116 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 116–122 116 JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah RW 06 Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 19/06/2019 Disetujui, 30/07/2019 Dipublikasi, 05/04/2020 Kata Kunci: Tekanan Darah; Posisi Tubuh; Posisi Duduk; Posisi Berdiri Abstrak Salah satu gangguan kesehatan yang banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi. Pada berbagai posisi akan menghasilkan tekanan darah yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengukuran tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi antara posisi duduk dan posisi berdiri. Penelitian ini dilaksanakan di RW 06 Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya pada 27 Januari 2018. Metode pada penelitian yaitu pra eksperi- mental dengan tipe one group pre post test design dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ditentukan secara total sampling yang berjumlah 50 orang. Data dianalisa menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh posisi tubuh terhadap tekanan darah. Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: tekanan darah yang diukur pada saat duduk sebesar 29 orang (58%) dikategorikan Hipertensi Derajat 1, sedangkan posisi berdiri sebesar 20 orang (34%) dikategorikan Hipertensi Derajat 2. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara posisi duduk dan posisi berdiri dengan nilai p = 0,000 <  =0,05. Kecepatan denyut jantung akan meningkat pada posisi duduk karena jantung memompa darah akan lebih keras sehingga melawan gaya gravitasi. Hal ini membuat tekanan darah cenderung stabil. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi tubuh yang lain dengan perbedaan waktu istirahat, dan berikan interval waktu dalam melakukan pengukuran tekanan darah. History Article: Received, 19/06/2019 Accepted, 30/07/2019 Published, 05/04/2020 Article Information Abstract One of the most health problem that occure on elderly was cardivascular system, hypertension. Blood pressure varies in a wide range of circum- stances, one of which is the change in position. The purpose of this re- search is to know the results of the measurement of the blood pressure Susanti1, Caturia Sasti Sulistyana2 1,2Prodi Keperawatan, Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya The Effect of Body Position on Blood Pressure in Elderly People with Hypertension in RW 06, Bongkaran Sejahtera Village, Pabean District, Cantian Surabaya http://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i1.ART.p116-122&domain=pdf&date_stamp=2020-4-05 117Susanti, Sulistyana, Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah pada ... Email: susanti@akper-adihusada.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI:10.26699/v7i1.ART.p116–122 This is an Open is Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENDAHULUAN Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia adalah pada sistem kardiovaskuler (Teguh, 2009).Salah satu gangguan pada sistem kardiovaskuler adalah hipertensi. Hiper- tensi dapat terjadi pada lansia dikarenakan jantung membesar sehingga terjadi penurunan elastisitas dari dinding aorta. (Darmojo, 2010). Menurut Depkes (2013) Angka kejadian hiper- tensi mengalami penurunan. Hal tersebut dibuktikan dengan angka kejadian hipertensi tahun 2007 sebesar 31,7 persen dan tahun 2013 menjadi 25,8 persen. Hal tersebut disebabkan banyak faktor se- perti alat pengukur tensi yang berbeda dan kemung- kinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan. Namun, dari hasil wawancara akibat tidak minum obat hipertensi angka kejadian meningkat dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Menurut (Ridwan, 2009) preva- lensi hipertensi dikategorikan sebagai berikut hipertensi ringan sebesar 68,4% (diastolik 95-104 mmHg), hipertensi sedang sebesar 28,1% (diastolik 105-129 mmHg), hipertensi berat sebesar 3,5% (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Berdasarkan hasil survey awal yang telah di lakukan di Posyandu Lansia di Wilayah RW 06 Kelurahan Bongkaran Kecamatan Pabean Cantian Surabaya tahun 2017 jumlah keseluruhan lansia yang menga- lami hipertensi adalah 50 orang. Hipertensi adalah suatu kondisi akibat tekanan darah yang meningkat.Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala, namun hal ini dapat menim- bulkan kegawatan akibat tekanan darah yang terus- menerus tinggi dalam jangka waktu lama.Oleh ka- rena itu, pemeriksaan tekanan darah secara berkala harus dilakukan guna untuk deteksi dini penyakit hipertensi. Beberapa faktor yang melatar belakangi tekanan darah adalah faktor genetik (keturunan), jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, asupan makan, kebiasaan merokok, dan stress (Ang- graini, 2009). Secara alamiah lansia akan menga- lami penurunan fungsi organ dan mengalami labili- tas tekanan darah (Mubarok & Chayatin, 2009). Perawat membutuhkan keterampilan khusus dalam manajememn pengukuran tekanan darah. Manajemen pengukuran yang salah dapat berpo- Keywords: Blood Pressure;Change of Position;Sitting Position;Standing Position. between sitting position and standing position on the elderly who suffer from hypertension. This research was carried out in the prosperous Village 06 RW Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya on 27 January 2018. Research on the methods of experimental type with pre eksperiment one group pre post test design with cross sectional approach. Sample determined in simple random sampling of 50 people. The data were analyzed using the Wilcoxon Signed Ranks test. The results showed there are. influence of the position of the body against blood pressure. The re- search results obtained the following data: blood pressure sitting of 29 people (58%) categorized Hypertension Degrees 1, while a sitting posi- tion by 20 people (34%) categorized Hypertension Degrees 2. Test results Wilcoxon Signed Ranks Test showed that there were significant differences between the positions of sitting and standing position with a value of p = 0.000 < = 0.05. Seated position makes blood pressure tend to be stable. Working the heart in a sitting position, in pumping blood will be harder because it opposes the gravitational force so that the heart rate increases. Blood pressure measurement can be done a variety of positions, the time difference break, as well as to provide an interval of time in doing the measurement of blood pressure. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan Correspondence Address: Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya - East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 118 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 116–122 tensi terjadi apabila semua prosedur ini tidak diikuti dengan hati-hati. Hal ini jelas akan berdampak pada keberhasilan terapi. Untuk mengantisipasi sumber potensial kesalahan dalam pengukuran tekanan darah maka prosedur pengukuran tekanan darah harus diperbaharui dengan menggunakan merkuri konvensional atau sphygmomanometer aneroid dan monitor tekanan darah elektronik sebagai (Wally- mahmed, 2008). Prinsip pengukuran tekanan darah yaitu lengan tangan harus kondisi santai boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun berbaring. Pada saat posisi duduk, hasil pengukuran tekanan darah akanlebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meski- pun selisihnya relatif kecil (Teguh, 2009).Hal ini disebabkan pada saat duduk yang terjadi pada sistem vasokontraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal sarafpun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot tersebut menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat (Guyton & Hall, 2011). Tekanan da rah dikatakan meningkat jika tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik sama dengan/atau di atas 90 mm Hg. Peningkatan tekan- an darah yang terus menerus akan menyebabkan kerusakan pada organ seperti jantung, otak dan ginjal (WHO, 2013). Menurut (Manembu, dkk, 2015) ketika sese- orang dalam posisi berdiri, kondisi tekanan tambahan sama dengan berat kolom darah dari jantung ke titik pengukuran ditambah tekanan intravaskular di semua tempat menjadi sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi jantung. Peningkatan tekanan akibat gravitasi mempengaruhi volume sirkulasi darah efektif melalui beberapa cara. Salah satu diantaranya, peningkatan tekanan hidrostatik yang terjadi di kaki ketika seseorang berdiri akan mendorong keluar dinding vena sehingga menyebab- kan distensi. Pada posisi duduk, pusat gravitasi berada pada bagian anterior ischia dan sekitar 25% berat badan ditransmisikan ke bawah melalui ekstremitas bawah sehingga anggota tubuh dalam keadaan rileks. Hal ini terjadi akibat pengaruh dari gaya gravitasi, sehingga posisi yang berbeda meme- ngaruhi tekanan darah merupakan hal yang wajar. Namun dipastikan juga dengan rutin untuk meme- riksa. Posisi seseorang saat pengukuran baik posisi berdiri atau duduk akan memberikan gambaran hasil yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi, yaitu aktivitas yang akan dilakukan sebelum pengukuran, tekanan atau stress yang akan dialami, serta waktu pengukuran (Teguh, 2009). Banyak informasi me- ngenai posisi lengan terhadap tekanan darah namun sedikit sekali informasi yang diberikan dari literatur mengenai pengaruh posisi tubuh terhadap hasil pengukuran tekanan darah (Eser, 2007). Oleh karena itu, sebaiknya lansia periksakan kembali tekanan darah ke dokter terdekat. Penanganan akan diberi- kan jika lansia mengalami hipertensi. Selain itu diperlukan menjaga pola hidup sehat dengan me- ngonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, rutin berolahraga, kelola stress dengan baik, serta istirahat yang cukup. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Perubahan posisi tubuh merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perubahan tekanan darah. Oleh sebab itu, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Perubahan Posisi Tu- buh Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di Wilayah RW 06 Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya. BAHAN DAN METODE Pada pada penelitian ini menggunakan desain penelitian pra experimental dengan tipe one group pre post test design yaitu suatu penelitian yang mengkaji perbandingan terhadap pengaruh pada kelompok subjek adanya suatu perlakuan dari pene- liti. Populasi dalam penelitian ini semua lansia pen- derita hipertensi yang rutin periksa di posyandu lansia Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya. Tehnik sampel yang digu- nakan adalah dengan cara total sampling dimana peneliti mengambil sampel yang jumlah sampel sama dengan jumlah populasi sehingga sampel sebanyak ±50 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada 27 Januari 2018. Variabel independen dalam penelitian ini adalah posisi tubuh, sedangkan variable dependen adalah tekanan darah pada penderita hipertensi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuisoner serta lembar observasi untuk mengukur tekanan darah. Analisis data mengguna- kan uji Wilcoxon Signed Ranks Test. 119Susanti, Sulistyana, Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah pada ... Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar responden di wilayah Kelurahan Bongkaran Keca- matan Pabean Cantian Surabaya tidak memiliki kebisaaan mengkonsumsi makanan asin berjumlah 43 responden dengan persentase (86%). Hasil penelitian berdasarkan uji statistik penga- ruh perubahan posisi tubuh terhadap tekanan darah posisi duduk dan posisi berdiri pada lansia penderita hipertensi di Kelurahan Bongkaran Kecamatan Pabean Cantian Surabaya 27 Januari 2018 menun- jukkan bahwa posisi tubuh duduk dan berdiri dengan pre hipertensi yaitu 34 responden (68%), posisi tubuh duduk dan berdiri dengan karakteristik tekanan HASIL PENELITIAN No. Umur F % 1. 55-66 27 54 2. 67-77 14 28 3. 78-88 9 18 Jumlah 50 100 Tabel 1 Di str i busi K ar ak te r istr ik Responde n Berdasarkan Umur Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah Kelurahan Bongkaran Keca- matan Pabean Cantian Surabaya, yaitu berumur 55- 66 tahun berjumlah 27 responden dengan persentase (54%). Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin f % 1. Laki-laki 16 32 2. Perempuan 34 68 Jumlah 50 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah Kelurahan Bongkaran Keca- matan Pabean Cantian Surabaya yaitu berjenis kelamin perempuan berjumlah 34 responden dengan persentase (68%). Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden Kebisaaan Merokok No. Kebisaaan Merokok f % 1. Iya 11 22 2. Tidak 39 78 Jumlah 50 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah Kelurahan Bongkaran Keca- matan Pabean Cantian Surabaya tidak memiliki kebisaaan merokok berjumlah 39 responden dengan persentase (78%). Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah Kelur ahan Bongkar an Kecamatan Pabean Cantian Surabaya tidak memiliki Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Kebisaaan Minum Berakohol No. Kebisaaan Minum Berakohol f % 1. Iya 3 6 2. Tidak 47 94   Jumlah 50 100 kebisaaan mengkonsumsi minuman berakohol berjumlah 47 responden dengan persentase (94%). Tabel 5 Distribusi Karakteristik Responden Kebisaaan Mengkonsumsi Makanan Asin No. Kebisaaan Mengkonsumsi f % Makanan Asin 1. Iya 21 50 2. Tidak 29 50   Jumlah 50 100 Tabel 5 menujukkan bahwa lebih dari sebagian responden di wilayah Kelurahan Bongkaran Keca- matan Pabean Cantian Surabaya tidak memiliki kebisaaan mengkonsumsi makanan asin berjumlah 29 responden dengan persentase (58%). Tabel 6 Distribusi Karakteristik Responden Kebisaaan Melakukan Aktivitas No. Kebisaaan Melakukan Aktivitas f % 1. Iya 7 14 2. Tidak 43 86   Jumlah 50 100 120 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 116–122 darah hipertensi derajat 1 yaitu 49 responden (98%), dan posisi tubuh duduk dan berdiri dengan karak- teristik hipertensi derajat 2 yaitu 17 orang (34%). Hasil dari uji statistik menyimpulkan ada pengaruh antara posisi tubuh terhadap tekanan darah duduk dan berdiri pada lansia yang menderita hipertensi di wilayah Kelurahan Bongkaran Sejah- tera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya dimana p value =0, 00 dengan =0,05. Hal ini membuktikan bahwa posisi tubuh berpengaruh terhadap peng- ukuran tekanan darah posisi duduk dan posisi berdiri. PEMBAHASAN Tekanan Darah Posisi Duduk Hasil penelitian yang dilakukan 27 Januari 2018 di Posyandu Lansia di wilayah Posyandu Lansia Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pa- bean Cantian Surabaya menunjukkan bahwa tekan- an darah posisi duduk pada lansia yang menderita hipertensi terdapat 29 responden dengan persentase (58%) yang memiliki tekanan darah di kategorikan hipertensi derajat 1, dan sisanya pada lansia yang menderita hipertensi terdapat 21 responden dengan persentase (50%) yang memiliki tekanan darah tinggi di kategorikan pre hipertensi. Peran dari tekanan darah adalah mengedarkan darah ke dalam pembuluh darah di jantung. Peng- ukuran tekanan darah dapat menggunakan alat ukur tekanan darah (tensimeter). Hasil pengukuran tekanan darah tergantung pada posisi, aktivitas, dan kondisi tubuh dalam rentang tertentu (Asrawati, 2017). Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarnakan pada saat duduk system vasokontraktor simpatis terangsang melalui saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan abdomen, mem- bantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung (Guyton & Hall, 2011).Hal tersebut membuat darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen (Teguh, 2009). Pada posisi duduk, kerja jantung akan lebih keras dalam memompa darah karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung mening- kat (Asrawati, 2017). Lansia di posyandu lansia mayoritas tidak memiliki kebisaaan untuk melakukan aktivitas terda- pat 43 responden dengan persentase (86%), sedang- kan yang memiliki kebisaaan untuk melakukan aktivitas terdapat 7 responden dengan persentase (14%). Masing-masing aktivitas memiliki keuntung- an yang berbeda. Ada perbedaan aktivitas antara lansia laki-laki dan perempuan yang di posyandu lansia yaitu perbedaannya mayoritas perempuan lebih cenderung mempunyai perilaku yang tinggi untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, mengikuti posyandu karena perempuan lebih tekun dan senang berkumpul dengan teman seusianya, sedangkan laki-laki secara psikologis cepat bosan dan memilih untuk bekerja (Mubarak Chayatin, 2009). Hasil penelitian Anggraini (2009) menunjukkan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah aktivitas fisik. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan peneliti bahwa di posyandu lansia lebih banyak perempuan karena mayoritas perempuan hanya sibuk dirumah sebagai ibu rumah tangga saja dan tidak ada kegiatan lain sehingga lebih bisa meluangkan waktu untuk meng- ikuti kegiatan-kegiatan di posyandu, sedangkan lansia laki-laki itu lebih memilih untuk bekerja dari- pada membuang waktunya untuk datang ke posyan- du. Dalam hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang di lakukan perempuan lebih banyak di bandingkan dengan laki-laki sehingga perempuan cenderung mengalami tekanan darah tinggi karena aktivitas f % f % 1 Pre Hipertensi 21 50 13 26 2 Hipertensi Derajat 1 29 58 20 40 3 Hipertensi Derajat 2 0 0 17 34 UJI WILCOXON Hasil P value = 0,00 Tabel 7 Hasil Uji Statistik Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah Pada Posisi Duduk dan Posisi Berdiri No. Tingkatan Hipertensi Tekanan Darah Duduk Tekanan Darah Berdiri 121Susanti, Sulistyana, Pengaruh Posisi Tubuh terhadap Tekanan Darah pada ... yang tinggi membuat kerja jantung semakin berat sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Se- dangkan, kurangnya beraktivitas yang dilakukan maka kerja jantung juga berkurang sehingga kerja jantung tidak maksimal dalam mempompa dari pembuluh darah ke jantung. Oleh karena itu aktifitas fisik menyebabkan perubahan yang besar dalam sistem sirkulasi dan pernapasan. Tekanan Darah Posisi Berdiri Hasil penelitian yang dilakukan tanggal 27 Januari 2018 di Posyandu Lansia di wilayah Pos- yandu Lansia Kelurahan Bongkaran Sejahtera Ke- camatan Pabean Cantian Surabaya menunjukkan bahwa tekanan darah posisi berdiri pada lansia yang menderita hipertensi terdapat 20 responden dengan persentase (40%) yang memiliki tekanan darah di kategorikan hipertensi derajat 1, kemudian pada lansia yang menderita hipertensi terdapat 17 res- ponden dengan persentase (50%) yang memiliki tekanan darah di kategorikan hipertensi derajat 2, dan sisanya terdapat 13 responden dengan persen- tase 26% yang memiliki tekanan darah di kategori- kan pre hipertensi. Pada saat seseorang berdiri detak jantung akan meningkat karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri sehingga terjadi peningkatan detak jantung mendadak. Sebanyak 300-500 ml pada posisi berdiri, darah pada pembuluh “capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40% (Guyton & Hall, 2011). Pengumpulan darah di vena lebih banyak pada posisi berdiri. Mengakibatkan volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun (Guyton & Hall, 2011). Lansia di posyandu lansia mayoritas berusia 55- 56 tahun terdapat 27 responden dengan persentase (54%), usia 67-77 tahun terdapat 14 responden dengan persentase (28%), dan usia 78-88 tahun terdapat 9 responden dengan persentase (18%). Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ang- graini (2009) menyatakan bahwa tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hiper- tensi karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Hal ini menunjukkan di posyandu lansia mayo- ritas lansia berusia 55-56 tahun. Pada usia ini lansia masih aktif untuk melakukan kegiatan sehari-hari dibandingkan lansia yang memasuki usia >70 tahun. Naiknya tekanan darah pada posisi berdiri yang sejalan dengan penelitian ini, disinggung dalam suatu laporan praktikum yang menyebutkan bahwa secara teoritis hasil pengukuran tekanan darah cen- derung meningkat pada posisi berdiri dibandingkan dengan posisi duduk karena pada posisi berdiri peredaran darah lebih tinggi dengan arah peredaran vertical sehingga melawan gaya gravitasi dan otot yang sedang berkontraksi. Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Hasil penelitian berdasarkan uji statistik Penga- ruh Perubahan Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah Posisi Duduk dan Posisi Berdiri Pada Lansia Penderita Hipertensi di Kelurahan Bongkaran Kecamatan Pabean Cantian Surabaya 27 Januari 2018 menunjukkan bahwa posisi tubuh duduk dan berdiri dengan pre hipertensi yaitu 34 responden (68%), posisi tubuh duduk dan berdiri dengan karakteristik tekanan darah hipertensi derajat 1 yaitu 49 responden (98%), dan posisi tubuh duduk dan berdiri dengan karakteristik hipertensi derajat 2 yaitu 17 orang (34%). Hasil dari uji statistik menyimpulkan ada pengaruh antara posisi tubuh terhadap tekanan darah antara posisi duduk dan posisi berdiri pada lansia yang menderita hipertensi di wilayah Kelu- rahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian Surabaya dimana p value =0, 00 dengan  = 0,05. Hal ini membuktikan bahwa posisi tubuh berpengaruh terhadap pengukuran tekanan darah posisi duduk dan posisi berdiri. Hasil penelitian yang dikemukan oleh Eser (2007) menyatakan bahwa sistem kerja otot dipe- ngaruhi oleh posisi tubuh. Otot akan berkontraksi dibutuhkan lebih banyak tenaga sehingga laju perna- pasan pun akan meningkat pada saat berdiri, berbe- da ketika saat posisi duduk. Hasil penelitian yang lain dari Manembu, et al (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara posisi tubuh pada saat duduk dan berdiri ketika dilakukan pengukuran tekanan darah. Pengumpulan darah di vena lebih banyak 122 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 116–122 pada posisi berdiri. Mengakibatkan volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi sekucup berku- rang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan tekanan dar ah akan meningkat. Peningkatan tekanan arteri terjadi selama tubuh bergerak. Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cen- derung stabil. Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring (Guyton & Hall, 2011). Berdasarkan teori guyton yang sudah dikemukakan bahwa hasil pengukuran tekanan darah dalam berbagai posisi seperti duduk, dan berdiri mungkin saja terjadi perbedaan, perbedaan ini bisa terjadi karena adanya efek gravitasi yang mempengaruhi dalam setiap posisi tubuh manusia. Dalam hal ini menunjukkan ada pengaruh an- tara posisi tubuh terhadap pengukuran tekanan darah duduk dan berdiri pada lansia yang menderita hipertensi karena setiap responden memiliki hasil pengukuran tekanan darah yang berbeda dan se- baiknya dalam mengukur tekanan darah sebaiknya pada posisi duduk dan lengan lebih rileks. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perubahan posisi tubuh terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di wilayah RW 06 Kelurahan Bongkaran Sejahtera Kecamatan Pabean Cantian surabaya. Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, tentang efektifitas pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk daripada posisi berdiri. SARAN Lansia diharapkan lebih rutin datang ke posyan- du lansia dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah.Pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah, lansia lebih dianjurkan dengan posisi duduk karena posisi tersebut membuat tekanan darah cenderung stabil. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, A., Waren, S., Situmorang, E., Asputra, H., & Siahaan, S. (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliknik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni. Penelitian faktor-fak- tor yang berhubungan dengan kejadian hiper- tensi, 1. Asrawati. (2017). Fisika Kesehatan Dalam Kepera- watan. Yogyakarta: Deepublish. Darmojo, B. (2010). Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Fakultas Kedokteran Univer- sitas Indonesia. Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kemen- trian Kesehatan RI. Global Initiative For Hypertensi Eser, I. K. (2007). The Effect Of Different Body Position On Blood Pressure. Journal Of Clinical Nursing (Vol. 16). Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hadi, M., & Kris, P. (2010). Buku Ajar Boedi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi ke-4) . Jakarta: Balai Fakultas Universitas Indonesia. Kowalski, R. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 Ming- gu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi . Bandung: Qanita Mirzan Pustaka. Manembu, M., Rumampuk, J., & Danes, V. R. (2015). Pengaruh Posisi Duduk Dan Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Pegawai Negeri Sipilkabupaten Minahasa Utara.Jurnal e- Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor 3, September- Desember 2015 , 818. Mubarak,& Chayatin. (2009). Teori dan Aolikasi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pendidikan Kesehatan, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013 Teguh, I. (2009). Pengukuran Tekanan Darah. Retrieved April 5, 2016, from Pengukuran Tekanan Darah :http:/ / w w w . s c r i b d . c o m / d o c / 5 8 5 8 2 6 1 0 / PengukuranTekananDarah Wallymahmed, M. (2008).Blood Pressure Measurement Nursing Standart. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka.