35Suryanda, Rustati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua... 35 JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Hubungan Pola Asuh Orang Tua Bekerja dengan Kemandirian Anak Pra Sekolah Suryanda¹, Nelly Rustati² ¹,² Prodi Keperawatan Baturaja, Poltekkes Palembang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 17/10/2018 Disetujui, 04/03/2019 Dipublikasi, 01/04/2019 Kata Kunci: Kemandirian, Pra sekolah, Pola asuh, Orang tua bekerja. Abstrak Kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anak mereka karena keduanya bekerja bersama, sehingga interaksi antara orang tua dan anak-anak menjadi terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua yang bekerja dengan kemandirian anak. Studi analitik korelasional dengan metode crossectional melibatkan 60 responden.Variabel penelitian ini adalah jenis kelamin anak, usia, jumlah anak, tingkat pendidikan dan keman- dirian anak. Kriteria inklusi adalah usia anak-anak antara 3-5 tahun, anak- anak sehat secara fisik dan psikologis, dan anak-anak yang dibesarkan oleh kedua orang tua biologis dan kedua orang tua yang memiliki pekerjaan tetap di luar rumah. Penelitian ini berlangsung antara Juli dan Agustus 2017. Instru- men penelitian adalah dalam bentuk kuesioner, periksa daftar observasi dan lembar persetujuan. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan uji Fisher Exact, ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan independensi (p = 0,00, CC = 564), jumlah anak dengan kemandirian (p = 0,001, CC = 364), usia dengan independensi anak-anak (p = 0,00, CC = 454) dan tidak ada korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dan kemandirian anak-anak (p = 0,217, CC = 176). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi dan menyiapkan strategi promosi kesehatan bagi petugas kesehatan, terutama bidan, dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap orang tua, terutama orang tua yang bekerja di luar rumah untuk menerapkan pola asuh kepada anak- anak pra sekolah (3 - 5 tahun) sesuai perkembangan kepribadian anak. © 2019 Jurnal Ners dan Kebidanan Correspondence Address: Politeknik Kesehatan, Palembang- South Sumatera, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: suryanda@poltekkespalembang.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI:10.26699/jnk.v6i1.ART.p035–043 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 36 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 035–043 Abstract Reduced parental attention to their children because both work together, so the interaction between parents and children is limited. This study aims to determine the relationship between working parent’s parenting with pre school independence. Correlational analytic studies with crossectional methods involving 60 respondents. The variables of this study were the sex of the child, age, number of children, level of education and children’s independence. The inclusion criteria were the age of children between 3-5 years old, children physically and psychologically healthy, and children raised by both biological parents and both parents having permanent jobs outside the home. The study took place between July and August 2017. The research instruments were in the form of a questionnaire, check observa- tion list and approval sheet. Data analysis using Chi-Square test and Fisher Exact test, there is a relationship between sex of children with indepen- dence (p = 0.00, CC = 564), number of children with independence (p = 0.001, CC = 364), age with independence of children (p = 0.00, CC = 454) and there is no correlation between the level of education of parents and the independence of children (p = 0.217, CC = 176). The results of the study can be used as material to evaluate and prepare health promotion strategies for health workers, especially midwives, in increasing the knowl- edge and attitudes of parents, especially parents who work outside the home to apply parenting to pre-school children (3- 5 years) according to the child’s personality development Relationship between Working Parent’s Parenting with Pre School Independence Article Information History Article: Received, 17/10/2018 Accepted, 04/03/2019 Published, 01/04/2019 Keywords: Inde pendenc e, Pare nt i ng, Pre school, Working parent. 37Suryanda, Rustati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua... PENDAHULUAN Ketidakmandirian seorang anak seringkali terlihat dari sikapnya yang selalu tergantung pada orang lain di sekitarnya. Anak-anak menjadi manja karena orang tua selalu menuruti keinginan anaknya tanpa memberikan konsekuensi yang tegas dan kadang orangtua kurang mampu dalam berkomu- nikasi dengan anak. Orangtua seringkali menunjuk- kan rasa sayang yang berlebihan kepada anak- anaknya, sebagaimana dapat terlihat ketika anak kesusahan dalam mengerjakan tugasnya, orangtua akan langsung datang membantu menyelesaikan tugasnya sehingga anak tidak dapat menunjukkan potensi kemandirian dan kepercayaan terhadap diri mereka sendiri (Parker, 2005) Hampir setiap orang tua berfikir harus membe- rikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, apa yang terbaik menurut satu orang belum tentu dianggap baik bagi orang lain dalam membesarkan anak. Tiap-tiap orang memiliki gaya atau pola ter- sendiri dalam melakukan tugasnya sebagai orang tua (Susilowati, 2011). Kenyataan yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya (Saraswati, 2008).Padahal menurut Hurlock (2009) pembentukan karakter anak sejak usia dini dapat berpengaruh besar dalam proses kemandirian anak. Masa ini tidak akan dapat terulang untuk kedua kalinya, sehingga orang tua atau guru sangat dianjurkan agar lebih kritis dalam membentuk kemandirian anak. Berbagai alasan yang muncul ketika kedua orang tua harus bekerja diluar rumah terutama di perkotaan antara lain karena alasan ekonomi, karir, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian Multhifah (Ananda, 2013) menyebutkan bahwa Di perkotaan hanya 2% ibu yang bekerja dikarenakan untuk mengisi waktu luang dan 98% bekerja dikarenakan alasan ekonomi yaitu untuk menambah penghasilan keluarga. Orang tua bekerja dengan menggunakan waktu yang biasa dimanfaatkan bersama anak, akan sema- kin membatasi waktu yang dapat digunakan ber- sama-sama dengan keluarga. Keluarga hanya dapat berkumpul pada hari libur meski terkadang peman- faatan dari waktu-waktu tersebut sering tidak efektif untuk menjalin kebersamaan, sehingga anak kehi- langan pola asuh orang tua (Andayani & Koentjoro, 2004) Menurut (Setyabudi, 2003) pola asuh adalah pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Orang tua sangat berperan dalam pendidikan dan keman- dirian anak dalam keluarga karena orang tua adalah sosok atau pribadi yang akan ditiru oleh anak. Orang tua menjadi model bagi anak, sehingga suatu keha- rusan anak untuk menuruti semua perintah orang tua tanpa para orang tua memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak. Anak akan melihat semua yang dilakukan oleh orang tua dan meniru apapun hal yang dilakukan oleh orang tuanya. Terkait dengan jumlah anak, hasil penelitian Muchsinati (2007), menyebutkan bahwa anak sulung lebih mandiri dari anak lainnya. Orang tua biasanya juga lebih perhatian kepada anak sulung dari pada anak bungsu. Dengan jumlah anak yang relative se- dikit lebih memungkinkan orang tua berlaku demo- kratis. Perlakuan orang tua yang berbeda akan mempengaruhui tingkat kemandirian anak. Sedangkan usia orang tua dapat menunjukkan kematangan emosional dan pengetahuannya dalam mengasuh dan mendidik anak. Penelitian Gustian (2018) menemukan bahwa pola asuh orang tua usia dini keluarga muslim Ibu yang juga bekerja meme- nuhi kebutuhan ekonomi kelurga Usia penikahan yang masih muda menurut Enggal W (2016) dapat berisiko yang lebih besar pada remaja perempuan khususnya pada kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat memengaruhi pengeta- huan dalam memberikan pola asuh anak yang baik dan benar. Sedangkan ketika usia sudah mendekati 40 tahun saat kebutuhan hidup semakin meningkat, karir dan jabatan mulai pada titik puncak maka inter- aksi dengan anak menjadi sangat terbatas. Hal ini dapat mempengaruhi kemandirian anak pada tahap perkembangannya. Suatu pola asuh orang tua yang mengarah pada pembentukkan karakter mandiri sangat penting untuk diterapkan pada setiap individu sejak dini, dengan terbentuknya karakter mandiri pada setiap individu akan meminimalisir terjadinya penyimpang- an perilaku yang sering terjadi saat ini terutama pada anak usia 5-6 tahun. Usia pra sekolah termasuk fase falik, genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Disini mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki, dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin, 38 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 035–043 pada fase ini anak sering meniru ibu dan ayahnya. Misalnya dengan pakaian ayah/ ibunya secara psiko- logis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrisnya (Cahya- ningsih, 2011). Menurut Sigmund Freud Seiring berkembang- nya keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh anak, maka diharapkan anak-anak dapat belajar mandiri dengan merawat dirinya sendiri, dalam me- menuhi kebutuhannya, seperti melepas dan menge- nakan pakaian, buang air kecil, ataupun memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri tanpa bantuan orangtua maupun pengasuhnya (Hurlock, 2009) Kemandirian penting diperkenalkan pada anak sejak dini, karena pada usia dini anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar sehingga anak selalu ingin mencoba untuk menyelesaikan dan menguasai suatu hal. Dorongan itulah yang tidak dapat meng- hentikan anak untuk menjadi individu yang mandiri, meskipun awalnya berjalan perlahan dan tidak sem- purna dalam proses kemandiriannya, tetapi orang tua harus terus memberi kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkannya seiring dengan berkembangnya kompetensi dan tanggung jawab anak, hal ini pula yang dapat membentuk kepribadian anak (Parker, 2005) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hu- bungan pola Asuh orang tua bekerja dengan keman- dirian anak Usia Pra sekolah (umur 3 – 5 tahun) di Kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih Timur. BAHAN DAN METODE Desain dalam penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan crossectional yang melibatkan populasi kedua orang tua bekerja diluar rumah dan mempunyai anak pra sekolah diwilayah kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih Timur se- banyak 162 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 60 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah jenis kelamin anak, usia, jumlah anak, tingkat pendidikan dan kemandirian anak. Kriteria inklusi yaitu usia anak antara 3-5 tahun, anak dalam kondisi sehat secara fisik dan psikologis, dan anak diasuh oleh kedua orangtua kandung dan kedua orang tua mempunyai pekerjaan tetap diluar rumah. Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini adalah orang tua anak sedang dalam proses perce- raian dan hanya salah satu dari orang tua yang beke- rja diluar rumah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus tahun 2017 Instrumen Berdasarkan Tabel 2 diatas diketahui bahwa dari 60 orang yang menjadi responden sebagian besar mempunyai anak lebih dari 1 orang yaitu 43 responden (71,7%) dan hanya 17 responden (28,3%) yang memiliki 1 orang anak (tunggal). Sedangkan kisaran usia responden yang men- jadi subyek penelitian ini tergambar sebagaimana Tabel dibawah ini: penelitian berupa kuesioner, yang akan digunakan sebagai pedoman wawancara untuk mengetahui karakteristik responden dan kuesioner terkait ke- mandirian anak berisikan 12 butir pertanyaan serta lembar persetujuan kesediaan menjadi responden penelitian. HASIL PENELITIAN Didapatkan distribusi jenis kelamin anak pra sekolah responden pada penelitian ini adalah seba- gai berikut: No Jenis Kelamin f % 1 Laki-laki 36 60 2 Perempuan 24 40 Jumlah 60 100 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Jumlah anak responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan, yaitu 36 orang (60%) dan anak responden yang berjenis kelamin perempuan hanya 36 orang (40%). Jumlah anak kandung dari responden tergambar sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak No Jumlah anak f % 1 1 orang 17 28,3 2 Lebih 1 orang 43 71,7 Jumlah 60 100 No Orang Tua f % 1 17-26 tahun 32 53,3 2 27-36 tahun 17 28,3 3 37-46 tahun 11 18,3 Jumlah 60 100 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Usia Responden 39Suryanda, Rustati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua... Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar anak pra sekolah, yaitu 60% tidak mandiri bahkan cenderung menjadi manja dan hanya 40 % anak pra sekolah yang mandiri. Untuk mengetahui hubungan antara jenis kela- min anak dengan perkembangan kepribadian anak, dilakukan analisis data korelasi bivariat dengan chi- square dan didapatkan hasil sebagaimana Tabel berikut ini. Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa anak pra sekolah dengan kedua orang tua yang bekerja hanya 2 anak (3,3%) yang mandiri, sisanya tidak mandiri 25 anak (41,7%). Sedangkan sebaliknya pada orang tua tidak bekerja terdapat anak pra sekolah yang mandiri 25 anak (41,7%) dan 8 anak tidak mandiri (13,3%). Hasil uji statistik dengan fisher’s exact diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05). Dengan Coefficien Contingency 0,564 Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa dari 60 orang yang menjadi responden dalam penelitian ini, didapatkan kelompok umur terbanyak adalah kisaran usia 17-25 tahun, yaitu 32 responden (53,3%) dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 35-43 tahun yaitu 11 responden (18,3%). Gambaran tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini terdiri atas kategori pendidikan tinggi yaitu setingkat sarjana D1 hingga S3 dan pendidikan rendah yaitu SD hingga setingkat SLTA. No Pendidikan f % 1 Tinggi 47 78,3 2 Rendah 13 21,7 Jumlah 60 100 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berpendidikan tinggi karena dari 60 responden didapatkan 47 orang responden (78,3%) berpendi- No Perilaku f % 1 Mandiri 24 40 2 Tidak mandiri 36 60 Jumlah 60 100 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Pra sekolah dikan tinggi. Sisanya berpendidikan rendah, yaitu 13 orang responden (21,7%). Untuk perkembangan kepribadian pada anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Sukajadi Kota Prabu- mulih dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 6 Hubungan Jenis Kelamin anak dengan Kemandirian Anak Pra sekolah No Jenis Kelamin Anak Kepribadian Anak TotalMandiri Tidak Mandiri f % f % f % 1 Laki-laki 10 37,1 26 78,8 36 100 2 Perempuan 17 62,9 7 21,2 24 100 Total 27 100 33 100 60 100 sehingga disimpulkan ada hubungan yang cukup erat antara jenis kelamin anak responden dengan perkembangan kepribadian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. Untuk mengetahui hubungan antara Jumlah anak responden dengan Kemandirian anak pra sekolah, dilakukan analisis data korelasi bivariat denga n chi-square da n dida pa tka n ha sil sebagaimana tabel 7 dibawah ini: 40 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 035–043 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa anak tunggal dengan kedua orang tua yang bekerja hanya 2 anak (7,4%) yang mandiri, orang tua dengan lebih dari 1 orang anak lebih mandiri, yaitu 25 anak (92,6%). Hasil uji statistik dengan fisher’s exact diperoleh nilai p sebesar 0.01 (< 0.05). Dengan Coeifficien Contingency 0,387 sehingga disim- pulkan ada hubungan antara jumlah anak responden dengan perkembangan kepribadian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. Hasil analisis data korelasi bivariat dengan chi- square untuk mengetahui hubungan antara usia res- ponden dengan kemandirian anak usia pra sekolah terdapat pada Tabel 8 dibawah ini. Tabel 7 Hubungan Jumlah anak dengan Kemandirian Anak Usia Pra sekolah No Jumlah Anak Kemandirian Anak TotalMandiri Tidak Mandiri f % f % f % 1 1 orang Anak 2 7,4 15 45,4 17 100 2 Lebih dari 1 orang anak 25 92,6 18 54,6 43 100 Total 27 100 33 100 60 100 No Usia Responden Kemandirian Anak TotalMandiri Tidak Mandiri f % f % f % 1 17-26 Tahun 7 25,9 25 75,7 32 100 2 27-36 Tahun 11 40,7 6 18,2 17 100 3 37-46 Tahun 9 33,3 2 6,1 11 100 Total 27 100 33 100 60 100 Tabel 8 Hubungan usia Reponden dengan Kemandirian Anak Pra sekolah Diperoleh hasil yaitu usia responden 27-36 tahun mempunyai anak usia pra sekolah paling man- diri dibandingkan kelompok usia responden lainnya, yaitu 11 orang (40,7%) Hasil uji statistik dengan pearson Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0.00 (< 0.05). Dengan Coeifficien Contingency 0,454 sehingga disimpulkan ada hubungan antara usia responden dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kemandirian anak pra sekolah, dilakukan analisis data korelasi bivariat dengan chi-square dan didapatkan hasil seba- gaimana Tabel 9 dibawah ini. Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang tinggi ternyata menghasilkan kemandirian anak pra sekolah yang tidak mandiri, yaitu 28 responden (84,8%) , tingkat Tabel 9 Hubungan Tingkat Pendidikan Reponden dengan Kemandirian Anak Usia Pra sekolah No Tingkat Pendidikan Kemandirian Anak TotalMandiri Tidak Mandiri f % f % f % 1 Tinggi 19 70,4 28 84,8 32 100 2 Rendah 8 29,6 5 15,2 17 100 Total 27 100 33 100 60 100 Responden 41Suryanda, Rustati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua... pendidikan responden tinggipun mampu menghasil- kan anak pra sekolah yang mandiri, yaitu 19 responden (70,4%). Walaupun tingkat pendidikan responden rendah tetapi 8 responden (29,6%) mempunyai anak pra sekolah yang mandiri dan tingka t pendidika n r esponden r enda h juga mengha silka n 5 (15,2%) r esponden denga n kepribadian anak pra sekolah yang tidak mandiri. Ha sil uji statistik dengan fisher ’s exact diperoleh nilai p sebesar 0.217 (>0.05). Dengan Coefficien Contingency 0, 176 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Tingkat pendidikan responden dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. PEMBAHASAN Hubungan Jenis Kelamin anak dengan Kemandirian Anak Pra sekolah Hasil uji statistik Chi Square dengan Fisher’s exact dengan tingkat kemaknaan (ά  0.05) diperoleh nilai p sebesar 0.00 (< 0.05). Dengan Coefficien Contingency 0,564 sehingga disimpul- kan ada hubungan antara Jenis kelamin anak dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. Pada penelitian ini nampak bahwa anak laki- laki cenderung tidak mandiri dibadingkan dengan anak perempuan, dengan perbandingan 26 anak laki- laki dari 36 anak laki-laki tidak mandiri (78,8%). Sedangkan dari 24 anak perempuan hanya 7 (21,2%) anak yang tidak mandiri. Menurut Thoha dalam Winarsih (2010) adalah Kematangan usia anak dilihat dari jenis kelamin anak adalah suatu sikap mandiri yang ditunjukkan oleh anak dalam menghadapi masalah individu misalnya, pada anak perempuan terdapat dorongan untuk melepaskan diri dari sikap ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai gadis mereka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan laki-laki yang agresif dan ekspensif akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergan- tungan daripada anak laki-laki. Hubungan Jumlah anak dengan Kemandirian Anak Usia Pra sekolah Hasil uji statistik Chi Square dengan Fisher’s exact dengan tingkat kemaknaan (ά  0.05) diperoleh nilai p sebesar 0.01 (< 0.05). sehingga disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak responden dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabu- mulih. Dengan Coefficien Contingency 0,387 menunjukkan hubungan antara dua variabel peneliti- an diatas lemah, meskipun ada hubungan yang signifikan. Jumlah saudara yang kecil cenderung mengha- silkan hubungan yang banyak perselisihan di ban- dingkan jumlah saudara yang besar. Namun terda- pat interaksi lain pada kedua pihak antara adik dan kakak. Untuk saudara yang lebih tua cenderung akan merasa iri kepada adik dikarenakan merasa mendapat perlakuan yang berbeda dari orang tua. 27 Sebaliknya, yang lebih muda akan cenderung menjadikan kakak sebagai panutan atau contoh untuk dirinya (Sari, 2011). Jumlah anak dalam satu keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian anak. Hal ini dapat menimbulkan persaingan dian- tara saudara, adanya pergesekan antara saudara menjadi faktor pembantu dalam perkembangan kemandirian anak. Dengan melihat pada saudara- nya mereka belajar menilai diri sendiri (Wasinah, 2015). Hubungan usia Reponden dengan Kemandiri- an Anak Hasil uji statistik dengan pearson Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0.00 (< 0.05). Dengan Coefficien Contingency 0,454 sehingga disimpul- kan ada hubungan antara usia responden dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih, dengan derjat hubungan sedang. Dari hasil penelitian ini didapati kenyataan pada kelompok usia responden usia 17 – 26 tahun terdapat 25 responden (75,7%) memiliki anak pra sekolah yang tidak mandiri. Sedangkan pada kelompok usia 27- 36 tahun ada 11 (40,7%) responden dengan anak usia pra sekolah yang mandiri. Menurut Supartini (2002) salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh adalah Rentang usia tertentu yang baik untuk menjalankan peran peng- asuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. Menurut Marsidi (2007 dalam Suharsono, Fitriani, & Upoyo, 2009) menyebutkan bahwa pada usia dewasa awal (21-35 Tahun) seseorang mema- suki situasi antara rasa kebersamaan sambil menga- lahkan rasa kehilangan identitas dan memasuki taraf 42 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 035–043 memelihara dan mempertahankan apa yang telah ia miliki yang akan berpengaruh pada pola peng- asuhan kepada anak. Hubungan Tingkat Pendidikan Reponden dengan Kemandirian Anak Hasil uji statistik Chi Square dengan Fisher’s exact dengan tingkat kemaknaan (ά  0.05) diperoleh nilai p sebesar 0.217 (> 0.05). sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Tingkat pendidikan responden dengan kemandirian anak usia pra sekolah di kelurahan Sukajadi Kota Prabumulih. Dengan Coeifficien Contingency 0,176 maka hubungan dua variabel juga sangat lemah. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan tinggi 28 (84,4%) responden ternyata memiliki anak pra sekolah tidak mandiri, tetapi sebagian juga 19 (70,4%) responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki anak pra sekolah yang mandiri. Meskipun 8 responden (29,6%) responden berpendidikan rendah tetapi memiliki anak pra sekolah yang mandiri dan hanya 5 responden (15,2%) berpendidikan rendah yang memiliki anak usia pra sekolah yang tidak mandiri. Tingkat pendidikan orang tua seharusnya adalah pendidikan untuk orang tua sendiri lebih kearah bagaimana orang tua sebagai payung keluarga bisa menjadi sang pendidik bagi anak-anaknya yang secara natural melalui kasih sayangnya mampu membawa satu perubahan kearah lebih baik dan lebih siap dalam menghadapi masa depan anak- anaknya. Pendidikan keluarga merupakan pondasi bagi tumbuh kembangnya seorang anak (Kharmina, 2011). Pada kenyataannya, kedua orang tua yang bekerja, tentu saja memiliki keterbatasan waktu dan tenaga untuk memberikan sentuhan fisik dan psikis bagi anak-anaknya. Untuk mencapai kriteria ideal, orang tua tidak hanya cukup dengan menunjukan semangat dan upaya untuk berusaha lebih baik dalam memenuhi kebutuhan anaknya di berbagai sisi, baik fisik, psikis maupun sosial anak. Tingkat pendidikan orang tua nampaknya menjadi tidak terlalu berpe- ngaruh karena harus diikuti dengan adanya komu- nikasi dalam keluarga yang perlu dibangun dalam rangka pola pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua (Nursalam, 2018). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Kematangan usia anak dilihat dari jenis kelamin anak adalah suatu sikap mandiri yang ditunjukkan oleh anak dalam menghadapi masalah individu. Mempunyai saudara bagi anak juga dapat menguntungkan karena muncul interaksi dan per- saingan yang disatu sisi dapat menguntungkan bagi kemadirian anak terutama perkembangan kepriba- dian anak pra sekolah. Rentang usia yang baik untuk menjalankan peran pengasuhan adalah dewasa awal (21-35 tahun). Tingkat pendidikan orang tua tinggi belum membawa pengaruh bagi perkembangan keman- dirian anak pra sekolah. SARAN Kedua orang tua bekerja juga perlu menye- diakan waktu untuk selalu berkomunikasi dengan anak, hal ini dapat menstimulasi anak berkembang secara optimal. Tidak menikah diusia dini karena rentang usia yang baik untuk menjalankan peran pengasuhan adalah dewasa awal (21-35 tahun). DAFTAR PUSTAKA Ananda, M.R. (2013). Self Esteem antara Ibu Rumah Tangga yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja. Jurnal Online Psikologi,vol 01, No 01, hal. 40- 54.diakses dari http://ejournal.umm.ac.id. Andayani, & Koentjoro. (2004). Psikologi Keluarga : Peran Ayah Menuju Coparenting. Yogyakarta : Citra Medika Cahyaningsih, D.S, (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Trans Info Media. Prabowo, E.W.,Ishartono,& Budiarti, M.(2016) Pola Asuh Anak oleh Ibu Usia Dini. Prosiding penelitan dan Pengabdian Masyarakat. Vol.3 No.2. diakses dari http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/ 13646. Gustian, D., Erhamwilda., &Enoh. (2018). Pola Asuh Anak Usia Dini Keluarga Muslim Dengan Ibu Pekerja Pabrik. Jurnal TA’DIB. Vol. VII, No. 1, (Mei 2018),hal 21-34. Diakses dari https://ejournal.unisba.ac.id/ index.php/tadib/article/view/3532/2248 Kahrmina (2011). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Orientasi Pola Asuh Anak Usia Dini. Skripsi, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Semarang. Hurlock, B. E. (2009). Perkembangan Anak ; Jilid 2. Jakarta : Erlangga. 43Suryanda, Rustati, Hubungan Pola Asuh Orang Tua... Muchsinati, N. (2007). Hubungan Urutan Kelahiran dalam keluarga dengan kemandirian anak usia dini di TK Madinah. Malang. Skripsi. UIN Malang. Nursalam & Nawir,M. (2018). Pengaruh Tingkat Pendi- dikan Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepriba- dian Anak (Studi Komunikasi Dalam Keluarga Di Lingkungan Caile Kabupaten Sinjai); PROSIDING Seminar Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018. Parker, D. K. (2005).Menumbuhkan Kemandirian dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Sagala, Syaiful. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sari, M. 2011. Faktor penyebab dan Dampak Psikologis persaingan antar Saudara kandung pada Mahasiswa yang tinggal satu kost. Universitas ahmad Dahlan. Hal: 7-8 Saraswati, N.K. (2008) Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak . https:/ /elsyajjaa.wordpress.com/2010/12/19/pengaruh- pola-asuh-orang-tua-terhadap-pembentukan- kepribadian-anak/ (diakses pada 17 Juli 2017). Setyabudi, T.(2003). Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suharsono, J.T., Fitriyani, A., & Upoyo, A.S. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemam- puan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara. Supartini. Yupi. (2002). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Susilawati. E, Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah. Majalah Ilmiah Sultan Agung. Vol. 1 No. 126. Desember 2011- Februari 2012. Winarsih. (2010). Hubungan Pola Asuh Dengan Keman- dirian Belajar. Skripsi.: UMS Surakarta. Wasinah.(2015). Peran Pola Asuh Otoritatif Orang tua, Pendidikan orang tua dan jumlah saudara terha- dap kemandirian anak. Universitas Ahmad Dahlan: PSIKOPEDAGOGIA 4(2).