27Wantini, Indrayani, Deteksi Dini Kanker Serviks dengan... 27 JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Nonik Ayu Wantini1, Novi Indrayani2 1,2Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 01/11/2018 Disetujui, 07/02/2019 Dipublikasi, 01/04/2019 Kata Kunci: IVA, Kanker Serviks, Kepercayaan, Pengetahuan, Sikap. Abstrak Kanker serviks adalah kanker tertinggi keempat pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 yang mewakili 6,6% dari semua kanker wanita. Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan pro- gram pengobatan. Sampai tahun 2016, cakupan IVA di Indonesia sebesar 4,34% yang masih jauh dari target nasional sebesar 10% pada akhir tahun 2015. Jenis penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan pada 19 Maret sd 04 Mei 2018. Sampel adalah semua wanita usia 19-49 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Kalasan, berdomisili di Kecamatan Kalasan, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel berjumlah 350 orang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Instrumen adalah kuesioner dan pengambilan data dengan wawancara. Analisis data menggunakan fisher exact test. Pengetahuan tentang kanker serviks sebagian besar dalam kategori rendah (97,4%). Sikap positif terhadap deteksi dini kanker serviks adalah 96,3%. Sebesar 80,3% yakin kanker serviks akan sembuh jika ditemukan lebih dini. Sebanyak 92,3% tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir. Faktor yang berhubungan dengan deteksi dini kanker serviks adalah pengetahuan (p-value = 0,003). Tidak ada hubungan antara sikap, keperca- yaan dengan deteksi dini kanker serviks dikarenakan ada faktor lain yang lebih berpengaruh. Sesuai hasil penelitian diketahui 68,9% tidak melakukan IVA dikarenakan belum mengetahui tentang IVA. © 2018 Jurnal Ners dan Kebidanan Correspondence Address: Universitas Respati Yogyakarta –Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: nonik_respati@yahoo.co.id E-ISSN : 2548-3811 DOI:10.26699/jnk.v6i1.ART.p027–034 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 28 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 027–034 Abstract Cervical cancer is the fourth most frequent cancer in women with an esti- mated of 570,000 new cases in 2018 representing 6.6% of all female can- cers. The high mortality rate from cervical cancer globally could be re- duced by prevention, early diagnosis, effective screening and treatment programs. Until 2016, the coverage of VIA in Indonesia was 4.34% which was still far from the national target of 10% at the end of 2015. The design used analytical survey research with cross sectional design. The research was conducted on March 19 to May 4 2018. The sample was all women aged 19-49 years who visited Kalasan Public Health Center, lived in Kalasan Sub-District, and met the inclusion and exclusion criteria. The sample was 350 people selected by consecutive sampling technique. The instruments used questionnaires and data collection techniques with in- terviews. The data analysis used fisher exact test. Knowledge of cervical cancer was mostly in the low category (97.4%). A positive attitude to- wards early detection of cervical cancer was 96.3%. 80.3% believed that cervical cancer would heal if it was found early. 92.3% respondents didn’t do VIA test in the last 3 years. Factors related to early detection of cervical cancer are knowledge (p-value = 0.003). There isn’t any correlation be- tween attitudes, beliefs and early detection of cervical cancer because there are other factors that are more influential. According to the results of the study, 68.9% didn’t do VIA because they didn’t know about VIA. Early Detection of Cervical Cancer by Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) Article Information History Article: Received, 01/11/2018 Accepted, 07/02/2019 Published, 01/04/2019 Keywords: Attitude, Cervical Cancer Knowledge, Trust, VIA. 29Wantini, Indrayani, Deteksi Dini Kanker Serviks dengan... PENDAHULUAN Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan kom- prehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program pengobatan (WHO, 2018). Skrining bertujuan untuk mendeteksi perubahan prakanker, yang jika tidak diobati, dapat menyebab- kan kanker. Wanita yang ditemukan memiliki kelainan pada skrining perlu ditindak lanjuti, diagnosis dan pengobatan, untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk mengobati kanker pada tahap awal. WHO telah meninjau bukti mengenai kemung- kinan modalitas untuk skrining kanker serviks dan telah menyimpulkan bahwa: skrining harus dilakukan setidaknya sekali untuk setiap wanita dalam kelom- pok usia sasaran (30-49 tahun); test HPV, sitologi dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah tes skrining yang direkomendasikan (WHO, 2018). Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2013 memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5‰. Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok umur 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 5,0‰ dan prevalensi terendah pada anak kelompok umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun sebesar 0,1‰. Terlihat peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun (Kemenkes RI, 2015). Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan pada kelompok sasaran perempuan 20 tahun ke atas, namun prioritas program deteksi dini di Indonesia pada perempuan usia 30-50 tahun dengan target 50% perempuan sampai tahun 2019. Untuk IVA dilakukan minimal 3 tahun sekali. (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, 2015). Sampai tahun 2014, program deteksi dini kanker leher rahim telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini ber- jumlah 430 orang terdiri dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter bedah, dokter umum dan bidan. Sedangkan pelak- sana (provider) deteksi dini di Puskesmas berjum- lah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum. Sedangkan untuk cakup- an dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspek kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang atau 1,2 per 1.000 orang (Wahidin, 2015). Menurut profil Kesehatan DIY pada tahun 2015, untuk capaian pelaksanaan IVA hanya 0,19% dari perempuan usia 30-50 tahun yang menjadi target. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan capaian terendah dibandingkan 4 kabupaten lain di DIY untuk pencapaian target deteksi dini, dimana untuk pencapaian IVA hanya 0,01% (Dinas Kesehatan DIY, 2016). Kesadaran masyarakat Sleman untuk mende- teksi gejala kanker masih sangat rendah.Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupa- ten Sleman (Dinkes) Sleman Nurul Hayah. Berda- sarkan data dari Puskesmas se-Kabupaten Sleman, pada 2016 terdapat 157.408 pasangan usia subur. Namun yang memeriksakan IVA hanya 2.103 pasangan (1,33%). Meski begitu, angka tersebut belum mencakup semua data dari pelayanan kese- hatan di Kabupaten Sleman (Riyandi, 2017). Rasa takut terhadap kanker menyebabkan masyar a ka t engga n melakuka n pemer iksaa n (deteksi dini), menjauhkan diri dari informasi me- ngenai kanker, sehingga kanker terdiagnosis pada stadium lanjut. Berdasarkan yang telah diuraikan, peneliti tertarik ingin mengetahui faktor predisposisi apakah yang berhubungan dengan deteksi dini kanker serviks? BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Lokasi peneliti- an ini adalah Puskesmas Kalasan, Sleman, DIY. Waktu pengambilan data penelitian adalah 19 Maret sd 04 Mei 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita PUS usia 19-49 tahun yang berkun- jung ke Puskesmas Kalasan dan berdomisili di Kecamatan Kalasan berjumlah 12.634 orang. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 350 orang. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah Consecutive sampling. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: Kriteria inklusi: Menikah  3 tahun, berdo- misili di Kecamatan Kalasan, bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusi: pernah melakukan Pap Smear, Kolposkopi, Konisasi dalam waktu 3 tahun terakhir, pernah melakukan USG 30 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 027–034 payudara dalam waktu 3 tahun terakhir, pernah melakukan Mammografi dalam waktu 3 tahun terakhir, hamil lebih dari 1 kali dalam 3 tahun terakhir. Variabel bebas/independent dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi meliputi pengetahuan kanker serviks, sikap deteksi dini kanker serviks, kepercayaan mengenai kanker serviks. Variabel ter- ikatnya/dependent adalah deteksi dini kanker serviks. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara terpimpin. Wa- wancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara berisikan pertanyaan untuk pengum- pulan data yang telah disusun sebelumnya. Pada proses pengumpulan data dibantu oleh 1 orang enumerator penelitian yang memiliki latar belakang pendidikan D-III Kebidanan. Uji validitas isi yang dilakukan adalah dengan 2 expert di bidang Kesehatan Reproduksi. Hasil uji validitas dinyatakan kuesioner valid dengan rata- rata nilai validitas 0,93. Pengolahan data meliputi editing, skoring, koding, entry dan cleaning. Analisis data univariat untuk menampilkan distribusi frekuensi masing- masing variabel, untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dilakukan uji chi square dan uji fisher exact test. HASIL PENELITIAN Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa 92,3% responden tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir. No Karakteristik f % 1 Usia responden 19-29 tahun 57 16,3 30-49 tahun 293 83,7 2 Pendidikan Tidak sekolah 1 0,3 Dasar 98 28,0 Menengah 187 53,4 Tinggi 64 18,3 3 Paritas Nullipara 11 3,1 Primipara 93 26,6 Multipara 243 69,4 Grandemultipara 3 0,9 Jumlah 350 100 Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 30-49 tahun (83,7%), pendidikan menengah (53,4%), multipara (69,4%). No Pengetahuan f % 1. Rendah 341 97,4 2. Sedang dan tinggi 9 2,6 Total 350 100 Tabel 2 Pengetahuan Kanker Serviks Berdasarkan Tabel 2, pengetahuan responden tentang kanker serviks sebagian besar dalam kate- gori rendah (97,4%). No Sikap f % 1. Negatif 13 3,7 2. Positif 337 96,3 Total 350 100 Tabel 3 Sikap Deteksi Dini (IVA Test) Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar (96,3%) sikap responden positif artinya merasa bahwa pen- ting dilakukan deteksi dini kanker serviks. No Kepercayaan f % 1. Tidak Yakin 69 19,7 2. Yakin 281 80,3 Total 350 100 Tabel 4 Kepercayaan mengenai Kanker Serviks Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar responden (80,3%) yakin kanker serviks akan sembuh jika ditemukan lebih dini. No IVA Test f % 1. Tidak melakukan 323 92,3 2. Melakukan 27 7,7 Total 350 100 Tabel 5 Deteksi Dini Kanker Serviks 31Wantini, Indrayani, Deteksi Dini Kanker Serviks dengan... Berdasarkan Tabel 7 diatas, diketahui bahwa alasan terbanyak untuk melakukan IVA test adalah responden ingin mencegah kanker serviks sebanyak 10 orang (2,9%). Tabel 6 Alasan tidak melakukan IVA test No Alasan f % 1. Tidak Tahu IVA 241 68,9 2. Tidak sempat/tidak ada waktu 31 8,9 3. Tidak ada keluhan 24 6,9 4. Takut 14 4 5. Tidak ada kemauan 4 1,1 6. Biaya 2 0,6 7. Malu 4 1,1 8. Merasa sudah pernah Pap Smear 3 0,9 Total 323 92,3 Berdasarkan Tabel 6 diatas, diketahui bahwa alasan responden tidak melakukan IVA test seba- nya k 241 orang (68,9%) dika renakan belum mengetahui tentang IVA. Tabel 7 Alasan melakukan IVA test No Alasan f % 1. Ingin mencegah 10 2,9 2. Ada keluhan 5 1,4 3. Ditawari saat kunjungan KB 4 1,1 4. Ikut Pemeriksaan gratis 8 2,3 Total 27 7,7 Tabel 8 Hubungan pengetahuan kanker serviks dengan deteksi dini No Pengetahuan Deteksi Dini Kanker Serviks Total p-valueTidak Melakukan Melakukan f % f % f % 1 Rendah 318 93,3 23 6,7 341 100 0,003 2 Sedang dan Tinggi 5 55,6 4 44,4 9 100 Total 323 92,3 27 7,7 350 100 Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa respon- den yang berpengetahuan rendah 93,3% yang tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir, sedangkan responden yang berpengetahuan sedang dan tinggi hanya 55,6% yang tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p-value 0,003 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini kanker serviks. Tabel 9 Hubungan sikap deteksi dini dengan deteksi dini No Sikap Deteksi Dini Kanker Serviks Total p-valueTidak Melakukan Melakukan f % f % f % 1 Negatif 13 100 0 0 13 100 0,610 2 Positif 310 92,0 27 8,0 337 100 Total 323 92,3 27 7,7 350 100 Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa respon- den yang memiliki sikap positif 92% yang tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir dan responden yang memiliki sikap negatif 100% yang tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p- value 0,610 yang berarti tidak ada hubungan antara sikap deteksi dini dengan deteksi dini kanker serviks. Uji Fisher’s Exact test digunakan sebagai uji alter- natif Chi-Square karena syarat tidak terpenuhi (terdapat nilai harapan <5 sebanyak 25%). 32 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 027–034 Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa res- ponden yang tidak yakin mengenai kanker serviks dapat sembuh jika ditemukan secara dini 94,2% tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir dan responden yang yakin mengenai kanker serviks dapat sembuh jika ditemukan secara dini 91,8% tidak melakukan IVA test dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p-value 0,679 yang berarti tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan deteksi dini kanker serviks. PEMBAHASAN Hubungan Pengetahuan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p-value 0,003 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini kanker serviks. Diketahui bahwa 93,3% ibu yang berpengetahuan rendah dan tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan teori Lawrence Green, perilaku itu terbentuk dari 3 faktor, salah satunya adalah faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dala m pengetahua n. (Notoatmodjo, 2012) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri dkk., (2013), diketahui hasil regresi logistik bahwa nilai OR didapatkan sebesar 28,430. Hal ini berarti bahwa WUS yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi mempunyai kemungkinan melakukan peme- riksaan 28,430 kali lebih tinggi daripada WUS yang tingkat pengetahuannya rendah. Hubungan tersebut secara statistik signifikan (p = 0,007; OR = 28,430; CI 95% = 2,490 hingga 324,580). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pene- litian Parapat dan Setyawan (2016), yang menyebut- kan bahwa berdasarkan hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker leher rahim metode IVA menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik (p-value = 0,36) pada wilayah kerja Puskesmas Candiroto. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker leher rahim dan deteksi dini kanker leher rahim tetap tidak melakukan pemeriksaan karena merasa takut terhadap hasil pemeriksaan. Pada tabulasi silang diatas dapat kita lihat bahwa dari kelompok pengetahuan sedang dan tinggi, masih ada 5 orang tidak melakukan IVA. Hal ini disebab- kan 3 orang mengatakan tidak sempat/tidak ada waktu, 1 orang karena takut dengan proses ataupun hasil pemeriksaan, dan 1 orang lagi dikarenakan merasa sehat, tidak ada keluhan. Hubungan Sikap dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Berdasarkan uji Fisher’s Exact test, diperoleh p-value 0,610 yang berarti tidak ada hubungan antara sikap deteksi dini dengan deteksi dini kanker serviks. Diketahui bahwa persentase yang tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir antara ibu yang memiliki sikap positif dan negatif hampir sama yaitu 100% untuk sikap negatif, 92% untuk sikap positif. Sebagian besar (96%) sikap responden positif, artinya setuju bahwa penting bagi seorang wanita melakukan deteksi dini kanker serviks. Sikap positif belum tentu sejalan dengan perilaku yang baik.Sikap adalah reaksi atau respon sese- orang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek.Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan suatu predisposisi perilaku (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Situmorang dkk., (2016), yaitu hasil uji statistik dengan Yates Correction (p-value= 0,061) menun- jukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku deteksi dini pada penderita kanker serviks di RSUP dr. Kariadi Sema- rang tahun 2015. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pene- litian Wulandari (2018), yang menunjukkan adanya Tabel 10 Hubungan Kepercayaan mengenai kanker serviks dengan deteksi dini No Kepercayaan Deteksi Dini Kanker Serviks Total p-valueTidak Melakukan Melakukan f % f % f % 1 Tidak Yakin 65 94,2 4 5,8 69 100 0,679 2 Yakin 258 91,8 23 8,2 281 100 Total 323 92,3 27 7,7 350 100 33Wantini, Indrayani, Deteksi Dini Kanker Serviks dengan... hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku pemeriksaan IVA. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Sri dkk (2013) yang menyebutkan bahwa adanya kecenderungan WUS yang memiliki sikap baik, cenderung melakukan pemeriksaan IVA dari pada WUS yang sikapnya kurang. Diketahui bahwa alasan responden tidak mela- kukan IVA test sebanyak 241 orang (68,9%) dikare- nakan belum mengetahui banyak tentang IVA. Pengetahuan faktor risiko, tanda gejala termasuk program deteksi dini penting diketahui secara menyeluruh oleh PUS. Walaupun ibu memiliki sikap positif, tetapi jika ibu tidak mampu mengenali faktor risiko, tanda gejala, program deteksi dini yang dapat dilakukan akan sangat berpengaruh terhadap perila- ku ibu dalam deteksi dini. Hubungan Kepercayaan dengan Deteksi Dini Kanker Serviks Berdasarkan uji Chi-Square, diperoleh p-value 0,679 yang berarti tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan deteksi dini kanker serviks. Diketahui bahwa persentase yang tidak melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir tidak jauh berbeda yaitu 94,2% untuk ibu yang tidak yakin, 91,8% untuk ibu yang yakin kanker serviks dapat sembuh jika ditemukan lebih dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori Health Belief Model, bahwa dalam melakukan suatu tindakan pencegahan atau pengobatan akan dipengaruhi oleh perceived benefit. Persepsi seseorang tentang efektifitas berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit atau penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit). Tindakan sese- orang untuk mencegah atau menyembuhkan penya- kit bergantung pada pertimbangan dan evaluasi kerentanan yang dirasakan maupun manfaat yang dirasakan, seperti bahwa orang tersebut akan mene- rima tindakan kesehatan yang disarankan jika diang- gap bermanfaat (LaMorte, 2018). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rio dan Suci (2017), menyebutkan bahwa semuainforman mempersepsikan kanker serviks sebagai penyakit yang ganas. Keganasan kanker serviks dapat me- nyebabkan perempuan yang terkena kehilangan rahim bahkan mengalami kematian. Para informan meyakini ada upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh perempuan agar terhindar dari kanker ser- viks.Terkait dengan upaya prevensi, empat dari lima informan mengatakan akan melakukan upaya pre- vensi terhadap kanker serviks. Faktanya, hanya dua informan yang melakukan upaya prevensi seperti yang mereka katakan. Dua informan tidak melaku- kan upaya prevensi dengan alasan mereka masing- masing, dan satu informan tetap pada pendiriannya, yakni tidak akan melakukan upaya prevensi apa- pun. Pada penelitian ini kepercayaan WUS tidak berhubungan dengan deteksi dini, dapat dikarenakan kurangnya informasi tentang IVA yang dapat me- nyebabkan kurangnya pemahaman tentang manfaat dari tes IVA, siapa yang harus periksa, prosedur pemeriksaan, tempat periksa, biaya yang dikeluar- kan. Selain itu factor kesulitan dalam mengatur waktu (8,9%) untuk melakukan pemeriksaan kese- hatan termasuk tes IVA oleh WUS karena harus bekerja atau menjaga dan mengurus rumah tangga. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Sahr dan Kusumaningrum (2018), yang menyebutkan bahwa seluruh WUS beranggapan bahwa kanker serviks merupakan penyakit yang memiliki dampak sangat serius. Dampak yang serius ini karena mereka meyakini bahwa penderita kanker serviks sama dengan divonis mati, peng- obatannya sangat sulit dan membutuhkan waktu lama, serta biaya pengobatan yang mahal. Terda- pat pengaruh persepsi keparahan penyakit atau gejala yang dirasa dengan kemauan melakukan tes IVA. Pada penelitian ini terdapat 4 orang yang tidak yakin bahwa kanker serviks dapat sembuh jika ditemukan lebih dini tetapi melakukan IVA dalam 3 tahun terakhir dikarenakan 2 orang (50%) ditawari saat kunjungan KB IUD, dan 2 orang (50%) saat acara pemeriksaan IVA gratis. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Sebagian besar responden tidak melakukan deteksi dini dengan IVA test dikarenakan belum mengetahui tentang IVA. Faktor yang berhubungan dengan deteksi dini adalah pengetahuan (p-value = 0,003). Sikap deteksi dini dan kepercayaan menge- nai kanker serviks tidak berhubungan dengan deteksi dini kanker serviks. SARAN Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan penyusunan strategi upaya peningkatan pengetahuan wanita PUS bagi petugas kesehatan 34 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 1, April 2019, hlm. 027–034 di Puskesmas Kalasan. Peneliti selanjutnya dapat memilih metode sampling yang berbeda misalnya dengan sistem cluster sampling sehingga semua desa di wilayah Puskesmas dapat terwakili, menggali faktor lain yang berhubungan dengan deteksi dini seperti rasa takut, merasa tidak ada keluhan dan lainnya. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan DIY. (2016). Profil Kesehatan DIY 2015. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI. (2015). Panduan Pro- gram Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara, Kemenkes RI. (2015). Infodatin “Situasi Penyakit Kanker”. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI LaMorte, W.(2018). The Health Belief Model. http:// sphweb. bumc.bu.edu/otlt/MPH-Modules/SB/ BehavioralChangeTheories/BehavioralChange Theories2.html Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Peri- laku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Parapat, F dan Setyawan, H. (2016).Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Deteksi Dini Kan- ker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas Candiroto Kabupat en Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 Rio, S dan Suci, E. (2017). Persepsi tentang Kanker Serviks dan Upaya Prevensinya pada Perempuan yang Memiliki Keluarga dengan Riwayat Kanker. Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 4 Nomor 3 Desember 2017, hal 159-169 Riyandi, R. (2017). Kesadaran Antisipasi Kanker di Sleman Masih Rendah. https://www.republika. co.id/berita/nasional/daerah/17/04/06/onzc0y280- kesadaran-antisipasi-kanker-di-sleman-masih- rendah. Sahr, L dan Kusumaningrum, T. (2018). Persepsi dan Perilaku Wanita Usia Subur dalam Melakukan Tes Inspeksi Visual Asam Asetat. Jurnal Promosi Kese- hatan Indonesia Volume 13 No 2 Agustus 2018. Situmorang, M dkk.(2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Deteksi Dini pada Pen- derita Kanker Serviks di RSUPDr. Kariadi Se- marang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Volume 4 Nomor 1 Tahun 2016. Sri, D, dkk.(2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Pemerik- saan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskes- mas Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran KeluargaVol 1, No 1, 2013 (hal 57-66). Wahidin, M. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Situasi Penyakit Kanker. Pusdatin Kemenkes RI. Wulandari, A. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Sukmajaya Tahun 2016. JK Unila Volume 2 Nomor 2 Juli 2018. WHO. (2018). Cervical Cancer. http://www.who.int/ cancer/prevention/diagnosis-screening/cervical- cancer/en//