E:\Tita\D\Tita\April 15\Jurnal 30 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 30–37 30 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DAN BIDAN DENGAN STIGMA PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI PUSKESMAS TALUN KABUPATEN BLITAR (Characteristics Associated with Nurses and Midwives Stigma in People with HIV/AIDS (PLWHA) in The District Health Talun Blitar) Sudarsono Puskesmas Talun Sudarsonosdr@gmail.com Abstract: HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome) has long been an issue along with the continued attention of various circles around the world, especially the health sector. The purpose of this study was to determine the characteristics of the relationship with the health workers in health centers stigma on people living with HIV Talun Blitar regency. This study used a cross-sectional study design with a population of 36 respondents that all the research sample. Collecting data using questionnaires. Analysis of data using statistical test Pearson and Spearman rho correlation with p  0.05. There is no relationship between education and stigma on people living with HIV, with a value of p = 0.367 in Spearman rho correlation test. There is a relationship between long working with the stigma on people living with HIV, with p = 0.046 in correlatioan Pearson test. There is a relationship between knowledge of HIV/AIDS stigma on people living with HIV, with p = 0.035 in correlatioan Pearson test. Need more attention from policy makers at government level for programs of prevention of transmission of HIV/AIDS among health workers, by providing a uniform and continuous training to all health workers. Keywords: Stigma, nurses and midwives, people living with HIV Abstrak: HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) sejak lama menjadi isu dengan perhatian yang terus berlanjut pada siklus yang bervariasi di dunia, khususnya pada sektor kesehatan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan karakteristik tenaga kesehatan di Puskesmas dengan stigma terhadap ODHA di Kecamatan Talun Blitar. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi sebanyak 36 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data dengan uji korelasi Pearson dan Spearman Rhodengan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dan stigma terhadap ODHA, p=0,367. Ada hubungan antara lama bekerja dengan stigma terhadap ODHA, p= 0,046. Ada hubungan antara pengetahuan dan stigma terhadap ODHA, p=0,035. Sangat dibutuhkan perhatian yang lebih pada pembuat kebijakan yaitu pemerintah pada program untuk pencegahan penularan HIV/AIDS pada tenaga kesehatan, dengan pelatihan. Kata Kunci: stigma, perawat dan bidan, ODHA Per masa la han HIV/AIDS (Human Immuno- deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyita perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama sektor kesehatan. HIV/ AIDS adalah masalah global yang melanda dunia sejak awal dekade 80-an. Penyakit ini telah menjadi pandemi, artinya melanda seluruh negara di dunia, menyerang baik laki-laki maupun perempuan, anak- anak maupun dewasa. Jumlah pengidap HIV ini menganut fenomena gunung es (ice berg pheno- menon), yakni jumlah yang sebenarnya jauh lebih ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 1, April 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i1.ART.p030-037 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 31Sudarsono, Hubungan Karakteristik Perawat dan Bidan ... banyak dibanding dengan yang diketahui, apalagi orang yang terinfeksi HIV tidak secara langsung akan menunjukkan gejala apapun. Hal ini ditambah lagi dengan semakin meningkatnya penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik pada pengguna NAPZA (Injecting Drug User/IDU) secara bergantian. (Pratikno, 2008) Di Indonesia secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS dari 1 Juli 1987 sampai dengan Maret 2013 terdapat sebanyak 147.106 orang, dengan perincian sebanyak 103.759 orang pengidap HIV dan 43.347 orang penderita AIDS, di mana dari jum- lah tersebut sebanyak 8.288 orang di antaranya telah meninggal. Namun jumlah tersebut diyakini masih jauh dari jumlah yang sebenarnya dan masih akan terus meningkat. Dilihat dari jenis kelamin sebagian besar kasus AIDS yakni 55,4% adalah laki-laki, 28,8% perempuan dan 15,8% tidak menyebutkan jenis kelaminnya. Jika dilihat dari kelompok umur, 81,7% berusia 20–49 tahun yang merupakan umur seksual aktif dan usia produktif. Sementara berda- sarkan kasus AIDS yang dilaporkan Departemen Kesehatan sampai dengan bulan Maret 2013, Jumlah AIDS tertinggi adalah pada wiraswasta (5.098), diikuti ibu rumah tangga (4.943), tenaga non- profesional/karyawan (4.467), buruh kasar (1.723), penjaja seks (1.708), petani, peternak, nelayan (1.645), dan anak sekolah/mahasiswa (1.086) (Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupatan Blitar, jumlah HIV/AIDS sampai dengan bulan Oktober 2013 mencapai 110 orang, masing- masing HIV sebanyak 35 orang dan AIDS seba- nyak 75 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, 35 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di tahun 2012, hingga akhir tahun angka penderita penyakit mematikan tersebut mencapai 123 orang dan 52 di antaranya meninggal dunia. Penderita HIV/AIDS banyak ditemukan di kecamatan Garum, Doko, Gandusari, dan Talun. Sementara itu, jika dikalkulasi sejak 2010 sampai dengan Oktober 2013, jumlah penderita HIV AIDS di Kabupaten Blitar total men- capai 597 orang, di mana 210 di antaranya meninggal dunia. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA telah menjadi perhatian yang besar di seluruh dunia. Banyak ODHA yang kemudian kehilangan pekerjaannya, terisolasi dari keluarga dan komunitasnya, tertolak oleh layanan kesehatan yang mengetahui status HIV mereka, dan yang lebih parah lagi kebanyakan mer eka meningga l dengan car a ya ng sanga t mengenaskan. Mereka meninggal dengan penuh kesakitan dan rasa malu, keluarganya mengalami kesulitan untuk memandikan jenazah dan mengu- burkan mayatnya dan banyak kesulitan lain yang dirasakan. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA digambarkan sebagai penghalang terbesar (greatest barrier) dalam upaya pencegahan HIV/AIDS dan untuk menyediakan pelayanan kesehatan serta dukungan kepada ODHA (UNAIDS, 2001). Stigma dan diskriminasi pada ODHA oleh petu- gas kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan persepsi petugas kesehatan tentang HIV/AIDS. Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya stigma dan diskriminasi adalah tingkat pendidikan dan lama bekerja. Jenis tenaga kesehatan sesuai dengan latar belakang pendidikannya mempengaruhi skor stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Lamanya bekerja mempengaruhi terjadinya stigma dan diskriminasi karena seseorang yang sudah lama bekerja cenderung mempunyai wawasan yang lebih luas dan pengalaman yang lebih banyak, dimana hal ini memegang peranan penting dalam perubahan perilaku seorang petugas kesehatan (Mahendra, et al., 2006). Berdasarkan fakta di atas menunjukkan bahwa perawat dan bidan di Kabupaten Blitar harus dapat memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat dan tidak terkecuali ODHA. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan kepada 8 orang tenaga perawat dan bidan di Puskesmas Talun, ter- nyata 5 orang di antaranya masih mempunyai stigma dalam memberikan pelayanan kepada ODHA. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan ketakutan yang berle- bihan dan persepsi negatif tentang ODHA. Walau- pun perawat dan bidan cukup ramah dengan ODHA, akan tetapi tetap lebih suka untuk menjaga jarak dan menghindari untuk bersentuhan secara langsung. Hal ini terkait dengan masih banyaknya perawat dan bidan yang percaya dengan mitos-mitos tentang penularan HIV. Perawat dan bidan sudah seharusnya memiliki pengetahuan yang memadai tentang HIV/AIDS, cara penularan dan cara pen- cegahannya serta mempunyai sikap yang positif dan selalu memperlakukan setiap orang secara ramah dan manusiawi tanpa sikap diskriminatif, termasuk terhadap ODHA. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang keseha ta n, memiliki pengeta hua n da n a ta u 32 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 30–37 keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Dengan mempertimbangkan faktor homogenitas penelitian, petugas kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perawat dan bidan. Karena perawat dan bidan mempunyai karakteristik dan resiko yang hampir sama dalam memberikan pelayanan kepada ODHA. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang ”Hubungan karakteristik perawat dan bidan dengan stigma pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Puskesmas Talun kabupaten Blitar”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan karakteristik perawat dan bidan dengan stigma pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Puskesmas Talun kabupaten Blitar? Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah me- ngetahui hubungan karakteristik perawat dan bidan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi karakte- ristik perawat dan bidan di Puskesmas Talun kabu- paten Blitar. 2) Mengidentifikasi stigma perawat dan bidan di Puskesmas Talun kabupaten Blitar. 3) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan perawat dan bidan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar. 4) Menganalisis hubungan lama bekerja perawat dan bidan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar. 5) Menganalisis hubungan pengetahuan tentang HIV/ AIDS perawat dan bidan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan khususnya pada mata kuliah imunologi materi HIV/AIDS. Sedangkan manfaat praktisnya adalah: 1) Dapat dipergunakan sebagai referensi atau sumber data bagi penelitian lebih lanjut. 2) Dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi pelayanan kesehatan khususnya pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua perawat dan bidang di Puskesmas Talun kabupaten Blitar sebanyak 36 responden yang dipilih dengan tehnik total sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, lama bekerja, dan pengetahuan tentang HIV/AIDS perawat dan bidan di Puskesmas Talun. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stigma pada ODHA. Analisis yang digunakan adalah: No Tujuan untuk Mengidentifikasi Ana lisis 1 Hubungan pendidikan dengan stigma pada ODHA Spearm an’s rho 2 Hubungan lama bekerja dengan stigma pada ODHA Pea rson correlation 3 Hubungan pengetahuan dengan stigma pada ODHA Pea rson correlation HASIL PENELITIAN Hasil penelitian meliputi karakteristik respon- den, pengetahuan, dan stigma pada ODHA. Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Talun kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Jenis Kelamin Frekuensi % 1 Laki-laki 4 11 2 Perempuan 32 89 Total 36 100 Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Usia Frekuensi % 1 Remaja akhir (17- 25 th) 8 22 2 Dewasa awal (26- 35 th) 9 25 3 Dewasa akhir (36- 45 th) 14 39 4 Lansia awal (46- 55 th) 5 14 Total 36 100 Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepegawaian di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Status Kepegawaian Frekuensi % 1 PNS 19 53 2 Sukwan 9 25 3 Magang 4 11 4 Poskesdes 3 8 5 PTT 1 3 Total 36 100 33Sudarsono, Hubungan Karakteristik Perawat dan Bidan ... Dari tabel 11 menunjukkan bahwa p dari kedua variabel yaitu p = 0.367 dan lebih besar dari  = 0.05, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan dengan variabel stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Dari tabel 12 menunjukkan bahwa p dari kedua variabel yaitu p = 0.046 dan lebih kecil dari  = 0.05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel lama bekerja dengan variabel stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Sedangkan untuk nilai Pearson Tabel 4. Karakteristik Responden berdasarkan Pendi- dikan di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Pendidikan Frekuensi % 1 SPK 4 11 2 P2B 1 3 3 D III K eperawatan 9 25 4 D III Kebidanan 1 5 41 5 D IV Kebidanan 6 17 6 S1 Keperawatan 1 3 Total 3 6 100 Tabel 5. Karakteristik Responden berdasarkan Pela- tihan HIV/AIDS di Puskesmas Talun Kabu- paten Blitar bulan Nopember 2014 No Pelatihan HIV/AIDS Frekuensi % 1 Belum pernah 3 2 89 2 Pernah 4 11 Total 3 6 100 Tabel 6. Karakteristik Responden berdasarkan Lama Bekerja di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Lama Bekerja Frekuensi % 1 < 2 th (tahap perkembangan) 2 5 2 2-10 th (tahap lanjutan) 14 39 3 > 10 th(tahap pemeliharaan) 20 56 Total 36 100 Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Profesi di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Jenis Profesi Frekuensi % 1 Perawat 15 4 2 2 Bidan 21 5 8 Total 36 100 Tabel 8. Karakteristik Responden berdasarkan Status Pernikahan di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Status Pernikahan Frekuensi % 1 Menikah 28 78 2 Belum menikah 7 19 3 Janda 1 3 Total 36 100 Tabel 9. Tabulasi Frekuensi Pengetahuan Petugas Kesehatan tentang HIV/AIDS di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Kategori Pengetahuan tentang HIV/AIDS F rekuensi % 1 Baik 29 80,6 2 Cukup 7 19,4 Skor minimum 26 Skor maximum 39 Mean 34,08 Tabel 10. Tabulasi Frekuensi Stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 No Stigma pada ODHA Frekuensi % 1 Buruk 33 91,7 2 Sedang 2 5,6 3 Baik 1 2,8 Skor minimum 39 Skor maximum 75 Mean 66 ,53 Tabel 11. Hubungan Pendidikan dengan Stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar tahun 2014 Pendidikan Stigma Total Buruk Sedang Baik SPK 4 0 0 4 P2B 1 0 0 1 DIII Keperawatan 8 1 0 9 DIII K ebidanan 14 1 0 15 DIV Keb idanan 5 0 1 6 S1 Keperawatan 1 0 0 1 Tot al 33 2 1 36 Sig (2-tailed) 0,367 34 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 30–37 correlation antara variabel lama bekerja dengan stigma pada ODHA mempunyai nilai 0.335, karena pearson correlasi nya berada pada interval 0,20 – 0,399 artinya hubungan antara kedua variabel tersebut rendah. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahendra, et al. (2006), bahwa pen- didikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Jenis tenaga kesehatan sesuai dengan latar belakang pendidikannya mempengaruhi skor stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Berdasarkan gambar 4 di atas menunjukkan bahwa pendidikan terbanyak adalah vokasi/diploma, yaitu DIII Kebidanan sebesar 41% dan DIII Kepe- rawatan sebesar 25%. Pendidikan hanyalah salah satu faktor penyebab timbulnya stigma. Pendidikan bisa diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal diperoleh dari proses pembelajaran di institusi pemerintah maupun swasta yang telah diakui oleh pemerintah. Sedangkan pendidikan non formal bisa diperoleh dari pelatihan. Responden yang pernah mengikuti pendidikan non formal (pelatihan HIV/AIDS) hanya 4 responden (11%). Meskipun HIV/AIDS telah masuk dalam kuri- kulum pendidikan, pada kenyataanya masih terdapat stigma terhadap ODHA. Sikap, kesadaran, dan pengalaman mengikuti pelatihan tentang HIV/AIDS akan ikut berpengaruh terhadap timbulnya stigma. Intervensi yang sudah diberikan langsung ke petugas kesehatan sebenarnya sudah ada yaitu masuk ke dalam kurikulum pendidikan. Dalam Permenkes Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Profesi Bidan, materi tentang IMS dan HIV/AIDS termasuk dalam komponen pengetahuan dasar yang harus dicapai oleh calon bidan. Untuk profesi perawat masuk dalam kuri- kulum keperawatan sistem imunologi. Hasil analisis secara statistik didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan stigma pada ODHA. Di dalam proses pembelajaran, semua perawat dan bidan sudah dibekali dengan ilmu dan ketram- pilan sesuai kompetensi/standard profesi, khususnya dalam pelayanan kepada ODHA. Tetapi kenyataan- nya setelah mereka lulus dan mendapatkan ijazah, tidak serta merta sanggup terjun ke pelayanan. Mungkin hal ini disebabkan kurangnya kemauan dan kesempatan mahasiswa kebidanan dan kepera- watan untuk berinteraksi secara langsung kepada ODHA saat melaksanakan praktek klinik, sehingga akan membentuk stigma yang buruk pada ODHA. Dari hasil wawancara dengan beberapa res- ponden ternyata sebagian besar responden belum Tabel 12. Hubungan Lama Bekerja dengan Stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 Lama bekerja Stigma Total Buruk Sedang Baik Tahap perkembangan (< 2 tahun) 2 0 0 2 Tahap lanjutan (2-10 tahun) 12 1 1 14 Tahap pemeliharaan (> 10 tahun) 19 1 0 20 Total 33 2 1 36 Sig (2-tailed) 0,046 Co rrelation co efficient 0,335 Tabel 13. Hubungan Pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan Stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar bulan Nopember 2014 Dari tabel 13 menunjukkan bahwa p dari kedua variabel yaitu p = 0.035 dan lebih kecil dari  = 0.05, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signi- fikan antara variabel pengetahuan tentang HIV/ AIDS dengan variabel stigma pada ODHA di Pus- kesmas Talun Kabupaten Blitar. Sedangkan untuk nilai Pearson correlation antara variabel pengeta- huan tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA mempunyai nilai 0.352, karena pearson correlasi nya berada pada interval 0,20–0,399 artinya hubung- an antara kedua variabel tersebut rendah. PEMBAHASAN Hubungan Pendidikan dengan Stigma pada ODHA Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan stigma pada ODHA di Pus- kesmas Talun Kabupaten Blitar, dengan mengguna- kan Spearman’s rho didapatkan tingkat kemaknaan p = 0.367 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar. Pengetahuan Stig ma Total Buruk Sedang Baik Baik 28 1 0 29 Cukup 5 1 1 7 Total 33 2 1 36 Sig (2-tailed) 0,035 Correlation coefficient 0,352 35Sudarsono, Hubungan Karakteristik Perawat dan Bidan ... pernah melakukan kontak langsung yang berkaitan dengan asuhan keperawatan maupun asuhan kebi- danan kepada ODHA selama menjalani praktek profesi/klinik. Selain itu faktor ekternal seperrti pe- ngalaman dalam mengikuti pelatihan HIV, mengikuti workshope, keaktifan mengikuti organisasi, dan keaktifan dalam mengakses informasi seperti dari internet, televisi, koran, radio, dan jejaring sosial lainnya akan turut menyumbang timbulnya sikap dan karakter perawat dan bidan yang berkaitan dengan stigma pada ODHA. Dengan demikian sangatlah wajar apabila dalam penelitian ini didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara pendi- dikan dengan stigma pada ODHA. Hubungan Lama Bekerja Dengan Stigma pada ODHA Berdasarkan hasil analisis hubungan antara lama bekerja petugas kesehatan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar dengan menggunakan analisa pearson correlation didapatkan tingkat kemaknaan p = 0.046, artinya ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Sedangkan nilai koefisien korelasi = 0.335 yang artinya derajat hubungan antara lama bekerja dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar rendah. Lama kerja atau lama tugas seorang tenaga kesehatan untuk melakukan jenis pekerjaan tertentu dinyatakan dalam lamanya waktu dalam melaksa- nakan tugas tersebut. Pengembangan perilaku dan sikap tenaga kesehatan dalam pengambilan kepu- tusan dan perilaku pelayanan kesehatan dibutuhkan pengalaman kerja sehingga dapat menimbulkan ke- percayaan diri yang tinggi. Lamanya bekerja sese- orang akan mempengaruhi pengalamannya, sehingga juga ikut berpengaruh dalam penentuan sikap dan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan, termasuk pada ODHA (Suganda, 1997). Menurut Azwar (2007), salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah penga- laman pribadi. Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi pengha- yatan kita terhadap stimulus sosial. Tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psiko- logis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Dari gambar 6 di atas, pengelompokan masa kerja berdasarkan Morrow dan McElroy (dalam Seniati, 2002), responden lebih banyak berada pada tahap pemeliharaan/maintenance stage ya itu dengan lama bekerja > 10 th sebanyak 20 respon- den. Tentunya pada tahap ini sudah banyak penga- laman yang diperoleh responden dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan. Untuk menekan atau menghindari terjadinya stigma dari petugas kesehatan, perlu dipersiapkan pembentukan karak- ter petugas kesehatan dalam menghadapi ODHA melalui pelatihan HIV/AIDS. Dan sasaran pela- tihan yang terbaik adalah pada masa kerja tahap lanjutan/advancement stage (2–10 tahun), karena pada tahap ini merupakan tahap yang paling baik untuk pembentukan sikap dan karakter dalam bekerja untuk menuju tahap pemeliharaan (mainte- nance stage). Usia responden dalam penelitian ini terbanyak berada pada masa dewasa, yaitu dewasa awal se- banyak 9 responden, dan dewasa akhir sebanyak 14 responden. Tentunya dengan bertambahnya usia juga akan bertambah pula pengalaman kerjaanya. Ini merupakan salah satu faktor yang ikut mempe- ngaruhi sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada ODHA. Dalam penelitian ini semakin bertambahnya usia, stigma yang terjadi pada ODHA cenderung mengalami penurunan. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar dengan menggunakan analisa pearson correlation, didapatkan tingkat kemaknaan p = 0.035 artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ten- tang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Sedangkan nilai koefisien korelasi = 0.352 yang artinya derajat hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bradley (2009), bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi bagaimana indi- vidu tersebut akan bersikap terhadap penderita HIV/ 36 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 30–37 AIDS. Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA muncul berkaitan dengan ketidaktahuan tentang me- kanisme penularan HIV, perkiraan risiko tertular yang berlebihan melalui kontak biasa dan sikap nega- tif terhadap kelompok sosial yang tidak proporsional (Herek, 2002). Chase dan Aggleton (2001) menga- takan bahwa salah satu penyebab terjadinya stigma adalah misinformasi mengenai bagaimana HIV ditransmimisikan. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi terjadinya perubahan sikap (Sarwanto dan Ajik, 2004). Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula (Widodo, dkk., 2005). Penelitian ini sesuai dengan teori tersebut. Pengetahuan yang rendah memiliki perilaku yang rendah pula. Akan tetapi disisi lain dengan pengetahuan yang salah tentang sesuatu hal akibat penyampaian informasi yang kurang tepat, atau kurang lengkap atau terlalu berlebihan atau adanya kepercayaan yang salah di kelompok masya- rakat yang berpengaruh khususnya terhadap infor- masi HIV/AIDS akan memunculkan dan berkem- bang di masyarakat berupa mitos. Mitos yang di maksud di sini adalah persepsi dan kepercayaan masyarakat yang sebenarnya salah. Dalam hal HIV/ AIDS mitos adalah persepsi yang salah mengenai HIV/AIDS. Akibat dari muncul dan berkembangnya mitos terhadap HIV/AIDS akan menimbulkan sikap diskriminasi dan stigmatisasi masyarakat terhadap ODHA dan keluarganya. Dari 40 item pertanyaan variable pengetahuan yang dijawab oleh 36 responden, terdapat 2 item pertanyaan yang mempunyai skor jawaban terendah yaitu soal nomor 32 tentang puasa hubungan seksual secara total (abstinensia), dan item soal nomor 39 tentang melakukan pemusnahan/pembakaran selu- ruh peralatan yang habis digunakan untuk merawat pasien HIV/AIDS. Dua macam item pertanyaan ini sebenarnya merupakan pengetahuan dasar tentang cara pencegahan HIV/AIDS. Padahal dari berbagai literatur sudah jelas bahwa abstinensia merupakan cara utama pencegahan HIV/AIDS. Begitu juga tentang soal nomor 39, bahwa virus HIV bisa segera mati bila berada di luar tubuh manusia. Dengan melakukan perendaman pada larutan chlorine atau byclean saja sebenarnya virus sudah bisa mati. Akan tetapi masih banyak responden yang mempu- nyai pemahaman bahwa semua peralatan yang habis digunakan merawat pasien HIV/AIDS harus dimusnahkan/dibakar. Sedangkan untuk variabel stigma, dari 27 item pertanyaan yang dijawab oleh 36 responden, terda- pat 3 item pertanyaan yang mempunyai skor jawa- ban terbanyak yaitu soal nomor 1, 5, dan 11. Soal nomor 1, HIV/AIDS adalah penyakit menular yang dapat mematikan penderitanya. Soal nomor 5, Kita tidak boleh tinggal serumah dengan penderita HIV/ AIDS karena menderita penyakit menular. Soal nomor 11, ODHA tidak boleh hidup di tengah ma- syarakat karena mempunyai perilaku buruk. Disini sangat jelas bahwa sebagian besar responden masih mempunyai rasa takut dan kawatir tertular HIV/ AIDS, juga masih banyak responden yang mengang- gap bahwa ODHA disebabkan karena perilaku yang buruk. Dari beberapa item pertanyaan pengetahuan HIV/AIDS yang kurang dan item stigma yang tinggi tersebut di atas, dapat digunakan sebagai dasar dan fokus pemberian materi pelatihan tentang HIV/ AIDS kepada bidan dan perawat. Dari hasil uji sta- tistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signi- fikan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA. Oleh karena itu perlu ditekankan pentingnya kampanye pendidikan HIV/ AIDS untuk menghilangkan stigma. Program pe- ningkatan pengetahuan melalui pelatihan juga sudah dilaksanakan oleh Pemerintah. Tetapi masih perlu terus dilaksananakan secara berkesinambungan secara merata kepada seluruh petugas kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1) Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar, dengan nilai p = 0.367. 2) Ada hubungan antara lama bekerja dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar, dengan nilai p = 0.046 dan pearson correlation = 0.335. 3) Ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan stigma pada ODHA di Puskesmas Talun kabupaten Blitar, dengan nilai p = 0.035 dan pearson corre- lation = 0.352. Saran Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas Talun, petugas kesehatan sebagai orang yang dipercaya pasien sebaiknya selalu memberikan pelayanan kesehatan yang sama kepada semua pasin tanpa 37Sudarsono, Hubungan Karakteristik Perawat dan Bidan ... membedakan status dan jenis penyakitnya. Selain itu informasi-informasi yang diperlukan pasien se- baiknya dijelaskan secara jelas dan tetaplah bersikap sabar kepada pasien jika klien belum paham terha- dap informasi yang diberikan. Bagi Dinas Kesehatan, 1) perlu perhatian lebih besar dari penentu kebijakan di tingkat pemerintah Kabupaten Blitar terhadap program-program pen- cegahan penularan HIV/AIDS di kalangan petugas kesehatan, dengan memberikan pelatihan yang merata dan berkesinambungan kepada seluruh petugas kesehatan. 2) Kuesioner ini dapat digunakan sebagai pengukur stigma seluruh tenaga kesehatan di wilayah kabupaten Blitar untuk menentukan inter- vensi lebih lanjut sebagai upaya peningkatan pelaya- nan kesehatan. Bagi institusi pendidikan, perlu pem- benahan dan perhatian lebih besar tmengenai meto- de pembelajaran tentang HIV/AIDS di laboratorium klinik. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian yang cakupannya lebih luas lagi yaitu pada petugas kesehatan yang lain serta dengan jumlah responden yang lebih banyak. Selain itu, perlu dila- kukan penelitian tentang pemberian pelatihan spiri- tual dan emosional terhadap petugas kesehatan. Karena kegiatan spiritual dapat memberikan kete- nangan pada individu, sehingga dengan kegiatan spiritual ini kemungkinan bisa mengurangi tingkat stigma yang terjadi pada petugas kesehatan yang akhirnya bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada ODHA. Masih perlu dieksplorasi adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya stigma dan diskriminasi kepada ODHA oleh tenaga kesehatan, misalnya pengaruh faktor sosial dan budaya setempat. DAFTAR RUJUKAN Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran- nya, edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bradley, R., David, Wayne, David, dan John. 2007. Le cture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Chase, E., Aggleton, P. 2001. Stigma, HIV/AIDS and pre- vention of m other to child transmission: A Pilot Study in Zambia, India, Ukraine, and Burkina Faso. London: UNICEF. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2013. Laporan Perkembangan HIV-AIDS triwulan 1 tahun 2013. Herek, et al. 2002. HIV Related Stigma and Knowledge in the United States: Prevalence and trends, 1991– 1999. American Journal of Public Health. Mahendra, V.S., et al. 2006. Reducing Stigma and Discriminationin Hospital: Positive Findings from India. Horizons Research Summary. Pratikno, H. 2008. Stigma dan Diskriminasi oleh Petugas Kesehatan terhadap ODHA di Kabupaten Bengkalis, Propinsi Kepulauan Riau. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sarwanto, Ajik, S. 2004. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Remaja terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Hubungan Seks Pranikah. Surabaya: Pusat Penellitian dan Pe- ngembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Suganda S. 1997. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Desa di Kabupaten Tasikmalaya. UNAIDS. 2001. Protocol for the Identification of Dis- crimination Against People Living with HIV. Widodo, dkk. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kehamilan, Persalinan serta Kompli- kasinya pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Ci pt o Ma n gun kusum o. Majal ah Kedokteran Indonesia.