276 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 276–282 276 JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Latihan Range of Motion untuk Perubahan Kualitas dan Kuantitas Nyeri Penderita Osteoarthritis Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 20/09/2018 Disetujui, 14/08/2019 Dipublikasi, 25/08/2019 Kata Kunci: Osteoarthritis, Nyeri, Latihan Range of Motion. Abstrak Osteoartritis merupakan suatu penyakit degeneratif kerusakan kartilago sendi yang progresif pada lansia. Keluhan tersering penderita osteoartritis adalah rasa kaku serta adanya nyeri, spasme otot dan disability. Salah satu terapi non farmakologis untuk mengatasi nyeri adalah latihan Range of Motion (ROM). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh latihan ROM terhadap kualitas dan kuantitas nyeri penderita osteoarthritis di Banyu Urip Lor RW 7 Surabaya. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre-post test with control group, pada sampel 26 orang lansia yang menderita osteoartritis dengan menggunakan teknik purposive sampling. Latihan ROM dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Analisis data yang digunakan adalah uji wilcoxon dan mann whitney. Hasil uji statistik Wilcoxon pada kelompok kontrol pre-post didapatkan P<0,05 (0,025) dan kelompok perlakuan pre-post didapatkan P<0,05 (0,001), artinya ada pengaruh latihan ROM terhadap kualitas dan kuantitas nyeri penderita osteoarthritis. Hasil uji statistik Mann-Whitney didapatkan P<0,05 (0,006), artinya ada beda kualitas dan kuantitas nyeri antara kedua kelompok. Latihan ROM adalah latihan menggerakkan sendi seoptimal mungkin sesuai kemampuan klien. Latihan ROM dapat meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot, serta merangsang sirkulasi darah. Implikasi hasil penelitian ini adalah latihan ROM dapat dilakukan oleh penderita osteoartritis secara rutin untuk mengurangi rasa nyeri. Range of Motion Exercise for Changes in the Quality and Quantity of Osteoarthritis Sufferers Article Information History Article: Received, 20/09/2018 Accepted, 14/08/2019 Published, 25/08/2019 Keywords: Osteoarthritis, Pain, Rain of Motion Exercises Abstract Osteoarthritis is a progressive degenerative disease of joint cartilage in the elderly. The most common complaints of people with osteoartritis are stiffness and pain, muscle spasm and disability. One of the non-pharmaco- logical therapy for pain management is ROM exercise. The purpose of this study was to analyze the effect of ROM exercises on the quality and quan- tity of osteoarthritis pain in Banyu Urip Lor RW 7 Surabaya. The design of this study was quasi-experimental with a pre-post test control group, in a sample of 26 elderly people suffering from osteoartritis used a purposive sampling technique. The ROM exercise are done 3 times a week for 4 Caturia Sasti Sulistyana1, Susanti2 1,2Prodi Keperawatan, Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya, Indonesia 277Sulistyana, Susanti, Latihan Range of Motion untuk Perubahan Kualitas dan ... weeks. The data analysis used was Wilcoxon test and Mann Whitney test. The results of the Wilcoxon statistical test in the pre-post control group obtained P<0.05 (0.025), and the pre-post treatment group obtained P<0.05 (0.001), it means that there was an effect of ROM exercises on the quality and quantity of pain in patients with osteoarthritis. The results of the Mann-Whitney statistical test obtained P<0.05 (0.006), it means that there were differences in the quality and quantity of pain between the two groups. The ROM exercise are exercises to move the joints as optimal as possible according to the ability of the client. The ROM exercise can in- crease muscle flexibility and strength, and stimulate blood circulation. Implications of the results of this study ROM exercises can be performed by patients with osteoartritis regularly to reduce pain. © 2019 Jurnal Ners dan Kebidanan Email: caturia@akper-adihusada.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v6i3.ART.p276-282 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/) PENDAHULUAN Osteoartritis merupakan suatu penyakit keru- sakan tulang rawan sendi yang sering dijumpai pada lanjut usia diatas 60 tahun. Keluhan yang sering dirasakan oleh penderita osteoarthritis adalah rasa kaku atau pegal serta nyeri, seperti ketidakmampuan melakukan kegiatan pada saat bangun pagi, bangkit dari duduk, jongkok, berlutut, berdiri lama. Beberapa cara yang telah digunakan untuk mengurangi nyeri adalah kompres dingin, pijat, dan menempelkan koyo, namun hingga saat ini berbagai cara tersebut belum efektif. Apabila nyeri sendi yang dialami oleh penderita osteoartritis tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan functional limita- tion, seperti gangguan berjalan, berlari, sehingga akan menurunkan kualitas hidup penderita osteo- artritis (Sangrah, 2018). Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2016 didapatkan osteoartritis berada di urutan ke 12 sebagai penyakit muskuloskeletal tersering di dunia dengan prevalensi pada tahun 2010 mencapai 151,4 juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Sedangkan, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan prevalensi osteoartritis di Indonesia termasuk cukup tinggi, yaitu sebesar 45,0% (Sangrah, 2018). Studi pendahuluan yang dilakukan pada tempat penelitian Banyu Urip Lor didapatkan 28 dari 45 orang lanjut usia yang menderita osteoartritis. Intervensi yang telah dilaku- kan disana adalah senam lansia satu minggu sekali. Osteoarthritis disebabkan oleh beberapa faktor resiko antara lain usia lanjut, riwayat keluarga dengan osteoarthritis, obesitas, trauma sendi, dan beban kerja yang berat (Sembiring, 2018). Osteoarthritis dapat mempengaruhi penurunan sistem muskuloske- letal yang ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian, salah satunya pada sendi lutut (Sitinjak, Hastuti, & Nurfianti, 2016). Osteoartritis adalah radang sendi akibat aus- nya tulang persendian karena sering dipakai (sering memikul beban tubuh), kerusakan rawan sendi disertai tulang baru, kandungan cairan sinovial dalam katilago akan menurun sehingga proteoglikan akan menurun. Menurunnya pelindung proteoglikan menyebabkan jaringan kolagen pada kartilago mengalami degradasi dan degenerasi (Sembiring d. P., 2018). Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri lutut adalah dengan terapi non farmakologis, yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM). Tujuan dari latih- an ROM ini yaitu dapat memperlancar peredaran darah, mengencangkan otot, melenturkan persen- dian, menjaga kadar lemak darah tetap normal sehingga tidak mudah mengalami cedera, serta meningkatkan proses metabolisme tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014). Berdasarkan fakta di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang akan membuktikan pengaruh latihan ROM pada lansia terhadap kualitas dan kuantitas skala nyeri pada penderita osteoartritis. Correspondence Address: Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X 278 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 276–282 METODE Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Februari – 17 Maret 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan pre-post test control group. Sampel diambil dari lansia di Banyu Urip Lor RW 7 Kelurahan Kupang Krajan Keca- matan Sawahan Surabaya, sebanyak 26 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas dan kuantitas nyeri, sedangkan variabel independen yaitu latihan Range of Motion. Instrument dalam penelitian ini adalah daftar hadir responden, Satuan Acara Kegiatan (SAK), booklet, dan lembar penilaian kualitas dan kuantitas nyeri : PQRST, dimana S menggunakan skala Comparative Pain Scale. Analisa data mengguna- kan SPSS dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Banyu Urip Lor RW 7 Surabaya, dengan jumlah responden 26 orang yang mengalami osteoartritis pada bulan Februari – Maret 2019. DATA UMUM Tabel 1 menunjukkan usia responden terbanyak adalah 60–74 tahun pada kelompok kontrol sejumlah 12 orang (92,3%), dan pada kelompok perlakuan sejumlah 11 orang (84,6%). Tabel 2 menunjukkan jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan pada kelompok kontrol sejumlah 12 orang (92,3%), dan pada kelompok perlakuan sejumlah 11 orang (84,6%). Tabel 3 menunjukkan pendidikan responden terbanyak adalah SD pada kelompok kontrol sejumlah 6 orang (46,2%), dan pada kelompok perlakuan sejumlah 5 orang (38,5%). Tabel 4 menunjukkan pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja pada kelompok kontrol sejumlah 7 orang (53,8%), dan pada kelompok perlakuan sejumlah 7 orang (53,8%). No Usia Lansia Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 60 - 74 tahun 12 92.3% 11 84.6% 2 75 - 90 tahun 1 7.7% 2 15.4% 3 > 90 tahun 0 0% 0 0% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 1 Distribusi Usia Lansia No Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 Laki-laki 1 7.7% 2 15.4% 2 Perempuan 12 92.3% 11 84.6% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin Lansia Ta bel 5 menunjukka n la ma mender ita osteoartritis responden pada kelompok kontrol terbanyak <1 tahun sejumlah 8 orang (61,5%), dan pada kelompok perlakuan terbanyak 1-5 tahun sejumlah 7 orang (53,8%). Tabel 6 menunjukkan sumber informasi penyakit responden terbanyak adalah petugas kesehatan pada kelompok kontrol sejumlah 13 orang (100%), dan pada kelompok perlakuan sejumlah 12 orang (92,3%) 279Sulistyana, Susanti, Latihan Range of Motion untuk Perubahan Kualitas dan ... No Pendidikan Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 Tidak sekolah 0 0% 2 15.4% 2 SD 6 46.2% 5 38.5% 3 SMP 4 30.8% 3 23.1% 4 SMA 2 15.4% 2 15.4% 5 Perguruan Tinggi 1 7.7% 1 7.7% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 3 Distribusi Pendidikan Lansia No Pekerjaan Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 Tidak bekerja 7 53.8% 7 53.8% 2 Swasta 2 15.4% 1 7.7% 3 Wiraswasta 4 30.8% 5 38.5% 4 Pegawai Negeri 0 0% 0 0% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 4 Distribusi Pekerjaan Lansia No Lama Menderita Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 < 1 tahun 8 61.5% 6 46.2% 2 1 - 5 tahun 5 38.5% 7 53.8% 3 > 5 tahun 0 0% 0 0% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 5 Distribusi Lama Menderita Osteoartritis Lansia No Sumber Informasi Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Frek % Frek % 1 Petugas kesehatan 13 100% 12 92.3% 2 Media cetak 0 0% 0 0% 3 Kader 0 0% 1 7.7% 4 Media Elektronik 0 0% 0 0% Jumlah 13 100% 13 100% Sumber: Data Primer Tabel 6 Distribusi Sumber Informasi Penyakit Lansia Penyakit 280 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 276–282 Tabel 7 menunjukkan proporsi terbesar pada kelompok kontrol adalah nyeri ringan pada pre yaitu 9 orang (69,2%) dan nyeri sedang pada post yaitu 9 orang (69,2%). Sedangkan pada kelompok perlakuan proporsi terbesar adalah nyeri sedang pada pre yaitu 10 orang (76,9%) dan nyeri ringan pada post yaitu 11 orang (84,6%). Hasil uji statistik Wilcoxon pada kelompok kontrol pre dan post didapatkan nilai P < 0,05 (0,025) artinya ada peningkatan kualitas dan kuantitas nyeri pada lansia, dan pada kelompok perlakuan pre dan post didapatkan nilai P < 0,05 (0,001) artinya ada penurunan kualitas dan kuantitas nyeri pada lansia yang diberikan intervensi latihan Range of Motion. Seda ngkan ha sil uji statistik Mann-W hitney didapatkan nilai P < 0,05 (0,006) artinya ada perbedaan kua litas dan kuantitas nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah diberikan intervensi. PEMBAHASAN Kualitas dan Kuantitas Nyeri Sebelum Latihan ROM pada Lansia Tabel 7 menunjukkan bahwa lansia sebelum (pre) diberikan intervensi pada kelompok kontrol yang terbanyak adalah mengalami nyeri ringan, yaitu 9 orang (69,2%), sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami nyeri sedang, yaitu 10 orang (76,9%). Keluhan nyeri yang dirasakan oleh lansia adalah pada saat bangun tidur merasakan kaku sendi, nyeri sendi, bunyi “krek” saat berjalan, dan bengkak. Karakteristik lansia berdasarkan usia yang terbanyak adalah 60-74 tahun, yaitu pada kelompok kontrol 12 orang (92,3%), kelompok perlakuan 11 orang (84,6%). Proporsi berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan, yaitu pada kelompok kontrol 12 orang (92,3%), kelompok perlakuan 11 orang (84,6%). Proporsi berdasarkan tingkat pendidikan lansia yang terbanyak adalah SD, yaitu pada kelompok kontrol 6 orang (46,2%), kelompok perlakuan 5 orang (38,5%). Proporsi berdasarkan pekerjaan lansia yang terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu pada kelompok kontrol 7 orang (53,8%), kelompok perlakuan 7 orang (53,8%). Sangrah (2018) menjelaskan bahwa osteoart- hritis adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebab- nya. Osteoarthritis (OA) menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, bengkak. Sendi yang paling sering mengalami kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang pinggul. Karakteristik nyeri OA adalah nyeri sendi, hambatan gerakan sendi, kaku sendi, krepitasi, pembengkakan sendi yang asimetris, tanda-tanda peradangan, perubahan gaya berjalan. Faktor-faktor yang mempengaruhi OA dibagi menjadi dua, yaitu yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, kelemahan otot, trauma berulang, aktivitas fisik (pekerjaan) berat, dan diet. Sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin (gender), dan genetik (Hermawan, 2013). Sejalan dengan teori diatas, peneliti berpendapat bahwa osteoarthritis merupakan infeksi sendi dan tulang akibat proses pengapuran tulang yang ditandai dengan nyeri sendi, kaku sendi, bengkak dan terlihat Data Khusus No Kualitas dan Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan Pre Post Pre Post N % N % N % N % 1 Tidak Nyeri 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Nyeri Ringan 9 69.2 4 30.8 1 7.69 11 84.6 3 Nyeri Sedang 4 30.8 9 69.2 10 76.9 2 15.4 4 Nyeri Berat 0 0 0 0 2 15.4 0 0 Jumlah 13 100 13 100 13 100 13 100 Nilai P* 0,025 0,001 Nilai P ** 0,006 Keterangan : *Wilcoxon **Mann-Whitney Sumber: Data Primer Tabel 7 Kualitas dan Kuantitas Nyeri Lansia Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Kuantitas Nyeri 281Sulistyana, Susanti, Latihan Range of Motion untuk Perubahan Kualitas dan ... dari penampilan secara fisik seperti kaki berbentuk O atau X. Beberapa faktor yang dapat mempe- ngaruhi terjadinya osteoarthritis adalah usia, jenis kelamin, genetik, obesitas terjadi karena penam- bahan berat badan yang mengakibatkan sendi lutut bekerja lebih keras, riwayat cedera, dan aktivitas berat Kualitas dan Kuantitas Nyeri Setelah Latihan ROM pada Lansia Tabel 7 menunjukkan bahwa lansia setelah (post) pada kelompok kontrol yang terbanyak adalah mengalami nyeri sedang, yaitu 9 orang (69,2%), sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami nyeri ringan, yaitu 11 orang (84,6%). Hasil uji Wilcoxon kelompok kontrol didapatkan nilai P < 0,05 (0,025) artinya ada peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas nyeri pre dan post pada klien yang tidak mendapat latihan Range of Motion. Sedang- kan pada kelompok perlakuan juga didapatkan nilai P < 0,05 (0,001), artinya ada penurunan kualitas dan kuantitas nyeri pre dan post pada klien yang diberikan intervensi latihan Range of Motion. Karakteristik lansia berdasarkan lama menderita osteoarthritis lansia yang terbanyak pada kelompok kontrol adalah kurang dari 1 tahun sejumlah 8 orang (61,5%), sedangkan kelompok perlakuan terbanyak adalah 1-5 tahun sejumlah 7 orang (53,8%). Penatalaksanaan osteoartrhitis dapat dilakukan dengan pemberian aktivitas fisik untuk melatih persendiannya agar tetap dapat dipakai dan melatih untuk melindungi sendi yang sakit. Lansia osteoar- thritis dianjurkan untuk berolahraga tetapi tidak boleh olahraga yang memperberat sendi, seperti lari atau jogging karena dapat menambah inflamasi, mening- katkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan dapat menyebabkan robekan kapsul sendi. Pen- cegahan risiko kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan dengan olahraga peregangan otot seperti berjalan, latihan Range of Motion dengan pere- gangan dapat membantu dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri. Sejalan dengan teori diatas, menurut peneliti penatalaksanaan aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas hidup penderita osteoarthritis, salah satunya adalah latihan Range of Motion yang merupakan latihan yang menggerakkan sendi seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Adanya pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan tulang rawan (kartilago) akan mensuplai nutrisi berasal dari cairan sendi secara difusi melalui matriks kartilago. Pergerakan sendi diperlukan untuk memastikan suplai nutrisi terjamin dan mempertahankan inte- gritas kartilago, beban tekanan dalam rentang fisio- logis akan meningkatkan laju pembentukan proteo- glikan oleh sel kartilago. Hal ini dapat meningkatkan kelenturan otot, mempertahakan kekuatan otot, dan merangsang sirkulasi darah. Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Nyeri Kelompok Kontrol dan Perlakuan yang diberikan Latihan ROM Tabel 7 menunjukkan hasil Mann-Whitney terdapat per beda an a ntar a kedua kelompok, diperoleh nilai Z -2,725 Nilai p value < 0,05 (0,006), artinya terdapat perbedaan latihan Range of Motion pada lansia terhadap kualitas dan kuantitas nyeri kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah diberikan intervensi. Karakteristik berdasar- kan sumber informasi penyakit lansia yang ter- banyak adalah dari petugas kesehatan, yaitu pada kelompok kontrol 13 orang (100%), sedangkan kelompok perlakuan 12 orang (92,3%). Penatalaksanaan osteoarthritis selain latihan fisik adalah pemberian terapi farmakologi untuk menurunkan nyeri, yaitu dengan pemberian analge- sik dan antipiretik. Obat-obatan tersebut tidak meng- obati peradangan yang terjadi pada sendi tetapi hanya untuk meredakan nyeri dengan menghalangi sinyal di tubuh yang menghasilkan rasa sakit, dan bertahan selama 6-8 jam (Adhiputra, 2017). Sejalan dengan teori diatas, peneliti berpendapat penatalaksanaan osteoarthritis dapat berupa terapi farmakologis dan non farmakologis yaitu aktivitas fisik. Penatalaksanaan osteoarthritis secara farma- kologis membutuhkan kesadaran diri dan komitmen untuk tetap patuh minum obat sesuai dosis terapi dokter. Namun pada lansia yang mengkonsumsi obat, ditemukan adanya ketidakpatuhan berupa minum obat tidak secara teratur, diminum hanya nyeri saja, dan obat anti nyeri yang dibeli bebas di toko terdekat bukan dari petugas kesehatan. Hal itu disebabkan karena kurangnya informasi tentang tujuan dan manfaat minum obat yang dapat membantu proses penyembuhan inflamasi pada osteoarthritis sehingga akan menurunkan keluhan nyeri sendinya. Sedangkan penatalaksanaan osteoarthritis secara non farmakologis dapat berupa pemberian aktivitas fisik seperti latihan Range of Motion. 282 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 276–282 Latihan ROM yang dilakukan secara teratur minimal sebanyak 2 kali dalam seminggu dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, membantu mening- katkan aliran darah, sehingga dapat menurunkan rasa nyeri sendi yang dialami oleh penderita OA. Penatalaksanaan OA akan lebih efektif untuk mengatasi inflamasi sendi dan meredakan nyerinya jika dilakukan secara bersamaan, yaitu dengan minum obat dan melakukan latihan Range of Motion secara teratur. Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan Range of Motion dapat mengurangi nyeri sendi, ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan karena ikut mempengaruhi kualitas dan kuantitas nyeri sehingga bias yang terjadi dapat diminimalkan pada saat dilakukan penelitian, seperti memberikan kompres, memijat, dan menempelkan koyo. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan Range of Motion pada lansia terhadap kualitas dan kuantitas nyeri penderita osteoarthritis di Posyandu Lansia Banyu Urip Lor RW 7 Surabaya. Saran Peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas nyeri sendi pada penderita osteoarthritis untuk dijadikan perbandingan antara latihan Range of Motion dan cara yang biasa dilakukan oleh responden. DAFTAR PUSTAKA Adhiputra, A. I. (2017). Penatalaksanaan Terapi Fisik. Retrieved from Osteoarthritis:https://simdos. un ud. a c . i d / up l oa ds / fi l e _pe n el i t i a n _1_ di r / 2cf12fb568dff97473695a20836334d4. Diakses 18 Agustus 2018. 19.15 WIB Dharma, D. K. (2011). Metodologi Penelitian Kepera- watan. Jakarta: Trans Info Media. Handojo, d. H. (2016). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah/KTI (3 ed.). Surabaya: Pedoman Penyusunan KTI. Hendrati, L. Y., & Anggraini, N. E. (2014). Hubungan Obesitas dan Faktor-Faktor pada Individu dengan Kejadian Osteoarthritis Genu. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 2, hal 96-97. Heriyanto, B. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Surabaya: Putra Medika Nusantara. Khoirunnisa, N., Novitasari, R. W., & Yudiyanta. (2015). Assesment Nyeri. Teknik, Vol. III, No. 2, hal 215- 216. Kurniawan, R., & Faesol, A. (2014). Hubungan Usia dengan Osteoarthritis Lutut Ditinjau Dari Gambaran Radiologi Di RS Muhammadiyah Yoyakarta. Journal Medical Education and Medical Health, Vol. I, No. 3, hal 21-22 Ningsih, L. N. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien de ngan Gangguan Si ste m Muskul oske letal. Jakarta: Salemba Medika. Pearce, E. (2011). Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sangrah, M. W. (2018, September 3). Pengaruh Senam R emat ik Terhadap Pe nurunan Ny eri dan Peningkatan Rentang Gerak OSTEOATRITIS Lutut Lansia. Retrieved from http://repositori.uin- a l a u d d i n . a c . i d / 3 5 0 3 / 1 / M u h . % 2 0 w a h i d % 20sangrah_70300113053_Keperawatan. Diakses 2 September 2018. 10.15 WIB. Sembiring, d. P. (2018). Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. Jakarta: Leutikaprio. Sitinjak, V. M., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Journal Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala nyeri, Vol. 4, hal 141-142. Soenarwo, B. (2011). Osteoarthritis. Jakarta: Halimun Medial Bedah. Sunaryo, Wijayanti, H., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U. A., Kuswati, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Suprayitno, E. (2016). Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap {erubahan Skala Nyeri Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Di Posyandu Lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Journal Ilmu Kesehatan, No.1, hal 55- 56. Suranto, A. (2011). Terbukti Pome Tuntas Penyakit. Jakarta: Bunda. Suratun, H. (2008). Klien Gangguan Sistem Musku- loskeletal. Jakarta: EGC. Taufandas, M., Rosa, E. M., & Afandi, M. (2018). Pengaruh Range of Motion Untuk Menurunkan Nyeri Sendi Pada Lansia dengan Osteoarthritis di Wilayah Puskesmas Godean 1 Sleman Yogyakarta. Journal Care Vol .6, No. 1, hal 37. Widodo, A., & Sihjayadi, I. (2018). Pengaruh Free Active Exercaise Terhadap Peningkatan Range of Motion (ROM) Sendi Lutut Wanita Lanjut Usia. Journal Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan, Vol .3, No. 1, hal 155. Zakiyah, A. (2015). Nyeri Konsep dan Penatalaksanaan dalam Praktik Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta: Salemba Medika.