196 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 196–202 196 Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bantilang Tahun 2019 Chrecencya Nirmalarumsari1, Febriani Tandipasang2 1,2 Prodi Keperawatan dan Kebidanan, STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 19/10/2019 Disetujui, 14/02/2020 Dipublikasi, 05/08/2020 Kata Kunci: Gastritis, Pola Makan, Konsumsi Alkohol, Stress, dan Sosial Ekonomi Abstrak Gastritis merupakan penyakit urutan pertama terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Bantilang di tahun 2017-2018. Faktor yang memicu terjadinya gastritis diantaranya: pola makan, sosial ekonomi, riwayat gastritis keluarga, konsumsi alkohol, stress, dan obat-obatan. Tujuan penelitian mengetahui faktor risiko antara pola makan, sosial ekonomi, stress, dan kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol terhadap kejadian gastritis. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 893 orang, menggunakan rumus slovin dan teknik porposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 163 orang. Hasil Penelitian dengan analisa chi-square (=0,05) didapatkan pola makan (P=1,000; OR=1,006), konsumsi alkohol (P=1,000; OR=0,991), Stress (P=0,448; OR=0,986), sosial ekonomi (P=0,390; OR=1,000). Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara 4 variabel independen dengan kejadian gastritis (P>0,005). Terdapat risiko untuk menderita penyakit gastritis meskipun kurang bermakna. Perlunya Pengoptimalan pelaksanaan program di Dinas terkait untuk membangun sikap masyarakat berprilaku hidup sehat melalui penyu- luhan penyakit gastritis dan sosialisasi pencegahan terjadinya penyakit gas- tritis. History Article: Received, 19/10/2019 Accepted, 14/02/2020 Published, 05/08/2020 Keywords: Gastritis, Diet, Alcohol Consump- tion, Stress, and Socio-Economy. Article Information Abstract Gastritis is the number one disease in the working area of Bantilang Pub- lic Health Center in 2017-2018. Factors that trigger gastritis include : diet, socio economic, family gastritis history. Alcohol consumption, stress, and drugs. The purpose between diet, socio economic, stress, and habits of consuming alcoholic beverages against gastritis. Analytic observational research design with cross sectional approach. The population in this study were 893 people, using the Slovin formula and porposive sampling technique to obtain a sample of 163 people. Research results with chi- square analysis (=0,05) found a diet (P=1,000; OR=1,006), alcohol con- sumption (P=1,000; OR=0,991), stress (P=0,448; OR=0,986), social Risk Factors for Gastritis in the Work Area of Bantilang Public Health Center in 2019 JURNAL NERS DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk JNK https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p196-202&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020 197Nirmalarumsari, Febriani Tandipasang, Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja ... Correspondence Address: STIKes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo – South Sulawesi, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: chen.chrecencya@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p196–202 This is an Open is Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) terbanyak dengan 893 kasus gastritis pada tahun 2017. Survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 04 Agustus 2018 di Puskesmas Bantilang, setelah dilakukan wawancara kepada 10 orang usia 25-45 tahun yang mempunyai pekerjaan beragam yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang penyakit gastritis dan cara pencegahannya, dan 6 diantaranya mengatakan sering mengkonsumsi makanan pedas, asam dan sering makan tidak tepat waktu, ada yang minum minuman bersoda dan kopi sehingga menyebabkan rasa mual dan kembung, selain itu sering makan terlambat, tidak sarapan pagi dan jarang sekali mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan nutrisi. Selain itu terdapat 2 orang mengatakan sering mengkonsumsi alkohol sambil merokok disaat lelah ekerja, dan terdapat 5 orang yang memiliki riwayat gastritis keluarga. Jika hal ini tidak ditindak lanjuti dengan baik akan ber- dampak negatif terhadap kesehatan dan dapat meng- ganggu aktivitas masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Bantilang. Banyak peneliti-peneliti terdahulu yang menge- mukakan hasil penelitiannya tentang faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian gastritis, diantaranya adalah Achmad (2012), mengatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis adalah pola makan, merokok, stres, usia, dan jenis kelamin. Pada tahun yang sama pene- litian yang dilakukan oleh Rahma (2012) menemu- kan hasil bahwa faktor risiko terhadap kejadian gastritis adalah pola makan yang terdiri dari bebe- rapa jenis makanan, frekuensi makan, kebiasaan minum kopi, merokok, penggunaan abat anti infla- masi non steroid dan riwayat gastritis keluarga. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Angkow PENDAHULUAN Menurut Amir (2015), gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik. Gejala gastritis antara lain adalah rasa terbakar di perut bagian atas, kembung, sering bersendawa, mual- mual dan muntah. WHO (2012), mendapatkan hasil persentase angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endos- kopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat Penyakit gas- tritis yang merupakan penyakit pencernaan sehingga pengaturan zat makan yang masuk merupakan faktor utama untuk menghindari gastritis. Persen- tase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menu- rut WHO adalah 40,8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia, 2011). Berdasarkan profil kese- hatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan jum- lah 30.154 kasus (4,9%). Angka Kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Depkes, 2012). Angka kejadian gastritis di puskesmas Ban- tilang menjadi urutan pertama dari 10 penyakit economy (P=0,390; OR=1,000). This ashows there is no relationship between 4 independent variables with the incidence of gastritis (P>0,005). There is a risk of suffering from gastritis even though it is less significant. The need for optimizing the implementation of programs in the relevant Dinas to build community attitudes towards healthy living through counseling for gastritis and promoting the prevention of gastritis. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p196-212 198 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 196–202 pada tahun 2014 menemukan hasil bahwa pola makan, merokok, alkohol, dan kopi. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2014), menemukan hasil bahwa pola makan (jenis makanan dan frekuensi makan), kebiasaan minum kopi, merokok, penggu- naan obat anti inflamasi non steroid dan riwayat gastritis keluarga merupakan faktor terjadinya penyakit gastritis. Berdasarkan pola hidup masyarakat di kawasan kerja Puskesmas Bantilang serta didukung oleh beberapa peneliti terdahulu maka peneliti tertarik untuk mencari tahu faktor risiko apa saja yang dapat mengakibatkan masyarakat di kawasan kerja Puskesmas Bantilang mengalami penyakit gastritis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pola makan, sosial ekonomi, stress, dan faktor mengkonsumsi alkohol terhadap kejadian gastritis di wilayah kerja Puskesmas Bantilang Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2019 BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Peneliti ingin memberikan gambaran mengenai objek penelitian, profil, dan menjelaskan aspek yang relevan dari fenomena sosial, yaitu mengenai faktor risiko kejadian penyakit gastritis di wilayah kerja puskesmas Bantilang. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Analisa data yang dila- kukan dengan cara univariat dan bivariat (menggu- nakan uji Chi Square dengan  = 0,05). Populasi penelitian ini adalah seluruh masya- rakat yang mengalami penyakit gastritis di wilayah kerja Puskesmas Bantilang Kabupaten Luwu Timur yang terdiri dari lima desa yaitu desa Bantilang, desa Masiku, desa Rante Angin, desa Tokalimbo, dan desa Loeha. Hasil studi pendahuluan pada bulan Mei 2018 yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa jumlah penderita gastritis sebanyak 893 orang selama tahun 2018. Syarat sampel dalam penelitian ini adalah representatif yakni, mewakili karakteristik popula- sinya, dalam hal ini terkait dengan homogenetas populasi, jumlah variabel yang akan diteliti dan cara pengambilan sampel (Sampling). Tehnik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri- ciri atau kriteria khusus yang sesuai dengan tujuan peneliti sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan peneliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, yakni n=N/(1+N.(e)2). Dimana n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi dan e adalah batas toleransi kesalahan (error tolerance). Dengan demikian sampel yang diperoleh adalah sebanyak 163 dibagi berdasarkan seluruh desa dalam kawasan kerja Puskesmas Bantilang. Jadi jumlah responden pada setiap desa adalah sebesar 33 masyarakat yang mengalami gastritis. Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) desa dalam wilayah kerja Puskesmas Ban- tilang Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan, diantaranya di desa Bantilang, desa Loeha, desa Masiku, desa Rante Angin, dan desa Tokalimbo. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2019. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; kriteria inklusi 1) masyarakat yang berada di wilayah kerja puskesmas Bantilang; 2) masyarakat yang belum pernah atau pernah dan sedang terdiagnosa gastritis; 3) masyarakat yang datang berobat di puskesmas Bantilang; dan 4) masyarakat yang bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah 1) masyarakat yang berada bukan di wilayah kerja puskesmas Bantilang; 2) masyarakat yang bukan berobat di puskesmas Bantilang; dan 3) masyarakat yang tidak berkenan menjadi responden. Analisis data dilakukan analisa univariat dan bivariate dengan menggunakan software SPSS (Statistical Package and Social Sciences) versi 22. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian diperoleh dari pengumpulan data dan proses analisis data yang akan ditampilkan pada bab ini. Karakteristik responden (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, status ekonomi) dan determinan yang diduga mempengaruhi kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas Bantilang. Kelompok Usia N % 20 – 29 25 15,3 30 – 39 81 49,7 40 – 49 43 26,4 50 – 59 14 8,6 Total 163 100 Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia Penderita Gastritis 199Nirmalarumsari, Febriani Tandipasang, Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja ... Tabel ini menunjukkan bahwa umumnya res- ponden mempunyai tingkat pendidikan terbanyak adalah tamat SMA yaitu sebanyak 73 responden (44,8%). Sedangkan responden yang mempunyai tingkat pendidikan paling sedikit adalah tamat Strata Satu/Sarjana (S1) sebanyak 15 orang (9,2%). Tabel ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden terbanyak pada kelompok umur 30–39 tahun yaitu sebanyak 81 responden (49,7%) dan responden yang paling sedikit pada kelompok usia 50- 59 tahun yaitu sebanyak 14 responden (8,6%). Pendidikan N % SD 33 20,2 SMP 25 15,3 SMA 73 44,8 D3 17 10,4 S1 15 9,2 Total 163 100 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidik- an Penderita Gastritis Jenis Kelamin N % Laki - laki 111 68,1 Perempuan 52 31,9 Total 163 100 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Gastritis Tabel ini menunjukkan bahwa umumnya res- ponden terbanyak pada laki-laki berjumlah 111 responden atau 68,1%. Sedangkan pada perempuan sebanyak 52 responden atau 31,9%. Status Ekonomi N % 1 s/d 2 juta 15 9,2 >2 s/d 3 juta 32 19,6 >3 s/d 4 juta 67 41,1 >4 s/d 5 juta 44 27,0 >5 jura 5 3,1 Total 163 100 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi Penderita Gastritis Tabel ini menunjukkan bahwa penghasilan terbanyak responden dalam sebulan berkisar Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 4.000.000,- sekitar 67 responden (41,1%). Sedangkan hanya 5 responden (3,1%) saja yang berpenghasilan lebih dari Rp 5.000.000,- dalam sebulan. Hasil uji statistik dengan melihat nilai p = 1,000 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pola makan terhadap risiko kejadian gastritis. Sebanyak 96,38% responden yang memiliki pola makan yang baik menderita gastritis. Sedangkan responden yang memiliki pola makan yang kurang baik berisiko kejadian gastritis sebanyak 3,1%. Perhitungan Risk Estimate didapatkan OR=1,006 Pola Makan Kejadian Gastritis p OR 95% CI Tidak % Ya % Kurang 0 0 5 3,1 1,000 1,006 0,994 – 1,019Baik 1 0,6 157 96,3 Total 1 0,6 162 99,4 Tabel 5 Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian Gastritis (OR>1) dengan (CI 0,994–1,019), hal ini berarti bahwa responden memiliki risiko 1,006 kali untuk terkena gastritis. Hasil uji statistik dengan melihat nilai p = 0,448 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara stress terhadap risiko kejadian gastritis. Sebanyak 55,2% responden yang memiliki tingkat stress yang tinggi menderita gastritis. Sedangkan responden yang memiliki tingkat stress yang rendah berisiko kejadian gastritis sebanyak 44,2%. Perhitungan Risk Estimate didapatkan OR = 0,986 (OR>1) dengan (CI 0,960–1,013), hal ini berarti bahwa responden memiliki risiko 0,986 kali untuk terkena gastritis. 200 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 196–202 Hasil uji statistik dengan melihat nilai p=1,000 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara mengkonsumsi alkohol terhadap risiko kejadian gastritis. Sebanyak 68,7% responden yang rendah tingkat konsumsi alkohol menderita gastritis. Sedangkan responden yang tingkat mengkonsumsi alkohol berisiko kejadian gastritis sebanyak 30,7%. Perhitungan Risk Estimate didapatkan OR=0,991 (OR>1) dengan (CI 0,974–1,009), hal ini berarti bahwa responden yang mengkonsumsi alkohol memiliki risiko 0,991 kali untuk terkena gastritis dibandinkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol, namun jika dilihat nilai LL dan UL variabel konsumsi alkohol tidak bermakna secara statistik. Stress Kejadian Gastritis p OR 95% CI Tidak % Ya % Rendah 1 0,6 72 44,2 0,448 0,986 0,960 – 1,013 Tinggi 0 0 90 55,2 Total 1 0,6 162 99,4 Tabel 6 Hubungan Stress Terhadap Kejadian Gastritis Mengkonsumsi Kejadian Gastritis p OR 95% CI Tidak % Ya % Rendah 1 0,6 112 68,7 1,000 0,991 0,974 – 1,009 Tinggi 0 0 50 30,7 Total 1 0,6 162 99,4 Tabel 7 Hubungan Mengkonsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Gastritis Alkohol Status Ekonomi Kejadian Gastritis p OR 95% CI Tidak % Ya % Rendah 1 0,6 46 28,2 0,288 0,979 0,938 – 1,021 Tinggi 0 0 116 71,2 Total 1 0,6 162 99,4 Tabel 8 Hubungan Status Ekonomi Terhadap Kejadian Gastritis Hasil uji statistik dengan melihat nilai p=0,288 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara sosial ekonomi terhadap risiko kejadian gastritis. Sebanyak 71,2% responden yang memiliki status ekonomi yang tinggi menderita gastritis. Sedangkan responden yang memiliki status ekonomi yang rendah berisiko kejadia n ga str itis sebanya k 28,2%. Perhitungan Risk Estimate didapatkan OR=0,79 (OR>1) dengan (CI 0,938–1,021), hal ini berarti bahwa responden memiliki risiko 0,979 kali untuk terkena gastritis. PEMBAHASAN Pemba ha sa n ini mener a ngka n tenta ng hubungan variabel independent (faktor pola makan, stress, sosial ekonomi, dan konsumsi alkohol) terhadap kejadian gastritis dengan melihat nilai p < 0,005. Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian Gastritis Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma dkk (2012), dengan judul 201Nirmalarumsari, Febriani Tandipasang, Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja ... penelitian Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa, dari penelitiannya mengatakan bahwa pola makan atau keteraturan makan bukan merupakan faktor risiko kejadian gastritis dengan melihat nilai (OR=1,85; CI 0,91-3,78) yang artinya bahwa nilai OR yang diperoleh tidak bermakna secara statistik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagas Diatsa (2016) dengan judul penelitian Hubungan Pola Makan dengan Keja- dian Gastritis pada Remaja di Pondok Al-Hik- mah Trayon Karanggede Boyolali, dari peneli- tiannya didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian gastritis, hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,636 yang termasuk ke dalam kategori kuat (0,06-0,799), dengan demikian pola makan yang buruk dapat mengakibatkan kejadian gastritis yang tinggi. Masyarakat yang berada di wilayah kerja Pus- kesmas Bantilang memiliki pekerjaan yang beragam. Ada yang bekerja di kebun, sawah, danau dan seba- gai pegawai negeri sipil sehingga susah bagi mereka untuk mengontrol pola makan masing-masing. Hal ini yang menyebabkan pola makan berisiko terkena gastritis. Peneliti merekomendasi masyarakat di sana agar mengkomsumsi makanan yang bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang bervariasi serta frekuensi makan yang sedikit tapi sering sesuai kebutuhan tubuh. Dalam arti ketika mereka pergi bekerja, wajib bagi mereka membawa bekal. Hubungan Stress Terhadap Kejadian Gastri- tis Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puri dkk (2012), dengan judul penelitian Hubungan Faktor Stres Dengan Keja- dian Gastritis pada Masyarakat Poltekes Kemenkes Tanjung Karang, hasil (p = ,120) yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara faktor stress dengan kejadian gastritis pada masyarakat penghuni asrama Jurusan Keperawatan Poltekes Tanjung Karang. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto dkk (2014), dengan judul penelitian Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru, menemukan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dengan kejadian gastritis, dengan melihat p value = 0,001. Masyarakat yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Bantilang dipusingkan dengan hasil panen yang kian tahun kian menurun harga jualnya, terutama harga dari merica yang kini sangat menu- run di pasaran. Selain itu rata-rata masyarakat yang berada di Bantilang memiliki anak yang sekolah atau kuliah di luar kota. Sehingga menambah pemikiran bagi orang tua. Hubungan Mengkonsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Gastritis Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma dkk (2012), dengan judul penelitian Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa, dari penelitiannya mengatakan bahwa meng- konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko kejadian gastritis dengan melihat nilai (OR=1,86; CI 0,91–3,81) yang artinya bahwa nilai OR yang diper- oleh tidak bermakna secara statistik. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dkk (2018), dengan judul penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Meng- komsumsi Minuman Keras (Alkohol) dengan Keja- dian Gastritis pada Remaja Akhir (18-21 tahun) di Asrama Putra Papua Kota Malang, dengan menda- patkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan mengkomsumsi minumman keras (alkohol) dengan kejadian gastritis. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value=0,000. Ketika peneliti melakukan kunjungan kepada masayarakat, memang banyak masyarakat yang mempunyai kebiasaan mengkomsumsi alkohol disaat mereka lelah atau memiliki banyak masalah. Masyarakat setempat tidak mengetahui bahwa ternyata dengan mengkomsumsi alkohol secara rutin akan mengganggu kesehatan dan dapat menjadi faktor risiko dari penyakit gastritis. Meskipun dalam penelitian ini konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko kejadian gastritis tetapi konsumsi alkohol harus dapat dihindari bahkan dihilangkan. Hubungan Status Ekonomi Terhadap Kejadian Gastritis Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murjayanah (2010), dengan judul Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis (Studi di RSU dr. 202 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 196–202 R.Soetrasno Rembang), dari penelitiannya mene- mukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian gastritis dengan melihat nilai p=0,877, sedangkan jika dilihat nilai OR=0,931 maka artinya adalah responden dengan sosial ekonomi yang tinggi memiliki risiko 0,931 kali untuk terkena penyakit gastritis dari pada responden yang memiliki sosial ekonomi yang rendah. Masyarakat yang memiliki pendapatan perbulan yang tinggi belum tentu terhindar dari penyakit gastritis. Justru masyarakat yang tergolong mapan dan mampu yang terkenaa penyakit gastritis. Dika- renakan karena terlalu lama bekerja sehinggga tidak memperhatikan kesehatannya. Dari hasil penelitian ini, direkomendasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur untuk meningkatkan program-program Kesehatan yang dapat membangun sikap masyarakat untuk hidup sehat melalui penyuluhan-penyuluhan dan soaialisasi terkain penyakit gastritis yang dialami oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskes- mas Bantilang KESIMPULAN Pola makan, stress, dan kebiasaan komsumsi alcohol, dan sosial ekonomi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit gastritis di wilayah kerja Pus- kesmas Bantilang Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan walaupun dari hasil p value tidak menunjukkan adanya hubungan. SARAN Perlunya Pengoptimalan pelaksanaan program di Dinas terkait untuk membangun sikap masyarakat berprilaku hidup sehat melalui penyuluhan penyakit gastritis dan sosialisasi pencegahan terjadinya penyakit gastritis. DAFTAR PUSTAKA Achmad (2012). Gangguan Sistem Saluran Makanan. Dalam : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Jakarta : EGC. Hal. 1577-91. Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berda- sarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing. Bagas, Diatsa. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Di Pondok Al- Hikmah Trayon, Karanggede, Boyolali. Skripsi. Dinkes Luwu Timur. (2017). Sepuluh Besar Penyakit Teratas di Kabupaten Luwu Timur 2017. Dinkes Sulsel. (2010). Sepuluh Besar Penyakit Pasien R awat Inap Rumah Sak it Tingk at Provi nsi Sulawesi Selatan Tahun 2010. Kurnia. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Ber- obat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta. Murjayanah. (2010). Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gastritis (Studi di RSU dr. R. Soetrasno Rembang Tahun 2010). Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Negeri Semarang. (Online) http://uap.unnes.ac.id Diakses 4 April 2013. Puri dkk. (2012). Hubugan Faktor Stres dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Poltekes Kemenkes Tanjung Karang. Jurnal Keperawatan, Volume VIII, NO.1, April 2012. ISSN 1907-0357. Rahma dkk. (2012). Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Wahyudi, dkk. (2018). Hubungan Antara Kebiasaan Mengk omsumsi Mi numan Ke ras (A lk ohol ) Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Akhir (18-21 Tahun) Di Asrama Putra Papua Kota Malang. Jurnal Nursing News. Volume 3, Nomor 1. Widiyanto, dkk. (2014). Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kejadian Gastritis : Study di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Photon. Volume 5, Oktober 2014