123Wulaningtyas, Triwulan, Hubungan Kejadian Flour Albus... 123 HUBUNGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS DENGAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP INFEKSI MATERNAL PADA WUS (Relationship Between Albus Flour Events and Anxiety Levels Maternal infection at wus) Abstract: Anxiety is an uncomfortable feeling or uncertain great scare, which happened as a reaction to something that is being experienced by someone, such as health problems. one of the important health problem for woman is about having flour albus. This study aimed to analyze the relationship between flour albus prevelance and anxiety to the occurance of maternal Infection in woman at campurejo vilage, Kediri District. The design was analytical survey with cross sectional approach. The population in this study was all woman at campurejo distric as many as 227 womans, while the samples were 143 woman taken by using purposive sampling. The measurement of the variables was conducted through questionnaire. The data was analyzed using Chi Square test. the result of analysis was x2 =10,996 > 9,488, showing that there was relationship between flour albus prevalence and anxiety to the occurance of maternalinfection in women at Campurejo vilage , Kediri District. Woman in reproductive age expected to maintain the cleanliness of the reproductive organs. Keywords: Flour albus, anxiety, maternal infection Abstrak: Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau ketakutan besar yang tidak pasti, yang terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang, seperti masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang penting bagi wanita adalah fluor albus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kejadian fluor albus dan kecemasan terhadap kejadian infeksi maternal pada wanita di Desa Campurejo, Kabupaten Kediri. Desain penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita di Kecamatan Campurejo sebanyak 227 wanita, sedangkan sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling. Pengukuran variabel dilakukan melalui kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis adalah x2 = 10,996> 9,488, menunjukkan bahwa ada hubungan antara prevalensi fluor albus dan kecemasan terhadap terjadinya infeksi maternal pada wanita di Desa Campurejo, Kabupaten Kediri. Wanita yang memasuki usia subur diharapkan menjaga kebersihan organ reproduksi. Kata kunci: Fluor albus, kecemasan, infeksi maternal Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 2, Agustus 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p123–128 PENDAHULUAN Masa terpenting bagi seorang perempuan yaitu masa usia subur yang berlangsung hingga 35 tahun. Dimana pada masa subur ini telah terjadi suatu perubahan antara lain membesarnya payudara, pembesaran mulut rahim, perubahan pada pinggul, dan perubhan warna kulit tubuh. Menstruasi pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali. Kondisi yang perlu dipantau pada masa usia subur adalah perawatan antenatal, jarak kelahiran, deteksi dini email: ekosriw81@gmail.com Eko Sri Wulaningtyas, Evita Widyawati Akademi Kebidanan Medika Wiyata Kediri IT Typewritten text © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 124 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 124–128 kanker payudara dan leher rahim, serta infeksi me- nular seksual (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Keteraturan menstruasi yang dialami oleh wa- nita usia subur, secara fisiologis berpotensi menim- bulkan keputihan pada wanita. Keputihan atau flour albus adalah semua pengeluaran cairan alat geni- talia yang bukan darah. Keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seksual meningkat, dan pada waktu hamil (Manuaba, 2010). Di Indonesia sendiri didapatkan data 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal sekali dalam seumur hidup dan 45% sisanya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih seumur hidup (BKKBN 2009 dalam Adawi- yah, 2015). Berdasarkan hasil penelitian oleh Khu- zaiyah, dkk (2015) di Pekalongan, didapatkan hasil jika sebagian besar wanita yang mengalami keputih- an adalah golongan Wanita Usia Subur (20-35 tahun). Menurut Manuaba (2010), keputihan meru- pakan manifestasi gejala dan hampir semua penyakit kandungan. Maka, untuk megetahui kondisi kese- hatan reproduksi wanita khususnya keputihan yang sedang dialami itu dalam keadaan patologi ataukah fisologi. Keputihan patologis disebabkan oleh adanya tumor atau cancer, dan terjadi infeksi. Oleh karena itu, setiap wanita harus melakuakn test diagnostik di laboratorium dan pap smear untuk kemungkinan keganasan. Sekitar 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup. (Boyke, 2008) penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti bulan maret tahun 2009 dari 20 respondent yang terlihat dalam penelitian 10 orang (50%) memiliki pengetahuan cukup, 9 orang (45%) memiliki penge- tahuan baik dan 8 orang (40%) memiliki pengeta- huan kurang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umumnya Remaja Putri yang menjadi Res- ponden mempunyai pengetahuan yang kurang ten- tang flour albus (Eni, 2008). Pengetahuan kurang bisa menimbulkan kece- masan yang terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang, seperti halnya masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang penting bagi WUS adalah mengenai penyakit kan- dungan, dimana salah satu tanda gejala dari penyakit kandungan tersebut adalah terjadinya flour albus. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan rancangan Core- lation antara kejadian flour albus dengan kece- masan terhadap terjadinya infeksi maternal. Pende- katan yang digunakan cross sectional, dimana kedua variabel diobservasi sekali pada waktu yang sama.Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur di desa campurejo sejumlah 227. Sampel penelitian ini adalah sebagian WUS di desa Cam- purejo Kediri, sebanyak 143, diambil dengan teknik pusposive sampling pada wanita usia 20 sd 49 ta- hun yang bersedia menjadi responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kejadian flour albus.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan terhadap terjadinya inveksi ma- ternal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square. HASIL PENELITIAN Data Umum Umur Hasil penelitian mengenai distribusi umur res- ponden di desa campurejo ditunjukkan dalam tabel berikut: Usia (tahun) f % < 22 tahun 0 0 > 22 tahun 143 0 Jumlah 143 100 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Berdasarkan Tabel 1 diketahui seluruh respon- den, yaitu sejumlah 143wus (100%) berusia antara > 22 tahun. Data Khusus Data ini menggambarkan kejadian flour albus dan kecemasan terhadap penyakit kandungan. Kejadian flour albus Hasil penelitian mengenai kejadian keputihan pada responden di Desa Campurejo ditunjukkan dalam Tabel berikut: Kejadian Flour Albus f % Mengalami 122 84,2 Tidak mengalami 21 15,8 Jumlah 143 100 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Flour Albus 125Wulaningtyas, Triwulan, Hubungan Kejadian Flour Albus... Berdasarkan Tabel 3 diketahui sebagian besar responden mengalami kecemasan dengan tingkat sedang yaitu sebanyak 104 responden (71,9%) dari total 143 responden. Hubungan Kejadian Flour Albus dengan Kecemasan Terhadap infeksi maternal. Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian besar dari responden mengalami flour albus yaitu se- banyak 122 responden (84,2%) dari total 143 res- ponden. Kecemasan terhadap infeksi maternal Hasil penelitian mengenai kecemasan terhadap infeksi maternal pada responden di desa campurejo ditunjukkan dalam Tabel berikut: Tingkat Kecemasan f % Tidak ada 33 23,3 Kecemasan ringan 104 71,9 Kecemasan sedang 6 4,8 Kecemasan berat 0 0 Jumlah 143 100 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kecemasan terhadap infeksi kandungan Value df Asymp.Sig. (2-sided) Person Chi Square 10.996a 2 .004 Likelihood Ratio 9.958 2 .007 Linear-by-Linear Association 4.682 1 .030 N of Valid cases 146 Tabel 4 Uji Korelasi Chi Square Hubungan Kejadian Fluor Albus dengan Kecemasan Terhadap Penyakit Kandungan Berdasarkan hasil dari Tabel 4 diketahui bahwa x2 = 10,996 >9,488 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara kejadian flour albus dengan kecemasan terhadap penyakit kan- dungan pada WUS di MAN Purwoasri Kabupaten Kediri. PEMBAHASAN Kejadian Flour Albus Hasil penelitian sebagian besar dari responden mengalami flour albus yaitu sebanyak 123 respon- den (84,2%) dari total 146 responden. Hal ini sesuai dengan konsep yang disampaikan Tjitraresmi (2010) menya taka n ba hwa wa nita a ka n menga la mi keputihan karenahal itu merupkan proses yang normal. Namun, jika keputihan berlangsung terus menerus, maka perlu berhati-hati karena dapat erjadi infeksi baik disebabkan bakteri, virus dan jamur. Flour albus yang nomal adalah cairan dari vagina sesudah mendapat haid yang pertama, dari kelenjar yang terdapat pada cervix yang menimbul- kan lendir karena pengaruh hormon estrogen, dan jumlah yang keluar berubah-ubah sesuai siklus haid, terdiri dari cairan yang kadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dan leukosit yang ja- rang, banyak ditemukan pada bayi baru lahir sampai umur 10 tahun, sekitar menarche, wanita dewasa apabila mendapat rangsangan dan waktu coitus atau sekitar ovulasi serta pada wanita dengan pe- nyakit menahun, dengan neurosis dan wanita dengan ektropion porsionis uteri (Wiknjosastro, 2009). Flour albus normal memiliki ciri-ciri berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misal gatal, nyeri, rasa ter- bakar, dan sebagainya). Keluar saat menjelang dan sesudah menstruasi atau saat stress dan kelelahan (Wijayanti, 2009). Flour albus yang abnormal menimbulkan rasa gatal, nyeri di dalam vagina atau sekeliling saluran pembuka vula. Umumnya dipicu kuman penyakit (pathogen) dan menyebabkan infeksi. Akibat tim- bulnya gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hing- ga kehijauan, jumlah berlebih, da berbau serta me- nimbulkan rasa gatal di daerah sekitar vagina (Wiknjosastro, 2009). Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa kejadian fluor albus pada Wanita Usia Su- bur (WUS) merupakan hal yang normal (fisiologis), jika fluor albus yang dikeluarkan memiliki ciri-ciri yang normal. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Elmia (2017) tentang faktor yang mempengaruhi fluor albus pada remaja putri di SMA PGRI Pekan- baru menunjukkan 125 responden sebanyak 119 atau 95,2% mengalami fluor albus normal, seorang wanita harus tetap berhati-hati dengan kejadian flour albus yang fisiologis, karena apabila dibiarkan dapat saja hal tersebut berubah menjadi patologis. Untuk itu, semua WUS wajib memperhatikan keber- sihan dan kesehatan organ genetalianya, serta harus paham benar apakah flour albus yang dikeluarkan termasuk normal atau tidak normal. 126 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 124–128 Kecemasan terhadap Infeksi Maternal Hasil penelitian yang dilakukan di desa cam- purejo kota Kediri menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan terhadap penyakit kandungan dengan tingkat ringan yaitu sebanyak 104 responden (71,9%) dari total 143 responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirohardjo (2014) yang mengatakan bahwa seorang perem- puan yang menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan genetalianya, cenderung menunjukkan ge- jala kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa malu, sehingga saat menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertama kali, yang sangat diperlukan adalah pengertian (simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan. Kecemasan merupakan gangguan alam pera- saan yang ditandai dengan ketakutan atau kekha- watiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepri- badian masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagain besar responden mengalami kecemasan dengan tingkat ringan. Faktor terbesar yang mempengaruhi responden mengalami tingkat kecemasan yang ringan adalah karena banyaknya responden yang juga mengalami fluor albus. Penelitian yang ber- kaitan dengan ini oleh wawan, 2017 menunjukkan bahwa dari 40 WUS 62,5% mengalami kecemasan ringan dan 37,5% mengalami kecemasan sedang. Frekuensi yang banyak tersebut akan menurunkan tingkat kecemasan seseorang, karena orang terse- but beranggapan bahwa ia tidak sendiri dalam mengalami flour albus. Hubungan Kejadian fluor albus dengan kece- masan terhadap Infeksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa x2 hitung = 7,581 < 9,488 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara kejadian flour albus dengan kecemasan terhadap Infeksi Mater- nal pada WUS di desa campurejo kota kediri. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Nugroho (2008) bahwa kecemasan adalah perasa- an yang tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang. Dalam penelitian ini, sesuatu yang dimaksud adalah kejadian flour albus. Dari penelitian yang dilakukan Yanti et al, 2016, membuktikan bahwa Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan dan perilaku vulva hygiene terhadap kejadian keputihan, dengan perilaku vulva hygiene memiliki arah negatif, artinya semakin buruk perilaku vulva hygiene maka kejadian keputihan akan semakin tinggi, dan tingkat kecemasan memi- liki arah positif, artinya semakin rendah tingkat kecemasan responden maka kejadian keputihan akan semakin rendah pula. Flour albus (leukorea) cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental (Prawiroharjo, 2014). Adapun salah satu bentuk gangguan pada mental adalah kecemasan (Keliat, 2009). Salah satu stressor pencetus kecemasan adalah ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini, stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fisik (misal infeksi virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi tubuh (misal sistem jantung, sistem imun, pengaturan suhu dan perubahan, fisiologis selama kehamilan) (Riyadi & Sujono, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden merasa cemas terhadap kemungkinan terjadinya penyakit kandungan, sebab ia mengalami flour albus. Berdasarkan hasil penggalian informasi yang dilakukan kepada responden, mereka beranggapan bahwa semuaflour albus merupakan tanda dan gejala adanya penyakit kandungan. Flour albus cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental. sifat dan banyaknya keputihan dapat memberikan petunjuk ke arah etiologinya. Perlu diketahui sudah berapa lama keluhan itu, terjadinya terus menerus atau hanya pada waktu- waktu tertentu saja, seberapa banyaknya, apa war- nanya, baunya, disertai rasa gatal/tidak (Prawiro- hardjo, 2014). Untuk itu, responden perlu mengeta- hui jenis flour albus yang normal (fisiologis) dan flour albus seperti apa yang mengidentifikasikan adanya inveksi maternal. Selain itu, responden hendaknya juga berusaha untuk mengatasi flour albus yang dialaminya mes- kipun itu tergolong dalam flour albus yang fisiologis. Prawirohardjo (2014) menyatakan bahwa, fluor albus merupakan suatu proses yang fisiologis. 127Wulaningtyas, Triwulan, Hubungan Kejadian Flour Albus... Namun, fluor albus dapat berubah menjadi pato- logis jika bakteri yang menginvasi traktus genetalia meningkat ataupun karena penurunan daya tahan tubuh wanita tersebut. Adapun menurut Bahari (2012), beberapa cara untuk mengatasi keputihan diantaranya:mengenakan pakaian berbahan sintetis yang tidak ketat, jangan menggunakan WC yang kotor karena kemungkinan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewani- taan, mengganti celana dalam secara rutin terutama jika berkeringat, mengurangi konsumsi makanan manis karena akan meningkatkan kadar gula dalam air kencing dan menjadi tempat bakteri untuk tumbuh, mengurangi penggunaan pembersih vagina karena akan membunuh mikroorganisme normal dalam vagina, mengganti pembalut secara rutin saat haid, menghindari berganti-ganti pasangan, mengurangi aktivitas fisik yang melelahkan, dan menghindari penggunaan tissue yang terlalu sering. Kesimpulan Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kece- masan dan perilaku vulva hygiene terhadap kejadian keputihan, dengan perilaku vulva hygiene memiliki arah negatif, artinya semakin buruk perilaku vulva hygiene maka kejadian keputihan akan semakin tinggi, dan tingkat kecemasan memiliki arah positif, artinya semakin rendah tingkat kecemasan respon- den maka kejadian keputihan akan semakin rendah pula. SIMPULAN DAN BAHAN Simpulan Hasil penelitian sebagian besar dari responden mengalami flour albus yaitu sebanyak 123 respon- den (84,2%) dari total 146 responden, dan hasil penelitian yang dilakukan di desa campurejo kota Kediri menunjukkan bahwa sebagian besar respon- den mengalami kecemasan terhadap penyakit kan- dungan dengan tingkat ringan yaitu sebanyak 104 responden (71,9%) dari total 143 responden, serta menunjukkan bahwa x2 hitung = 7,581 < 9,488 maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan ada hubung- an antara kejadian flour albus dengan kecemasan terhadap Infeksi Maternal pada WUS di Desa Campurejo Kota Kediri. Saran Wanita yang memasuki usia subur diharapkan menjaga kebersihan organ reproduksi diantaranya: mengenakan pakaian berbahan sintetis yang tidak ketat, jangan menggunakan WC yang kotor karena kemungkinan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan, mengganti celana dalam secara rutin terutama jika berkeringat, mengurangi kon- sumsi makanan manis karena akan meningkatkan kadar gula dalam air kencing dan menjadi tempat bakteri untuk tumbuh, mengurangi penggunaan pem- bersih vagina karena akan membunuh mikroorganis- me normal dalam vagina, mengganti pembalut secara rutin saat haid, menghindari berganti-ganti pasangan, mengurangi aktivitas fisik yang melelah- kan, dan menghindari penggunaan tissue yang terlalu sering DAFTAR RUJUKAN Adawiyah, K. D. 2015. “Hubungan pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Keputihan (Flour Albus) pada Siswi SMA- Sederajat di Wilayah Tangerang Selatan”.Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bahari, H. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Jakarta: Buku Biru Boyke.2008. Tanda Dan Ge j al a Kanke r Mulut Rahim.http://www.pdpersi.co.id. (diakses tanggal 05 januari 2018). Kursani, E, Marlina, H Olfa, K : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja Putri di SMA PGRI Pekanbaru Tahun 2013. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 2 No 1. Eny, R A,. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia offset Hawari, H. D. 2013. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: FK UI Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Khuzaiyah, S., Krisiyanti, R., Mayasari, C. M. 2015. Karakteristik Wanita dengan Flour Albus. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) VII (1) Kumalasari, I. & Andhyantoro, I. 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC Nugroho 2008. Keperawatan Gerontik. Buku Kedok- teran EGC: Jakarta. Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Riyadi, S & Sujono, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu Tjitraresmi A., Kusuma, S. A. F., Rusmiati, D. 2010. “Formulasi dan Evaluasi Sabun Cair Antikeputihan dengan Ekstrak Etanol Kubis Sebagai Zat Aktif”. 128 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 124–128 Penelitian DIPA. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung Wijayanti, D. 2009. Fakta Penting Sekitar Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Diglosia Printika Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wawan Rismawan, 2017.Gambaran Tingkat Kecemasan wanita usia subur 20-45 tahun yang mengalami keputihan di rw 01 Kelurahan Setiajaya Keca- matan Cibeureum Kota Tasikmalaya. http:// ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_JKBTH/ article/view/203. Yanti DEM, Sulistianingsih A, Karani E. 2016. Upaya Meningkatkan Kebersihan Genetalia Remaja putri Untuk Mencegah Kejadian Fluor Albus. Jurnal GASTER, Vol.14, No.2