JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Kekambuhan Luka Diabetik Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima, 24/10/2018 Disetujui, 28/12/2018 Di Publikasi, 28/12/2018 Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku, Luka Diabetik, Kekambuhan Luka diabetik bila tidak tertangani dapat membusuk dan mengakibatkan kema- tian. Penanganan luka pasca operasi dan pengetahuan tentang pencegahan terjadinya luka menjadi hal penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan ulang. Tanpa pengetahuan yang baik tentang perawatan, luka diabetik akan muncul berulang dan mengakibatkan kematian jaringan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan tingkat penge-tahuan dengan perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik.Desain yang digunakan adalah korelasional. Populasinya pasien Diabet di ruang penyakit Dalam RSUD Gambiran. Sampel diambil dengan teknik consecutive samping sejumlah 29 responden.Variabel independent nya adalah tingkat pengetahuan pasien tentang pencegahan luka diabetik dan variabel dependent nya adalah perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik. Data diambil menggunakan questioner dengan skala ordinal dan dianalisis dengan Uji Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien tentang pencegahan luka diabetik baik sebanyak 24 responden (82,75%). Perilaku pencegahan luka diabetik sebagian besar cukup 15 orang (51,73%). Hasil Uji Spearman Rank menunjukkan Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pence-gahan luka diabetik (dengan p = 0,003 < 0,05, Coefficient correlation = 0,404), semakin baik tingkat pengetahuan maka perilaku pencegahan luka diabetik juga semakin baik. Sebagai tindak lanjut dalam meningkatkan perilaku pence-gahan kekambuhan luka dibetik pada pasien yang pernah menderita luka maupun yang belum pernah, perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara perawatan pasien Diabet terutama dalam menjaga kestabilan gula darah dalam batas normal, melalui pola diet dan cara pemeliharaan inte-gritas kulit agar tidak terjadi luka dibetik.  Correspondence Address: DOI:10.26699/jnk.v5i3.ART.p233–240 233 STIKes Ganesha Husada Kediri - East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: laserdut98@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 This is an Open Access article under The CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) Titik Juwariah , Agus Priyanto Fakultas Keperawatan, STIKes Ganesha Husada Kediri laserdut98@gmail.com http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/343 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ IT Typewritten text 1 IT Typewritten text 2 IT Typewritten text 1,2 234 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 233–240 Abstract Improper treatment of diabetic wound will result in bad smell and will caused died. Treatmentof postoperative wounds and knowledge of preven- tion of injury are important to prevent recurrence. Without good knowl- edge about the treatment, diabetic wounds will be recurred and cause loss of body parts due to the necrotic tissue. The purpose of this study was to analyze the correlation of knowledge level and preventing behavior of diabetic wound. The design used correlational. The population was inter- nist patients of Gambiran Hospital. 29 respondents were taken by con- secutive techniques. The independent variable was the level of patient knowledge about the prevention of diabetic wounds and the dependent variable was the behavior of diabetic wound in recurrence prevention. The ordinal data was taken with a questionnaire and analyzed by the Spearman Rank Test. The results showed that 24 respondents (82.75%) were in the good category of the knowledge of the prevention of diabetic wounds. Preventive behavior of diabetic wounds was mostly 15 people (51.72%). The Spearman Rank test showed that there was a correlation of level of knowledge and the preventive behavior of diabetic wounds in the internist room of Gambiran Hospital (spearman rank with p = 0.003 <0.05, Coefficient correlation = 0.40). Patients who hadbetter knowledge level will have better preventive behavior of diabetic wounds. As a follow-up in improving the prevention behavior of randomized wound recurrence in patients who have suffered from diabetic wounds or who have never before, it is necessary to increase the knowledge of patients and family members on how to treat diabetic patients, especially in maintaining blood sugar stability within normal limits, through diet and methods, maintenance of the integrity of the skin so that no wounds occur. © 2018 Journal of Ners and Midwifery Article Information History Article: Received, 24/10/2018 Accepted, 28/12/2018 Published, 28/12/2018 Keywords: Knowledge, Behavior, Diabetic wounds, recurrence The correlation of knowledge level and the preventive behavior of Diabetic Wound 235Priyanto, Hubungan Tingkat Pengetahuan Denan Perilaku... PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu indikator dari tercapainya masyarakat Indonesia yang sejahtera, yaitu tercapainya hak atas hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat melalui sistem kesehatan yang dapat menjamin terlindunginya masyarakat dari berbagai risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau dan merata. yang ditandai dengan ma- syarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani sosial, dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pela- yanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, denan derajat kesehatan yang optimal (Dep- kes RI, 2009). Seiring dengan bertambahnya usia maka muncul berbagai macam penyakit degeneratif, Penyakit Degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang dapat menurunkan produktifitas dan kualitas hidup masyarakat, diantaranya adalah diabet, hipertensi dan kanker (Brunner & Suddarth, 2012). Diabetes mellitus (DM) adalah sindroma gangguan metabolisme dan ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi insulin dan atau gangguan kerja insulin. Diabetes mellitus merupakan penyakit seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan perilaku yang sehat, kadar glukosa darah dapat dikendalikan sehingga selalu sama dengan kadar glukosa orang normal atau dalam batas normal. Kadar glukosa yang tidak terkendali pada penderita DM mengaki- batkan berbagai komplikasi. Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut atau timbul secara mendadak seperti reaksi hipoglikemia dan koma diabetik. Komplikasi yang lain muncul secara kronik atau secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin berat dan mem- bahayakan. Komplikasi ini meliputi komplikasi makrovaskular dan komplikasi mikrovaskular. Komplikasi makrovaskuler meliputi penyakit jantung koroner, kaki diabetes (gangren). Komplikasi mikro- vaskuler meliputi penyakit ginjal, penyakit mata, dan neuropati (Brunner dan Suddart 2012). Thoha (2009) mengatakan bahwa salah satu komplikasi yang ditakuti tapi dapat dihindari adalah luka diabetik atau gangren. Prabowo (2010) menye- butkan bahwa dasar terjadinya gangren adalah adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pada pembuluh darah dan kemudian ada infeksi. Dalam hal ini yang paling menentukan adalah kelainan sa- raf, dan apabila mengenai saraf sensorik mengaki- batkan hilang rasa, sehingga kehilangan kewaspa- daan proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar. Keadaan gangren lanjut yang tidak ditangani dengan perawatan luka biasa, berakhir dengan tindakan am- putasi di meja operasi, jika tindakan terakhir ini tidak dilakukan luka akan tidak terkendali dan berakibat fatal sampai pada kematian. Pengetahuan adalah proses belajar dengan pancaindra yang dilakukan untuk dapat menghasilkan pemahaman dan kete- rampilan (Hidayat, 2010). Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan perilaku yang utuh karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya dalam mempersepsikan kenya- taan, memberikan dasar dalam pengambilan kepu- tusan dan menentukan perilaku terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2013). Berdasarkan survey IDF (International Diabetes Federation), tahun 2010 data angka kasus diabetes di Indonesia menempati urutan ke empat tertinggi di dunia setelah Cina, India dan Amerika, yaitu 8,4 juta jiwa dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Dalam profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, diabetes mellitus berada pada urutan keenam dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia. Peneliti telah melaksa- nakan survei awal di poli penyakit Dalam RSUD Gambiran September–November 2016 jumlah pa- sien diabetes mellitus a sebanyak 111 orang, dan yang pernah mengalami luka diabetik sejumlah 39 orang dari 30 pasien yang mengalami luka tersebut 14 orang mengalami luka berulang artinya pasien mengalami luka tidak hanya sekali, setelah luka pertama sembuh pasien mengalami luka lagi. Ber- dasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik di Ruang penyakit dalam RSUD Gambiran Kediri. Mukhopadhyay (2012) dalam penelitiannya menge- nai persepsi dan praktek pasien DM tipe II dalam mengendalikan diabetes mellitus, berkesimpulan bahwa penderita diabetes sebagian besar mengenda- likan penyakitnyadengan obat dan diet, dan tidak menyebutkan tentang modifikasi gaya hidup lain- nya. Gaya hidup penting bagi penderita DM karena gaya hidup merupakan salah satau bentuk aplikasi dari pemahaman tentang penyakit dan cara me- ngendalikan penyakitnya untuk mencagah komplikasi dan mencegah kekambuhan luka berulang bagi penderita yang pernah mengalami luka gangren. Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengin- draan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 236 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 233–240 2013). Pengetahuan pasien diabetes mellitus dapat diartikan sebagai hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, cara pence- gahan, pengobatan dan komplikasinya. Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan perilaku yang utuh karena pengetahuan akan mem- bentuk kepercayaan yang selanjutnya dalam mem- persepsikan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2013) sehing- ga akan mempengaruhi seseorang dalam berperila- ku. Terbentuk suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan. Pengetahuan penderita tentang pencegahan luka gangren memegang peranan penting dalam mengantisipasi kejadian berulang. Penderita harus mengenal, mempelajari dan memahami segala aspek dari penyakit diabetes mellitus termasuk tanda dan gejala, penyebab, pencetus dan penatalaksanaan- nya. Abdelhafiz. (2014). Pengetahuan kondisi tubuh secara menyeluruh dapat membantu untuk meng- ambil keputusan yang tepat dalam memilih peng- obatan yang diperlukan dan langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangren (Sibroto, 2010). Pengetahuan memiliki kaitann yang erat dengan keputusan yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan seseorang memiliki landasan untuk menentukan pilihan (Notoadmojo, 2010). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ter- tarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pence- gahan luka diabetik di Ruang penyakit dalam RSUD Gambiran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menge- tahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka diabetik pada pasien diabetes mellitus Ruang penyakit dalam BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini adalah Correlational dengan pendekatan cross Sectional.Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober s.d desember tahun 2016 di RSUD Gambiran kota Kediri. Sam- pelnya adalah pasien dengan diagnosa Diabetes Mellitus yang menjalani rawat inap di ruang penyakit dalam dan pernah mengalami atau sedang menga- Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bah- wa sebagian besar pasien diabetes di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 16 orang (55,17 %). lami luka diabetik sejumlah 29 responden. Sampel diambil dengan teknik Consecutive sampling selama 20 hari . Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus, dan variabel dependenya adalah perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetikum. Data dikumpulkan dengan mengguna- kan instrumen berupa Questioner pertanyaan tertutup dengan Skala Guttman. Data yang terkum- pul kemudian di sajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya dilakukan analisis dengan SPSS Uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan  0,05. HASIL PENELITIAN DATA UMUM No Kategori Umur f % 1 25 - 65 tahun 14 48,27 2 65 - 75 tahun 12 41,37 3 76 - 80 tahun 2 6,89 4 > 80 tahun 1 3,44 Jumlah 29 100 Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasar- kan Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bah- wa hampir setengah pasien diabetes di Ruang penyakit dalam RSUD Gambiran berusia 25–65 ta- hun (48,27 %) yaitu 14 dari 29 responden. No Kategori Jenis Kelamin f % 1 Laki-laki 13 44,82 2 Perempuan 16 55,17 Jumlah 29 100 Tabel 2 Di str i busi K ar ak te ri stik Responde n Berdasarkan Jenis Kelamin 237Priyanto, Hubungan Tingkat Pengetahuan Denan Perilaku... Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pasien diabetes di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran mempunyai perilaku cukup daam pencegahan luka diabetes mellitus sebanyak 15 orang (51,726) Karakteristik Responden berdasarkan Pendi- dikan Terakhir No Pendidikan f % 1 Tidak Sekolah 1 3,44 2 SD 8 27,58 3 SMP 9 33,33 4 SMA 4 13,79 5 Perguruan Tinggi 7 24,13 Jumlah 29 100 Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Berda- sarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan bah- wa sebagian besarpasien diabetes di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran berpendidikan SMP yaitu 9 orang (33,33 %) Karakteristik Responden berdasarkan Peker- jaan No Kategori f % 1 Wiraswasta 8 27,58 2 Swasta 1 3,44 3 IRT 13 44,82 4 Pensiunan 7 25 Jumlah 29 100 Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasar- kan Jenis Pekerjaan Berdasarkan Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pasien diabetes di ruang penyakit dalam RSUD Gambiranadalah Ibu rumah tangga sebanyak 13 orang (44,82%), Tabel 5 Distribusi Karakteristik Responden berda- sarkan Tingkat Pengetahuan No Tingkat Pengetahuan f % 1 Baik 24 82,75 2 Cukup 5 17,24 Jumlah 29 100 Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bah- wa sebagian besar tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus kategori baik sebanyak 2 4orang (82,75 %) Karakteristik Responden Berdasarkan Perila- ku Pencegahan Gangren No Perilaku Pencegahan Luka diabetik f % 1 Baik 9 31,03 2 Cukup 15 51,72 3 Kurang 5 17,24 Jumlah 29 100 Tabel 6 Distribusi Karakteristik Responden berdasar- kan Perilaku Pencegahan kekambuhan luka diabetik DATA KHUSUS Karakteristik Responden Berdasarkan Ting- kat Pengetahuan Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan luka Diabetik  %  %  %  % Baik 9 100 0 0 0 0 9 100 Cukup 12 80 3 20 0 0 15 100 Kurang 3 60 2 40 0 0 5 100 Total 24 82,75 5 17,24 0 0 29 100 Tabel 7 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan luka Diabetik Perilaku Pencegahan Luka Diabetik Tingkat Pengetahuan Total Baik Cukup Kurang 238 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 233–240 Hasil analisa korelasi Spearman Rank.Nilai korelasi (r), nilai p, dan jumlah subjek Piranti yang digunakan untuk menganalisa uji hipotesa dan untuk menguji validitas dan reabilitas uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan  0,05 menggunakan komputer dengan program SPSS (Statistick Program Social ans Sain) versi 16. Pada SPSS p = 0,033 < 0,05 (), maka Ho ditolak dan H1 diterima sehingga dapat ditarik kesim- pulan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka diabetic. Nilai Coefisien Correlasi sebesar 0,404 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. PEMBAHASAN Tingkat Pengetahuan pasien tentang Penyekit Diabetes Mellitus, perawatan dan pencegahan kekambuhan luka diabetik Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus adalah baik yaitu sebanyak 23 orang (82,75 %) Pengeta- huan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra pengeli- hatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Se- bagian besar pengetahuan manusia diperoleh mela- lui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Menurut Nursalam (2011) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, sumber informasi, dan pekerjaan. Dari faktor yang pertama yaitu umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Berdasarkan analisis ini ada kecenderungan hubungan antara usia responden dengan tingkat pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan semakin muda usia semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Faktor yang kedua yaitu pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang terhadap per- kembangan orang lain menuju ke arah cita-cita ter- tentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengatasi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Berdasarkan analisis ini semakin tinggi pendidikan terakhir belum tentu mempunyai tingkat pengetahuan baik. Faktor yang ketiga yaitu Sumber informasi, sumber informasi ini dapat diperoleh melalui tenaga kesehatan, pengalaman orang lain, media cetak seperti buku, majalah, koran, dan poster, sedangkan media elektronik seperti televisi, dan radio. Faktor yang keempat yaitu peker- jaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga- nya. Berdasarkan analisis ini semakin baik jenis pekerjaan belum tentu mempunyai tingkat pengeta- huan baik. Wati (2009). Berdasarkan fakta penelitian dan teori yang mendukung dapat dijelaskan bahwa tingkat penge- tahuan pasien diabetes yang baik di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran Kota Kediri didukung infor- masi tentang diabetes mellitus yang diperoleh pasien dari petugas kesehatan. Selain informasi diabetes didapat dari petugas kesehatan juga didapatkan dari media massa, media cetak, media elektronik dan media sosial yang sangat mudah untuk di akses. Perilaku Pencegahan Kekambuhan luka Diabetik Pasien Diabetes Mellitus di Ruang penyakit Dalam RSUD Gambiran Kota Kediri Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Pe- nyakit Dalam RSUD Gambiran Kota Kediri mem- punyai perilaku cukup dalam pencegahan luka diabetiksebanyak 15 orang (51,73%) Perilaku adalah respons individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan dan Dewi, 2010). Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa seba- gian besar pasien diabetes di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran mempunyai tingkat pengetahuan baik dengan perilaku pencegahan luka diabetik cukup yaitu sebanyak 12 orang (80 %). Korelasi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan luka Diabetik No Variabel Coefficient p Correlation 1. Pengetahuan - Perilaku Pencegahan Luka Diabetik 0,404 0,003 2. N = 29 3.  = 0,05 Tabel 8 Hasil Uji Corelasi Spearman Rank 239Priyanto, Hubungan Tingkat Pengetahuan Denan Perilaku... Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat pendidikan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. Faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, sosial, budaya, ekonomi. Faktor lingkungan merupakan faktor yang domain yang mempengaruhi perilaku seseorang (Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan hasil penelitian pada responden, faktor pendidikan menjadi salah satu penentu tingkat perilaku cukup, dengan tingkat pendidikan yang sebagian besar adalah tingkat SMP, bahkan ada yang SD ini mempengaruhi wawasan dan cara pengam- bilan keputusan dalam berprilaku. Menurut Efendy (2009), perilaku terbentuk adanya prosedur pembentukan perilaku yaitu pertama melakukan identifikasi tentang hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa kaidah- kaidah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. Berikutnya melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimak- sud, dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing kom- ponen tersebut. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan (Wawan dan Dewi, 2010). Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan suatu faktor penentu utama dalam upaya pencegahan kekambuhan luka diabetik. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Peri- laku Pencegahan Kekambuhan luka Diabetik Di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gambiran Kota Kediri Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan baik dengan perilaku pencegahan luka diabetik cukup yaitu sebanyak 12 orang (80 %). Hasil analisa hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan luka diabetik di Ruang Penyakit Dalam RSUD Gaambiran Kediri dengan menggunakan uji spearman rank memperoleh nilai p= 0,033<á=0,05 yang menunjukkan bahwa Ho di tolak dan H1 di terima artinya ada korelasi antara tingkat pengeta- huan dengan perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik. Dengan nilai signifikansi 0,404 menunjuk- kan bahwa arah korelasi positif. Menurut Senuk (2013) interval koefisien korelasi antara 0,40 – 0,59 menyatakan terdapat korelasi sedang. Artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan peri- laku pencegahan kekambuhan luka diabetik. Menu- rut Notoadmodjo (2010) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melaku- kan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: awarenss (kesadaran), yakni orang tersebut menya- dari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus, evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, trial orang telah mulai mencoba berperilaku baru, adaption subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2010). Dan selanjutnya pengetahuan tersebut bisa mempengaruhi perilaku (practice) yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010). Pengetahuan manusia tentang apa yang dilihat- nya, dipelajari dipikirkan dan dipengaruhi oleh ling- kungan menjadi suatu sikap yang dilakukan sehari- hari sehingga terbentuklah perilaku. Demikian juga dengan perilaku pencegahan gangren di kaki pada pasien diabetes mellitus jika individu mempuyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan maka kejadian gangren bisa dicegah dari awal, mulai dari mengontrol jumlah kalori dalam makanan, jadwal makan yang teratur, serta harus memperhatikan jenis-jenis makanan yang dianjurkan untuk di kon- sumsi dan olah raga yang mudah seperti senam kaki. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang pencegahan kekambuhan luka diabetik di ruang penyakit dalam RSUD Gambiran mayoritas baik yaitu 24 orang (82,75 %) Perilaku pasien Diabetes Mellitus di Ruang Pe- nyakit Dalam RSUD Gambiran Kota Kediri dalam 240 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 233–240 pencegahan luka diabetik mayoritas baik sebanyak 15 orang (51,73%) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien Diabetes Mellitus tentang pencegahan ke- kambuhan luka diabetik dengan perilaku pencegahan kekambuhan luka diabetik. p= 0,033 < 0,05 (). Dengan tingkat kemaknaan “sedang” 0,404. Saran Untuk meningkatkan perilaku pencegahan terja- dinya kekambuhan luka diabetik perlu dioptimalkan pengetahuan tentang cara pencegahan kekambuhan luka, melalui ceramah, pengalaman merawat lang- sung, sharing antar pasien dan keluarga pasien serta mengoptimalkan akses media elektronik maupun media sosial. DAFTAR PUSTAKA Abdelhafiz, A., Sinclair, A. (2014). Diabetes in the Elderly. USA: Elsevier Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawanan Medikal Bedah. Ed.8. Vol 2. Jakarta : EGC Departermen Kesehatan RI. (2009). Rencana Pem- bangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Salemba Medika. Jakarta. Hidayat. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitushttp://hidayat2. wordpress.com. (diakses 29 September 2017). IDF (International Diabetes Federation). (2008). Diabetes and Cardiovaskuler Disease. http://www.idf.com (diakses 1 September 2017) Mukhopadhyay K, Chaudhary B, (2012). Syzygium c umi ni (l .) ske e l s: A pot ent i al sourc e of nutraceuticals. IJPBS, 2(1): 46-53. Notoatmodjo. (2010). Pendidikan Dan Perilaku Kese- hatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, (2013). Promosi Kesehatan Global. Ja- karta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi da- lam Praktik Keperawatan Profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika. Senuk. (2013). Hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani diet DM di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Pro- vinsi Maluku Utara. Skripsi. Sibroto, Junita I.L. (2010). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Wati, R. (2009). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pe- ningkatan Pengetahuan. http://enprints.uns.ac.id (diakses 1 Oktober 2017) Wawan & Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Sikap dan Perilaku Manusia. Surabaya: Numed.