143Permatasari, Suprayitno, Implementasi Kegiatan Pendidik Sebaya dan ... 143 JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Implementasi Kegiatan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam Upaya Pencegahan Triad KRR di Pusat Informasi dan Konseling Remaja Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 01/08/2019 Disetujui, 17/03/2020 Dipublikasi, 05/04/2020 Kata Kunci: PIK Remaja; Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya; TRIAD KRR; Lawrence Green Abstrak Perilaku remaja banyak yang berubah seiring dengan perkembangan tek- nologi. Dalam kondisi semacam ini remaja membutuhkan informasi mengenai kesehatan reproduksi, aktifitas yang bermanfaat dan menjadi kreatif. PIK Remaja BPMP & KB Kabupaten Sumenep merupakan tempat remaja menda- patkan informasi yang benar, tepat dan objektif tentang TRIAD KRR dengan informasi yang positif dan tempat peningkatan life skill yang bermanfaat bagi kehidupannya. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pelaksanaan kegiatan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam upaya pencegahan TRIAD KRR di PIK Remaja dan faktor penyebab serta pendu- kungnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang prosesnya dimulai dari pengumpulan data dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Subjek utama penelitian ini adalah Lima orang Pendidik Sebaya dan Lima orang Konselor Sebaya yang dipilih secara purposive sampling. Dengan pengumpulan data subjek utama dengan indepth interview Subjek triangulasi adalah sepuluh teman dekat subjek utama dengan teknik Focus Group Discussion, Ketua dan Pembina PIK Remaja BPMP & KB Kabupaten Sumenep dengan indepth interview. Teori perilaku dari Lawrence Green digunakan sebagai kerangka konsep dalam penelitian dengan analisis data secara induktif. Hasil: Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelak- sanaan kegiatan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya dalam upaya pence- gahan TRIAD KRR sudah baik. Hal ini terjadi karena pengetahuan, persepsi, motivasi, pemberian materi, pengaruh teman dekat, dukungan keluarga dan supervisi Pembina yang baik. Dian Permatasari1, Emdat Suprayitno2 1Prodi DIII Kebidanan, Universitas Wiraraja Sumenep 2Prodi Profesi Ners, Universitas Wiraraja Sumenep http://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i1.ART.p143-150&domain=pdf&date_stamp=2020-4-05 144 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 143–150 PENDAHULUAN Perilaku remaja banyak yang berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Perubahan terse- but lebih cenderung ke arah hal yang negatif. Hal ini terjadi karena informasi yang terbatas dan emosi yang masih labil dan mereka sudah dihadapkan pada berbagai tuntutan arus globalisasi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. (Muadz, 2009)Pada tahun 2010 jumlah remaja usia 10-24 tahun yang besar yaitu sekitar 63 juta atau 26,8% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 233 juta, arus globa- lisasi dan kemudahan akses informasi bagi remaja serta maraknya issue remaja (seks bebas, NAPZA, HIV dan AIDS) menghadapkan remaja masa kini budaya dan karakternya bertentangan dengan adat ketimuran. Belum lagi dengan minimnya informasi untuk menanggulangi issue remaja yang berkem- bang menyebabkan pandangan dan pola pikir remaja semakin sempit (Syaefuddin, 2010). Dalam kondisi semacam ini remaja membutuhkan informasi me- ngenai kesehatan reproduksi, aktifitas yang berman- faat dan menjadi kreatif sehingga remaja memiliki kesempatan untuk meneruskan pendidikan dan masa depan dengan bekal yang cukup, bahkan lebih sebagai perisai dalam menghadapi berbagai tuntutan arus globalisasi. (Muadz, 2009). Remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi yang akan mengakibatkan dorongan seksual semakin meluap sehubungan dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi (Ahmadi, 1999) Hurlock berpendapat bahwa masa puber merupa- kan fase dalam rentang perkembangan anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk sek- sual (Al mighwar, 2006) Masa remaja merupakan Article Information History Article: Received, 01/08/2019 Accepted, 17/03/2020 Published, 05/04/2020 Keywords: Center of Information and Counsel- ling Adolescent; Peer Educator and Peer Counselors, TRIAD ARH, Lawrence Green Abstract Adolescent behavior has changed much in line with technological devel- opments. Under these conditions young people need information about reproductive health, activities that are beneficial and be creative. CICA RISMA is where adolescents get the right information, accurate and objec- tive information about TRIAD ARH with a positive and a life skill enhance- ment for the benefit of life. The purpose of this study is to describe the implementation of Peer Educators and Peer Counsellors in the prevention TRIAD ARH in CICA RISMA as well as supporting factors. This study uses a descriptive qualitative approach of data collection process began and ended with inferences. The main subject of this study is Five Peer Educa- tors and Peer Counsellors Five persons selected by purposive sampling. With the main subject of data collection by indepth interview . Triangula- tion subject is a close friend of ten major subject with Focus Group Discus- sion techniques, the Leader and Supervisor CICA with indepth interview with. Behavioral theory of Lawrence Green is used as a conceptual frame- work in research with inductive data analysis. The results of this study can be concluded that the implementation of Peer Educators and Peer Coun- sellors in the prevention TRIAD ARH is good. This happens because the knowledge, perception, motivation, provision of materials, the influence of a close friend, family support and supervision of a good coach. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan Correspondence Address: Universitas Wiraraja Sumenep - East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: dianashadi118@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/v7i1.ART.p143–150 This is an Open is Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) Model of Education Media called TAHeS Game (Great and Healthy Child Stairs) to Improve Knowledge and Healthy Attitude of Reproduction for Pre-Adolescent https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 145Permatasari, Suprayitno, Implementasi Kegiatan Pendidik Sebaya dan ... masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya (Syaefuddin, 2010). Survei yang dihasilkan Kementerian Kesehatan tahun 2011, 2, 21% atau sekitar 4,02 juta jiwa pada tahun 2010 dan 2,8 % sekitar 5 Juta jiwa penduduk Indonesia terlibat penyalahgunaan NAPZA. Hingga akhir Juni 2011 di Indonesia kasus AIDS 26.843 jiwa. Dengan pengidap terbesar usia 20-29 tahun dengan prosentase 36,4% dari total keseluruhan yang mengidap AIDS. Yang berarti waktu terinfek- sinya pada umur 15-24 tahun (kemenkes, 2011). HIV dan AIDS menyebabkan krisis multidimensi, yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara, eko- nomi, pendidikan maupun kemanusiaan (Suharto, S dkk, 2020). Menurut Greenbeerg, anak remaja men- dapatkan informasi mengenai seks 21% diperoleh dari rumah, 15% dari sekolah, 28% dari media seperti internet, majalah dan film sedangkan 40% dari teman sebayanya.(Rahayu, 2011) Ketidaktahuan remaja pelajar tentang AIDS, siklus reproduksi sehat serta penyakit menular sek- sual adalah akibat informasi yang salah disamping adanya pergeseran nilai dan perilaku seks kearah seks bebas di kalangan generasi muda. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya perlindungan, pencegahan dan penanggulangan Seks bebas, penyalahgunaan NAPZA, HIV dan AIDS kearah kelompok ini seca- ra intensif dan komperhensif. Berbagai bentuk pen- didikan kesehatan telah dilakukan selama ini banyak dilakukan melalui media elektronik maupun media cetak, juga dilakukan secara langsung baik melalui ceramah maupun metode diskusi (Rahayu, 2011) Dari data yang didapat dari hasil pendataan perilaku remaja dan aktivitas saat pacaran yang ber- kaitan dengan gambaran perilaku sehat remaja. Khususnya yang berhubungan dengan risiko TRIAD KRR (Tiga masalah Kesehatan Reproduksi Re- maja) dapat dilihat sebagian besar remaja Indonesia berperilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat antara lain: seks pra nikah, aborsi, NAPZA, HIV dan AIDS Masalah-masalah remaja dapat diupayakan untuk mengatasinya salah satunya melalui PIK Remaja. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Re- maja) adalah suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna mem- berikan pelayanan informasi dan konseling kesehat- an reproduksi serta persiapan kehidupan ber- keluarga. (Muadz, 2009) PIK Remaja RISMA merupakan tempat remaja mendapatkan informasi yang benar, tepat dan objek- tif tentang mempunyai cukup pengetahuan untuk membentengi diri dari pengaruh globalisasi dengan informasi yang positif dan wadah kegiatan skill yang bermanfaat bagi kehidupannya. Hal yang lain adalah sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap esensi ruang lingkup, tugas dan fungsi PIK Remaja, meningkatnya aspek keterampilan serta kemampuan sebagai pendidik dan konselor sebaya (Muslim, 2011). PIK Remaja RISMA adalah wahana komunikasi, informasi dan edukasi remaja agar mampu berperilaku sehat, terhindar dari risiko seksualitas HIV dan AIDS serta NAPZA, bisa menunda usia pernikahan, serta mem- punyai cita-cita mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (Muslim, 2011). BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam pene- litian ini adalah penelitian kualitatif dengan pende- katan focus interview. Metode Penelitian adalah deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana yang berlaku, kegiatan dan proses yang sedang berlangsung serta pengaruh dari suatu fenomena. Alur proses dalam penelitian ini adalah Wawan- cara mendalam (indepth interview) menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara dengan per- tanyaan terbuka. Data primer diambil berdasarkan wawancara dengan para PSKS, pembina PSKS, ketua PSKS dan klien subjek penelitian. Wawancara mendalam ini dilakukan pada responden utama (lima orang pendidik sebaya dan lima orang konselor sebaya yang memenuhi criteria inklusi) yaitu pen- didik Sebaya dan Konselor Sebaya masih berstatus sebagai PSKS PIK Remaja RISMA di Kabupaten sumenep, Mau dan mampu berpartisipasi menjadi responden (dengan surat kesediaan sebagai subjek penelitian yang ditanda tangani subjek penelitian), penelitian ini dilakukan dikabupaten sumenep yaitu pada peserta sebaya dan konselor sebaya PIK. Tahapan selanjutnya adalah Peserta FGD adalah klien atau pengguna PSKS PIK Remaja RISMA-JT. FGD dilakukan dengan satu grup yaitu pada lima orang klien pendidik sebaya dan lima orang klien konselor sebaya. Hal ini dilakukan bertu- juan untuk mengetahui kegiatan pendidik sebaya dan konselor sebaya, mengetahui pengalaman, serta untuk mengukur aplikasi kegiatan pendidik sebaya dan konselor sebaya. Analisa data dalam penelitian ini adalah mengolah dan mempersiapkan data untuk 146 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 143–150 dianalisis. Langkah ini melibatkan transkipsi wawan- cara, Reduksi data, penyajian data dan Mengambil Kesimpulan serta Verifikasi. HASIL PENELITIAN Kegiatan Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya Kegiatan yang dilakukan oleh Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya di PIK Remaja RISMA sangat beragam. Semua kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi pencegahan TRIAD KRR bagi remaja. Wawancara dengan Responden 4 pada Desember 2018 mengatakan bahwa “kegiatan itu meliputi pelatihan bagi calon Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya, penyuluhan berupa roadshow ke sekolah dan study banding PIK di sumenep, buletin Pendidikan kesehatan repro- duksi dari remaja, perayaan hari AIDS sedunia, Siaran di Radio DAIS, diskusi kelompok, dan konseling” Pengetahuan tentang Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya menurut Ha sil wawanca ra dengan Responden 1 pa da Desember 2018 mengatakan adalah” seseorang yang bisa mendengarkan curhatan dari temannya mengenai masalahnya baik masalah dengan pacaran sampai masalah keluarga, kemudian mereka bisa mencari solusi atas masalahnya”. Bagi subjek seorang Konselor Sebaya memiliki tugas membe- rikan konseling kepada teman sebayanya. Menurut pembina, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya adalah pendamping teman sebaya untuk berbagi masalahnya sehingga diharapkan bisa membantu teman-temannya menyelesaikan masalah serta memberikan pengetahua n terkait pencegahan TRIAD KRR. Pengetahuan tentang syarat menjadi PSKS Memiliki syarat untuk menjadi seorang PSKS. Hasil wawancara dengan Responden 8 dan 10 pada Desember 2018 mengemukakan ‘syarat menjadi PSKS adalah Mampu berkomunikasi, Berjiwa leadership atau mempunyai jiwa kepemimpinan, diterima teman-temannya dalam pergaulan, meng- ikuti pelatihan yang dilakukan PIK Remaja RISMA, BKKBN maupun PILAR PKBI, terbuka dan jujur. Dan yang paling penting adalah mau berkomitmen dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya’ Pengetahuan tentang kemampuan PSKS Seorang PSKS harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan tugasnya menye- barkan informasi pencegahan TRIAD KRR. Hail wawancara dengan responden 3 dan 7 pada bulan desember 2018 mengatakan “kemampuan yang dimiliki seorang PSKS itu meliputi: Menjadi PSKS harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan tugasnya menyebarkan informasi ten- tang permasalahan remaja. Responden mengatakan kemampuan yang dimiliki seorang pendidik sebaya ataupun konselor sebaya itu meliputi: berkomitmen menyebarluaskan informasi, aktif dan peka dengan masalah di sekitar, ramah, bisa menghadapi klien dengan baik, kreatif, suka menolong, tidak mudah tersinggung dan mampu berpikir jernih, mau belajar dengan hal- hal baru. Hasil wawancara dengan Responden 9 pada bulan desember 2018 mengatakan “Seorang PSKS harus peka dan berpikiran terbuka karena kadang orang cenderung menghakimi seseorang dalam menghadapi masalahnya, menjadi pendengar yang baik untuk orang lain, menjadi komunikator yang baik, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemampuan memotivasi. Pengetahuan tentang kegiatan PSKS Pada dasarnya tugas PSKS adalah memberikan informasi tentang TRIAD KRR dan menghadapi klien. Pemberian informasi bagi Pendidik sebaya secara berkelompok dan pada konselor sebaya bisa denga n per seor a nga n. Ber da sa r ka n indepth interview responden 2 pada bulan desember 2018 menyebutkan “kegiatan-kegiatan yang harus dilaku- kan antara lain: pelayanan informasi dan konseling, Membuat bulletin, training atau pelatihan bagi PSKS, seminar, siaran radio, roadshow ke sekolah dan PIK lain, kunjungan study banding” Sikap Terhadap Kegiatan PSKS Berdasarkan wawancara mendalam, dengan responden 1, 2 dan 4 pada bulan desember 2018 mengatakan”setuju bahwa seorang PSKS harus mempunyai sifat terbuka untuk membagi ilmunya kepada setiap remaja. Ini juga dilakukkan agar klien bisa terbuka juga dengan PSKS. Tidak mudah ter- 147Permatasari, Suprayitno, Implementasi Kegiatan Pendidik Sebaya dan ... singgung dan tidak mudah terbawa emosi merupa- kan sifat yang harus dimiliki agar klien tidak merasa sungkan dan nyaman saat berkonsultasi.Menurut hasil Indepth interview dengan responden 2, 4, 5, pada bulan desember 2018 mengatakan “setuju dengan sikap PSKS harus bisa menjadi tempat curhat teman-temannya saat ada masalah karena itu metupakan fungsi dan inti dari tugas seorang PSKS sehingga PSKS wajib mempunyai kemam- puan itu. Menurut hasil wawancara dengan respon- den 5 pada bulan desember 2018 didapatkan hasil bahwa seorang PSKS harus pandai berkomunikasi terutama karena remaja mempunyai banyak bahasa yang selalu berkembang. Dengan bisa berkomu- nikasi dengan baik bisa menjadikan klien nyaman saat berkonsultasi atau sharing dengan PSKS sehing- ga bisa menarik klien untuk tetap mencari alternatif solusi melalui orang yang benar yaitu PSKS, bukan dengan orang yang salah. Berdasarkan wawancara mendalam yang sudah dilakukan, 6 dan 10 pada bulan desember 2018 berpendapat bahwa “seorang PSKS boleh menceritakan masalah temannya pada orang lain untuk membantu mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. PSKS juga menyebut- kan saran bahwa identitasnya harus ditutupi untuk menghormati privasinya. Persepsi Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya Persepsi pentingnya peran PSKSdalam pence- gahan TRIAD KRRBerdasarkan wawancara men- dalam dengan responden 2 dan 5 pada Bulan De- sember 2018 mengatakan “PSKS merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pencegahan TRIAD KRR karena tugasnya adalah menjadi narasumber yang menularkan ilmu tentang TRIAD KRR kepada remaja. Persepsi subjek tentang pen- tingnya PSKS sangat diperlukan karena dapat men- jadi konselor bagi teman-temannya sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah mereka. PEMBAHASAN Fase perkembangan remaja merupakan masa rawan konflik. Karena pada masa itu terjadi pertum- buhan yang pesat baik segi fisik maupun mental. Perubahan fisik dan mental terjadi karena pengaruh hormon-hormon pertumbuhan yang menghasilkan metabolisme dalam tubuh remaja. Hormon tersebut yang mempengaruhi kondisi emosi, cara berpikir, cara memandang dan memutuskan masalah dan akhirnya mempengaruhi pula cara perilaku remaja. Apabila remaja tidak dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang dirinya dan masalah yang ada di sekitarnya, maka dapat meng- akibatkan penyimpangan perilaku remaja. Penyim- pangan itu adalah penyalahgunaan narkoba yang menyebabkan juga melakukan free sex. Penyalah- gunaan narkoba yang memakai jarum suntik dan berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan sex bisa menjadi faktor risiko tertularnya HIV/ AIDS. Penyakit ini menyebabkan krisis multidi- mensi, yaitu krisis kesehatan, pembangunan negara, ekonomi, pendidikan maupun kemanusiaan (Suharto, S dkk, 2020). Masalah-masalah remaja dapat diupayakan untuk mengatasinya salah satunya melalui PIK Remaja. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah suatu wadah kegiatan pro- gram PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta persiapan kehidupan berkeluarga (Muadz dkk, 2009). Terdapat bebrapa syarat untuk menjadi seorang PSK yaitu Mampu berkomunikasi, Berjiwa leadership atau mempunyai jiwa kepemimpinan, diterima teman- temannya dalam pergaulan, mengikuti pelatihan yang dilakukan PIK Rema ja RISMA-JT, BKKBN maupun PILAR PKBI, terbuka dan jujur. Dan yang paling penting adalah mau berkomitmen dan ber- sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya (BKKBN, 2007). Pengetahuan subjek sesuai dengan BKKBN, bahwa syarat menjadi PSKS adalah aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya, ber- minat pribadi menyebarluaskan informasi KRR, lancar membaca dan menulis, memiliki ciri-ciri ke- pribadian, antara lain: ramah, lancar dalam menge- mukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berini- siatif dan kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta senang meno- long. Seorang PSKS harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan tugasnya menyebarkan informasi pencegahan TRIAD KRR. Subjek penelitian mengatakan kemampuan yang dimiliki seorang PSKS itu meliputi : Menjadi PSKS harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menjalankan tugasnya menyebarkan informasi ten- tang permasalahan remaja. Responden mengatakan kemampuan yang dimiliki seorang pendidik sebaya ataupun konselor sebaya itu meliputi: berkomitmen 148 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 143–150 menyebarluaskan informasi, aktif dan peka dengan masalah di sekitar, ramah, bisa menghadapi klien dengan baik, kreatif, suka menolong, tidak mudah tersinggung dan mampu berpikir jernih, mau belajar dengan hal- hal baru. Seorang PSKS harus peka dan berpikiran terbuka karena kadang orang cenderung mengha- kimi seseorang dalam menghadapi masalahnya, menjadi pendengar yang baik untuk orang lain, menjadi komunikator yang baik, memiliki jiwa kepemimpinan dan kemampuan memotivasi. Hal terpenting kemampuan interpersonal harus dimiliki seorang PSKS. Kemampuan interpesonal meliputi komunikasi dua arah, perhatian pada spek verbal dan non verbal, dan penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran (Depkes RI, 1995). Penelitian yang dilakukan Sylviana menun- jukkan bahwa konselor sebaya memiliki kemam- puan mendengar aktif, berkonsentrasi mendengar- kan klien, dapat menganalisis bahasa verbal dan non verbal. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat subjek tentang kemampuan PSKS sesuai dengan modul dari Departemen Pendidikan Nasional dan penelitian Sylviana.Berdasarkan Modul dari BKKBN bahwa Pendidikan Sebaya adalah kegiatan yang memotivasi para anak muda melakukan kegiatan informal dengan rekan-rekannya yang memiliki latar bela- kang, usia, maupun kepentingan yang sama. Tujuan kegiatan tersebut untuk mengembangkan pengeta- huan, sikap, keyakinan, dan keterampilan mereka serta memungkinkan mereka untuk bertanggung- jawab untuk melindungi kesehatan mereka sendiri. Kegiatan pendidik sebaya bisa dilakukan dimana saja. Beberapa kegiatan yang harus diper- siapan antara lain: diskusi materi Pendidikan Sebaya yang meliputi Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan perempuan dan fungsinya masing-masing, Proses terjadinya kehamilan termasuk kehamilan yang tidak diinginkan dan bahaya aborsi yang tidak aman, Metode-metode pencegahan kehamilan (metode kontrasepsi), Penyakit-penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, Gender dan sek- sualitas; dan Narkoba. Selain itu melakukan penyu- luhan untuk memberikan informasi tersebut ke kelompok besar. Sebagai seorang PSKS harus bisa menjadi seorang konselor yang memilki kegiatan untuk membantu teman sebanya untuk menye- lesaikan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya (widyantoro, 2002). Pendidikan merupakan suatuupaya menanamkan pengertian dan tujuan agar tumbuh pemahaman, sikap dan perbuatan positif (Indriyani, R, 2017) Berdasarkanmodul dari BKKBN bahwa man- faat PIK Remaja antara lain: Alih pengetahuan dilakukan antar kelompok sehingga komunikasi lebih terbuka, penjelasan yang diberikan oleh anggota kelompoknya akan lebih mudah dipahami, hal-hal yang tidak dapat dibicarakan bersama orang lain dapat didiskusikan secara terbuka diantara mereka, mendengarkan kelompoknya, memahami perma- salahan dan peduli da lam upaya pencegahan TRIAD KRR (Junaidi, 2004). Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya bisa menjadi seorang konselor sebaya sehingga salah satu tugasnya melakukan konseling kepada teman sebayanya mengenai kesehatan reproduksi remaja. Sebagai seorang konselor harus bersikap terbuka artinya membiarkan remaja untuk bertanya tanpa membatasi topik pertanyaan termasuk topik yang tabu untuk dibicarakan. Selain itu bisa bersikap ramah, jangan mudah panik atau marah, dan tunjukkan sikap tenang kepada klien (Widyantoro, 2002). Departemen Pendidikan Nasional yang menya- takan PSKS berperan utama untuk membantu anggota kelompok menentukan keprihatinan mere- ka dan mencari solusi melalui saling berbagi infor- masi dan pengalaman. PSKS merupakan orang yang tepat untuk menyebarkan informasi baru dan penge- tahuan kepada para anggota kelompok dan dapat menjadi model peran untuk orang lain dengan prak- tek atau ceramah. Karena pendidik sebaya adalah dari kelompok yang sama maka ia bisa berempati dan memahami emosi, pikiran, perasaan, bahasa peserta, dan, karenanya, berhubungan lebih baik. Seorang PSKS tidak hanya memberitahukan teman- teman tentang suatu praktek pengurangan risiko yang diinginkan tetapi juga (Horison, 2011). Menu- rut modul BKKBN bahwa PSKS perlu juga memi- liki ketrampilan komunikasi interpersonal yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan: komunikasi dua arah dan perhatian pada aspek verbal dan non verbal. Komunikasi dua arah Berbeda dengan komu- nikasi satu arah dimana hanya satu pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya kurang memuaskan. Komunikasi dua arah me- mungkinkan kedua belah pihak sama-sama berke- sempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat dan perasaan. Waktu yang digunakan memang lebih lama, namun hasil yang dicapai memuaskan kedua 149Permatasari, Suprayitno, Implementasi Kegiatan Pendidik Sebaya dan ... belah pihak. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi denga n mengguna kan kata-kata. Seorang pendidik sebaya seharusnya : menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami kelompok, menghindari istilah yang kurang dime- ngerti, menghindari kata-kata yang bisa menying- gung perasaan orang lain. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada suara, ekspresi wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu. Dalam menyampaikan informasi, pendidik sebaya perlu mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat. PSKS juga mempunyai banyak manfaat dan utamanya menjadi narasumber ternyaman bagi remaja. PSKS juga menjadi tempat curhat dan mempunyai pengetahuan untuk membantu menca- rikan alternatif solusi yang baik sehingga diharapkan bisa menjalankan tugasnya secara optimal dalam pencegahan TRIAD KRR sehingga persepsi subjek tentang pentingnya PSKS sangat diperlukan karena dapat menjadi konselor bagi teman-temannya se- hingga dapat membantu menyelesaikan masalah mereka. Persepsi tersebut sejalan dengan penelitian Sylviana bahwa konselor sebaya yang diteliti menya- dari gambaran utama sebagai konselor sebaya adalah memberikan konseling untuk membantu memecahkan permasala han tema n-temannya. Persepsi yang seperti itu akan mempengaruhi konse- lor sebaya untuk memberikan pelayan konseling. Sebagai mana yang dikutip Gibson (2000) bahwa salah satu hasil dari proses persepsi adalah sikap. Berdasarkan Modul dari BKKBN bahwa Pendi- dikan Sebaya adalah kegiatan yang memotivasi para anak muda melakukan kegiatan informal dengan rekan-rekannya yang memiliki latar belakang, usia, maupun kepentingan yang sama. Tujuan kegiatan tersebut untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keyakinan, dan keterampilan mereka serta me- mungkinkan mereka untuk bertanggungjawab untuk melindungi kesehatan mereka sendiri. Kegiatan pendidik sebaya bisa dilakukan dimana saja. KESIMPULAN Pengetahuan subjek tentang PSKS sudah baik, memahami tentang kegiatan PSKS, subjek dapat menjelaskan dengan baik tentang definisi, syarat, kemampuan dan kegiatannya. Hambatannya bila PSKS tidak memahaminya maka akan terjadi kesalahpahaman dalam penyampaian informasi kepada remaja sehingga dilakukan training intensif dan diskusi. SARAN Bagi BKKBN (Badan Keluarga Berencana Nasional) dapat memberikan dukungan dalam memberikan Sumber Daya Manusia untuk membe- rikan pelatihan atau training kepada PSKS agar mempunyai kemampuan yang baik dalam melaku- kan kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. (1999). H.A. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia. BKKBN. (2007). Kurikulum Dan Modul Pelatihan Pem- berian Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Peer Educator. Jakarta: Direktorat Remaja Dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. BKKBN. (2008). Modul Pelatihan Konseling: Kesehatan Reproduksi Remaja bagi Calon Konselor Sebaya. Jakarta: BKKBN. 2008. Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Gibson, James, L. (2000). Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Edisi ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Horizon. Peer education dan HIVAIDS: Past Experiences, Future Directions. (online). http://www.popcouncil. org/pdfs/peer_ed.pdf. Diakses tanggal 20 Juni 2011. Indriyani, R., & Suprayitno, E. (2017). Hubungan Postpartum Blues Dengan Keputusan Mengguna- kan KB Pasca Nifas Di UPT Puskesmas Lenteng. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kese- hatan), 2(2), 70-75. Junandi Harahap, Lita Sri. Pengaruh Peer Education terha- dap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Menanggulangi HIV/AIDS di Universitas Sumatera Utara. 2004 (online). Diunduh dari http://repository .usu.ac.id/bitstream /123456789/3714/1/fkm_juliandi. pdf. Diakses tanggal 20 Juni 2018. Kementerian Kesehatan. (2011). Laporan Kasus Pe- nyalahgunaan NAPZA dan Penderita HIV AIDS Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Muadz, Masri M., dkk. (2009). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Rema- ja). Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Munawar. (2005). Pemodelan Visual dengan UML, Graha Ilmu, Yogyakarta, 17-100 Muslim, Imam. (2011). Profil PIK Remaja RISMA-JT Ajang Kreatif Produktif. Semarang: PIKKRR RISMA-JT. 150 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 1, April 2020, hlm. 143–150 Pratiwi, I. G. D., Suprayitno, E., & Kristanti, A. N. (2018). GAMBARAN MINAT IBU DALAM MEMILIH KB IMPLAN DI DESA KARANG NANGKA KECA- MATAN RUBARU KABUPATEN SUMENEP. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 3(2), 85-90. Rahayu & Verawaty. (2011). Merawat dan Menjaga Kese- hatan Seksual Pria. Bandung: Grafindo Media Pratama Rosandi, Andi. (2011). Pengaruh Peer Education Terha- dap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Menanggulangi HIV/ AIDS. Sarwono, Sarlito Wirawan. (1994). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Subejo. (2010). Penyuluhan Pertanian Terjemahan dari Agriculture. Edisi Dua. Bumi Aksara, Jakarta. Suharto, S., Gurning, F. P., Pratama, M. Y., & Suprayitno, E. (2020). Implementasi Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Teladan. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 4(2), 131-136. Syaefuddin, dkk. (2010). Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK Mahasis- wa). Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Tukiran. (2010). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widyantoro, Ninuk, dkk. (2002). Panduan Operasional Peer Educator. Jakarta: BKKBN.