anak berusia 6 sampai 12 tahun.Periode ini merupakan periode dimana anak-anak dianggap mulai bertanggung- jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penye- suaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). Upaya orang tua agar anak usia sekolah dapat menyelesaikan tugas perkembangan secara optimal yaitu mendidik dan mendisiplinkan anak, kadang metode kekerasan sebagai upaya yang dipilih. Orang tua menganggap bahwa kekerasan fisik dan verbal adalah hal yang wajar, terutama pada anak yang nakal (Bagong, 2013).Angka kekerasan terhadap anak di Indonesia setiap tahun cenderung meningkat bahkan mencapai 3.700 kasus atau rata-rata terjadi 15 kasus setiap harinya. Sekitar 70% pelaku keke- rasan pada anak adalah orang tuanya sendiri (KPAI, 2015). Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kendal (2015), angka kekerasan anak di Kota Kendal meningkat setiap tahun, yaitu 84 kasus kekerasanPada tahun 2016, sebanyak 27 kasus kekerasan, hal ini menun- jukan bahwa ada orangtua dalam mengasuh anak menggunakan kekerasan (Dyah, 2016). Kekerasan verbal merupakan kekerasan dalam bentuk ucapan atau kata-kata yang bersifat meng- hina atau mempermalukan anak, menolak anak, membentak, menacaci maki, dan menakuti dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap anak (Lestari, 2015). Kekerasan fisik merupakan tindakan kekerasan yang berupa tindakan fisik seperti memukul, mencubit, menjewer, menampar, menendang, membakar, menggigit, memotong, me- ninju atau bahkan menyiram dengan air panas. Ke- kerasan terhadap anak dapat mempengaruhi kondisi mental dan tumbuh kembang anak (Hetherington, 2006). Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa pertengahan.Masa perte- ngahan ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, kognitif dan psikososial (Federika, 2009). Anak usia sekolah untuk mencapai perkembangan yang optimal harus dapat menyelesaikan tugas perkem- bangan sesuai tahap perkembangannnya, termasuk perkembangan psikososial. Hambatan mencapai tugas perkembangan psikososial pada satu tahap, dapat menghambat keberhasilan tahap perkembang- an berikutnya (Maulana, 2007). Tahap perkembangan psikososial anakusia sekolah menurut Erick Erikson (1963) (dalam Sumanto, 2014) adalah industry vs inferiority, dimana pada tahap ini anak mempunyai kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar. Karakteristik perilaku anak usia sekolah yang normal atau produktif adalah menyele- saikan tugas yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat, serta berperan dalam ke- giatan kelompok. Perkembangan psikososial akan terganggu apabila orang tua salah dalam mendidik anak. Karakteristik perilaku anak yang menyimpang antara lain, anak menarik diri, suka menggangu, sulit berkonsentrasi, tingkah laku mundur dari tahap usianya, misalnya menghisap ibu jari, mengompol, mimpi buruk, sulit tidur, ketakutan yang tidak masuk akal, mudah tersinggung, menolak masuk sekolah, suka marah-marah, dan berkelahi (Sumarno, 2013). Penelitian Afidatunisak et al (2017) menunjuk- kan hasil bahwa ada hubungan antara kekerasan fisik dan verbal dengan perkembangan psikososial anak sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan fisik dan verbalyang dilakukan orangtua atau caregiver anak, mempengaruhi per- kembangan psikososial anak usia sekolah. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat jiwa untuk mencegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal, yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah tentang perkembangan psikososial anak yang normal dan yang menyim- pang. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada anak usia sekolah diharapkan dapat meningkatkan kognitif anak, sehingga anak usia sekolah dapat berperilaku sesuai dengan tahapan perkembangan psikososial yang normal. Perilaku yang normal sesuai usia dapat mendisiplinkan anak melakukan kegiatan sehari-hari sehingga mencegah orangtua atau caregiver melakukan kekerasan fisik dan verbal kepada anak. Hasil wawancara di SD Negeri 1 dan 2 Ban- dengan didapatkan 6 dari 10 anak mengalami keke- rasan verbal dari orangtuanya yaitu dengan diben- tak, dimarahi, dan kata-kata kasar, juga kekerasan fisik yaitu dicubit, dijewer dan dipuku. Alasan orangtua melakukan kekerasan fisik dan verbal karena anak membangkang ketika dianjurkan ma- kan, tidur siang, dan mengerjakan tugas sekolah. Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilaku- kan penelitian tentang “Pengaruh pendidikan kese- 99Livana, Anggraeni, Pendidikan Kesehatan tentang Perkembangan Psikososial... hatan tentang Perkembangan Psikososial sebagai upaya pencegahan kekerasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah”. BAHAN DAN METODE Desain penelitian yaitu pre and post test without control group. Populasi penelitian adalah adalah semua subyek yang memenuhi kriteria pengamatan yang diteliti, yaitu semua anak usia sekolah yang menduduki kelas 4, 5, dan 6 di 20 SD Negeri di Kota Kendal, yaitu sebesar 1677 siswa. Sampel penelitian sebanyak 1320 anak mengguna- kan teknik Purposive sampling. Variabel intervensi penelitian ini adalah pendidikan Kesehatan tentang perkembangan psikososial. Variabel dependen pene- litian ini adalah kekerasan fisik dan verbal sedang- kan veriabel counfonding adalah usia dan jenis kelamin. Data pre test dikumpulkan pada tanggal 22 Januari hingga 13 februari 2018 menggunakan kuesioner tentang kekerasan fisik dan verbal yang pernah dialami anak usia sekolah yang masing- masing terdiri dari 8 pernyataan. Data post test dikumpulkan 6 (enam) bulan setelah diberikan pendi- dikan kesehatan tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah, dan diminta untuk memprak- tekkan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis data menggunakan uji Chi-square. HASIL PENELITIAN Adapun karakteristik responden terkait usia disajikan pada Tabel 1 dan karakteristik responden terkait jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Ada pun pengar uh pendidika n keseha ta n per kembanga n psikososial a na k usia sekola h terhadap kekerasan verbal dan fisikdisajikan pada tabel 3. Mean Median SD Min Max 10,46 10 1,13 8 13 Tabel 1 Karakteristik responden terkait usia (n=1320) Variabel f % Jenis Kelamin Laki-laki 692 52,5 Perempuan 628 47,5 Total 1320 100 Tabel 2 Karakteristik responden f % f % f % f % Kekerasan verbal 1178 89.2 142 10,8 116 8,8 1204 91,2 0,000 Kekerasan fisik 1313 99,5 7 0,5 142 10,8 1178 89,2 0,000 Tabel 3 Pengaruh pendidikan kesehatan perkembangan psikososial anak usia sekolah terhadap kekerasan fisik dan verbal Variabel Pre test Post test Ada Tidak ada Ada Tidak ada P value PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden rata-rata 10 tahun, dengan umur terendah 8 tahun dan tertinggi 13 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden berada dalam usia sekolah yaitu usia 6 hingga 12 tahun, dimana anak memiliki kemampuan yang menghasilkan karya, mampu berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri (Keliat, Daulima, Farida. 2011). Hasil penelitian ini sepen- Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kekerasan verbal dengan perkembangan psikososial usia sekolah (p value= 0,000) dapat dengan Ridha (2014) bahwa anak usia sekolah mulai meninggalkan rumah orang tuanya dalam waktu yang terbatas untuk melanjutkan sekolah atau mencari ilmu. Melalui proses pendidikan inilah anak akan belajar untuk bersaing yang bersifat kompetitif. Anak juga memiliki sifat yang kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima pendapat, setia kawan serta mematuhi peraturan-peraturan ya ng ber la ku. Ana k mencoba memper oleh kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi kelak pada usia dewasa. 100 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 97–104 asuh anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Yulita (2014) menyatakan bahwa jenis kelamin juga mempenga ruhi orang tua dala m memberikan hukuman fisik, khususnya anak laki-laki lebih sering menerima hukuman fisik dan kekerasan verbal dibandingkan anak perempuan.Peneliti berasumsi hal ini mungkin disebabkan karena anak laki-laki cenderung lebih nakal, memiliki sifat emosional lebih tinggi dibandingkan perempuan. Beradasarkan hasil penelitian dari berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami kekerasan oleh orang tua dibandingkan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami kekerasan verbalsebanyak 1178 anak (89,2%). Hasil sebaran pernyataan responden mayoritas responden mengalami keke- rasan verbal oleh orang tua yaitu dengan menejelek- jelekan anak didepan umum dan mengucapakan kata-kata kasar. Menurut Naomi (2015) kekerasan adalah perilaku menyakiti sehingga korban meng- alami kerugian dan kerusakan, kekerasan verbal berdampak pada kondisi emosional anak dan perkembangan anak. Tidak semua kekerasan verbal bermaksud tidak baik tetapi untuk mendisiplinkan anak, namun terkadang orang tua saat kondisi lelah atau stress orang tua tanpa sadar sering meng- ucapkan kata-kata yang sebenarnya termasuk da- lam kekerasan verbal. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua yang kurang tentang cara mendisiplinkan anak. Penelitian Yulisma (2016) tentang pengetahuan orang tua tentang kekerasan verbal pada anak prasekolah di Gampong Lam- peudaya Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, menunjukkan bahwa orang tua memiliki pengetahuan yang kurang tentang kekerasan verbal, orang tua beranggapan bahwa proses pembelajaran kepada anak dilakukan oleh kekerasan agar anak patuh dan disiplin kepada orang tua sehingga ini dapat mempengaruhi perkembangan anak di kemudian hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penga- ruh yang signifikan antara kekerasan verbal dengan perkembangan psikososial usia sekolah (p value= 0,000). Hasil penelitian diketahui bahwa anak yang mengalami kekerasan verbal sebelum pemberian pendidikan keseha tan tentang perkembangan psikososial anak sekolah (89,2%), ini terjadi karena adanya perlakuan keluarga terhadap anak usia sekolah secara langsung mempengaruhi perkem- bangan psikososial anak yang tertanam sejak kecil (dini). Penelitian ini sejalan dengan Lestari (2012) Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Hidayat (2011) bahwa perkembangan psikososial anak usia sekolah merupakan tahap saat anak mulai rajin dan rendah diri yang terjadi pada usia 6-12 tahun. Perkembangan anak usia sekolah ditunjukkan dengan sikap yang selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau mencapai prestasinya, sehingga anak pada usia sekolah rajin dalam melaku- kan sesuatu, akan tetapi apabila harapan anak tidak tercapai kemungkinan besar anak akan merasa rendah diri. Penelitian ini mendukung pendapat (Keliat dkk, 2015) bahwa anak usia sekolah mem- punyai perkembangan psikososial tang normal, diantaranya mampu menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang diberikan, mempunyai rasa ber- saing (kompetisi), senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib, berperan dalam kegiatan kelompok, mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya, mampu menyele- saikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal merapikan tempat tidur,menyapu; memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita, menggambar; tidak ada tanda bekas luka peng- aniayaan Penelitian ini sependapat dengan Sani (2013) seiiring dengan pertumbuhan fisiknya yang matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik, setiap gerakannya sudah sela r a s denga n kebutuha nnya . Menur ut Witherington dalam Budiman (2008), bahwa anak usia 6-9 tahun, pada tahapan ini anak berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Apabila proses tersebut tanpa ada bimbingan dari orang tua, anak akan cenderung susah dalam ber- adaptasi dengan lingkungannya. Beradasarkan hasil penelitian dari berbagai literatur dapat disimpulkan bahwa usia 10 tahun cenderung mengalami keke- rasan baik fisik maupun verbal yang dilakukan oleh orang tua, karena pada usia tersebut anak mulai nakal dan orang tua menggunakan metode keke- rasan untuk mendisiplinkan anak supaya anak tidak nakal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 692 anak (52,5%). Menurut Pribudiarta, berdasarkan survey kepada lebih dari 11.000 anak Indonesia ada 1 dari 3 anak laki-laki (8%) dan 6 anak perempuan (3,5%) yang menjadi korban kekerasan fisik dan psikologis. kondisi seperti ini sebaiknya dijadikan peringatan dini agar orang tua memperbaiki pola 101Livana, Anggraeni, Pendidikan Kesehatan tentang Perkembangan Psikososial... bahwa orang tua yang tidak melakukan kekerasan verbal atautindakan kasar dan selalu merespon setiapkegiatan anak maka dapat berpengaruh terhadap perkembangan psikososial anak yanglebih baik dan terarah dan orang tua yangsegera memberi stimulasi yang tepat, maka akan mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usianya. Anak yang mengalami kekerasan verbal sejumlah 1178 anak (89,2%), Hal ini terjadi ketika anak memang telah mampu melakukan tugasnya melalui panca inderanya, walaupun anak mengalami kekerasan verbal di rumahnya karena orangtuanya yang keras,sering membentakdengan mengatakan “kamu rewel” atau “diam, menyam- paikan ancaman seperti “ kamu ibunanti kurung di kamar” dan sebagainya (Rakhmat, 2007). Orang tua mengungkapkan kemarahan terha- dap anakdengan kekerasan yang bersifat verbal disadariatau tidak, sengaja atau tidak sengaja dapat menimbulkan luka batin pada anak yang meng- alaminya (Astuti, 2014). Orang tua sebagai penga- suh merupakan fasilitator yang memiliki dampak bagi perkembangan anak, maka orang tua harus menge- tahui dan memahami tentang cara mengasuh anak dengan baik, bukan dengan kekerasan karena dapat menghambat perkembangan anak (Lestari, 2012). Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Putrawan (2015) tentang Hubungan verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SD N Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak mengalami kekerasan verbal kategori sedang, sedangkan sebagian besar anak memiliki perkem- bangan emosi kategori baik. Dari hasil penelitian orang tua diharapkan agar dalam mengasuh anak orang tua tidak melakukan tindakan kekerasan verbal seperti memarahi, membentak, dan mengan- cam anak, sehingga mampu mendukung perkem- bangan emosi anak yang baik demi masa depan anak tersebut. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Astuti (2014) tentang hubungan tingkat verbal abuse orang tua terhadap perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Atma Bhakti Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Sema- rang, bahwa anak yang mengalami Verbal Abuse kategori rendah dengan perkembangan kognitifbaik sejumlah 17 orang anak (100,0%), initerjadi karena adanya perlakuan keluargaterhadap anak prasekolah secara langsungmempengaruhi perkembangan kognitif anakyang tertanam sejak kecil (dini). Penelitian ini sependapat dengan Rahmawati (2006) bahwa lingkungan keluarga mempengaruhi perilaku kekerasan verbal pada anak, munculnya masalah lingkungan yang mendadak seperti tekanan krisis ekonomi ikut berperan dalam timbulnnya kekerasan verbal.Menurut Evans (2012) menyatakan bahwa kekerasan verbal sangat berpengaruh terhadap masalah perilaku terhadap masalah perilaku anak daripada hukuman fisik. Kekerasan verbal yang terlalu sering diterima anak dapat mempengaruhi peningkatan kenakalan anak. Hasil penelitian Santos (2012) menunjukkan bahwa kekerasan verbal dapat menyebabkan anak menjadi tidak percaya diri dan perkembangan anak menjadi terganggu sehingga berpengaruh terhadap konsep diri dan anak akan cenderung meniru kekerasan verbal seperti yang dilakukan oleh orang tua mereka. Hasil penelitian dari berbagai literatur maka peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh pem- berian pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial anak usia sekolah terhadap kekerasan verbal. Peranan orang tua sangatlah penting dalam membantu perkembangan psikososial anaknya. Orang tua perlu memahami apa yang sedang terjadi pada anak dan mengenali apa yang dibutuhkan anak untuk perkembangannya, serta hal apa saja yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan terse- but. Dengan demikian, orang tua dapat mengambil keputusan tindakan apa yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami kekerasan fisik yaitu 1313 anak (99,5%). Hasil sebaran pernyataan responden mayoritas responden mengalami kekerasan fisik oleh orang tua yaitu dengan dicubit dan dipukul.Hasil penelitian sependapat dengan Thoman (2016) bahwa kekerasan fisik yang paling sering dilakukan oleh orang tua adalah dengan mencubit atau men- jewer anak. Cara-cara kekerasan yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak tersebut merupakan hal yang wajar menurut orang tua, karena hal tersebut dapat membuat anak menjadi tidak nakal dan nurut terhadap orang tua. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2013 angka kekerasan anak setiap tahun cenderung meningkat, KPAI mencatat terjadi kasus kekerasan 1.620 kasus kekerasan pada anak, 490 kasus dianta- ranya adalah kekerasan fisik, sedangkan menurut Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Pro- vinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa pada tahun 102 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 97–104 2013 Provinsi Jawa Tengah terjadi 209 kasus kekerasan fisik, ini artinya angka kekerasan anak di jawa tengah relatif tinggi. Kekerasan fisik pada anak dapat menyebabkan anak menjadi agresif karena orang tua berperilaku tidak baik terhadap anak sehingga anak akan beru- saha melawan kepada orang tua, anak dapat me- ngurung diri karena dengan mengurung diri anak merasa aman dari kekerasan orang tua dan dam- paknya anak akan sulit bergaul, sulit berkomunikasi, bahkan menutup diri untuk, harga dirinya rendah, trauma karena anak cenderung mempunyai daya ingat yang kuat terhadap apa yang dilkukakn oleh orang tua, stress sehingga anak sulit tidur dan ber- dampak pada gagal berprestasi dan kurangnya konsentrasi (Gudang Kesehatan, 2016). Hasil penelitian menunnjukkan bahwa ada pengaruh yang signfikan antara pendidikan kese- hatan perkembangan psikososial usia sekolah dengan kekerasan fisik (p value=0,000). Hasil ini dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan sekolah yang sejalan dengan laporan United Nation’s Childern Fund (UNICEF) pada tahun 2007. UNICEF melaporkan sekitar 275 juta anak di seluruh dunia yang menjadi korban kekerasan di lingkungan rumah dan 40 juta anak berusia dibawah 15 tahun mengalami keke- rasan dan penelantaran di lingkungan rumah, sekolah, komunitas, jalanan dan lingkungan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Radja et al (2016) bahwa mayoritas anak mengalami kekerasan fisik (97,5%), dengan jenis perlakuan terbanyak ialah dipukul. Hasil ini juga sebanding dengan penelitian di Arab Saudi dan Kanada yang meneliti tentang kekerasan yang paling banyak adalah kekerasan fisik. Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan India. Jenis kekerasan anak yang paling sering adalah penelantaran dan yang paling sedikit adalah kekerasan emosional. Hal ini mungkin dapat terjadi karena perbedaan budaya dan pola asuh orang tua pada masing-masing negara. Menurut WHO pada tahun 2014, sekitar 23 % anak di seluruh dunia yang mengalami kekerasan fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Huda (2008) tentang kekerasan terhadap anak dan masa- lah sosial yang kronis, bahwa kekerasan fisik, terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak memukul dan mencubit anak ketika anak sebe- narnya memerlukan perhatian. Pukulan akan selalu diingat anak jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu sehingga dapat berdampak pada perkembangan psikososial anak, selain itu juga dapat mengakibatkan cedera fisik. Faktor-faktor yang yang menyebabkan terjadinya kekerasan fisik yaitu faktor masyarakat dan faktor keluarga. Faktor masyarakat misalnya kemiskinan, pengangguran, sedangkan faktor keluarga misalnya kehidupan keluarga yang kacau tidak saling mencinta dan menghargai satu sama lain. Hal ini sependapat dengan Suyanto (2010) bahwa faktor penyebab kekerasan fisik yang lainnya yaitu faktor penga- laman orang tua, orang tua yang masa lalunya dididik dengan melakukan kekerasan, maka akan cende- rung melakukan kekerasan terhadap anaknya, oleh karena itu pengetahuan orang tua harus baik dalam mendidik anak sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak yang menjadi optimal. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Afidatunisak et al (2017) bahwa ada hubungan antara kekerasan fisik dan verbal dengan perkem- bangan psikososial anak sekolah.Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini berupa pendidikan kesehatan tentang perkembangan psikososial terbukti mampu mencegah kekerasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan beberapa literature dan beberapa penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa pendi- dikan kesehatan tentang perkembangan psikososial dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan keke- rasan fisik dan verbal pada anak usia sekolah. Saran Disarankan kepada orang tua dalam mendisi- plinkan anaknya di dalam lingkungan keluarga, hendaknya diperlukan pemahaman dan pengetahuan orang tua dalam mendidik anak yang baik, tanpa melakukan kekerasan verbal dan fisik sehingga dapat membantu perkembangan psikososial anak untuk mempercepat penguasaan tugas-tugas per- kembangannya. DAFTAR RUJUKAN Afidatunisak, PH. Livana, Hermanto. 2017. Hubungan kekerasan verbal dan fisik orang tua dengan perkembangan psikososial usiasekolah di SDN Pagerdawung Kecamatan Ringinarum. Skripsi. STIKES Kendal. Tidak dipublikasikan. Astuti, W. 2014.Hubungan tingkat verbal abuse orang 103Livana, Anggraeni, Pendidikan Kesehatan tentang Perkembangan Psikososial... tua terhadap perkembangan kognitif anak usia pra sekolahdi tk atma bakti Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/ 3841.pdf Bagong, S. 2013. Masalah sosial anak. Jakarta: Prenada Media Group. Budiman, N. 2008. Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Dediknas. Dyah, A. 2016. Anak di Kendal jadi Korban Kekerasan. http://regional.kompas.com/read/2016/05/18/ 17535991/27.anak.di.kendal.jadi.korban.kekerasan Evans, Simon. 2012 Virtual Selves, Real Relationships: An Exploration of the Context and Role for Social Interactions in the Emergence of Self in Virtual Enviroments. 46. p. 512-528. Federika, A. 2009. Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Gudang Kesehatan. 2016. Dampak Fatal Yang Diderita Oleh Korban Kekerasan Anak. www.gudang kesehatan.com. Jakarta. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017. Hetherington. 2006. Child Psychology. A Contemporary Viewpoint. International edition New York: McGraw Hils Companies. Hidayat, A. A. 2011. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Huda, Nurul. 2008. Kekerasan Terhadap Anak Dan Masal ah Sosial Yang Kroni s. Uni ver sit a s Pekalongan. http://journal.unikal.ac.id/index.php/ hukum/article/view/176 Istiana, Keliat, B.A, Nuraini. 2010. Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Usia Sekolah pada Anak-Orang Tua Dan Anak-Guru terhadap Per- kembangan Mental Anak Usia Sekolah. Surabaya: Universitas Aerlangga. Jurnal Ners Volume 6 No 1 April 2011.. http://e-journal. unair.ac.id/index.php/ JNERS/article/view/3971 KPAI. 2015. jenis kekerasan anak. http://health. liputan6.com/read/2252930/14-jenis-kekerasan- anak- dari-keluarga KPAI.2015. Jeni s kekerasan anak.htt p://hea lth. liputan6.com/read/2252930/14-jenis-kekerasan- anak- dari-keluarga. Lestari, Titik. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pusta- ka penelitian kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika. Maulana, M. 2007. Mendidik anak autis dan gangguan mental lainnya menuju anak cerdas dan sehat. Yogyakarta: Katahati. PKBI.2016. Nyala 1000 lilin untuk para korban.Jawa Tengah _ PKBI.htm.Diakses tanggal 11 Oktober 2016. Pribudiarta. 2016. Korban Kekerasan Anak Laki-Laki Lebih Banyak Ketimbang Perempuan. Repu- blika.com. Diakses Pada Tanggal 1 Maret 2018. Putrawan, Umi, Zumrotul. 2016. Hubungan verbal abuse dengan perkembangan emosi anak usia sekolah kelas 3-5 di SDN Genuk 01 Ungaran Kabupaten Semarang. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/ documents/4763.pdf Radja, Kaunang & Dundu.2016. Gambaran Kekerasan pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Mala- layang Kota Manado.https://ejournal. unsrat.ac.id/ index.php/eclinic/article/view/14598 Rahmawati, Nurul. 2006. Faktor-Faktor Yang Mem- pengaruhi Orang Tua Melakukan Verbal Abuse pada Anaknya di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kabupat en Semarang . h t t p: / / eprints.umpo.ac.id/2232/2/2.pdf Rakhmat, Jallaludin. 2007. SQ for Kids: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini. Bandung : PT Mizan Pustaka. Sani, Amri. 2013. Tingkat Kesegaran Jasmanni Anak Usia 6-9 Tahun di SD Negeri Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Santos, et al 2009. Maternal antropometry and feeding behaviour toward preschool children: association with chilhood body mass index in an observational study of chilean families. International journal of behavioral nutrition and physicalactivity, 6:93. Sumanto. 2014. Fungsi dan teori. Psikologi perkem- bangan. Yogyakarta: jl. Cempaka Putih No.8 Sumarno.2013. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumarno.2013. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarto, Keliat, B.A., Pujasari.2011. Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Anak Sekolah Pada Anak, Orangtua, Guru Terhadap Perkembangan Mental Anak di Kelurahan Pancoranmas dan Depok Jaya. Surabaya: Universitas Aerlangga. Jurnal Ners Volume 6 No 1 April 2011. http://e-journal.unair.ac.id/ index.php/JNERS/article/view/2683. Suyanto, B. 2010. Masalah sosial anak. Jakarta: Prenada Media Group. Suyanto, Dr. Bagong. 2013. Sosiologi Ekonomi, Kapi- talisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post- Modernisme. Surabaya: Prenada Media Groupa Cipta. Thoman, P. 2016. Orang Tua Indonesia Masih Didik Anak Dengan Kekerasan. Republika.com. Jakarta. Diakses pada tanggal 1 Maret 2018. UNICEF. 2007. Progress For Children: A World Fit for Chi ldren. New Yor k: UNICE F Di vi si on of Communication. Walter, Keliat., B.A, Hastono, S.P. 2010. Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti Sosial Asuhan Anak Kota Bandung. h ttp:/ /ejournal .stikes- ppni.ac.id/index.php/keperawatan-bina-sehat/ article/view/334/334. Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC. 104 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 97–104 Yulita, Refi. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Balita Di Posyandu Sakura Ciputat Timur. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yusima, Afrina. 2016. Pengetahuan Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak Prasekolah di Gampong Lampeudaya Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala.