231Khofiyah, Edukasi Berpengaruh terhadap Pemberian Stimulasi... 231 Edukasi Berpengaruh terhadap Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan oleh Ibu di Posyandu Desa Tambakrejo Kabupaten Puworejo Nidatul Khofiyah Fakultas Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah of Yogyakarta, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 20/10/2019 Disetujui, 27/01/2020 Dipublikasi, 05/08/2020 Kata Kunci: Anak Balita, Edukasi, Perkembangan, Stimulasi Abstrak Pemberian stimulasi merupakan hal penting yang dibutuhan anak dalam masa pertumbuhan danperkembangannya.Pemantauanpertumbuhan dan perkembangan anak yang dilaksanakan secara tepat dan terarah menjamin tumbuh kembang anak lebih optimal yang menjadikan anak berkualitas, cerdas, bertanggung jawab dan berdaya guna bagi nusa dan bangsa. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh edukasi terhadap pemberian stimulasi pada anak usia 12-24 bulan oleh ibu. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan non-equivalent control group design. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki balita usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Tambakrejo dengan jumlah sampel 20 responden untuk masing-masing kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan SAP dan booklet untuk panduan pemberian edukasi stimulasi dan kuesioner terstruktur untuk data pemberian stimulasi oleh ibu.Analisis menggunakan uji Independen T-Test. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada perilaku pemberian stimulasi sebelum dan setelah diberikan intervensi edukasi stimulasi pada ibu.Peran kader berpengaruh terhadap pemberian stimulasi oleh ibu kepada anak, sehingga perlu pembinaan untuk kader tentang pemberian stimulasi perkembangan anak yang baik dan terarah melalui pelatihan-pelatihan. History Article: Received, 20/10/2019 Accepted,27/01/2020 Published, 05/08/2020 Article Information Abstract The provision of stimulation is an important thing that is needed by chil- dren in their growth and development. Monitoring the growth and devel- opment of children carried out correctly and directed to ensure the devel- opment of children is more optimal that makes children of quality, intelli- gent, responsible and efficient for the homeland and the nation. The pur- pose of this study was to look at the effectiveness of education on the provision of stimulation of children aged 12-24 months by mothers. This Education Affected the Provision of Stimulation of Children Development Aged 12-24 Months in Posyandu Desa Tambakrejo Kabupaten Puworejo JURNAL NERS DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk JNK https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p231-238&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020 232 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 231–238 Correspondence Address: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta- Yogyakarta, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: nidatulkhofiyah@unisayogya.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p231–238 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) Keywords: Toddler, Education, Development, Stimulation PENDAHULUAN Anak sebagai calon generasi penerus bangsa perlu mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Indonesia. Kualitas pertumbuhan dan perkembang- annya perlu ditingkatkan antara lain dengan menda- patkan gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkaunya pelayanan kesehatan yang berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Berbagai faktor lingkungan yang dapat menganggu proses pertumbuhan dan perkem- bangan anak juga perlu dieliminasi (Rusmil, 2012). Masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh kembang seorang anak adalah masa di da- lam kandungan ibunya dan kira-kira dua tahun sesu- dahnya, pada saat mana sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat sekali untuk kemudian bertambah lambat, sedikit demi sedikit sampai anak berumur lima tahun. Para ahli menye- but masa balita sebagai masa emas (golden age) (Depkes, 2008). Di Indonesia, jumlah balita 10% dari jumlah pen- duduk, di mana prevalensi (rata-rata) gangguan per- kembangan bervariasi 12.8% hingga 16% (Maya- sari, 2015). Berdasarkan data tersebut maka stimu- lasi perkembangan sangat diperlukan berdasarkan penilaian deteksi dini tumbuh kembang (Setiyorini & Sari, 2015). Pada masa balita ini anak memerlukan perha- tian dan rangsangan (stimulasi)yang berguna untuk mengembangkan potensinya. Pemberian stimulasi merupakan hal penting yang dibutuhan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Orang- tua perlu merangsang dan memberikan stimulasi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan umurnya (Soetjiningsih et al, 2014). Kunci keberhasilan pembinaan anak terutama pada masa balita berada di tangan orang tua, karena hampir seluruh waktu anak usia dini ini berada dekat dengan orang tuanya. Sebagai pengasuh, pendidik pertama dan utama, orang tua diharapkan mampu mempengaruhi tumbuh kembang anak secara opti- mal, melalui stimulasi tumbuh kembang, pemenuhan kebutuhan gizi, perawatan dasar termasuk imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higyene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani (Soetjiningsih et al., 2014). Penelitian yang dilakukan di Belanda tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa peningkatan kecil pada stimulasi perkembangan yang disediakan di pusat-pusat perawatan anak di tahun awal kehi- dupan dapat mendorong perkembangan kognitif bayi (Albers et al., 2010). Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menyebutkan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa pada anak-anak yang diberikan stimulasi oleh pengasuh di penitipan anak dengan stimulasi oleh ibu secara eksklusif tidak berbeda secara sistematis (National Institute of Child Health a nd Human Development Ear ly Child Ca r e Research Network, 2000). study used quasi-experimental with non-equivalent control group design. The study sample was mothers who had children aged 12-24 months in Posyandu Tambakrejo Village. The sample was 20 respondents for each intervention and control groups. The instruments in this study used SAP, booklet and structured questionnaires. The analysis used the Independent T-Test. The results of this study stated that there were significant differences in the behavior of stimulation before and after the stimulation education intervention was given to the mother. The role of health supporters influ- ences the provision of stimulation by the mother to the child.It is a need to train for health supporter about providing stimulation of good and di- rected through training. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p231-238 233Khofiyah, Edukasi Berpengaruh terhadap Pemberian Stimulasi... Penelitian yang dilakukan di Kota Mojokerto tahun 2014 menunjukkan hasil pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita oleh ibu pada kelompok yang diberikan edukasi dengan kelompok kontrol mempunyai selisih rerata (7,65), CI (6,81- 8,49), t-value (17,88) dan p-value (0,00) yang berarti bahwa pemberian edukasi pada ibu mening- katkan pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak balita (Susanti, 2014). Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pur- worejo, cakupan DDTK anak balita 2 kali per tahun di Desa Tambakrejo masih rendah yaitu 51,7%. Berdasarkan observasi dari pelaksanaan posyandu di Desa Tambakrejo, pelaksanaan deteksi dini per- kembangan anak terutama balita belum dilakukan secara rutin tiap pelaksanaan posyandu. Hal itu juga menunjukkan bahwa masih banyak anak yang belum terpantau perkembangannya. Dari data tersebut menurut keterangan kader posyandu data laporan yang tertulis tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penilaian deteksi dini tumbuh kembang anak di lapangan tidak menggu- nakan instrumen yang sebenarnya yaitu KPSP tetapi penilaian hanya dilihat sekilas bahwa anak tampak sehat dan aktif. Hal tersebut muncul menjadi masalah karena setiap posyandu di Desa Tambakrejo memiliki satu atau dua kader yang sudah pernah mengikuti pela- tihan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh Kembang Anak) tetapi pemberian infor- masi kepada ibu balita terutama untuk stimulasi perkembangan belum terlaksana secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang stimulasi perkembangan anak terhadap pemberian stimulasi perkembangan anak usia 12-24 bulan oleh ibu di Desa Tambakrejo Kabupaten Purworejo. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan non-equivalent control group design. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Tambakrejo Kabupaten Purworejo tahun 2019 dengan jumlah sampel 20 responden untuk masing-masing kelom- pok intervensi dan kelompok kontrol yang didapatkan dari perhitungan rumus Lemeshow, et al (1997) dengan menggunakan perbedaan dua rerata dua kelompok pada penelitian lain yang sejenis. Intervensi dalam penelitian ini adalah pemberrian edukasi stimulasi perkembangan anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur untuk data karakteristik ibu dan data pemberian stimulasi oleh ibu pada anaknya serta untuk panduan pemberian edukasi tentang stimulasi perkembangan anak meng- gunakan SAP (Satuan Acara Pembelajaran) dan booklet yang merujuk pada buku SDIDTK dari Kementerian Kesehatan. Pemberian edukasi dila- kukan oleh pakar terkait tumbuh kembang anak (peneliti dan bidan koordinator KIA). Penelitian su- dah lulus uji ethical clearance dari KEPK UNISA dengan no. 1076/KEP-UNISA/V/2019. Analisis menggunakan uji Independen T-Test. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Karakteristik Ibu Kelompok Intervensi Kontrol N % N % Tingkat pendidikan ibu Tinggi 17 85,0 6 31,5 Rendah 3 15,0 13 68,4 Status pekerjaan ibu Tidak bekerja 11 55,0 14 73,7 Bekerja 9 45,0 5 26,3 Pola asuh gizi Baik 13 65,0 11 57,9 Cukup 7 35,0 8 42,1 Jumlah anak Sedikit 6 30,0 9 47,4 Banyak 14 70,0 10 52,6 Jenis kelamin anak Laki-laki 11 55,0 9 47,4 Perempuan 9 45,0 10 52,6 Kelompok umur anak 12-15 bulan 9 45,0 9 47,4 15-18 bulan 5 25,0 6 31,6 18-24 bulan 6 30,0 4 21,0 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Tabel diatas menunjukkan untuk kelompok intervensi, tingkat pendidikan ibu sebagian besar pendidikan tinggi dengan pendidikan SMA-PT (85,0%). Status pekerjaan ibu sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (55,0%). Pola asuh gizi tentang pemberian ASI dan MP-ASI yang diberikan oleh ibu kepada anaknya sebagian besar sudah baik (65,0%). Jumlah anak sebagian besar mempunyai lebih dari satu anak (70,0%). Jenis 234 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 231–238 Berdasarkan uji homogenitas pada Tabel 2 diatas menunjukkan variasi setiap data untuk semua variabel sama atau homogen (p>0,05) kecuali untuk variabel tingkat pendidikan ibu (p=,001). Tabel 2 menunjukkan pada kelompok intervensi, pemberian stimulasi oleh ibu kepada anaknya sebe- lum diberikan edukasi tentang stimulasi perkem- bagan anak mempunyai skor minimal 48,8 dan skor maksimal 85 dengan mean 62,4, sedangkan sesudah kelamin anak sebagian laki-laki (55,0%) dan kelompok umur balita sebagian berada dalam kelompok umur 12-15 bulan (45,0%). Sedangkan untuk kelompok kontrol, tingkat pendidikan ibu sebagian besar pendidikan rendah dengan pendidikan SD-SMP (68,4%). Status peker- jaan ibu sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (73,7%). Pola asuh gizi tentang pemberian ASI dan MP-ASI yang diberikan oleh ibu kepada anaknya sebagian besar sudah baik (57,9%). Jumlah anak sebagian besar mempunyai lebih dari satu anak (52,6%). Jenis kelamin anak sebagian besar perempuan (52,6%) dan kelompok umur anak balita sebagian berada dalam kelompok umur 12-15 bulan (47,4%). Karakteristik P Tingkat Pendidikan Ibu 0,001 Status Pekerjaan Ibu 0,22 Pola Asuh Gizi 0,65 Jumlah Anak 0,27 Jenis Kelamin Anak 0,63 Tabel 2 Homogenitas Data Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Intervesi Kontrol Mean Min-max Mean Min-max Sebelum 62,4 48,8-85 63,4 50,0-81,3 Sesudah 83,9 61,3-93,8 75,4 56,3-88,8 Tabel 3 Distribusi Pemberian Stimulasi Perkembangan dan Pre Test – Post test Pengetahuan Ibu Variabel Pemberian Stimulasi Tabel 4 Normalitas Data Pemberian Stimulasi P Sebelum 0,435 Sesudah 0,798 Selisih Sebelum-Sesudah 0,883 Variabel Intervensi Kontrol t diff P mean±SD mean±SD Pemberian stimulasi 21,56±1,75 11,97±1,44 4,2 16,89 0,000 Tabel 5 Analisis Independent t-test Pemberian Pendidikan Stimulasi terhadap Perubahan Pemberian Stimulasi oleh Ibu diberikan intervensi mempunyai skor minimal 61,3 dan skor maksimal 93,8 dengan mean 83,9. Pada kelompok kontrol, pemberian stimulasi oleh ibu kepada anak sebelum pemberian intervensi mempunyai skor minimal 50 dan skor maksimal 81,3 dengan mean 63,4, sedangkan sesudah diberikan intervensi mempunyai skor minimal 56,3 dan skor maksimal 88,8 dengan mean 75,4. Tabel 3 menunjukkan pada pemberian stimulasi sebelum, sesudah, dan selisih pemberian stimulasi mempunyai data yang normal (p>0,05). Analisis Bivariat Tabel 4 menunjukkan pada variabel pemberian stimulasi oleh ibu, perbedaan selisih rerata antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah 16,89 dengan t hitung 4,2 dan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih rata-rata skor pemberian stimulasi oleh ibu antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. PEMBAHASAN Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi stimulasi pada ibu terhadap pemberian stimulasi pada anak usia 12-24 bulan di Posyandu Desa Tambakrejo. Karakteristik subjek penelitian antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada penelitian ini 235Khofiyah, Edukasi Berpengaruh terhadap Pemberian Stimulasi... adalah homogen. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik pola asuh gizi, jumlah anak, dan pekerjaan ibu antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0,05). Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua kelompok adalah sama (tidak jauh berbeda), meskipun untuk karak- teristik pendidikan ibu ada perbedaan yang bermak- na antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Jika karakteristik awal kedua kelompok sama, maka apabila terdapat perubahan peningkatan penge- tahuan, sikap dan keterampilan dapat dipastikan oleh intervensi yang diberikan dan bukan oleh karena faktor lain (Kerlinger, 2003). Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjuk- kan bahwa pemberian pendidikan stimulasi kepada ibu memberikan perbedaan yang signifikan terhadap perilaku pemberian stimulasi anak usia 12-24 bulan (p<0,05). Anak yang mendapat stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang dibanding anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Peran ke- luarga dan petugas kesehatan dalam pengasuhan dan pemberian stimulasi juga mempunyai arti yang sangat besar terhadap perkembangan anak selan- jutnya (Soetjiningsih et al., 2014). Hal tersebut didukung oleh penelitian yang menyatakan bahwa pendidikan parenting untuk ibu penting dilakukan terutama kaitannya dengan ba- gaimana memberikan stimulasi pada anaknya (Hastuti, 2010).Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Turki tahun 2007 tentang pengetahuan ibu terhadap perkem- bangan anak dengan hasil analisis regresi linear didapatkan p= 0,001 yang berarti secara statistik predictor pengetahuan ibu berhubungan dengan perkembangan anaknya (Ertem, et al, 2007). Lingkungan keluarga merupakan salah satu lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi (Dariyo, 2007). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Albers, et al. (2010) yang menyatakan bahwa pemberian stimulasi dapat mendorong perkembangan kognitif bayi. Hastuti, et al (2010) juga menyatakan bahwa pendidikan parenting untuk ibu tentang bagaimana memberikan stimulasi pada anaknya perlu diberikan karena dengan pemberian stimulasi yang terarah akan dapat mendukung perkembangan anak. Hasil penelitian untuk tingkat pendidik ibu menunjukkan bahwa data tidak homogen yaitu pada kelompok intervensi sebagian besar ibu (85%) berpendidikan tinggi dan pada kelompok kontrol sebagian besar ibu berpendidikan rendah (68,4%). Tingkatan pendidikan formal merupakan dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki seseorang. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kemam- puannya untuk menerima informasi sehingga penge- tahuannya lebih luas. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Guttmann, et al (2004) bahwa pendidikan orang tua yang rendah dapat mempe- ngaruhi anak prasekolah dalam mencapai perkem- bangan kognitif. Begitu juga dengan penelitian yang menyatakan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan ibu terkait kemampuan dalam memberikan stimulasi terhadap perkem- bangan anak (Barros et al., 2010). Ibu dengan pendidikan rendah cenderung tidak dapat memberikan stimulasi perkembangan yang optimal sehingga anak tidak mampu mencapai per- kembangan yang optimal pula.Tingkat pendidikan seseorang dapat menggambarkan kemampuannya dalam memahami dan mencerna suatu masalah. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendi- dikan ibu yang tinggi dapat menjadi pendukung ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan anak sehingga kemampuan anak dapat berkembang secara optimal jika ibu diberikan informasi mengenai stimulasi perkembangan anak yang sesuai.Akan tetapi dapat pula disimpulkan bahwa Pendidikan ibu yang rendah tidak menjadi penghambat untuk mem- berikan stimulasi yang terarah pada anaknya dengan informasi yang benar dan tepat dari lingkungan. Stimulasi penting untuk dilakukan oleh orang tua dalam pengasuhan anak, hal ini sejalan dengan Walker pada tahun 2005 yang juga mengatakan bahwa kemampuan kognitif yang rendah pada anak dapat diperbaiki dengan pemberian stimulasi sejak dini (Walker et al., 2005). Begitu juga dengan penelitian lainnya tentang perkembangan anak di negara berkembang yang mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian perkembangan anak yang optimal adalah faktor psikososial. Termasuk di dalam faktor psikososial adalah salah satunya faktor pengasuhan meliputi stimulasi kognitif dan peluang anak untuk belajar (Walker et al., 2007). Penelitian dari Meylina, yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara pola pengasuhan dengan perkembangan mental dan perkembangan motorik anak baduta (Meylina, 2000). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini. Dalam hal ini pola pengasuhan termasuk 236 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 231–238 didalamnya pemberian stimulasi pada anak. Perbe- daan ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi proses stimulasi anak seperti pekerjaan ibu, sehingga waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan stimulasi menjadi kurang. Perkembangan merupakan hasil interaksi saling mempengaruhi antara “nature” yaitu yang berarti alam atau sifat dasar (faktor bawaan) dan “nuture” yang berarti pemeliharaan dan pengasuhan (faktor lingkungan). Teori lain menyebutkan bahwa ling- kungan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan dalam keluarga dan lingkungan luar keluarga yang kedua- nya sangat berpengaruh terhadap perkembangan (Santrock, 2002). Dalam penelitian ini, pendidikan stimulasi diberikan kepada ibu saja sebagai pengasuh utama di keluarga yang nantinya ibu juga yang melakukan stimulasi pada anaknya sedangkan pada kelompok intervensi jumlah ibu yang bekerja lebih besar daripada kelompok kontrol dan tidak menilai bagaimana pola asuh keluarga terhadap lingkungan di luar keluarga terutama pengasuh anak ketika ditinggal ibu bekerja. Menurut keterangan kader posyandu menjelaskan bahwa anak-anak pada kelompok intervensi banyak yang dititipkan kepada pengasuh terutama ibu yang bekerja, tetapi bebe- rapa responden juga ada yang tetap menggunakan pengasuh meskipun ibu tidak bekerja. Hasil pene- litian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilaku- kan Huang, yang mengatakan bahwa ibu-ibu yang berpengetahuan tinggi cenderung menghabiskan waktunya untuk mengajari anak-anak mereka (Huang et al., 2005). Anak yang mendapat stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang dibanding anak yang ku- rang atau tidak mendapat stimulasi. Peran keluarga dan petugas kesehatan dalam pengasuhan dan pem- berian stimulasi juga mempunyai arti yang sangat besar terhadap perkembangan anak selanjutnya (Soetjiningsih et al., 2014). Hasil analisis univariat untuk pekerjaan ibu sebagian besar adalah ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga pada kelompok intervensi (55,0%) maupun kelompok kontrol (73,7%). Pene- litian yang mendukung menyatakan bahwa peker- jaan ibu berpengaruh negatif terhadap kemampuan kognitif anak pada tahun-tahun pertama, namun tidak menetap dan akan berubah pada saat usia anak lebih tua (Ram, 2004). Saat memasuki sekolah anak akan bersosialisasi dengan orang lain sehingga kemam- puan anak akan bertambah. Sedikit berbeda dengan pernyataan Notoadmodjo (2012) bahwa masyarakat yang bekerja selalu berupaya untuk tetap sehat agar dapat melakukan aktivitasnya sebagai pekerja. Seseorang yang mempunyai pendapatan akan mem- berikan kontribusi yang besar pada kesejahteraan keluarga. Sebaik baik pekerjaan seseorang, semakin besar pula pendapatan dan semakin baik juga kesejahteraan keluarganya. Hasil analisis univariat untuk pola asuh gizi meliputi pemberian ASI, MP-ASI dan penyapihan didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu sudah melakukan pola asuh gizi yang baik pada anaknya pada kelompok intervensi (65,0%) maupun kelom- pok kontrol (57,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang pemberian ASI terhadap perkembangan anak bahwa pemberian ASI membe- rikan perlindungan terhadap keterlambatan perkem- bangan motorik kasar dan motorik halus (Sacker et al., 2006). Penelitian lain memperlihatkan bayi yang mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan dapat me- rangkak dan duduk lebih dahulu dibanding mereka yang mendapat makanan pendamping pada usia 4 bulan. Anak yang mendapat ASI jauh lebih matang, lebih asertif dan memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala perkembangan dibanding me- reka yang tidak mendapat ASI (Dewey et al., 2001). Pemberian pengasuhan gizi yang baik akan mengubah status gizi anak menjadi lebih baik pula sehingga akan mempengaruhi syaraf-syaraf anak agar berfungsi dengan baik melakukan tugasnya sebagai satu kesatuan keterampilan yang harus dicapai (Semba and Bloem, 2001). Anak-anak menggunakan energi yang besar untuk melakukan aktivitas motoriknya. Untuk mendukung pertum- buhan dan aktivitas tersebut, anak memerlukan asupan makanan gizi yang lebih (Santrock, 2007). Hasil analisis univariat untuk jumlah anak sebagian besar ibu mempunyai anak 2 baik kelom- pok intervensi (70,0%) maupun kelompok kontrol (52,6%). Jumlah anak yang banyak dalam keluarga akan menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, apalagi kalau jarak anak terlalu dekat. Kebutuhan dasar anak juga tidak terpenuhi. Keluarga berencana tetap diperlukan bagi semua golonga n ba ik ka ya ma upun miskin (Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pene- litian sebelumnya yang menyatakan bahwa jumlah anak dalam satu keluarga  2 merupakan prediktor yang berhubungan dengan perkembangan anaknya (Ertem et al., 2007). Jumlah anak semakin banyak, kemungkinan perkembangan kurang optimal karena 237Khofiyah, Edukasi Berpengaruh terhadap Pemberian Stimulasi... perhatian dan kasih sayang ibu harus terbagi dan pemberian stimulasi menjadi kurang fokus. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata peningkatan skor pemberian stimulasi pada anak antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah pemberian edukasi stimulasi perkembangan anak pada ibu.Hal tersebut berarti dengan pemberian pendidikan ten- tang stimulasi perkembangan anak mempengaruhi perilaku pemberian stimulasi perkembangan pada anak oleh ibu menjadi rutin dan terarah. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diba- jukan untuk meningkatkan kesehatan anak balita adalah dengan memberikan edukasi pada ibu-ibu tentang pemberian stimulasi perkembangan anak yang baik dan terarah secara teratur untuk mening- katkan perkembangan anak dengan metode yang mudah dipahami.Selain itu memberikan pembinaan untuk kader tentang pemberian stimulasi perkem- bangan anak yang baik dan terarah melalui pela- tihan-pelatihan. DAFTAR PUSTAKA Albers, E. M., Riksen-Walraven, J. M. & de Weerth, C. (2010) Developmental stimulation in child care centers contributes to young infants’ cognitive development. Infant Behavior and Development, 33 (4): 401-408. Barros, A. J. D., Matijasevich, A., Santos, I. S. & Halpern, R. (2010) Child Development in a birth cohort: Effect of Child Stimulastion is Stronger in Less Educated Mothers. Internastional Journal Epidemiology, 39(4): 285. Dariyo, A. (2007) Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Bandung: Refika Aditama. Depkes (2008) Deteksi Dini dan Skrining Tumbuh Kembang Balita, Jakarta:Depkes RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo (2011) Profil Kesehatan kabupaten Purworejo. Ertem, I. O., Dogan, D. G., Bayhan, A., Bingoler, B. E., Gok, C. G., Ozbas, S., Haznedaroglu, D. & Isikli, S. (2007) Moh er ’s kn owl edgeof young chi l d development in a developing country. Journal Compilation. Guttmann, A., To, T., Dick, P. T., Rosenfield, Parkin, P. C., Tassoudji, M., Vydykhan, T. N., Cao, H. & Harris, J. K. (2004) Risk Markers for Poor Development Attainment in Young Children. Arch Pediatr Adolesc Med, 158(643): 49. Hastuti, D., Alfiasari, Chandriyani. (2010). Nilai Anak, Stimulasi Psikososial dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 2-5 Tahun pada Kleuarga Rawan Pangan di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Jur. Ilm. Kel. & Kon., Januari 2010. Huang, K., Caughty, M. O., Genevro, J. L. & Miller, T. L. (2005) Maternal Knowledge of Child Development and Quality of Parenting among White, African- American and Hispanic Mothers. Kerlinger, F. N. (2003) Asas-Asas Penelitian Behavioral Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Lemeshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J. & Lwanga, S. K. (1997) Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University. Mayasari,K. (2015). Gangguan Perkembangan Anak yang Harus Diwaspadai. https://www.klikdokter. c o m / r u b r i k / r e a d / 2 7 0 0 0 3 1 / g a n g g u a n - perkembangan-anak-yang-harus-diwaspadai. Dibuka tanggal 20 Agustus 2019. Meylina, E. (2000) Studi Tentang Pola Pengasuhan Anak, Status Gizi, dan Perkembangan Anak Baduta di Desa CIbatok 2, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. IPB. National Institute of Child Health & Human Development Early Child Care Research Network (2000) The Relation of Child Care to Cognitive and Language Development. Child Development, 71(4): 960-980. Notoatmodjo, S. (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta. Ram, B. (2004) The effect of early maternal employment on children’s cognitive outcomes: The Canadian experience. the annual meeting of the population association of America. Rusmil, K. (2012) Pedoman Pelaksanaan, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Sacker, A., Quigely, M. & Kelly, Y. J. (2006) Breastfeeding and Developmental Delay: Findings from the millenium cohort study. Pediatrics, 118e682. Santrock, J. W. (2002) Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jakarta:Erlangga. Santrock, J. W. (2002) Life Span Development: Perkem- bangan Masa Hidup, Jakarta:Erlangga. Soetjiningsih, Ranuh, I. N. & Wahab, A. (2014) Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, Jakarta:EGC. Setiyorini, E., Sari, Y.K.(2015) Pemberdayaan Kader dalam Aplikasi, Sosialisasi DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang)dan Anticipatory Guidance di Kecamatan Wonodadi. Jurnal Ners dan Kebidanan, 2 (3):270- 275. Susanti, I. Y. (2014) Pengaruh Edukasi pada Ibu terhadap Pemberian Stimulasi Tumbuh Kembang pada Anak Balita di Kota Mojokerto. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada. 238 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 231–238 Walker, S. P., Chang, S. M., Powell, C. A. & Grantham- McGregor, S. M. (2005) Effects of early childhood psych osocia l st i m ul a t ion an d nut r it i ona l supplementation on cognition and education in growth-stunted Jamaican children: prospective cohort study. The Lancet, 366(9499): 1804-1807. Walker, S. P., Wachs, T. D., Meeks Gardner, J., Lozoff, B., Wasserman, G. A., Pollitt, E. & Carter, J. A. (2007) Child development: risk factors for adverse outcomes in developing countries. The Lancet, 369(9556): 145-157.