223Setyo, Retnowati, Hidayah, Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis ... 223 Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis Kekerabatan dengan Lansia Tangguh di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Agus Setyo1, Lucia Retnowati2, Nurul Hidayah3 1,2,3Prodi Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Malang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 09/10/2019 Disetujui, 03/12/2019 Dipublikasi, 05/08/2020 Kata Kunci: Lansia Berbasis Kekerabatan, Lansia Tangguh Abstrak Jumlah Lansia Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang atau 11,34 persen pada tahun 2020. Sebaran penduduk lansia tahun 2017 di Indonesia, pada urutan ketiga tertinggi ditempati oleh Jawa Timur yaitu 2,9 juta (12,25%) lebih dari 10% sehingga Jawa Timur bisa dikategorikan sebagai provinsi dengan penduduk tua (aging population) dengan jumlah lansia di Malang diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 371.977 (Badan Pusat Statistik, 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 lansia potensial di Desa Toyomarto Kecamatan Ardimulyo diperoleh data 70% masih aktif bekerja, 40% aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan 100% mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, 70% mendapat dukungan keluarga untuk sebagian dimensi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi 320 lansia potensial dan besar sampel 30 responden yang tinggal di Desa Toyomarto Kecamatan Ardimulyo Malang dengan tehnik pengambilan simple random sampling. Berdasarkan uji analisis korelasi gamma diperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh. Dukungan keluarga dalam membina lansia belum optimal sehingga perlu mendapatkan perhatian agar kualitas dukungan menjadi baik. Perlunya kerjasama lintas program maupun sektor dalam mewujudkan lansia tangguh sekaligus terlibat aktif dalam mengisi pembangunan kesehatan keluarga dan masyarakat. History Article: Received, 09/10/2019 Accepted, 03/12/2019 Published, 05/08/2020 Article Information Abstract The number of elderly in Indonesia will reach 28.8 million people or 11.34 percent by 2020. The distribution of the elderly population in 2017 in Indonesia, East Java was the third highest by 2.9 million (12.25%), more than 10%, categorized as a province with an aging population (aging The Correlation of Kinship-Based Elderly Services and Resilient Elders in Toyomarto Village Singosari-Malang JURNAL NERS DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk JNK https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p223-230&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020 224 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 223–230 Correspondence Address: Poltekkes Kemenkes Malang – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: nurul hidayah@poltekkes-malang.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p223–230 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) Keywords: Kinship-Based Elderly, Resilient Elderly population) with the number of elderly in Malang estimated in 371,977 on 2020 (Badan Pusat Statistik, 2015). Based on the interview of 10 potential elderly, 70% were still actively working, 40% were active in community activities, 100% were independent in fulfilling their daily needs, 70% have family support in some part of dimensions. This study aimed to analyze the correlation of kinship-based elderly service and resilient elderly in Toyomarto Village, Singosari District, Malang Regency. The study was a cross sectional study. The population was 320 people of all potential eld- erly and sample was the majority of elderly 30 respondents. The sampling technique used simple random sampling. The analysis used gamma corre- lation test which obtained p value = 0,000 indicated that there was a correlation of elderly-based services and resilient elderly. The need to improve quality of guidance by families / relatives in providing services to elderly can be carried out by establishing cross-program and sector col- laboration so that the realization of strong elderly people will become more apparent and continue to utilize involvement of strong elderly people in fulfilling development family and community health. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan PENDAHULUAN Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah Lansia Indonesia akan mencapai 28,8 juta orang atau 11,34 persen. Sebaran penduduk lansia tahun 2017 di Indonesia, pada urutan ketiga tertinggi ditempati oleh Jawa Timur yaitu 2,9 juta (12,25%) lebih dari 10% sehingga Jawa Timur bisa dikategorikan sebagai provinsi dengan penduduk tua (aging population) dengan usia harapan hidup periode 2015–2020 menjadi 73,2 tahun sehingga mempengaruhi estimasi proporsi penduduk lansia. Jumlah lansia di Malang diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 371.977 (Badan Pusat Statistik, 2015). Seiring dengan peningkatan usia tidak jarang keluhan kesehatan dirasakan oleh lansia. Banyak- nya lansia yang mengalami masalah kesehatan akan memperbesar rasio ketergantungan yang akan ber- dampak negatif terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat (Deshinta Vibriyanti, 2016). Banyaknya lansia bukanlah suatu ancaman bila mereka produktif. Oleh karena itu, BKKBN bersama berbagai sektor, seperti kesehatan dan pendidikan, mengembangkan program lansia tang- guh dan Bina Keluarga Lansia (BKL) sehingga lansia menjadi mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain (BKKBN, 2014). Keluarga merupakan wadah bagi anggota keluarga termasuk lansia dalam mengembangkan potensinya. Sehingga pelayanan lansia berbasis kekerabatan /keluarga merupakan model pelayanan kepada lansia dengan mengopti- malkan sistem kekerabatan berdasar pengetahuan lokal, budaya lokal, sumber lokal, keterampilan yang mereka miliki dalam menangani masalah lansia (Utomo, 2016). Pembinaan keluarga lansia di Desa Toyomarto telah dilaksanakan oleh PKM Ardimulyo mulai tahun 2015 dimana hasil yang diharapkan terwujudnya keluarga yang berkualitas yang dicerminkan dari peningkatan kualitas lansia, dan kesejahteraan ke- luarga. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Toyomarto Pebruari 2018 diperoleh 320 lansia potensial. Sesuai hasil wawancara dengan 10 lansia potensial diperoleh data 70% masih aktif bekerja, 40% aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan 100% mandiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari, 70% mendapat dukungan keluarga sebagian dari dimensi (fisik, emosional, lingkungan, intelektual, profesional vokasional, sosial kemasyarakatan dan spiritual). https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p223-230 225Setyo, Retnowati, Hidayah, Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis ... Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin menganalisis hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan (emosional, spiritual, sosial kemasya- rakatan, fisik, lingkungan, intelektual, vocasional profesional) dengan lansia tangguh di Desa Toyo- marto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional design. Dalam desain penelitian ini, peneliti melakukan identifikasi pelayanan keke- rabatan lansia dalam dimensi emosional, spiritual, sosial kemasyarakatan, fisik, lingkungan, intelektual, vocasional profesional dan ketangguhan lansia. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan pelayanan kekerabatan terhadap ketangguhan lansia dengan populasi kerabat dengan seluruh lansia potensial sejumlah 320 orang dengan tehnik pengambilan sampel simple random sampling dengan besar sampel 30 responden yang tinggal di Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria sampel meliputi bersedia menjadi responden, usia 60–74 tahun, kerabat/keluarga (pengambil keputusan) dan tidak sedang dalam keadaan sakit tiba-tiba. Variabel independent dalam penelitian ini adalah pelayanan kekerabatan lansia (emosional, spiritual, sosial kemasyarakatan, fisik, lingkungan, intelektual, vocasional profesional) dan variabel dependen lansia tangguh Defenisi operasional pelayanan lansia berbasis kekerabatan, tindakan yang dilakukan keluarga atau kerabat dalam merawat lansia dalam memenuhi kebutuhannya sedangkan Lansia tangguh, keadaan lansia yang sehat, mandiri dalam pemenuhan ADL, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan meng- hasilkan barang/jasa. Instrumen dalam penelitian ini berisikan perta- nyaan tertutup mengukur pelayanan kekerabatan lansia dan keadaan lansia yang sehat, mandiri dalam pemenuhan ADL, aktif dalam kegiatan kemasya- rakatan dan menghasilkan barang/jasa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pengukuran variabel independen didasarkan pada skala ukur ordinal dengan memberikan 3 per- nyataan pada setiap pembinaan dengan alternatif jawaban “Ya” (skor nilai 1), “Tidak” (skor nilai 0). Selanjutnya seluruh jawaban dikategorikan menjadi 3 kategori baik (total skor < 15), cukup (total skor <15) kurang (total skor <8). Pengukuran variabel dependen didasarkan pada skala ukur ordinal dengan memberikan 4 pernyataan dengan alternatif jawaban “Ya” (skor nilai 1), “Tidak” (skor nilai 0). Selanjutnya seluruh jawaban dikategorikan menjadi 3 kategori tangguh (total skor 4), cukup (total skor < 4) dan tidak tangguh (total skor < 3). Adapun analisis data yang dilakukan adalah: a) Analisis Deskriptif: penyajian data secara deskriftif yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. b) Pengujian hipotesis, uji ini dilakukan guna mengetahui apakah ada hubungan pelayanan kekerabatan (emosional, spiritual, sosial kema- syarakatan, fisik, lingkungan, intelektual, voca- sional profesional) terhadap ketangguhan lan- sia di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang dengan menggunakan uji korelasi gamma dengan nilai p < 0.05. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan karak- teristik responden (lansia) di Desa Toyomarto Kec. Singosari Kab. Malang pada 15 – 20 Nopember 2018 (n=30) Karakteristik f % Usia : Usia 60-70 tahun (elderly) 29 96,6 Usia 71-90 tahun (old ) 1 3,33 Jenis Kelamin : Laki-laki 14 46,7 Perempuan 16 53,3 Pendidikan : Tidak Sekolah 5 16,7 SD 9 30 SMP 4 13,3 SMA 9 30 PT 3 10 Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur, responden terbanyak memiliki umur 60-70 tahun (elderly) sebanyak 29 responden (96,6%). Karakteristik jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki, sebanyak 16 responden (53,3%). Karakteristik pendidikan, jumlah responden terbanyak adalah SD dan SMA yaitu sebanyak 9 responden (30%) dan yang terendah adalah PT yaitu sebanyak 3 responden (10%). 226 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 223–230 Data Khusus Pelayanan lansia berbasis kekerabatan Komponen Ya Tidak f % f % Pembinaan Fisik Mengajak / motivasi lansia melakukan latihan aktifitas fisik 25 83.3 5 16.7 Memberikan makanan sehat 26 86.7 4 13.3 Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan lansia secara rutin dan teratur. 17 56.7 13 43.3 Pembinaan Spiritual     Memfasilitasi lansia dalam melaksanakan ibadah 25 83.3 5 16.7 Membimbing mensyukuri nikmat yang diterima lansia 20 66.7 10 33.3 Memotivasi lansia melaksanakan ibadah secara teratur dan tertib. 13 43.3 17 56.7 Pembinaan Intelektual     Memberikan kesempatan lansia untuk bercerita dihadapan keluarga 25 83.3 5 16.7 Melakukan stimulasi otak (senam otak, TTS dll) 21 70.0 9 30.0 Memfasilitasi lansia dalam melakukan rekreasi bersama keluarga. 18 60.0 12 40.0 Pembinaan Emosional     Menyediakan waktu berbicara dari hati ke hati serta membantu agar lansia dapat menyampaikan keluhannya 23 76.7 7 23.3 Berusaha memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman 26 86.7 4 13.3 Menjadi pembina dan pembimbing dalam membantu mengembangkan aktualisasi diri Lansia 17 56.7 13 43.3 Pembinaan Sosial Kemasyarakatan     Mengajak lansia berkunjung atau mengunjungi sesama lansia dalam rangka silaturahmi 25 83.3 5 16.7 Mendampingi lansia dalam mengunjungi sesama lansia yang sakit 19 63.3 11 36.7 Menumbuhkan kepedulian lansia kepada orang lain (santunan). 14 46.7 16 53.3 Pembinaan Lingkungan     Membantu lansia dalam memanfaatkan fasilitas dalam melakukan aktifitas. 25 83.3 5 16.7 Menjaga kebersihan, keamanan dan kesehatan lingkungan sekitar rumah 30 100.0 0 0.0 Membantu lansia dalam mengenal lingkungan spiritual maupun budaya sekitar. 30 100.0 0 0.0 Pembinaan Vokasional Profesional     Memotivasi lansia untuk terus berkarya/produktif 30 100.0 0 0.0 Membantu lansia dalam pemilihan pekerjaan yang sesuai. 18 60.0 12 40.0 Melakukan pemberdayaan lansia untuk bekerja. 14 46.7 16 53.3 Pelayanan Lansia berbasis Kekerabatan Baik 18 60.0 Cukup 11 36.7 Kurang 1 3.3 Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan pelayanan lansia berbasis kekerabatan di Desa Toyomarto Kec. Singosari Kab. Malang pada 15 – 20 Nopember 2018 (n=30) 227Setyo, Retnowati, Hidayah, Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis ... Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pelayanan lansia berbasis kekera batan, pada dasarnya baik sejumlah 18 responden (60%) namun ada beberapa yang harus ditingkatkan diantaranya meliputi memfasilitasi pemeriksaan kesehatan lansia secara rutin dan teratur (56,7%), membimbing mensyukuri nikmat yang diterima lansia (66,7%), memotivasi lansia melaksanakan ibadah secara teratur dan tertib (43,3%), memfasilitasi lansia dalam melakukan rekreasi bersama keluarga (60%), men- jadi pembina dan pembimbing dalam membantu mengembangkan aktualisasi diri Lansia (56,7%), mendampingi lansia dalam mengunjungi sesama lansia yang sakit (63,3%), menumbuhkan kepedulian lansia kepada orang lain (santunan) (46,7%), membantu lansia dalam pemilihan pekerjaan yang sesuai (60%) dan melakukan pemberdayaan lansia untuk bekerja (46,7%). Lansia Tangguh Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan lansia tang- guh sebanyak 20 responden (66,7%) dan secara rinci komponen ketangguhan responden didominasi oleh kondisi sehat atau mampu beradaptasi dengan KOMPONEN Ya Tidak f % f % Kondisi sehat atau mampu beradaptasi dengan penyakit yang diderita 30 100 0 0 Memberikan bimbingan, bantuan, dan teladan kepada keluarga 30 100 0 0 Aktif dalam kegiatan kemasyarakatan 23 76,7 7 23,3 Menghasilkan barang / jasa 20 66,7 10 33,3 Lansia Tangguh f % Tangguh 20 66.7 Cukup 3 10 Tidak tangguh 7 23.3 Tabel 3 Komponen Ketangguhan responden di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kab. Malang pada 15 – 20 Nopember 2018 (n=30) Karakteristik Tidak Tangguh Cukup Tangguh f % f % f % Umur Elderly 6 20.0 3 10.0 20 66.7 -0,793 0,295 Old 1 3.3 0 0.0 0 0.0 Jenis Kelamin Laki-laki 1 3.3 0 0.0 13 43.3 -0,478 0,001 Perempuan 6 20.0 3 10.0 7 23.3 Pendidikan SD 5 16.7 1 3.3 3 10.0 0,459 0,000 SMP 0 0.0 0 0.0 4 13.3 SMA 0 0.0 0 0.0 9 30.0 PT 0 0.0 0 0.0 3 10.0 Tidak Sekolah 2 6.7 2 6.7 1 3.3 Motivasi Menghasilkan jasa/barang Ekonomi 0 0.0 0 0.0 17 56.7 -0,791 0,000 Hobi 0 0.0 0 0.0 1 3.3 Mengisi Waktu luang 0 0.0 0 0.0 2 6.7 Tidak ada 7 23.3 3 10.0 0 0.0 Tabel 4 Tabulasi silang lansia tangguh berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja dan motivasi bekerja di Desa Toyomarto Kec. Singosari Kab. Malang pada 15 – 20 Nopember 2018 (n=30) Koofisien- si Kore- lasi (r) Lansia Tangguh Nilai p 228 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 223–230 penyakit yang diderita dan memberikan bimbingan, bantuan, dan teladan kepada keluarga (100%) sedangkan yang lain masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa lan- sia tangguh terbanyak dengan umur dalam kelompok elderly sebesar 20 responden (66,7%) sekaligus tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan lansia tangguh (p=0,295), jenis kelamin laki-laki 13 responden (43,3%) sekaligus mempunyai hubungan yang bermakna dengan lansia tangguh (p=0,001), pendidikan SMA sebanyak 9 responden (30%) seka- ligus mempunyai hubungan yang bermakna dengan lansia tangguh (p=0,000), dan motivasi menghasilkan barang/jasa adalah ekonomi sebanyak 17 responden (56,7%) sekaligus mempunyai hubungan yang bermakna dengan lansia tangguh (p = 0,000). Hubungan pelayanan lansia berbasis kekera- batan dengan lansia tangguh Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh bermakna. Nilai korelasi sebesar 0,634 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Tabel 5 Analisis hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh di Desa Toyomarto Kec. Singosari Kab. Malang pada 15 – 20 Nopember 2018 (n=30) Karakteristik Tidak Tangguh Cukup Tangguh f % f % f % Pelayanan Kekerabatan Kurang 0 0.0 1 3.3 0 0.0 0,634 0,000 Cukup 6 20.0 2 6.7 3 10.0 Baik 1 3.3 0 0.0 17 56.7 Koofisien- si Kore- lasi (r) Lansia Tangguh Nilai p PEMBAHASAN Pelayanan lansia berbasis kekerabatan Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa pelayanan lansia berbasis kekerabatan, pada dasar- nya baik sejumlah 18 responden (60%) namun ada beberapa yang harus lebih ditingkatkan lagi dianta- ranya meliputi memfasilitasi pemeriksaan kesehatan lansia secara rutin dan teratur (56,7%), membimbing mensyukuri nikmat yang diterima lansia (66,7%), memotivasi lansia melaksanakan ibadah secara teratur dan tertib (43,3%), memfasilitasi lansia dalam melakukan rekreasi bersama keluarga (60%), men- jadi pembina dan pembimbing dalam membantu mengembangkan aktualisasi diri Lansia (56,7%), mendampingi lansia dalam mengunjungi sesama lansia yang sakit (63,3%), menumbuhkan kepedulian lansia kepada orang lain (santunan) (46,7%), membantu lansia dalam pemilihan pekerjaan yang sesuai (60%) dan melakukan pemberdayaan lansia untuk bekerja (46,7%). Pelayanan lansia berbasis kekerabatan meru- pakan model pelayanan yang dilakukan oleh kerabat kepada lansia berbekal pengetahuan, budaya, sumber daya, keterampilan yang dimiliki sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan lansia. Berbagai pelayanan yang diberikan diantaranya meliputi pe- layanan sosial, kebutuhan fisik (pemberian makan- an tambahan, pemeriksaan kesehatan, layanan kunjungan dan pemberian obat gratis), layanan bimbingan rohani, layanan dan ekonomis produktip (Setiti, 2012). Beberapa hal yang harus ditingkatkan tersebut diatas bukan berarti tidak bisa dilakukan namun, berbagai upaya dapat dilakukan untuk perbaikann lansia berbasis kekerabatan berbekal pengetahuan, budaya, sumber daya, keterampilan yang dimiliki sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan lansia. Pembinaan keluarga lansia di Desa Toyomarto telah dilakukan oleh kerjasama antara berbagai pihak diantaranya BKKBN Singosari, Puskesmas Ardi- mulyo, Desa Toyomarto dan pihak lain. Melalui kegiatan tersebut keluarga/kerabat yang mempunyai lansia diberikan penyuluhan persiapan dalam memberikan pembinaan fisik, pembinaan profe- sional vokasional, pembinaan mental emosional, pembinaan sosial kemasyarakatan, pembinaan mental spiritual, pembinaan intelektual dan pembi- 229Setyo, Retnowati, Hidayah, Hubungan Pelayanan Lansia Berbasis ... naan lingkungan (Rahardjo et al., 2014). Pembinaan yang dilakukan tersebut diatas didasarkan pada prinsip kemandirian, dimana pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan keluarga dalam membuat keputusan untuk meme- lihara kesehatan keluarga khususnya lansia. Pem- berdayaan dilaksanakan dengan berbasis pada tata nilai perorangan dan keluarga sesuai dengan kebu- tuhan, potensi, dan sosial budaya setempat. Pember- dayaan dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemam- puan hidup sehat, serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan. Lansia Tangguh Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan lansia tang- guh sebanyak 20 responden (66,7%) dan secara rinci komponen ketangguhan responden didominasi oleh kondisi sehat atau mampu beradaptasi dengan penyakit yang diderita dan memberikan bimbingan, bantuan, dan teladan kepada keluarga (100%) se- dangkan yang lain masih perlu ditingkatkan. Lansia tangguh merupakan lansia yang mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara positif, yang ditan- dai dengan hidup sehat secara fisik, sosial dan men- tal, mandiri, aktif dan produktif (Rahardjo et al., 2014). Secara sosial lansia harus mampu menciptakan interaksi sosial dimana keadaan ini mampu mengu- rangi perasaan kesendirian, menjaga hubungan timbal-balik antara lansia dengan lingkungannya, interaksi sosial yang terjadi pada aktivitas pember- dayaan akan memberikan peluang bagi lansia untuk membentuk hubungan dan peran sosial yang baru, sehingga pola hubungan ini akan membantu lansia pada aspek psikologis dimana lansia merasa tidak sendiri sehingga mampu menumbuhkan motivasi hidup lansia (Agus, 2017). Motivasi merupakan faktor pendorong bagi seseorang dalam bertindak. Responden dalam penelitian ini mayoritas laki-laki dan mereka merupakan tulang punggung keluarga. Sehinggga motivasi untuk tetap sehat dan produktif terus kuat, walaupun usia mereka terus bertambah mereka akan terus tetap termotivasi untuk tetap sehat dan produktif agar dapat memberikan nafkah bagi keluarganya (Syafrida, 2014). Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan sosial terhadap lansia adalah meningkatkan investasi sosial lanjut usia. Investasi Sosial dimaksud diberikan dalam bentuk pemberian tambahan modal usaha kepada para lanjut usia yang produktif, sehat dan aktif (Kemensos R.I, 2014). Motivasi lansia tangguh menghasilkan barang/ jasa didominasi oleh faktor ekonomi, seperti terlihat dalam hasil penelitian dimana motivasi ekonomi sebanyak 17 responden (56,7%) dan secara statitik menunjukkan bahawa motivasi ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan lansia tangguh (p=0,000). Disisi lain menunjukkan lansia yang tidak menghasilkan barang/jasa sebesar 10%, hal ini bukan berarti mereka tidak mampu, namun terjadi karena berkaitan sebagian keinginan keluarga khususnya anak responden melarang lansia bekerja. Larangan ini beralasan agar lansia dapat menikmati masa tuanya dengan bebas tanpa adanya beban fisik maupun psikologis yang dirasa memberatkan dalam masa hidupnya. Keberadaan lansia tangguh dapat berkontribusi dalam pembangunan diantaranya motivator bagi keluarga agar tetap sehat, kuat, dan mandiri sepan- jang siklus hidup; memberikan dorongan, teladan dan mengajak dengan cara persuasif kepada para lansia di lingkungannya, Gand parenting bagi anak cucu khususnya keluarga muda (Kemenkes RI, 2016b); Selain itu lansia membantu memberikan bimbingan, bantuan, dan teladan dalam pengasuhan cucu khu- susnya kepada keluarga muda dan meningkatkan ekonomi produktif bagi keluarga lansia dan lansia dengan cara mengembangkan kemampuan dalam upaya meningkatkan ekonomi sesuai dengan minat dan bakat lansia (Nursetiyanto, 2016) . Hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh Berdasarkan Tabel 4 diatas diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa hubungan pelayanan lansia berbasis kekerabatan dengan lansia tangguh bermakna. Nilai korelasi sebesar 0,634 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang. Keberadaan dukungan kerabat merupakan hal yang sangat diperlukan dan berarti dalam kehidupan lansia. Sehingga pemberian du- kungan yang baik akan cenderung dapat mewujud- kan ketangguhan lansia hal ini sesuai dengan hasil penelitia n dima na pela yanan lansia ber basis kekerabatan baik dan menghasilkan lansia tangguh sebanyak 18 responden (60%). Perubahan pola demografi dimana jumlah lanjut usia semakin meningkat juga diikuti dengan peru- bahan pada sistem nilai dan struktur sosial keluarga. Keluarga yang diharapkan dapat menjadi penyangga dan penyedia dukungan sosial bagi lanjut usia tidak lagi sepenuhnya dapat menjalankan fungsi dan 230 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 223–230 peranannya (Kemensos, 2014). Keluarga maupun kerabat merupakan support system terpenting bagi perawatan lansia, ikatan emosional yang dekat merupakan bekal utama dalam berkomunikasi dan menjalin interaksi yang kuat, sehingga dengan berbe- kal pengetahuan, budaya, sumber daya, keteram- pilan yang dimiliki keluarga/kerabat memungkinkan terwujudnya lansia yang tangguh (Waskito, 2014). Semakin baik peran keluarga/kerabat dalam mem- berikan perawatan lansia maka semakin besar pula kemungkinan terwujudnya lansia tangguh. Meng- ingat pentingnya pelayanan lansia berbasis kekera- batan maka pengambilan keputusan dalam menitip- kan lansia ke panti jompo bukan merupakan keputusan prioritas utama (Kemenkes RI, 2016a). Sebagai upaya pembinaan keluarga dalam upaya pelayanan lansia dalam rangka mewujudkan lansia tangguh peran pemerintah Desa Toyomarto yang telah melakukan kerjasama dengan bidang ke- sehatan dan kesejahteraan lansia dengan BKKBN Singosari, Puskesmas Ardimulyo dan Prodi Kepe- rawatan Lawang melalui program pengabdian masyarakat. KESIMPULAN Pelayanan lansia berbasis kekerabatan mem- punyai hubungan yang bermakna dengan terciptnya lansia tangguh dengan nilai p=0,000. Terwujudnya lansia tangguh tidak terlepas dari peran pelayanan yang diberikan oleh keluarga atau kerabat. Keluarga atau kerabat merupakan support system yang besar dalam membentuk lansia tangguh walaupun masih terdapat beberapa pembinaan oleh keluarga/kerabat yang memerlukan peningkatan. SARAN Perlunya peningkatan kualitas pembinaan oleh keluarga/kerabat dalam memberikan pelayanan kepada lansia dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama lintas program maupun sektor agar terwujudnya lansia tangguh akan semakin nyata dan berlanjut hingga pemanfaatan keterlibatan lansia tangguh dalam mengisi pembangunan kesehatan khususnya kesehatan keluarga dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Agus, S. U. (2017). Status Kesehatan Lansia yang Bekerja. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 3(1), 8–13. Retrieved from http://polkesma- ojs.poltekkes-malang.ac.id/index.php/JIKI/article/ view/44 Badan Pusat Statistik. (2015). Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. BKKBN. (2014). Lansia Tangguh Dengan Tujuh Dimensi. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan. Deshinta Vibriyanti. (2016). Menjadi Lansia Saat ini: Beban atau Dibebani? Retrieved May 3, 2018, from http://kependudukan.lipi. go.id/id /kajian-kepen- dudukan/dinamika-kependuduka n/317-menjadi- lansia-saat-ini-beban-atau-dibe bani Kemenkes RI. (2016a). Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia dan Geriatri Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI. (2016b). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Jakarta. Kemensos. (2014). Pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah (home care). Kemensos R.I. (2014). Modul pendampingan pelayanan sosial lanjut usia. Nursetiyanto, H. (2016). Kiat Merawat Lansia Di Rumah. Ret rieved May 12, 2016, from http://www. rspuricinere.com/index.php?option=c om_content &view=article&id=383&Itemid=220 Rahardjo, T. B. W., Abiskuno, N., & Santika, A. (2014). Kebijakan Pembangunan Keluarga. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan. Setiti, S. G. (2012). Model Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan. Sosiokonsesia, 17(01), 18–31. Syafrida. (2014). Upaya Mengarahkan Lansia Menjadi SDM Yang Tangguh di Bida ng Profesional Vokasional. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 12, 44–49. Ut omo, A. S. (2016). St atus Kesehatan Lansia Berdasarkan Aktifitas Berdaya Guna Di Desa Sentul Purwodadi Pasuruan. Waskito, J. (2014). Faktor-faktor Pendorong Keniatan Pekerja Lansia untuk Melanjutkan Bekerja. Benefit Jurnal Manajemen Dan Bisbis, 18(2), 70–87. Retrieved from http://journals.ums.ac.id/index.php/ benefit/article/view/1396