371Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes di Wilayah Pesisir, Pegunungan dan Perkotaan Iis Noventi1, Rusdianingseh2, Muhammad Khafid3 1,2Fakultas Keperawatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 26/08/2019 Disetujui, 29/10/2019 Dipublikasi, 05/12/2019 Kata Kunci: Prevalensi; Karakteristik; Faktor Resiko; Prediabetes Abstrak Prediabetes merupakan kondisi kadar glukosa darah diatas normal, tapi belum memenuhi standar diagnosis diabetes. Kondisi ini bila tidak dilakukan perubahan gaya hidup, dapat jatuh pada diagnosis diabetes. Penelitian ini bertujuan memperoleh prevalensi, karakteristik dan faktor resiko prediabetes di wilayah pesisir, pegunungan dan perkotaan. Penelitian ini merupakan studi prevalensi pada populasi penduduk pegunungan, pesisir dan perkotaan yang melibatkan 90 subjek berusia 40 -  65 tahun ( 30 di wilayah pegunungan, 30 subjek di wilayah pesisir dan 30 subjek di wilayah perkotaan) dilakukan di wilayah pegunungan, pesisir dan perkotaan dipilih secara acak dengan teknik simple random sampling selama periode bulan Mei – Juni 2019. Pada subjek di lakukan anamnesa menggunakan Kuesioner sesuai kriteria American Diabetes Association dan juga di lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21.0 untuk Windows. Analisis deskriptif menggambarkan distribusi variabel penelitian dengan persentase dan rata- rata. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara gaya dengan Prediabetes/diabetes. Prevalensi prediabetes diperoleh dari hasil pemeriksaan GDA di wilayah pegunungan sebesar 83,3%, pesisir43,4%, perkotaan 73,4%.Karakteristik prediabetes di di wilayah pegunungan adalah jenis kelamin perempuan, usia 40-54 tahun, hipertensi, dan obesitas. Di wilayah pesisir adalah jenis kelamin perempuan, usia 40-54 tahun, hipertensi. Di wilayah perkotaan adalah jenis kelamin perempuan, usia 40-54 tahun, obesitas, dan tidak aktif beraktifitas. Faktor resiko di wilayah pegunungan adalah asam urat dan kolesterol (p <0,05), di wilayah pesisir adalah asam urat, kolesterol dan penyakit pembuluh darah lainnya (p <0,05), sedangkan di wilayah perkotaan adalah riwayat keturunan dan kolesterol (p <0,05). Prevalensi prediabetes di wilayah pesisir sebesar ( 43,3%), di wilayah pegunungan sebesar (83,3%), di wilayah perkotaan sebesar (73,4%) Diwilayah pegunungan prevalesi prediabetes lebih besar di bandingkan dengan wilayah perkotaan dan pesisir karena hipertensi dan obesitas. Hipertensi juga merupakan faktor resiko tertinggi penyebab prediabetes pada masyarakat pesisir, sedangkan obesitas menjadi faktor resiko prediabe- tes di wilayah perkotaan. Perlu dilakukan strategi pencegahan baik terhadap 371 http://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v6i3.ART.p371-381&domain=pdf&date_stamp=2019-12-05 372 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 371–381 Article Information History Article: Received, 26/08/2019 Accepted, 29/10/2019 Published, 05/12/2019 Keywords: Prevalence; Characteristics; Risk Factors; Prediabetes Prevalence, Characteristics and Risk Factors of Prediabetes in Coastal, Mountainous and Urban Areas Abstract Prediabetes is a condition of blood glucose levels above normal, but does not yet meet the standard diagnosis of diabetes. This condition if lifestyle changes are not made, can fall on the diagnosis of diabetes. This study aims to obtain the prevalence, characteristics and risk factors for prediabetes in coastal, mountainous and urban areas. This study is a prevalence study in mountainous, coastal and urban popu- lations involving 90 subjects aged 40 -  65 years (30 in mountainous areas, 30 subjects in coastal areas and 30 subjects in urban areas) conducted in mountainous, coastal and cities were randomly selected by simple random sampling technique during the period May - June 2019. On the subject, anamnesia was performed using a questionnaire according to the American Diabetes Association criteria and physical examination and laboratory ex- amination were also carried out. Statistical analysis was performed using SPSS version 21.0 for Windows. Descriptive analysis illustrates the distri- bution of research variables by percentages and averages. Chi-square test was used to analyze the relationship between style and Prediabetes / diabe- tes. The prevalence of prediabetes was obtained from the results of GDA exami- nation in the mountainous region of 83.3%, coastal43.4%, urban 73.4%. The characteristics of prediabetes in the mountainous region were female sex, age 40-54 years, hypertension, and obesity . In coastal areas are female sex, age 40-54 years, hypertension. In urban areas are female sex, age 40-54 years, obesity, and not active activity. Risk factors in mountainous regions are uric acid and cholesterol (p <0.05), in coastal areas are uric acid, choles- terol and other vascular diseases (p <0.05), whereas in urban areas are his- tory of heredity and cholesterol (p <0.05). The prevalence of prediabetes in coastal areas is (43.3%), in mountainous areas is (83.3%), in urban areas is (73.4%) Prevention strategies for both prediabetes and the progression of prediabe- tes to diabetes are needed and are expected to increase the expertise of medical personnel to recognize prediabetes, identify people at high risk of prediabetes and provide appropriate management so that the incidence of diabetes and complications can be reduced © 2019 Jurnal Ners dan Kebidanan prediabetes maupun progresivitas prediabetes menjadi diabetes dan diharapkan dapat menambah keahlian tenaga medis utuk mengenali prediabetes, mengidentifikasi orang-orang yang beresiko tinggi prediabetes dan memberikan penatalaksanaan yang tepat agar kejadian diabetes dan komplikasi dapat di kurangi Correspondence Address: Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: iisnoventi@unusa.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v6i3.ART.p371-381 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://doi.org/10.26699/jnk.v6i3.ART.p371-381 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 373Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... PENDAHULUAN Prediabetes merupakan istilah yang menggam- barkan kondisi kadar gula darah diatas normal tetapi belum masuk dalam diagnosis Diabetes Mellitus (Soewondo & Pramono, 2011). Prediabetes dan hi- pertensi merupakan salah satu masalah yang men- jadi perhatian dunia. Prediabetes merupakan fase fisiologis dimana kadar glukosa darah lebih tinggi diatas normal tetapi belum sampai pada kriteria diabetes. Dua kondisi yang termasuk dalam pra- diabetes adalah IGT (Gangguan Glukosa Toleransi) dan IFG (Gangguan Glukosa Puasa) . Nilai standar untuk pra-diabetes adalah kadar glukosa darah 100 - 125 mg / dL untuk puasa glukosa darah (disebut IFG) atau 140 - 199 mg / dL untuk glukosa darah dua jam setelah beban glukosa (disebut IGT), atau keduanya (Soewondo & Pramono, 2011).Impaired glucose tolerance (IGT) dan impaired fasting glucose (IFG) merupakan kondisi prediabetes yang mengawali penyakit diabetes. Prediabetes meru- pakan kondisi reversibel dan suatu tahapan transisi yang dapat bergerak ke dua arah, yaitu menuju kon- disi normal atau kondisi diabetes, sedangkan kon- disi diabetes sudah bersifat ireversibel (Heymsfield SB, KR, J, et al, 2000). Resistensi insulin dan defek sel beta pankreas adalah patogenesis diabetes yang sudah mulai terjadi pada keadaan prediabetes. Hal tersebut yang dapat mempercepat perubahan dari kondisi prediabetes menjadi diabetes. Hampir 4-9% orang dengan pre- diabetes setiap tahunnya akan menjadi diabetes (Bock et al, 2012) Prevalensi prediabetes terus meningkat pesat di seluruh dunia dan diperkirakan > 470 juta orang akan mengalami prediabetes pada tahun 2030 (Tabák et al, 2012).Negara berkembang melaporkan 9,2% populasi umum mengalami gula darah puasa terganggu (GDPT), 4,3% mengalami toleransi glu- kosa terganggu (TGT) dan 25,5% mengalami ke- duanya. Berdasarkan data penelitian, TGT memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya diabetes diban- dingkan GDPT (Handayani, 2012). Prevalensi diabetes se-Indonesia diduduki oleh provinsi Jawa Timur karena diabetes merupakan 10 besar penyakit terbanyak. Jumlah penderita DM menurut Riskes- das mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2013 sebesar 330.512 penderita (Kemenkes, 2014). Data dari dinas kesehatan kabupaten Pro- bolinggo proporsi penyakit Diabetes di Probolinggo pada tahun 2015 adalah 3539 pada tahun 2016 meningkat menjadi 3622. Di daerah perkotaan di Indonesia, prevalensi sindrom metabolik mencapai 28,4% (Ranasinghe et al, 2017), sedangkan di daerah pedesaan prevalensinya adalah 18,2%. (Dwipayana et al, 2011). Hasil penelitian Suwondo dan Pramono (2012), diprediksikan terdapat 10% penduduk di Indonesia (33 provinsi) mengalami prediabetes. Menurut pedoman yang dikeluarkan oleh European Society for Cardiology ( (ESC) dan European Association for the Study of Diabetes (EASD) (ESC and EASC Guidelines, 2007), pra- diabetesterkait dengan beberapakondisi, yaitu: usia tua, obesitas, obesitas sentral, kurangnya aktivitas fisik, kekurangankonsumsi buah dan sayur, riwayat keturunan danhipertensi. Menurut Konsensus Pra- diabetesdikeluarkan oleh American College of Endocrinology (ACE) dan American Association of Clinical Endocrinology (AACE)(Garber et al, 2008), faktor risiko diabetes dan pra-diabetesadalah: ri- wayat keluarga, penyakit jantung koroner, kelebihan berat badandan obesitas, gaya hidup yang tidak sehat dan hipertensi. Faktor-faktor lain yang juga diperkirakan berhubungan dengan kejadian pre- diabetes dan diabetes yaitu riwayat diabetes dalam keluarga, overweight atau obesitas, lifestyle yang berisiko (sedentary), pernah sebelumnya diketahui IGT atau IFG dan / atau sindroma metabolik, hiper- tensi, dislipidemia, riwayat diabetes gestasional, riwayat melahirkan anak > 4 kg, polycystic ovary syndrome, mengkonsumsi terapi antipsikotik untuk skizofren (Garber et al, 2008).Keberagaman pendu- duk, faktor sosial ekonomi, mata pencaharian, pendidikan, dan pengetahuan tentang kesehatan ber- variasi di setiap daerah.Heterogenitas ini mencer- minkan karakteristik tertentu, terutama terkait adanya penyakit penyakit metabolik. Mempertim- bangkan adanya pengaruh lingkungan dan gaya hidup tertentu dalam terjadinya sindrom metabolik, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, karakteristik dan faktor resiko prediabetes di pegu- nungan, pesisir dan perkotaan. Atas dasar penje- lasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu diada- kan penelitian tentang mengetahui Prevalensi Prediabetes dan Diabetes Melitus secara epide- miologi pada daerah dengan letak geografis yang berbeda yaitu wilayah pesisir, wilayah pegunungan dan wilayah perkotaan. Dengan mengetahui faktor resiko yang menjelaskan bagaimana pra-diabetes terjadi, semoga bisa membantu sarana pelayanan kesehatan mengusahakan yang tepat dan memadai untuk tindakan pencegahan. Selain itu, juga untuk mendeteksi pr a -dia betes lebih a walsebelum 374 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 371–381 berkembang menjadi diabetes.Daerah pegunungan diwakili desa Wonotoro kawasan pegunungan Bromo yang mayoritas penduduknya suku Tengger, daerah pesisir diwakili pulau Gili Ketapang Probo- linggo yang mayoritas penduduknya adalah suku Madura dan daerah perkotaan diwakili kelurahan Kebonsari kota Surabaya. BAHAN DAN METODA Penelitian ini merupakan studi prevalensi pada populasi penduduk pegunungan, pesisir dan perko- taan yang melibatkan 90 subjek berusia 40 –  65 tahun (30 di wilayah pegunungan, 30 subjek di wilayah pesisir dan 30 subjek di wilayah perkotaan) dilakukan di wilayah pegunungan, pesisir dan perko- taan dipilih secara acak dengan teknik simple ran- dom sampling selama periode bulan Mei – Juni 2019. Pada subjek di lakukan anamnesa menggunakan Kuesioner sesuai kriteria American Diabetes Asso- ciation dan juga di lakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badab dan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan labo- ratorium yang meliputi pemeriksaan GDA, asam urat dan kolesterol. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21.0 untuk Windows. Analisis deskriptif menggambarkan distribusi va- riabel penelitian dengan persentase dan rata-rata. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara gaya dengan Prediabetes/diabetes. Data diambil pada 17 Juni 2019 didesa Wono- toro kawasan pegunungan Bromo, Sukapura, Pro- bolinggo sebagai wilayah pedesaan, pada tanggal 18 Juni 2019 di pulau Gili Ketapang, Sumberasih, Probolinngo sebagai wilayah pesisir, pada tanggal 21 Juni 2019 di kelurahan kebonsari, Wonocolo, kota Surabaya. Kadar glukosa darah acak, asam urat, dan kolesterol diukur menggunakan GCU Multi- Function Monitoring System (EasyTouch®). Subjek diminta untuk puasa 8 jam sebelum peme- riksaan. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmomanometer ra ksa dan otomatis (Omron, HEM). Pengambilan data faktor resiko prediabetes dilakukan menggunakan kuesio- ner faktor resiko prediabetes menurut ADA dengan metode wawancara.Responden juga dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menentukan IMT. Responden dengan kadar gula darah  200 mg/dL. Analisis bivariat dilakukan me- lalui uji chi-square, tingkat kebermaknaan ditentu- kan pada nilai p <0,05. HASIL PENELITIAN Dari 90 subjek, yang menjalankan prosedur screening dan pemeriksaanmemenuhi kriteria inklusi penelitian. Dari 90,terdistribusi 30 subjek dari wilayah pegunungan, 30 subjek dari wilayah pesisir dan 30 subjek dari wilayah perkotaan, dibagi lagi berda- sarkan kriteria diagnosa diabetessebagai berikut: Prevalensi Prediabetes/diabetes di wilayah pegunungan No Kriteria diagnosis Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak diabetes ( < 90 mg/dL) 5 16.7 2. Belum pasti diabetes (90-199 mg/dL) 25 83.3 3. Diabetes (  200 mg/dL) 0 0 Total 30 100 Tabel 1 Kriteria diagnose prediabetes/diabetes diwilayah pegunungan Prevalensi Prediabetes/diabetes di wilayah pesisir No Kriteria diagnosis Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak diabetes ( < 90 mg/dL) 8 26.6 2. Belum pasti diabetes (90-199 mg/dL) 13 43.4 3. Diabetes (  200 mg/dL) 9 30 Total 30 100 Tabel 2 Kriteria diagnose prediabetes/diabetes diwilayah pesisir Prevalensi Prediabetes/diabetes di wilayah perkotaan No Kriteria diagnosis Frekuensi Persentase (%) 1. Tidak diabetes ( < 90 mg/dL) 4 13.3 2. Belum pasti diabetes (90-199 mg/dL) 22 73,4 3. Diabetes (  200 mg/dL) 4 13.3 Total 30 100 Tabel 3 Kriteria diagnose prediabetes/diabetes di wilayah perkotaan 375Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... Prevalensi prediabetes (Gangguan Toleransi Glukosa) untuk lansia di wilayah pegunungan adalah 83,3%, di wilayah pesisir adalah 43,4%, dan di wilayah perkotaan adalah 73,4%. Prevalensi yang ditunjukkan oleh total diabetes di wilayah pegu- nungan adalah 0%, di wilayah pesisir adalah 30% dan wilayah perkotaan 13,3%. Bahwamenunjukkan bahwa prevalensi pra-diabetes hampir dua kali lipat lebih tinggi dari diabetes. Karakteristik pra-diabetes di wilayah pegu- nungan, pesisir dan perkotaan Karakteristik pra-diabetes diklasifikasikan padausia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, hiper- tensi, obesitas, aktifitas dan merokok. Tabel 4,5 dan 6 menunjukkankarakteristik pra-diabetes di wilayah pegunungan, wilayah pesisir da wilayah perkotaan. Tabel 4 Karakteristik prediabetes/diabetes di wilayah pegunungan No Karakteristik Katagori Total Presentase (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki 8 26,6 Perempuan 17 56,7 2. Usia 40 -54 tahun 15 50,0 55-64 tahun 10 33,3  65 tahun 0 0 3. Hipertensi Ya 14 46,6 Tidak 11 36,7 4. Obesitas Ya 13 43,3 Tidak 12 40,0 5. Aktifitas Ya 25 83,3 Tidak 0 0 6. Merokok Ya 7 23,3 Tidak 18 60,0 Tabel 4 Menggambarkan bahwa sebagian besar penderita prediabetes/diabetes di wilayah pegunungan adalah perempuan (56,7%), Terlihat padadasar usia, sebagian besar subyek pra-diabetes berada dalam suaturentang usia antara 40 – 54 (50%), yang menderita hipertensi sebesar (46,6%), sebagian besar obesitas sebesar (43,3%), dan yang aktif beraktifitas (83,3%) dan sebagian besar tidak merokok (60%). Tabel 5 Karakteristik prediabetes di wilayah pesisir No Karakteristik Katagori Total Presentase (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki 4 13.3 Perempuan 18 60.0 2. Usia 40 -54 tahun 16 53,3 55-64 tahun 2 6,7  65 tahun 4 13,3 3. Hipertensi Ya 16 53.3 Tidak 6 20.0 4. Obesitas Ya 3 10 Tidak 19 63.3 5. Aktifitas Ya 16 53.3 Tidak 6 20.0 6. Merokok Ya 1 3.3 Tidak 21 70.0 376 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 371–381 Tabel 5 Menggambarkan bahwa sebagian be- sar penderita prediabetes/diabetes di wilayah pesisir adalah perempuan (60%), Terlihat padadasar usia, sebagian besar subyek pra-diabetes berada dalam suaturentang usia antara 40 – 54(53,3%), yang men- derita hipertensi sebesar (53,3%), sebagian besar tidak obesitas sebesar (63,3%), dan sebagian besar melakukan aktif beraktifitas (53,3%) dan sebagian besar tidak merokok (70%). Tabel 6 Karakteristik prediabetes di wilayah perkotaan No Karakteristik Katagori Total Presentase (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki 11 36.7 Perempuan 15 50.0 2. Usia 40 -54 tahun 10 33.3 55-64 tahun 19 30.0  65 tahun 7 23.4 3. Hipertensi Ya 4 13.3 Tidak 22 73.4 4. Obesitas Ya 13 43.3 Tidak 13 43.3 5. Aktifitas Ya 9 30,0 Tidak 17 56.7 6. Merokok Ya 5 16.7 Tidak 21 70.0 Tabel 6 Menggambarkan bahwa sebagian besar penderita prediabetes/diabetes di wilayah perkotaan adalah perempuan (50%), Terlihat padadasar usia, sebagian besar subyek pra-diabetes berada dalam suatu rentang usia antara 40 – 54 Kategori Total Normal Prediabetes/Diabetes N p-value n % n % Riwayat keturunan Tidak 4 13,3 24 80 28 Ya 1 3,3 1 3,3 2 0,190 Melahirkan > 4 kg Tidak 4 13,3 25 83,3 29 Ya 1 3,3 0 0 1 0,023 Riwayat PCOS Tidak 5 16,7 25 83,3 30 Ya 0 0 0 0 0 0,177 Asam Urat Tidak 0 0 7 23,3 7 Ya 5 16,7 18 76,7 23 0,000 Kolesterol < 200 mg/dL 4 13,3 18 60 22 200-239 mg/dL 0 0 4 13,3 4  240 mg/dL 1 3,3 3 10 4 0,002 Riwayat Penyakit Tidak 4 13,3 21 70 pembuluh darah Ya 1 3,3 4 13,3 255 0,064 Tabel 7 Hubungan faktor resiko dengan prediabetes/diabetes di wilayah pegunungan (33,3%), sebagian besar tidak menderita hipertensi sebesar (73,4%), sebagian besar obesitas sebesar (43,3%), dan sebagian besar melakukan tidak aktif beraktifitas (56,7%) dan sebagian besar tidak merokok (70%). 377Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... Faktor resiko prediabtes/diabetes Korelasi ditunjukkan oleh kondisi hiperglikemia danbeberapa faktor resiko seperti, riwayat keturun- an, pernah melahirkan > 4 kg, mempunyai riwayat PCOS, riwayat asam urat, riwayat kolesterol dan mempunyai penyakit pembuluh darah. Berdasarkan analisis ini, kami memperoleh gambar yang meng- ungkapkan bahwa pre-diabetes / diabetes memiliki pengaruh yang signifikanhubungan dengan beberapa faktor risiko secara statistik (p <0,05). Tiga variabel pada Tabel 7, yang tidak menun- jukkan signifikan hubungan statistik dengan pra- diabetes / diabetes adalahriwayat keturunan (p = 0,190),riwayat PCOS (p = 0,177) dan riwayat penyakit pembuluh darah (p = 0,064). Itu terjadi karena proporsi responden diketahui prediabetes/ diabetes di usia tua, responden tidak mempunyai riwayat PCOS dan tidak mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah. Kategori Total Normal Prediabetes/Diabetes N p-value n % n % Riwayat Keturunan Tidak 5 16.7 18 60.0 23 0,269 Ya 3 10.0 4 13.3 7 Melahirkan > 4 Kg Tidak 8 26.7 22 73.3 30 0,589 Ya 0 0.0 0 0,0 0 Riwayat PCOS Tidak 8 26.7 22 73.3 30 0,114 Ya 0 0.0 0 0.0 0 Asam Urat Tidak 2 6.7 8 26.7 10 0,000 Ya 6 20.0 14 66.7 20 Kolesterol < 200 0 0.0 3 10.0 3 0,000 200 – 239 1 3.3 9 30.0 10 > 240 7 23.3 10 33.3 17 Riwayat Penyakit Tidak 5 16.7 15 50.0 20 0,041 Pembuluh Darah Ya 3 10.0 7 23.3 10 Tabel 8 Hubungan faktor resiko dengan prediabetes/diabetes di wilayah pesisir Kategori Total Normal Prediabetes/Diabetes N p-value n % n % Riwayat Keturunan Tidak 3 10.0 14 46.7 17 0,003 Ya 1 3.3 12 40.0 13 Melahirkan > 4 Kg Tidak 4 13.3 26 86.7 30 0,552 Ya 0 0.0 0 0.0 0 Riwayat PCOS Tidak 4 13.3 26 86.7 30 0,552 Ya 0 0.0 0 0.0 0 Asam Urat Tidak 2 6.7 22 73.3 24 0,063 Ya 2 6.7 4 13.3 6 Kolesterol < 200 4 13.3 22 73.3 26 0,002 200 – 239 0 0.0 3 10.0 3 > 240 0 0.0 1 3.3 1 Riwayat Penyakit Tidak 2 6.7 17 56.7 19 0,074 Pembuluh Darah Ya 2 6.7 9 30.0 11 Tabel 9 Hubungan faktor resiko dengan prediabetes/diabetes di wilayah perkotaan 378 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 371–381 Tiga variabel pada Tabel 8, yang tidak menun- jukkan signifikan hubungan statistik dengan pra- diabetes / diabetes adalah riwayat keturunan (p = 0,269), melahirkan > 4 kg (p=0,589), dan riwayat PCOS (p = 0,114). Itu terjadi karena proporsi responden diketahui prediabetes/diabetes di usia tua, responden tidak mempunyai riwayat PCOS dan tidak mempunyai riwayat melahirkan > 4 kg. Tiga variabel pada Tabel 9, yang tidak menun- jukkan signifikan hubungan statistik dengan pra- diabetes / diabetes adalahmelahirkan > 4 kg (p = 0,552), riwayat PCOS (p = 0,552), asam urat (p = 0,063) dan riwayat penyakit pembuluh darah (p = 0,074).Itu terjadi karena proporsi responden diketahui tidak mempunyai riwayat melahirkan > 4 kg, responden tidak mempunyai riwayat PCOS, pe- nyakit asam urat karena pola makan dan riwayat penyakit pembuluh darah masih dalam kategori keluhan ringan. PEMBAHASAN Prevalensi Prediabetes/Diabetes Prevalensi prediabetes (Gangguan Toleransi Glukosa)untuk lansia di wilayah pegunungan adalah 83,3%, di wilayah pesisir adalah 43,4%, dan di wilayah perkotaan adalah 73,4%. Perbedaan prevalensi prediabetes ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ras/ etnis dan pola makan antara pegunungan, pesisir dan perkotaan.Prevalensi diabetes bervariasi dalam satu negara, dari antar provinsi atau antardaerah. Itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan ekonomi, sosial- buda ya kondisi, moder nisasi, da n ur ba nisasi (Soewondo &Pramono, 2011).BanyakNegara-ne- gara Asia (negara berkembang) yang dalamdekade terakhir cenderung memiliki pertumbuhan budaya sosial-ekonomi yang sangat cepat, memiliki pening- katan prevalensi diabetes yang tinggi(Balagopal et al, 2008; Syeed et al, 2003). Perubahan pola dari subjek normal menjadi pra-diabetes, kemudian menjadi diabetes sangat dipengaruhi oleh bertam- bahnya usia, riwayat hipertensi, obesitas, aktifitas, dan merokok, sedangkan faktor resikonya adalah riwayat keturunan, pernah melahirkan > 4 kg, riwayat PCOS, kolesterol, asam urat, dan riwayat penyakit pembuluh darah(Soewondo, Pramono, 2011). Pola perkembangan ini juga bisa dilihat dalam penelitian ini. Di wilayah pegunungan karakteristik prediabetes/diabetes adalah jenis kelamin perem- puan, umur antara 40–54 tahun, mempunyai riwayat hipertensi, obesitas dan faktor resiko yang tertinggi adalah kolesterol, asam urat dan punya riwayat melahirkan > 4 kg.Diwilayah pesisir karakteristik prediabetes/diabetes adalah jenis kelamin perem- puan, umur antara 40–54 tahun, mempunyai riwayat hipertensi, dan faktor resiko yang tertinggi adalah kolesterol, asam urat dan punya riwayatpenyakit pembuluh darah.Diwilayah perkotaan karakteristik prediabetes/diabetes adalah jenis kelamin perem- puan, umur antara 40–54 tahun, obesitas, kecende- rungan kurang aktifitas dan faktor resiko yang tertinggi adalah kolesterol, dan riwayat keturunan. Karakteristik Prediabetes/Diabetes Berdasarkan karakteristik umur, dapat dilihat bahwa proporsi prediabetes hampir merata pada semua wilayah, Prediabetes banyak terjadi pada responden adalah yang berumur 40–54 tahun. Individu dengan usia lanjut lebih berpotensi dikla- sifikasikan memiliki kadar glukosa abnormal menurut cut-off yang ada dibandingkan dewasa muda (Kalyani et al, 2013)..Usia yang semakin tua maka akan meningkatkan risiko DM yaitu dimulai dari usia 35 hingga lebih dari 65 tahun. Mekanisme DM tipe 2 diketahui bahwa penuaan menurunkan sensitivitas insulin dan perubahan atau tidak cukup kompensasi fungsional sel beta dalam memproduksi insulin. Mirarefin et al,(2014).Usia paruh baya memiliki faktor risiko 8.90 kali terkena DM dibandingkan dengan usia dewasa pada masyarakat perdesaan dan perkotaan di Amerika Serikat(O Connor, 2012). Subjek yang mengalami prediabetes di wilayah pegunungan selain memiliki gula darah puasa yang lebih tinggi juga mempunyai, tekanan darah tinggi dan obesitas. Hal ini senada dengan beberapa pene- litian sebelumnya bahwa seseorang dengan pre- diabetes sering mempunyai faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, dislipidemia dan obesitas. Keadaan demikian mengakibatkan pre- diabetes dianggap sebagai faktor risiko kardiovas- kular juga (Adam, 2010).DM dan hipertensi merupakan coexisting. Faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan koeksistensi DM dan hiper- tensi antara lain adalah obesitas(Lastra et.al, 2014). Kebiasaan pola makan dimasyarakat pedesaan banyak mengkonsumsi daging, karena tradisi upa- cara adat suku tengger setiap ada upacara keaga- maan selalu mengkonsumsi daging sapi yang harus dihabiskan bersama keluarga dan kerabat dekat. Selain itu pada masyarakat pegunungan mempunyai kebiasaan minum kopi manis hangat yang dikonsumsi sehari-hari bisa 3–4 kali sehari untuk upaya mengha- 379Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... ngatkan tubuh karena cuaca yang dingin. Sejumlah studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat meningkatkan risiko diabetes dalam keadaan akut tetapi bersifat protektif bila secara rutin (Beaudoin et al, 2013; Ding et al,2014). Prevalensi DM, karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat dari tradisional ke masyarakat moder n ya itu tinggi gula , ga ra m da n lema k (Whitinget al, 2011) Karakteristik prediabetes/diabetes di masya- rakat pesisir adalah tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi karena kebiasaan pola makan di masyarakat pesisir banyak mengkonsumsi udang, cumi dan ikan laut karena merupakan sumber makanan utama di wilayah Gili Ketapang. Konsumsi lemak yang tinggi lebih dari 30% total kalori dapat menyebabkan resistensi insulin yang mengarah ke kondisi pre- diabetes. Penelitian yang dilakukan di kota Depok menunjukkan bahwa konsumsi lemak yang tinggi (  40 g/hari) dapat meningkatkan risiko terjadinya prediabetes (Yunir Em et al, 2009). Karakteristik prediabetes/diabetes di masya- rakat perkotaan adalah obesitas dan kurang mela- kukan aktifitas. Hal ini terjadi karena masyarakat kota mempunyai lifestyle yang berisiko sedentary banyak mengkonsumsi makanan siap saji( makanan awetan) yang tinggi lemak, ngemil dan minum es serta kurang melakukan aktifitas. Konsumsi makan- an manis di Indonesia berada posisi ke 2 setelah konsumsi penyedap yaitu sebesar 53.1%( kemenkes, RI.,.2014b).Seseorang yang cenderung obesitas memiliki akivitas fisik yang lebih rendah sehingga terkait dengan lamanya waktu berjalan dan berpe- ngaruh dengan pengeluaran energi.Seperti diketahui sebelumnya dengan bertambahnya umur akan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat terutama timbulnya resistensi insulin yang dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu: perubahan komposisi tubuh (massa otot lebih sedikit dan jaringan lemak lebih banyak), menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan karbohidrat, perubahan neurohormonal (terutama insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan dehidroepiandosteron (DHEAS) plasma) sehingga terjadi penurunan ambilan glukosa akibat menurun- nya sensitivitas reseptor insulin dan aksi insulin. Aktivitas fisik diperdesaan dikaitkan dengan bebe- rapa jenis pekerjaan fisik yang bebeda dengan masyarakat perkotaan.Hal ini bahwa pekerjaan fisik diperdesaan lebih tinggi dari pada pekerjaan fisik diperkotaan. Berdasarkan penelitian ini bahwa pe- kerjaan fisik yang dilakukan oleh masyarakat pe- desan antara lain mencangkul, memanen padi, mengangkat padi, menanam padi dan lain sebagianya (Sobngwi et al, 2002) Hubungan faktor resiko dengan prediabetes/ diabetes Faktor-faktor prediksi prediabetes di Indonesia adalah jenis kelamin laki-laki, usia lanjut, status sosial ekonomi tinggi, tingkat pendidikan rendah, hipertensi, obesitas, obesitas sentral, dan kebiasaan merokok (Soewondo, Promono, 2011). Faktor resiko pre- diabetes/diabetes di masyarakat pegunungan adalah riwayat asam urat dan kolesterol.Gangguan meta- bolisme tubuh seperti hipertensi, obesitas, dan dislipidemia telah lama dianggap menjadi faktor risiko dalam menimbulkan prediabetes, termasuk prediabetes campuran i-IFG dan i-IGT (ADA,2014). Lemak viseral adalah salah satu dari dasar kondisi klinis pada kejadian metabolik sindrom yang merupa- kan penyebab terjadinya risiko penyakit kardio (Unno M et al, 2012).vaskular seperti DM, dislipi- demia, peningkatan tekanan darah, dan memiliki pengaruh terhadap aterosklerosis (Unno et al, 2012). Subjek di masyarakat pegunungan adalah sebagian besar obesitas, mempunyai riwayat hipertensi, riwa- yat asam urat dan kolesterol yang sangat erat hu- bungannya satu sama lainnya.pada keadaan hiperin- sulinemia pada pra diabetes terjadi peningkatan reabsorpsi yang akan menyebabkan hiperurisemia. Transporter urat yang berada di membran apikal tubuli renal dikenal sebagai URAT-1 berperan dalam reabsorpsi urat (Nasrul, Soffitri, 2012). Faktor resiko prediabetes/diabetes di masya- rakat pesisir adalah riwayat asam urat, kolesterol dan penyakit pembuluh darah. Subjek yang ada di pesisir mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar lemak dan purin tinggi, jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Keadaan tersebut dipengaruhi keadaan geografis yang merupakan wilayah Gili/pulau kecil yang dikelilingi lautan, dimana ikan dan jenis makanan laut menjadi konsumsi sehari-hari. Keadaan alam yang bukan lahan pertanian atau perkebunan sehingga untuk mengkonsusmsi sumber nabati harus mendatangkan dari kota Probolinngo. Prediabetes berpotensi hampir dua kali lebih tinggi mengalami risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang tanpa IGT atau IFG.Pada wanita dengan prediabetes yang berkembang menjadi 380 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 371–381 diabetes memiliki risiko kejadian penyakit kardiovas- kular 3 kali lebih sering dibandingkan dengan mereka yang menetap sebagai prediabetes. Faktor resiko prediabetes/diabetes di masya- rakat perkotaan adalah riwayat keturunan dan kolesterol. Faktor herediter,gaya hidup dan faktor lingkungan merupakan faktor penyebab tingginya angka morbiditas DM dari waktuke waktu (Ke- menkes, 2013). Subjek di wilayah perkotaan dari hasil wawancara sebagian besar mempunyai riwa- yat keturunan dari keluarga dan mempuyai kebiasa- an makanan yang tinggi lemak seperti gorengan, santan dan makanan yang berlemak. Surabaya merupakan kota kuliner dengan kemudahan untuk mencari makanan yang siap saji, makanan yang diawetkan banyak tersedia di mall, mart maupun di pasar-pasar tradisional. KESIMPULAN Prevalensi prediabetes diperoleh dari hasil pemeriksaan GDA di wilayah pegunungan sebesar 83,3%, pesisir 43,4%, perkotaan 73,4%. Karak- teristik prediabetes di di wilayah pegunungan adalah jenis kelamin perempuan, usia 40–54 tahun, hiper- tensi, dan obesitas. Di wilayah pesisir adalah jenis kelamin perempuan, usia 40–54 tahun, hipertensi. Di wila ya h per kota a n a da la h jenis kela min perempuan, usia 40–54 tahun, obesitas, dan tidak aktif beraktifitas. Faktor resiko di wilayah pegu- nungan adalah asam urat dan kolesterol (p <0,05), di wilayah pesisir adalah asam urat, kolesterol dan penyakit pembuluh darah lainnya (p <0,05), sedang- kan di wilayah perkotaan adalah riwayat keturunan dan kolesterol (p <0,05).Dengan melihat hubungan faktor risiko antarwilayah pegunungan, wilayah pesisir dan perkotaan, tidak ada faktor risiko yang sama dijumpai untuk ketiga kelompok prediabetes di tiga wilayah. Dengan demikian, setiap kategori prediabetes memiliki faktor risiko yang hampir unik. SARAN Keadaan ini memerlukan intervensi yang tepat, misalnya skrining pemeriksaan gula darah rutin yang dimulai pada kelompok usia 40 tahun hingga kelompok usia 65 tahun ke atas untuk mencegah timbulnya prediabetes maupun diabetes mengingat penyakit metabolik tersebut sudah menjadi beban berat baik bagi penderita, orang-orang sekitar maupun sistem kesehatan negara secara tidak lang- sung sehingga perlu dilakukan strategi pencegahan baik terhadap prediabetes maupun progresivitas prediabetes menjadi diabetes. DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association.(2014). Standards of medical care in diabetes.Diabetes Care. 37(Suppl. 1): S14-S80. Ha l a ma n S16. h t tps: / / ca r e. diabetesjournals.org/ Adam J, Sanusi H. (2010). Faktor risiko kardiovaskular pada subyek dengan pre diabetes: kajian indeks massa tubuh, trigliserida, kolesterol HDL, CRP dan adiponektin. Adam F, Medicinus. Vol. 22 No. 4.142- 5. Beaudoin M-S, Allen B, Mazzetti G, Sullivan PJ, Graham TE. (2013). Caffeine ingestion impairs insulin sensitivity in a dose-dependent manner in both men and women. Appl Physiol Nutr Metab. 38:140-7 DOI:10.1139/apnm-2012-0201 Bock G, C, M, et al.(2012). Pathogenesis of pre-diabetes: m ech a n ism s of fa st in g a nd post pr a n di a l hyperglycemia in people with impaired fasting glucose and/or impaired glucose tolerance. Diabetes Care 55:3536–3549. https://care.diabetesjournals. org/ Balagopal P, N, TG, et al.(2008). A community-based diabetes prevention and management education program in a rural village in India. Diabetes Care. 31:1097-106.https://care.diabetesjournals.org/ Ding M, Bhupathiraju SN, Chen M, van Dam RM, Hu FB.(2014). Caffeinated and decaffeinated coffee consumption and risk of type 2 diabetes: A systematic review and a dose-response meta- analysis. Diabetes Care. 37:569-86. . https:// care.diabetesjournals.org/ Dwipayana MP, K, I, W, et al.(2011). Prevalensi sindroma metabolik pada populasi penduduk bali, indonesia. Jurnal Penyakit Dalam. 12(1):1–5. ESC and EASC Guidelines.(2007). Guidelines on diabetes, prediabetes, and cardiovascular diseases.Eur Heart J. 9 (Supplement C), C3–C74.DOI:10.1093/eurheartj/ ehl260 Garber AJ, Y, D, DA, et al.(2008). Diagnosis and Management of Prediabetes in the Continuum of Hyperglycemia—When Do the Risks of Diabetes Begin? A Consensus Statement from the American College of Endocrinology and the American Association of Clinical Endocrinologists. Endocr Pract. 14(7):933-46. Heymsfield SB, KR, J, et al.(2000). Effects of weight loss with orlistat on glucose tolerance and progression to type 2 diabetes in obese adults. Arch Intern Med. 160:1321-1326 Handayani.,( 2012). Modifikasi Gaya Hidup dan Intervebsi Farmakologis Dini untuk Pencegahan 381Noventi, Rusdianingseh, Khafid, Prevalensi, Karakteristik dan Faktor Resiko Prediabetes ... Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Kemenkes, RI.( 2014). Infodatin Diabetes. Jakarta: Pusat data dan informasi Kemenkes RI. Tersedia di: http:/ /www.depkes.go.id/download. Kalyani RR, Egan JM.(2013). Diabetes and altered glucose metabolism with aging. EndocrinolMetab Clin North Am. 42(2):333–47. Kementrian kesehatan 2014b.Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta (ID) : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lastra G, S, L,et.al.(2014). Type 2 diabetes mellitus and hypertension: An update. Endocrinol Metab Clin North Am. 43(1): 103–122. Mirarefin M, F, F, MR, et al (2014). Waist circumference and insulin resistance in elderly men: an analysis of Kahrizak elderly study. Journal of Diabetes & Metabolic Disorders. 13 (28) : 1-7. Nasrul, Soffitri. (2012). Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(2) O Connor A, Wellenius G. (2012). Rural urban disparities in the prevalence of diabetes and coronary heart disease.Public Health.126 : 813-820. doi:10.1016/ j.puhe..05.029. Ranasinghe P, Mathangasinghe Y, Jayawardena R, Hills AP, Misra A.(2017). Prevalence and trends of metabolic syndrome among adults in the asiapacific region: a systematic review. BMC PublicHealth. 17(1):101. Sobngwi E, JCN, NC, AP. (2002).Physical activity and its relationship with obesity, hypertension and diabetes in urban and rural Cameroon.International Journal of Obesity. 26: 1009 – 1016. doi:10.1038/sj.ijo.0802008 Syeed MA, Mahtab HM, Khanam PA, et al. (2003). Diabetes and impaired fasting glycemia in a rural population of Bangladesh.Diabetes Care. 26:1034- 9. .https://care.diabetesjournals.org/ Soewondo, Pramono. (2011). Prevalence, characteristics, and predictors of pre-diabetes in Indonesia. Department of Internal Medicine, Faculty of Medi cin e, Un i ver sit a s In don esia , Ja ka rt a , Indonesia.Med J Indones. 20(4):283-94 Tabák, A. G., C. (2012). Prediabetes: a high-risk state for diabetes development. The Lancet,379(9833), 2279– 2290. Unno M, Furusyo N, Mukae H, Koga T, Eiraku K, Hayashi J.( 2012). The utility of viseral fat level by bioelectrical impedance analysis in the screening of metabolic syndrome.J Athreroscler Thromb.19 : 462 – 470. Whiting DR, Guariguata L, Weil C, Shaw J. (2011). IDF Diabetes Atlas: Global. estimates of the prevalence of diabetes for 2011 and 2030. Diabetes Research And Clinical Practice. 94 :311–321. doi:10.1016/ j.diabres10.029. Yunir Em, Waspadji S, Rahajeng E.(2009).The Prediabetic Epidemiological Study in Depok, West Java. Acta Med Indones-Indones J Intern Med. Vol 41 No 4. 181-5