292 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 292–299

292

JNK
JURNAL NERS DAN KEBIDANAN

http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk

Hubungan Kadar Ureum, Hemoglobin dan Lama Hemodialisa
dengan Kualitas Hidup Penderita PGK

Info Artikel

Kata Kunci:
Hemodialisa, Hemoglobin, Kualitas
Hidup, Ureum.

Abstrak

Penderita penyakit ginjal kronik mengalami penumpukan produk sisa dalam
darah khususnya ureum yang menjadi toksin bagi tubuh. Anemia pada pasien
PGK menyebabkan badan lemah dan penurunan perfusi jaringan. Terapi
hemodialisa bisa menjadi stresor bagi pasien, karena terapi ini memerlukan
waktu yang lama, keadaan ini berpotensi menurunkan kualitas hidup pasien.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan kadar ureum, hemoglobin
dan lama hemodialisa dengan kualitas hidup penderita PGK di Ruang
Hemodialisa RS dr Soepraoen. Desain penelitian ini menggunakan kolerasional
dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah penderita PGK dengan
terapi hemodialisis di ruang hemodialisa RS dr Soepraoen Malang. Sampel
sejumlah 92 responden yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi. Variabel
yang diteliti adalah ureum, hemoglobin, lama hemodialisa dan kualitas hidup.
Analisa data menggunakan uji korelasi somers’d gamma. Berdasarkan hasil
uji korelasi somers’d gamma menunjukkan ada hubungan antara ureum
dengan kualitas hidup responden dibuktikan dengan nilai p= 0,025 , r = 0,4.
Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan kualitas hidup responden
dibuktikan nilai p= 0,012 , r = 0,4. Tidak ada hubungan antara lama hemodialisa
dengan kualitas hidup responden dibuktikan nilai p= 0,609, r = 0,6. Hasil
penelitian ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis perawat yaitu perubahan
ureum dan hemoglobin berdampak pada kualitas hidup pasien PGK.

The Relationship between Urea Level, Hemoglobin, and Length of Hemodialysis with the Quality
of Life of Patients with CKD

Article Information

Keywords:
Hemodialysis, Hemoglobin, Quality
of Life, Urea.

Abstract

Patients with chronic kidney disease experience a buildup of waste prod-
ucts in the blood, especially urea which is toxic to the body. Anemia in
CKD patients causes weak body and decreased tissue perfusion. Hemodi-
alysis therapy can be a stressor for patients, because this therapy requires
a long time, this situation has the potential to reduce the quality of life of
patients. The purpose of this study was to determine the relationship of
urea levels, hemoglobin and duration of hemodialysis with the quality of

Sejarah Artikel:
Diterima, 07/09/2019
Disetujui, 08/11/2019
Dipublikasi, 02/11/2019

History Article:
Received, 07/09/2019
Accepted,  08/11/2019
Published, 02/12/2019

Ardhiles Wahyu Kurniawan1, Juliati Koesrini2
1,2, Prodi Keperawatan, Poltekkes RS dr Soepraoen, Indonesia

http://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v6i3.ART.p292-299&domain=pdf&date_stamp=2019-12-05


    293Kurniawan, Koesrini, Hubungan Kadar Ureum, Hemoglobin, dan...

life of patients with CKD in the Hemodialysis Room of dr. Soepraoen Hos-
pital. The design of this study uses a cross-sectional study. Respondents
were CKD sufferers with hemodialysis therapy in the hemodialysis room at
dr. Soepraoen Hospital, Malang. Sample were 92 respondents who met the
exclusion and inclusion criteria. The variables were urea, hemoglobin,
length of hemodialysis and quality of life. Data analysis uses the gamma
correlation test. Based on the gamma correlation test results showed that
there was a relationship between the ureum and the quality of life of the
respondents as evidenced by the value of p = 0.025, r = 0.4. There was a
relationship between hemoglobin levels with the quality of life of the re-
spondents as evidenced by the value of p = 0.012, r = 0.4. There was no
relationship between the length of hemodialysis with the quality of life of
respondents as evidenced by the value of p = 0.609, r = 0.6. The results of
this study improve the critical thinking skills of nurses, namely changes in
urea and hemoglobin affect the quality of life of CKD patients.

©  2019 Jurnal Ners dan Kebidanan

PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik (PGK) atau dulu disebut

gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kerusakan
ginjal atau penurunan fungsi ginjal < 60% dari ginjal
normal, bersifat progresif dan ireversibel (Black &
Hawk, 2009). Pada pasien dengan LFG < 60 ml/
min/1,73 m2 mulai timbul berbagai keluhan seperti,
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang
dan penurunan berat badan. Gejala ini akibat penum-
pukan produk sisa dalam darah khususnya ureum
yang menjadi toksin bagi tubuh (Suwitra, 2014).
Gejala klinis pasien PGK disebabkan juga oleh
anemia yang berdampak pada badan lemah dan
penurunan perfusi jaringan. Ginjal yang rusak tidak
mampu memproduksi erytropoetin yang merang-
sang sumsung tulang memproduksi sel darah merah
(National Kidney Foundation, 2008). Terapi peng-
ganti fungsi ginjal yang bertujuan untuk mengeluar-
kan sisa-sisa metabolisme salah satunya adalah
hemodialisa. Terapi hemodialisa kadang menjadi
stresor bagi pasien, karena terapi ini memakan
waktu yang lama dan memiliki efek samping (Liu
et al., 2008). Pasien PGK dengan berbagai gejala
klinis yang muncul menjadi sangat bergantung
kepada tenaga kesehatan, pasien tidak produktif,
maka hal tersebut berpotensi menurunkan kualitas
hidup pasien gagal ginjal (Nurchayati, 2011).

Hasil Riskesdas (2013), populasi penderita
PGK dewasa di Indonesia sebesar 0,2%, angka ini
lebih rendah karena hanya menangkap data orang
yang terdiagnosis PGK sedangkan sebagian besar
PGK di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut
dan akhir. Sementara data populasi PGK di jawa
timur didapatkan sebesar 0,3%. Hasil penelitian
Cruz et al (2011) pada 155 pasien PGK dengan
stadium 1-5 didapatkan penurunan kualitas hidup di
semua tahap penyakit ginjal. Penelitian Nguyen
NTQ et al (2018) didapatkan orang dengan PGK
yang lebih parah memiliki kualitas hidup yang lebih
rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki
fungsi ginjal yang lebih baik. Orang yang memiliki
fungsi ginjal normal dibandingkan dengan orang yang
mengalami PGK stadium 1,  stadium 2, stadium 3
dan stadium 4/5 CKD mengalami penurunan
masing-masing sebesar 0,11, 0,18 dan 0,28 dalam
indeks utilitas mereka.

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik bertu-
juan untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada
dan mempertahankan keseimbangan secara mak-
simal sehingga memperpanjang harapan hidup klien
(Prabowo, 2014). Pasien yang menderita penyakit
ginjal kronik stadium akhir atau end-stage, yaitu
pada Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari
15 ml/mnt memerlukan terapi pengganti ginjal

Correspondence Address:
Poltekkes RS dr. Soepraoen Malang, East Java - Indonesia P-ISSN : 2355-052X
Email: ardhi17wk@gmail.com E-ISSN : 2548-3811
DOI: 10.26699/jnk.V6i3.ART.p292-299
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
https://doi.org/10.26699/jnk.v6i3.ART.p292-299


294 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 292–299

ber upa hemodialisis,  peritoneal dialisis a tau
transplantasi ginjal (Suwitra, 2014).

Ureum merupakan pr oduk nitrogen yang
dikeluarkan ginjal berasal dari diet protein. Pada
penderita gagal ginjal, kadar ureum serum mem-
berikan gambaran tanda paling baik untuk timbulnya
ureum toksik dan merupakan gejala yang dapat
dideteksi dibandingkan kreatinin. Kadar ureum
pasien PGK sebelum melakukan hemodialisis masih
berada pada level abnormal, dan rata-rata juga
mengalami hiperuremik (Martini, 2010). Pasien PGK
dengan anemia dan mendapatkan terapi perbaikan
hingga mencapai kadar Hb 11-12 gr/dl memiliki
peningkatan kualitas hidup baik secara fisiologis dan
psikologis (Brunelli & Berns, 2009).

Kualitas hidup (quality of life) merupakan
konsep analisis kemampuan individu untuk menda-
patkan hidup yang normal terkait persepsi secara
individu terhadap kehidupan yang dialami dengan
dipengaruhi oleh nilai dan budaya pada lingkungan
individu tersebut (Adam, 2006 dalam Nursalam,
2013). Kualitas hidup digunakan dibidang pelayanan
kesehatan untuk menganalisis emosional seseorang,
faktor sosial, dan kemampuan untuk memenuhi
tuntutan kegiatan dalam kehidupan secara normal
dan dampak sakit yang berpotensi menurunkan
kua litas hidup ter kait keseha ta n (Br ooks &
Anderson, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan
penelitian tentang hubungan kadar ureum, hemo-
globin dan lama hemodialisa dengan kualitas hidup
penderita GGK.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian

kolerasional dengan pendekatan cross sectional.
Responden adalah penderita PGK yang menjalan-
kan terapi hemodialisis di ruang hemodialisa RS dr
Soepraoen Malang. Populasi responden di ruang
hemodialisa sebanyak 180 orang. Pengambilan
sampel dengan purposive sampling didapatkan res-
ponden sejumlah 92 orang yang memenuhi kriteria
inklusi diantaranya pasien PGK yang menjalani
hemodialisa regular 2 kali seminggu, serta dilakukan
pemeriksaan ureum dan Hb pada hari yang sama
dengan pengambilan data kualitas hidup. Variabel
yang diteliti adalah ureum (rendah <13 mg/dl, normal
13-43 mg/dl, tinggi > 43 mg/dl), hemoglobin (anemia
< 11 mg/dl, tidak anemia   11 mg/dl), lama hemo-
dialisa (<12 bulan, 12-24 bulan, > 24 bulan) dan

kualitas hidup (kurang berkualitas < 56, berkualitas
baik   56).

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksa-
nakan pada tanggal 01- 06 Agustus 2019. Intrumen
penelitian menggunakan lembar observasi kadar
ureum dan hemoglobin dari hasil pemeriksaan
laboratorium sebelum dilakukan hemodialisa, serta
kuisioner tentang data demografi, lama hemodialisa
dan kualitas hidup WHOQoL Bref (Instrumen
kualitas hidup dari WHO, 2004. Diterjemahkan oleh
tim ahli dari Kemenkes RI, RS Fatmawati Jakarta
dan RS Katolik Atmajaya). Analisa data univariat
berupa data kategorik yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, agama dan
status pernikahan. Sedangkan analisa bivariat
menggunakan uji korelasi gamma untuk mengetahui
hubungan kadar ureum, hemoglobin dan lama HD
dengan kualitas hidup responden.

HASIL PENELITIAN
Data Demografi Responden

Data Demografi f %

Jenis Kelamin
Laki-laki 46 50
Perempuan 46 50

Usia
25-44 tahun (Adulth) 7 8
45-59 tahun (Middle Range) 48 52
60-74 tahun (Old) 37 40

Pendidikan
SD 41 45
SMP 13 14
SMA 30 33
S1 8 9

Pekerjaan
TNI 5 5
PNS 1 1
Guru 2 2
Pegawai Swasta 9 10
Wiraswasta 12 13
Sopir 2 2
Petani 4 4
Pensiunan 9 10
Ibu Rumah Tangga 30 33
Tidak Bekerja 16 17
Pelajar/ Mahasiswa 2 2

Tabel 1 Data Demografi Responden Pasien PGK di
Ruang Hemodialisa RS dr Soepraoen



    295Kurniawan, Koesrini, Hubungan Kadar Ureum, Hemoglobin, dan...

Tabel 1 menginformasikan bahwa setengah
jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu 46
orang (50%), sebagian besar usia responden 45-59
tahun (middle range) yaitu 48 orang (52%), seba-
gian kecil usia responden 25-44 tahun (adulth) yaitu
7 orang (8%), hampir setengah tingkat pendidikan

responden adalah SD yaitu 41 orang (45%), seba-
gian kecil tingkat pendidikan responden adalah S1
yaitu 8 orang (9%), hampir setengah pekerjaan
responden adalah ibu rumah tangga yaitu 30 orang
(33%), sebagian kecil pekerjaan responden adalah
PNS yaitu 1 orang (1%), hampir seluruh agama
responden adalah islam yaitu 89 orang (97%),
sebagian kecil agama responden adalah hindu yaitu
1 orang (1%), dan hampir seluruh status pernikahan
responden adalah menikah yaitu 85 orang (92%).

Hubungan Kadar Ureum dengan Kualitas
Hidup Responden

Tabel 2 menunjukan bahwa hampir setengah
kadar ureum responden tinggi dengan kualitas hidup
responden kategori kurang yaitu 44 orang (48%)
dan sebagian kecil kadar ureum responden sedang

Agama
Islam
Katolik
Hindu 8921 9721

Status Pernikahan
Menikah
Belum Menikah 857 928
Jumlah 92 100

Sumber : Data Primer

f % f % f %

Kadar Ureum Rendah 1 1 4 4 5 5
Sedang 1 1 1 1 2 2 0,025 0,403
Tinggi 41 45 44 48 85 92
Total 43 47 49 53 92 100

Sumber : Data Primer

Variabel Kategori

Kualitas Hidup

Baik Kurang Total p R

Tabel 2 Hubungan Kadar Ureum dengan Kualitas Hidup Responden di Ruang HD RS dr Soepraoen

dengan kualitas hidup responden kategori baik yaitu
1 orang (1%), kategori kurang yaitu 1 orang (1%)
dan kadar ureum rendah dengan kualitas hidup
responden kategori baik yaitu 1 orang (1%). Hasil
uji gamma didapatkan nilai p = 0,029 (p < 0,05),
artinya terdapat hubungan antara kadar ureum

dengan kualitas hidup responden, dengan r value
pada uji gamma didapatkan 0,403 artinya kekuatan
korelasi cukup.

Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kualitas
Hidup Responden

f % f % f %

Kadar Hb Anemia 43 47 48 52 91 99
Tdk Anemia 0 0 1 1 1 1 0,015 0,409
Total 43 47 49 53 92 100

Sumber : Data Primer

Variabel Kategori

Kualitas Hidup

Baik Kurang Total p R

Tabel 3 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kualitas Hidup Responden di Ruang HD RS dr Soepraoen



296 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 292–299

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar
kadar hemoglobin responden anemia dengan kualitas
hidup responden kategori kurang yaitu 48 orang
(52%) dan sebagian kecil kadar hemoglobin respon-
den tidak anemia dengan kualitas hidup responden
kategori kurang yaitu 1 orang (1%). Hasil uji gamma
didapatkan nilai p = 0,015 (p < 0,05), artinya terdapat
hubungan antara kadar hemoglobin dengan kualitas
hidup responden, dengan r value pada uji gamma
didapatkan 0,409 artinya kekuatan korelasi cukup.

Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kualitas
Hidup Responden

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian kecil lama
HD responden kategori baru dengan kualitas hidup
responden kategori kurang yaitu 18 orang (20%)
dan sebagian kecil lama HD responden kategori baru
dengan kualitas hidup responden kategori  baik yaitu
13 orang (14%). Hasil uji gamma didapatkan nilai p
= 0,609 (p > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan
antara lama hemodialisa dengan kualitas hidup
responden.

f % f % f %

Lama HD Baru 13 14 18 20 31 34
Sedang 15 16 16 17 31 34 0,609 0,087
Lama 15 16 15 16 30 32
Total 43 47 49 53 92 100

Sumber : Data Primer

Variabel Kategori

Kualitas Hidup

Baik Kurang Total p R

Tabel 4 Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kualitas Hidup Responden di Ruang HD RS dr Soepraoen

PEMBAHASAN
Hubungan Kadar Ureum dengan Kualitas
Hidup Penderita PGK

Tabel 2 menunjukan bahwa hampir setengah
kadar ureum responden tinggi dengan kualitas hidup
responden kategori kurang yaitu 44 orang (48%),
dan sebagian kecil kadar ureum responden rendah
dengan kualitas hidup responden kategori baik yaitu
1 orang (1%). Hasil uji gamma pada tabel 2 menun-
jukkan ada hubungan antara kadar ureum dengan
kualitas hidup responden, dengan r value pada uji
gamma positif dengan kekuatan korelasi cukup arti-
nya semakin tinggi kadar ureum maka memberikan
korelasi yang cukup pada penurunan kualitas hidup
responden.

Kua lita s hidup menur ut World Health
Organization Quality of Life (WHOQOL) Group
(dalam Fitriana & Ambarini, 2012), didefinisikan
sebagai persepsi individu mengenai posisi individu
dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai
dimana individu hidup dan hubungannya dengan
tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perha-
tian seseorang. Kualitas hidup yang baik artinya
persepsi individu memandang posisi dirinya berkait-
an dengan tujuan, harapan, standar dan perhatian

orang lain dalam kondisi baik. Sebaliknya kualitas
hidup yang kurang artinya persepsi individu meman-
dang posisi dirinya berkaitan dengan tujuan, harapan,
standar dan perhatian orang lain dalam kondisi
kurang.

Kadar ureum yang tinggi pada pasien PGK
menyebabkan berbagai gangguan organ, seperti
anoreksia dan mual pada pencernaan, asidosis
metabolik pada darah hingga pada arytmia jantung,
kerusakan kulit, dan penurunan kesadaran. Dengan
bertambahnya kadar ureum maka akan mening-
katkan gejala dan komplikasi PGK (National
Kidney Foundation, 2008). Peningkatan kadar
ureum sama dengan akumulasi racun dalam darah
yang menurunkan kemampuan fisik, meningkatkan
kebergantungan pada orang lain, mengurangi keper-
cayaan diri dan mempengaruhi dimensi sosio
psikologis. Dengan kondisi ini pasien merasakan
kualitas hidup mereka sangat berkurang (Javan-
bakhtian & Abbaszadeh, 2012).

Berdasarkan data penelitian pada tabel 1 dike-
tahui sebagian besar usia responden 45-59 tahun
yaitu 48 orang (52%), hampir setengah usia respon-
den 60-74 tahun yaitu 37 orang (40%) dan sebagian
kecil usia responden yaitu 25-44 tahun yaitu 7 orang
(8%). Menurut Musch W, et al (2006) bertambahnya



    297Kurniawan, Koesrini, Hubungan Kadar Ureum, Hemoglobin, dan...

usia sejalan dengan bertambahnya kadar urea plas-
ma (ureum) dan menurunkan kemampuan tubuh
dalam eksresi urea. Kadar ureum pada responden
selain karena menderita penyakit ginjal kronis, juga
dipengaruhi oleh faktor usia yang sebagian besar
responden berada pada usia lansia awal/ middle
range dan lanjut usia/ old.

Dapat disimpulkan penurunan kualitas hidup
pasien PGK salah satunya disebabkan peningkatan
kadar ureum, artinya bila semakin tinggi kadar
ureum maka menurunkan kualitas hidup seseorang.
Pasien PGK perlu mengontrol kadar ureum dengan
rutin dengan melakukan hemodialisa sesuai pro-
gram. Selain itu pasien PGK melakukan diet rendah
ureum yaitu membatasi makanan tinggi protein.

Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kualitas
Hidup Penderita PGK

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar
kadar hemoglobin responden kategori anemia
dengan kualitas hidup responden kategori kurang
yaitu 48 orang (52%) dan sebagian kecil kadar
hemoglobin responden kategori tidak anemia dengan
kualitas hidup responden kategori kurang yaitu 1
orang (1%). Hasil uji gamma pada Tabel 2 menun-
jukkan ada hubungan antara kadar hemoglobin
dengan kualitas hidup responden, dengan r value
pada uji gamma positif dengan kekuatan korelasi
cukup artinya semakin rendah kadar ureum maka
memberikan korelasi yang cukup pada penurunan
kualitas hidup responden.

Hasil penelitian Finkelstein et al (2009) menya-
takan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada
pasien PGK berpengaruh pada peningkatan 4
domain kualitas hidup yaitu domain fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan. Artinya semakin
menurun kadar hemoglobin maka menurun pula
kualitas hidup pasien. Temuan ini memiliki implikasi
untuk perawatan pasien PGK dalam rangka inisiasi
dan target kadar hemoglobin. Dersarkissian C
(2017) menyatakan tanda dan gejala yang dialami
pasien dengan anemia yaitu cepat lelah dan keha-
bisan energi, denyut jantung meningkat, nafas cepat,
pusing, nyeri kepala, pucat dan insomnia. Berbagai
gejala klinis yang muncul berpotensi menyebabkan
kualitas hidup menurun.

Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui jenis
kelamin responden jumlahnya sama antara laki-laki
dan perempuan, yaitu masing-masing 46 orang
(50%). Menurut William G (2014) kadar hemoglobin
pada laki-laki dewasa berbeda dengan perempuan

dewasa. Pada usia yang sama antara laki-laki dan
perempuan, kadar Hb perempuan rata-rata lebih
rendah 12% dibandingkan Hb laki-laki. Hal ini
disebabkan perbedaan sex hormone yaitu estrogen
da n androgen, yang keduanya berbeda pa da
pengaturan dilatasi dan vasokontriksi kapiler dan
vena dengan diameter < 300µm sehingga mening-
katkan endapan hematokrit di darah, dimana hemo-
globin juga sebagai komponen hematocrit. Namun
kadar erytropoetin antara laki-laki dan perempuan
tidak ada perbedaan. Sesuai fakta diatas kondisi
anemia responden lebih berkaitan dengan kondisi
kerusakan ginjal, bila semakin parah kerusakan
ginjal maka produksi eryropoetin semakin menurun
mengakibatkan produksi hemoglobin dan sel darah
merah di sumsum tulang juga menurun.

Dengan peningkatan kadar hemoglobin ke level
normal maka berimplikasi pada peningkatan kualitas
hidup pasien PGK. Hemoglobin sebagai sarana
transportasi oksigen dalam darah menentukan meta-
bolisme secara aerob di seluruh tubuh. Metabolisme
didalam tubuh yang baik menyebabkan kualitas hidup
yang baik pula.

Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kualitas
Hidup Penderita PGK

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian kecil lama
HD responden kategori baru dengan kualitas hidup
responden kategori kurang yaitu 18 orang (20%)
dan sebagian kecil lama HD responden kategori baru
dengan kualitas hidup responden kategori baik yaitu
13 orang (14%). Hasil uji Gamma didapatkan nilai
p = 0,609 (p > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan
antara lama hemodialisa dengan kualitas hidup
responden.

Menurut Anees et al (2015) semakin lama se-
orang pasien menjalani terapi hemodialisis maka
berbanding terbalik dengan kualitas hidup pasien
penyakit ginjal terminal. Hal ini diikarenakan tingkat
kekhawatiran serta stress pasien yang semakin me-
ningkat karena berpikir seharusnya hemodialisis da-
pat menyembuhkan pasiennya. Menurut Ghahfa-
rokhi & Abbaszadeh (2012) tiga bulan setelah
menderita PGK dan terapi hemodialysis, umumnya
pasien merasa kualitas hidupnya terus menurun. Hal
ini disebabkan kemampuan fisik, sosial dan psikologis
pasien cenderung menurun.

Avis (2005) dalam Riyanto (2011) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup antara lain adalah sosio demografi yaitu jenis
kelamin, usia. Hasil penelitian Bayoumi M, et al



298 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 292–299

(2013) pasien PGK dengan jenis kelamin laki-laki
kualitas hidupnya lebih menurun daripada pasien
perempuan. Usia lebih muda memiliki kualitas hidup
yang lebih baik dari pada usia tua.

Lama hemodialisa responden kategori baru dan
sedang lebih banyak dibandingkan dengan kategori
lama, sedangkan kualitas hidup kategori baik lebih
sedikit dibandingkan kategori kurang. Berdasarkan
teori dengan lama hemodialisa kategori baru lebih
banyak maka semestinya kualitas hidup responden
kategori baik lebih banyak. Ada faktor lain yang
menyebabkan kualitas hidup responden cenderung
kurang diantaranya kadar ureum dan hemoglobin
responden yang cenderung rendah pada pemba-
hasan sebelumnya.

Berdasarkan data penelitian pada Tabel 1
diketahui setengah jenis kelamin responden adalah
wanita dan setengahnya lagi laki-laki masing-
masing 46 orang (50%), sebagian besar usia respon-
den 45–59 tahun yaitu 48 orang (52%), hampir
setengah usia responden 60–74 tahun yaitu 37 orang
(40%) dan sebagian kecil usia responden yaitu 25-
44 tahun yaitu 7 orang (8%).

Jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan
pada responden penelitian ini sama, sementara
kualitas hidupnya sebagian besar kurang. Sesuai
teori diatas peneliti berasumsi jika jenis kelamin
responden sebagian besar laki-laki kemungkinan
kualitas hidup responden sebagian besar semakin
menurun. Sebagian besar usia responden didominasi
usia middle age dan old, sejalan dengan teori diatas
menyebabkan kualitas hidup responden pada pene-
litian ini sebagian besar kurang. Jika usia sebagian
besar diatas dewasa awal maka kemungkinan
kualitas hidup membaik.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan yang signifikan antara

kadar ureum dengan kualitas hidup responden
penderita PGK. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kadar hemoglobin dengan kualitas hidup
responden penderita PGK. Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara lama hemodialisa dengan
kualitas hidup responden penderita PGK

SARAN
Hasil penelitian diatas merekomendasikan

kepada perawat maupun petugas kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dianta-
ranya pengukuran kadar ureum dan hemoglobin
yang berdampak pada kualitas hidup pasien PGK.

Kepada peneliti selanjutnya rekomendasi berupa
observasi faktor yang berpengaruh pada kualitas
hidup penderita PGK dapat dilakukan dalam rentang
waktu penelitian yang lebih lama dan jumlah respon-
den yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Anees M, Hammed F, Mumtaz A, Ibrahim M, Khan MNS.

(2011). Dialysis-Related Factors Affecting Quality
of Life in Patients on Hemodialysis. IJKD. 5(1): 9-
14

Bayaoumi M, Al Harbi A, Al Suwaida A, Al Ghonaim M,
Al Wakeel J & Miskhiry A. (2013). PREDICTORS
OF QUALITY OF LIFE IN HEMODIALYSIS
PATIENTS. Saudi J Kidney Dis Transpl. Jul; 25(4):
881-2.

Black, J.M, & Hawks, J.H (2009). Medical Surgical
Nursing. 8th edition. Canada. Elsevier

Brooks, B.A., Anderson, B. (2008). Assesing The Nursing
Quality of Work Life. Nursing Administration
Quarterly, pp. 152-157

Brunelli, S.M, Berns, J.S. (2009). Anemia and Chronic
Kidney Disease and end-stage renal disease. April,
11, 2018. http://www.nephrologyrounds.org/

Dersarkissian C (2017). ANEMIA AND QUALITY OF
LIFE IN CHRONIC KIDNEY DISEASE. November,
29, 2018. http://www.pdicoonect.com/

Finkelstein O, Kenneth S, Mujais S. (2009). HEALTH-
RELATED QUALITY OF LIFE AND HEMOGLOBIN
LEVELS IN CKD PATIENTS. Clinical Journal of
the American Society of Nephrology : CJASN. Jan:
4(1): 33-38.

Javanbakhtian Ghahvarokhi & Abbaszadeh A. (2012).
THE RELATIOSHIP BETWEEN QUALITY OF LIFE
AND DE MOGRAPHIC VARIBLE S IN
HEMODIALYSIS PATIENTS. Journal of Jahrom
University of Medical Sciences. Vol 10(4) : 1-6

Kemenkes RI. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis.
InfoDATIN. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta. ISSN 2442-7659

Liu, WJ, Chew TF, Chiu ASF, Zaki M. (2008). QUALITY
OF LIFE OF DIALYSIS PATIENT IN MALAYSIA.
Med J Malaysia. 61(5), 540-46

Maria Carolina Cruz, Carolina Andrade, Milton Urrutia,
Sergio Draibe, Luiz Antonio, Ricardo de Castro.
(2011). QUALITY OF LIFE IN PATIENTS WITH
CHRONIC KIDNEY DISEASE. Journal Clinics. Jun;
66(6): 991-995.

Martini (2010). HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PRO-
TEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KADAR
KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL
GINJAL KRONIK DI RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Nimas Ayu Fitriana & Tri Kurniati Ambarini. 2012.
KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER



    299Kurniawan, Koesrini, Hubungan Kadar Ureum, Hemoglobin, dan...

SERVIKS YANG MENJALANI PENGOBATAN
RADIOTERAPI . Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental 123 Vol. 1 No. 02, Juni 2012.

NKF-KDIGO. (2013). Clinical Practice Guidline For The
Evaluation and Management of Chronic Kidney
Disease. ISN. 3(1):1-163

Nurchayati S. (2011). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS
HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSI
FATIMAH CILACAP DAN RSUD BANYUMAS.
Jakarta : Universitas Indonesia. Tersedia di ://
lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282431T%20
Sofiana%Nurchayati.pdf

Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). (2011).
FREKUENSI TINDAKAN HEMODIALISIS PER
MINGGU DI INDONESIA. 5th Report of Indonesia
Renal Registry. Jakarta

Pranoto I. (2010). HUBUNGAN ANTARA LAMA
MENJALANI HE MODIALISA DE NGAN
TERJADINYA PERDARAHAN INTRASEREBRAL.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tersedia dari:
http://eprints.uns.ac.id/7886/1/135790908201012051

Prabowo, Eko, dan Afandi E Pranata. (2014). Asuhan
Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta.
Nuha-Medika

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Indonesia.
Tersedia dari: http://www.depkes.go.id/resources/
download/general/HasilRiskesdas2013.pdf

Riyanto W. (2011). Hubungan antara penambahan berat
badan di  ant ara dua wakt u he modi al isi s

(interdialysis weight gain = IDWG) terhadap
kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisa
IP2K RSUP Fatmawati Jakarta[tesis]. Jakarta :
Universitas Indonesia [diunduh 28 Desember 2018].
Tersedia dari: http://lib.ui.ac.id/file? file=digital/
20282718-T%20Welas%20Riyanto.pdf.

Suwitra K. (2014). Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Musch W, Verfaillie L, Decaux G. (2006). AGE RELATED
INCREASE IN PLASMA UREA AND DECREASE
IN FRACTIONAL UREA EXCRETION. Clin J Am
Soc Nephrol. Sep; 1(5):909-14. Brussel, Belgium.

National Kidney Foundation (2008). Anemia and Chronic
Kidney Disease Information. April, 11, 2018. http://
kidney.org/

Nguyen NTQ 1 , Cockwell P 2 , Maxwell AP 1 , Griffin
M 3 , O’Brien T 3 , O’Neill C 1 . 2018. Chronic kidney
disease, health-related quality of life and their
associated economic burden among a nationally
representative sample of community dwelling adults
in England. Journal Post One.0207960

Nur sa la m  (2013). Me todologi  Pe nel i t ian Il mu
Keperawatan. Salemba Medika. Edisi 3. Jakarta. Hal
82-86

William G, Murphy. (2014). THE SEX DIFFERENCE IN
HAEMOGLOBIN LEVELS IN ADULTH, CAUSES
AND CONSEQUENCES. Blood Review. Elsevier.
Article in Press. YBLRE-00329; pages 7.