JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penatalaksanaan Hipertensi oleh penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018 1 Netha Damayantie, 2 Erna Heryani, 3 Muazir 1,2,3 Fakultas Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima, 24/10/2018 Disetujui, 28/12/2018 Di Publikasi, 28/12/2018 Kata kunci: Hipertensi, Perilaku, Penatalaksanaan Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit dengan tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Faktor yang mempe-ngaruhi perilaku penderita hipertensi diantaranya persepsi individu tentang penyakitnya, kelompok sosial, latar belakang budaya, ekonomi dan kemudah-an akses pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan desain penelitian cross sectional, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 responden. Pengambilan sampel menggunakan Proportional Random Sampling. Pengumpulan Data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat (T-Test Dependent). Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan antara persepsi sakit (p-value=0,001) dan dukungan keluarga (p-value=0,015) dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita, dan tidak adanya hubung-an antara akses pelayanan kesehatan (p- value=0,605) dengan perilaku penata-laksanaan hipertensi oleh penderita. Perawat memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit penderita hipertensi. Pihak Puskesmas Sekernan Ilir diharapkan memberikan pendidikan kesehatan, melaksanakan PIS-PK dengan pendekatan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan penderita hipertensi. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan rancangan studi yang berbeda agar dapat melihat hubungan variabel yang lain.  Correspondence Address: DOI: 10.26699/jnk.v5i3.ART.p224–232 224 Poltekkes Kemenkes Jambi - Central Sumatra, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: nethafauz1996@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 This is an Open Access article under The CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) nethafauz1996@gmail.com http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/article/view/351 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 225Damayantie, Heryani, Muazir, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... Abstract High blood pressure or hypertension is a disease with a systolic pressure  140 mmHg or diastolic pressure  90 mmHg. Factors that affect the behavior of hypertension sufferers include the individual’s perception about his illness, social groups, cultural background, economic services and ease of access. This research aimed to know some of the factors related to the behavior of hypertension treatment by the sufferers in Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi in 2018. This research was quanti- tative descriptive research with cross sectional design approach. The sample was 68 respondents. The sampling technique used Proportional Random Sampling. The data collection used interviews by questionnaire. The data was analyzed in univariate and bivariat analysis (T-Test Depen- dent). Bivariat analysis results showed a correlation between pain per- ception (p-value = 0.001) and family support (p-value = 0,015) with the behavior treatment of hypertension by sufferers, and the absence of a cor- relation between access to medical services (p-value = 0.605) with the behavior treatment of hypertension by sufferers. Nurses have a role in chang- ing the behavior of sufferers hypertension. Puskesmas Sekernan Ilir is ex- pected to provide health education, carry out PIS-PK to improving the health status of hypertension sufferers. For further research, it is recom- mended to use different study designs in order to see the correlation of other variables can be. © 2018 Journal of Ners and Midwifery History Article: Received, 24/10/2018 Accepted, 28/12/2018 Published, 28/12/2018 Keywords: Hypertension, Behavior, Treatment The correlation of knowledge level and the preventive behavior of Diabetic Wound Article Information 226 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 224–232 LATAR BELAKANG Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan kejadian penyakit tidak menular berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertum- buhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup. (Kemenkes RI, 2012). Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyara- kat baik secara global, nasional, regional bahkan lokal. World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa PTMmembunuh 40 juta orang setiap tahunnya atau setara dengan 70% kematian di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menjadi penyebab terbanyak kematian akibat PTM atau 17,7 juta orang setiap tahun, diikuti oleh kanker sebesar 8,8 juta, penyakit pernafasan sebesar 3,9 juta, dan diabetes sebesar 1,6 juta.(WHO, 2017). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg. (WHO, 2013). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis Joint National Committee (JNC) VII tahun 2003, yaitu hasil peng- ukuran tekanan darah sistolik  140 mmHg atau tekanan darah diastolik  90 mmHg. (Kemenkes RI, 2013). Menurut World Health Organization (WHO) Hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24% (WHO, 2013). Data Glo- bal Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 da ri WHO, menyebutka n 40% negar a ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang mende- rita hipertensi dan telah membunuh1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Ke- menkes RI, 2013). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskes- das) Indonesia tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umure”18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kese- hatan sebesar 9,4%, yang di diagnosis tenaga kese- hatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat sendiri. Hal ini menanda- kan bahwa masih ada kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2013). Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko naiknya tekanan darah dan pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hiper- tensi upaya yang dilakukan berupa upaya farmo- kologis (obat-obatan) dan upaya nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup). Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines (pe- doman) adalah dengan penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olah raga yang dilakukan secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok. Dalam penatalaksanaan hipertensi perawat memiliki peran dalam mengubah perilaku sakit penderita dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko dari sakit yang diderita. Perawat mempunyai peran sebagai educator ten- tang informasi hipertensi dalam menambah penge- tahuan pasien dan dapat membentuk sikap yang positif agar dapat melakukan perawatan hipertensi secara mandiri sehingga komplikasi dapat dicegah. (Cahyono, 2015). Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan peng- gunaan sistem pelayanan kesehatan. Seorang indi- vidu yang merasa dirinya sedang sakit, maka perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping. Faktor yang mempengaruhi perilaku sakit diantara- nya faktor internal berupa persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami dan asal atau jenis penyakit yang dialaminya. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku sakit adalah gejala yang dapat dilihat, kelompok sosial, latar belakang budaya, ekonomi dan kemudahan akses pelayanan kesehatan. (Potter & Perry, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Susanto Edi (2010) yang menganalisis 227Damayantie, Heryani, Muazir, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik lan- sia hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya di Puskesmas Mranggen Demak, menyimpulkan adanya hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan Pr aktik lanjut usia hiper tensi dalam mengendalikan kesehatannya (p = 0.026). serta adanya hubungan antara dukungan keluarga terha- dap lanjut usia yang menderita penyakit hipertensi dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam mengen- dalikan kesehatannya (p = 0.048). Puskesmas Sekernan Ilir memiliki Incidence Rate (IR) penderita hipertensi yang terus meningkat sejak 2 (dua) tahun terakhir yaitu 5,77% di tahun 2016 dan 7,95% di tahun 2017 dengan peningkatan sebesar 72%. (Dinkes Muaro Jambi, 2017). Berda- sarkan survei awal didapatkan 6 pasien (60%) mengatakan bahwa mereka masih sering mengkon- sumsi makanan berlemak seperti rendang, santan dan mengkonsumsi garam berlebih, 5 pasien (50%) jarang melakukan kontrol tekanan darah, penderita melakukan kunjungan ke Puskesmas saat merasa tidak enak badan dan sudah menganggu aktivitas sehari-hari, dan 3 pasien (30%) tidak menghabiskan obat penurun tekanan darah yang telah diberikan dokter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang merupakan penelitian non eksperi- mental. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Sekernan Ilir tahun 2017 yaitu sebanyak 805 orang. Teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling dengan jumlah sampel 68 orang responden, terdiri dari: Desa Sekernan 33 orang, Desa Tunas Mudo 17 orang, Desa Berembang 9 orang dan Desa Tunas Baru 9 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2018. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggu- nakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang Penatalaksanaan hipertensi, Persepsi sakit, Dukung- an keluarga dan Akses pelayanan kesehatan. Ana- lisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05). HASIL PENELITIAN Karakteristik dan gambaran perilaku penatalak- sanaan hipertensi, persepsi sakit, dukungan keluarga dan akses pelayanan kesehatan oleh responden dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Karakteristik Responden f % Jenis Kelamin Laki-laki 21 30,9 Perempuan 47 69,1 Umur 25-55 Tahun 50 73,5 >55 Tahun 18 26.,5 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 3 4,4 SD 24 35,3 SMP 21 30,9 SMA 15 22,1 PT 5 7,4 Pekerjaan Tidak Bekerja 4 5,9 Tani 24 35,3 Swasta 23 33,8 Dagang 13 19,1 PNS 4 5,9 Jumlah 68 100.0 Tabel 1 Karakteristik responden (n = 68) Karakteristik responden lebih dari sebagian perempuan, responden berusia dewasa. Terbanyak r esponden ber pendidika n SD da n ter banya k responden yang berkerja sebagai petani. Perilaku Penatalaksanaan Hipertensi f % Kurang Baik 33 48.5 Baik 35 51.5 Jumlah 68 100.0 Tabel 2 Perilaku Penatalaksanaan Hipertensi (n = 68) Berdasarkan Tabel 2 diatas responden memiliki perilaku penatalalsanaan hipertensi yang kurang baik yaitu sebanyak 33 (48,5%). 228 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 224–232 Berdasarkan Tabel 5 diatas responden memiliki akses pelayanan kesehatatan yang kurang baik yaitu sebanyak 30 (44,1%). Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji chi-square. Hasil uji statistikdiperoleh nilai p-value = 0.001 (p<0,05). Hasil uji ini menunjukkan terdapat hu- bungan yang signifikan antara persepsi sakit dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabu- paten Muaro Jambi. Persepsi Sakit f % Kurang Baik 32 47.1 Baik 36 52.9 Jumlah 68 100.0 Tabel 3 Persepsi sakit (n = 68) Berdasarkan Tabel 3, responden memiliki per- sepsi sakit yang kurang baik yaitu sebanyak 32 (47,1%). Dukungan Keluarga f % Kurang Baik 28 41.2 Baik 40 58.8 Jumlah 68 100.0 Tabel 4 Dukungan keluarga (n = 68) Responden memiliki dukungan keluarga yang kurang baik yaitu sebanyak 28 (41,2%). Akses Pelayanan Kesehatan f % Kurang Baik 30 44.1 Baik 38 55.9 Jumlah 68 100.0 Tabel 5 Akses pelayanan kesehatan (n = 68) n % n % n % Kurang 23 71.9 9 28.1 32 100 0,001 Baik 10 27.8 26 72.2 36 100 Tabel 6 Hubungan persepsi sakit dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi (n = 68) Persepsi Sakit Penatalaksanaan Hipertensi Jumlah p-valueKurang Baik Baik n % n % n % Kurang 19 67.9 9 32.1 28 100 0,015 Baik 14 35.0 26 65.0 40 100 Tabel 7 Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi (n = 68) Dukungan Keluarga Penatalaksanaan Hipertensi Jumlah p-valueKurang Baik Baik Hasil uji statistik dengan menggunakan chi- square pada = 0,05 diperoleh nilai p-value=0.015 (p<0,05). Hasil uji ini menunjukkan terdapat hu- bungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. 229Damayantie, Heryani, Muazir, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value=0.605 (p>0,05). Hasil uji ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara akses pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan hiper- tensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Se- kernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Perilaku penatalaksanaan hipertensi yang ku- rang baik dalam penelitian ini ada pada persoalan modifikasi diet dengan makan makanan gizi seim- bang yang masih belum diterapkan oleh sebagian responden. Terbukti masih banyaknya responden yang tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein nabati seperti Tempe, tahu, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedele, kacang merah, dan kacang-kacangan lain yang dimasak tanpa garam dapur (67,65%) dan masih banyak responden yang tidak menghindari makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol seperti goreng- gorengan dan makanan bersantan (55,88%). Meng- atur menu makanan sangat dianjurkan bagi pende- rita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga tidak terjadi komplikasi. Menurut Almatsier (2007) dalam Nur Kholifah, F, dkk (2014) beberapa makan- an yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah: Sumber karbohidrat (Beras, kentang, singkong, makanan yang diolah tanpa garam dapur dan soda). Sumber protein hewani (Daging dan ikan maksimal 100 g sehari, telur maksimal 1 butir sehari) Sumber protein nabati (Semua kacang-kacangan dan hasil olahannya yang diolah dan dimasak tanpa garam dapur). Sayuran (Semua sayuran segar, sayuran yang diawet tanpa garam dapur dan natrium benzoat). Buah-buahan (Semua buah-buahan segar, buah yang diawet tanpa daram dapur). Lemak (Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa ga- ram). Minuman (Teh, kopi). Bumbu (Semua bumbu kering yang tidak mengandung garam dapur). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi-Square didapatkan p-value sebesar 0,001 (p<0,05), ada hubungan yang bermakna antara persepsi sakit dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Adawiyah (2014) tentang Persepsi lansia dengan upaya pencegahan hipertensi di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang menyatakan ada hubungan yang bermak- na antara persepsi manfaat dengan upaya pencegah- an hipertensi (p <0,003). Hasil penelitian yang dilakukan Soesanto (2010) setelah uji statistik dengan uji Chi Squarei diperoleh niilai p-value=0,000 ,ada hubungan antara persepsi lanjut usia tentangmanfaat dari tindakan kesehatan yang akandilakukan terhadap penyakit hipertensi yang dideritanya dengan praktik lanjut usia hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya. Menurut Potter & Perry (2009), persepsi tentang gejala dan sifat sakit Jika mereka meng- anggap gejala tersebut menggangu kegiatan sehari- hari, mereka akan mencari bantuan layanan kese- hatan, terutama jika sakit tersebut dianggap serius bahkan mengancam jiwa. Arifin (2016) menyatakan persepsi positif tentang penyakit yaitu seseorang da- pat memahami penyakit dan cara untuk mengontrol penyakitnya dengan baik, akan tetapi sebaliknya apabila persepsi negatif tentang penyakit yaitu sese- orang tidak dapat dengan baik memahami penyakit dan cara yang tepat untuk mengontrol penyakitnya. Menurut Septiaji, F (2014) Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Per- bedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Baiknya persepsi sakit respon- den pada penelitian ini tidak terlepas dari pengetahuan tentang hipertensi yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Sekernan Ilir. Dalam hal n % n % n % Kurang 13 43.3 17 56.7 30 100 0,605 Baik 20 52.6 18 47.4 38 100 Tabel 8 Hubungan akses pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi (n = 68) Akses Pelayanan Kesehatan Penatalaksanaan Hipertensi Jumlah p-valueKurang Baik Baik Berikut ini adalah hasil penelitian yang 230 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 224–232 penanggulangan penyakit tidak menular (PTM) ter- masuk penatalaksanaan penyakit hipertensi, Pus- kesmas Sekernan Ilir senantiasa melakukan penyu- luhan baik itu di dalam gedung puskesmas melalui bagian konseling PTM, maupun di luar gedung puskesmas melalui kegiatan Pusling, Posbindu serta kegiatan Perkesmas. Saat ini Puskesmas Sekernan Ilir juga sedang melaksanakan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, melaksakan pendataan keluarga untuk mengidentifikasi masalah dan status kesehatan keluarga. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi- square pada = 0,05 diperoleh nilai p-value=0.015 (p<0,05) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perila- ku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Maharani, dkk (2016) tentang Faktor Yang Berhu- bungan Dengan Perilaku pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2016 yang menyimpulkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pengendalian tekanan darah (p-value=0,032). Menurut Setiadi (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga ada faktor inter- nal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi ta- hap perkembangan, pendidikan atau tingkat pengeta- huan, faktor emosi dan spiritual, sedangkan faktor eksternal meliputi praktik dikeluarga, sosial ekonomi dan latar belakang budaya. Perawat mempunyai peran sebagai educator. Friedman (1998) dalam Rachmawati, (2013), menyatakan adanya beberapa aspek dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif, serta dukungan penghargaan. Dalam meningkatkan peran keluarga perawat dapat mengedukasi keluarga dengan mengajarkan keluarga untuk melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat mengenali masalah kesehatan yang dialaminya dan dapat memberi dukungan. Upaya kesehatan berbasis masyarakat meru- pakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan di Puskesmas, termasuk upaya pembinaan kesehatan keluarga. Pelaksanaan program keluarga binaan yang dilakukan tenaga kesehatan di Puskemas Sekernan Ilir kurang maksimal karena tenaga yang terbatas dan wilayah kerja yang luas, sehingga be- lum bisa mengcover keperawatan keluarga secara keseluruhan, terutama dengan masalah hipertensi. kondisi ini dapat menjadi salah satu penyebab masih adanya dukungan keluarga yang kurang baik, karena dukungan keluarga yang baik tidak terlepas dari bagaimana pemahaman dan pengetahuan keluarga tersebut dalam memberikan dukungan kepada anggota keluarganya untuk mengatasi masalah ke- sehatan yang sedang dialami. Puskesmas Sekernan Hilir harus aktif dalam mensukseskan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS- PK). Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/ meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga khusunya yang memiliki penderita hiper- tensi. Keterjangkauan akses pelayanan kesehatan adalah kemampuan setiap orang dalam mencari pelayanan kesehatan sesuai dengan yang mereka butuhkan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara akses ke pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksa- naan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Pus- kesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi dengan nilai p-value=0,605. Hal ini menandakan a kses pela ya na n keseha ta n buka n menja di hambatan bagi penderita untuk berperilaku sehat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa, dkk (2013) yang menyimpulkan tidak ada hubungan antara keter- jangkauan pelayanan kesehatan dengan kepatuhan berobat hipertensi p-value=0,063. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkardi (2015) yang menyatakan ada hubungan antara keterjangkauan akses pelayanan kesehatan dengan kepatuhan pe- natalaksanaan hipertensi pada lansia di Puskesmas Pajangan Bantul p-value=0,000. Dalam penelitian- nya diketahui jarak yang jauh dan transportasi yang sulit mengakibatkan ketidakpatuhan penatalaksana- an hipertensi. Keberadaan Puskesmas Sekernan Ilir yang terletak di pinggir jalan lintas timur yang dapat ditem- puh dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, menjadikannya mudah dijangkau oleh para penderita hipertensi dalam upaya pengendalian penyakit yang mereka derita baik itu untuk pemerik- saan, pengobatan maupun konseling. Walaupun demikian masih terdapat responden yang menyata- kan sulit menjangkau pelayanan karena berada dilingkungan perkebunan dengan kondisi jalan yang rusak, tapi keadaan tersebut tidak menjadi masalah bagi mereka untuk tetap menuju pelayanan kese- 231Damayantie, Heryani, Muazir, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... hatan, hal ini dikarenakan baiknya persepsi sakit responden dan adanya dukungan keluarga yang mereka miliki. SIMPULAN Perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh pen- derita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Seker- nan Ilir Kabupaten Muaro Jambi baik, persepsi sakit terhadap penyakit hipertensi yang baik , dukungan keluarga yang baik dan akses pelayanan yang. Ada hubungan persepsi sakit dengan perilaku penatalak- sanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi, Ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi dan Tidak ada hubungan akses pelayanan kesehatan dengan perilaku penatalaksanaan hiper- tensi oleh penderita di wilayah kerja Puskesmas Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi. SARAN Bagi Puskesmas Sekernan Ilir Memberikan pendidikan kesehatan kepada pen- derita hipertensi dan juga kepada keluarga atau orang terdekat penderita hipertensi agar dapat ikut serta mengingatkan dan memberikan motivasi pada penderita hipertensi. Melaksanakan dan terlibat secara aktif dalam PIS-PK dengan pendekatan keluarga untuk meng- identifikasi masalah dan status kesehatan penderita hipertensi sehingga diharapkan keluarga dapat mem- berikan dukungan yang maksimal dalam meman- faatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat Menyediakan media berisi informasi mengenai tatalaksana penyakit hipertensi agar dapat menam- bah pengetahuan masyarakat dengan pendekatan keluarga sehat Membuat contoh/role model dengan memilih pasien yang perilaku perawatan hipertensinya baik sehingga bisa dicontoh penderita lainnya. Bagi Peneliti selanjutnya, Bagi peneliti selanjut- nya yang ingin meneliti masalah yang sama, disaran- kan agar menggunakan rancangan studi yang ber- beda agar dapat melihat dapat hubungan variabel yang lain. DAFTAR PUSTAKA Adawiyah, Utin. (2014). Persepsi lansia dengan upaya pencegahan hipertensi di Posbindu Bumi Asri RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. Semarang: SKRIPSI Prodi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah. Annisa Fitria, dkk. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Berobat Hipertensi Pada Lan- sia Di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masya- rakat Universitas Hasanuddin. Arifin, Faisal Fachrur. (2016). Hubungan Antara Persepsi Tentang Penyakit Dengan Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral (Oho) Di Puskesmas Srondol Kota Semarang. Semarang: Skripsi Prodi Ilmu Keperawatan UNDIP. Cahyono, AD. (2015). Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Sikap Perawatan Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Kediri: Jurnal AKP Vol.6 no.1. Dinkes Kabupaten Muaro Jambi. (2017). Laporan Kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) Kab. Muaro Jambi. P2PTM Dinkes Kab. Muaro Jambi. Kemenkes RI. (2012). Penyakit Tidak Menular Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular. Kementerian Kesehatan RI. ___________ (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direk- torat pengendalian penyakit tidak menular. Kemen- terian Kesehatan RI. __________ (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013).Jakarta: Balitbangkes Kemente- rian Kesehatan RI. Nur Kholifah, F.dkk. (2014). Hubungan Asupan Serat, Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Prodi D III Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Univer- sitas Muhammadiyah Semarang Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7Buku 1.Jakarta: Salemba Medika. Rachmawati, YA. (2013). Dukungan Keluarga Dalam Penatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas Can- direjo Magetan. Surakarta: SKRIPSI. Universitas Muhammadiyah. Septiaji, Fajar. (2014). Hubungan Persepsi Pola Asuh Orang Tua Dan Dukungan Sosial Dengan Koping Stres Pada Remaja Di Desa Sokaraja Kulon, Kabu- paten Banyumas. Purwokerto: SKRIPSI. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pur- wokerto. 232 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018, hlm. 224–232 Setiadi. (2008). Konsep & keperawatan keluarga. Yogyakarta: Graha ilmu Soesanto, Edy. (2010). Praktik Lansia Hipertensi dalam Mengen dali kan Kesehat an Diri di Wilayah Puskesmas Mranggen Demak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 5 / No. 2 WHO. (2013). A Global Brief On HypertensionSilent killer, Global Public Health Crisis. Tersedia dalam http://www.who.int/cardiovascular_diseases/ publications/ [Diakses 14 Februari 2018] ______(2017). Medi a centre:Nonc ommunic able diseases.Tersedia dalam http://www.who.int/ mediacentre/factsheets/fs355/en/ [Diakses 14 Februari 2018] Zulkardi. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Pajangan Bantul Program Studi Ilmu Keperawatan. Yogyakarta: Skripsi. STIKES Jend. Achmad Yani.