276 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 276–284

276

Pengaruh Program Pembentukan Kepribadian dan
Kepemimpinan (P2KK) terhadap Soft Skill Mahasiswa

Lilis Setyowati1, Nadia Mar’atu Sholihah2, Nur Aini3
1Dosen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
2,3Mahasiswa Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia

Info Artikel

Sejarah Artikel:
Diterima, 29/10/2019
Disetujui, 06/03/2020
Dipublikasi, 05/08/2020

Kata Kunci:
Program Pembentukan Kepribadian
dan Kepemimpinan, Soft Skill,
Mahasiswa

Abstrak

Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK) merupakan
program pembentukan karakter yang bertujuan mengembangkan keterampilan
soft skill mahasiswa. Sampai saat ini, evaluasi ketercapaian tujuan program
masih belum diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
P2KK terhadap soft skill mahasiswa FIKES Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM). Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental
one group pre-post test design. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan sampling kuota.  Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
100 mahasiswa FIKES Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2018
yang mengikuti P2KK angkatan 24 dan 25. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner LEQ (Life Effectiveness Questionnaire) dengan analisa data
menggunakan uji Wilcoxon. Kegiatan P2KK dilaksanakan selama 6 hari dan
selama kegiatan tersebut mahasiswa harus tinggal di asrama. Soft skill
mahasiswa FIKES Universitas Muhammadiyah Malang sebelum mengikuti
P2KK 72% memiliki kategori sedang dengan nilai rata-rata 140 dan soft skill
setelah P2KK 76% memiliki kategori sedang dengan nilai rata-rata 15.
Berdasarkan hasil analisa data menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil
yang signifikan (p=0,00), artinya terdapat perbedaan soft skill sebelum dan
setelah P2KK. Terdapat pengaruh P2KK terhadap soft skill mahasiswa FIKES
Universitas Muhammadiyah Malang dengan metode  pendekatan  experiental
learning  yang  dapat meningkatkan soft skill. Pengaruh yang paling signifikan
terdapat pada atribut mengontrol emosi. Disarankan pihak UPT. P2KK untuk
mengevaluasi metode kegiatan sehingga dapat meningkatkan atribut soft
skill yang kurang.

JURNAL NERS DAN KEBIDANAN
(JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY)
http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk

JNK

https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p276-284&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020


    277Setyowati, Sholihah, Aini, Pengaruh Program Pembentukan Kepribadian dan ...

Correspondence Address:
Universitas Muhammadiyah Malang – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X
Email: aini_anindya@yahoo.com E-ISSN : 2548-3811
DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p276–284
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

History Article:
Received, 29/10/2019
Accepted, 06/03/2020
Published, 05/08/2020

Keywords:
The Personality Development and
Leadership Program, Soft Skill,
Student

Article Information Abstract

The Personality Development and Leadership Program (P2KK) is a char-
acter-building program to develop student skills to prepare them in the
work requirements. The evaluation of the achievement of program objec-
tives has not been studied before. This study aimed to determine the effect of
P2KK on soft skills of the Faculty of Health Science (FIKES) students at
the University of Muhammadiyah Malang (UMM). The study design used
pre-experimental one group pre-post test design. The sampling technique
used quota sampling technique. We included 100 students of Class 2018 of
the FIKES UMM who participated in P2KK in 24 and 25 groups. We col-
lected the Life Effectiveness Questionnaire (LEQ) and the Wilcoxon test
was used to analyze the data. The soft skills of the students before taking
P2KK 72% had a moderate category with an average value of 140 and soft
skills after P2KK 76% had a moderate category with an average value of
15. Based on the results of data analysis using the Wilcoxon test, the result
was significant (p = 0.00) indicating that the soft skills before and after
P2KK were different. P2KK influenced the soft skills of FIKES UMM stu-
dents by an experiential learning approach that able to improve their soft
skills. The most significant influence is on the emotional control attribute.
Suggested that the UPT P2KK to evaluate the method of activities so as to
increase the attributes of soft skills that are lacking.

© 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan

The Effect of Personality Development and Leadership Program (P2KK) On Student’s Soft Skills

PENDAHULUAN
Pendidikan yang ada di Indonesia belum optimal

karena belum sepenuhnya diikuti dengan pendidikan
karakter dan akhlak mulia, serta lebih menekankan
pada dimensi  hard skill daripada soft skill. Kebi-
jakan yang diterapkan oleh Kemendikbud adalah
pengembangan kurikulum pendidikan yang membe-
rikan muatan soft skill sehingga diharapkann dapat
meningkatkan akhlak mulia dan menumbuhkan
karakter berbangsa dan bernegara (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).

Pendidikan karakter saat ini menjadi salah satu
solusi dalam mengatasi kemerosotan moral. Ditinjau
dari sisi psikologis, karakter merupakan gambaran
dari beberapa potensi yaitu Intellegency Quotient
(IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient
(SQ), dan Adverse Quotient (AQ). Penelitian yang
dilakukan lembaga Emotional Quality Inventory

(EQI) menyatakan bahwa kontribusi IQ (hard skill)
dibandingkan dengan EQ (soft skill) hanya 20%
bagi kesuksesan seseorang. Haryati (2015) menya-
takan, 85% keberhasilan di dunia kerja ditentukan
oleh soft skill  dan 15% oleh hard skill (Rongraung,
Somprach, Khanthap, & Sitthisomjin, 2014).

Hasil Penelitian oleh  Nurmaulidya (2013), soft
skill peserta didik di SMA Negeri 6 Bandar Lam-
pung masih kurang sehingga berdampak pada
buruknya karakter yang terbentuk. Masih banyak
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa
terhadap aturan sekolah. Rata-rata soft skill di
SMK Muda Patria Kalasan juga rendah yaitu
40.38% (Rismanto & Munir, 2013). Evaluasi soft
skill pada mahasiswa baru di Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana didapatkan data
bahwa skor rata-rata  soft skill  5,48 dan termasuk
dalam kategori biasa  yang mengindikasikan bahwa

https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p276-284


278 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 276–284

kualitas  soft skill mahasiswa baru masih belum
baik dan harus ditingkatkan (Arnata & Surjoseputro,
2014).Hasil observasiyang dilakukan pada bulan
Oktober 2018, pada 15 mahasiswa baru ilmu kepera-
watan yang belum mengikuti P2KK (Program Pem-
bentukan Kepribadian dan Kepemimpinan) memi-
likisoft skillkurang dengan nilai terendah adalah
aspek kepercayaan diri aspek kedisiplinan dan
komunikasi.

Menurut Nurmaulidya (2013) faktor-faktor
pembentuk perilaku dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal meliputi insting biologis, kebutuhan psikologis
dan kebutuhan pemikiran dan faktor eksternal
meliputi lingkungan keluarga, sosial, dan pendidikan.
Terdapat dua faktor besar yang mempengaruhi
kepribadian yaitu faktor internal dan eksternal. Fak-
tor internal adalah faktor dari dalam diri yang meru-
pakan faktor genetik, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar mulai dari lingkungan terkecil
yaitu keluarga, tetangga sampai media massa seperti
TV, internet, majalah dan lain lain (Chairilsyah, 2012).

Setiani & Rasto (2016) menjelaskan bahwa
soft skill dapat dibentuk melalui proses pembel-
ajaran yang mampu menarik minat dan perhatian
para pelajar, membangkitkan motivasi, prinsip indivi-
dualitas dan menerapkan sistem peragaan dalam
pengajaran. Data ini di dukung oleh penelitian  Hi-
dayati,  et al  (2015)  yang menyatakan bahwa stra-
tegi pembelajaran, pengalaman organisasi, pelatihan
pembentukan karekter, seminar, dan pendidikan
informal juga dinilai berpengaruh terhadap pemben-
tukan soft skill.

P2KK merupakan program pembentukan
karakter yang di dalam muatannya terdapat materi
keterampilan akademik,  keterampilan sosial,
kepemimpinan, ibadah dan keislaman juga terdapat
pengenalan budaya di perguruan tinggi. Salah satu
tujuan P2KK adalah mengembangkan keterampilan
soft skill mahasiswa sesuai dengan kebutuhan
kerja. Program ini merupakan upaya UMM dalam
mengembangkan soft skill dan hard skill maha-
siswa secara seimbang. Program yang telah berja-
lan sejak tahun 2004 ini mengalami beberapa
perubahan dan penyempurnaan dalam desain
kegiatannya. Evaluasi program terkait dengan
fasilitas, trainer dan kegiatan oleh peserta P2KK
sudah dilaksanakan sejak tahun 2017, namun eva-
luasi terhadap ketercapaian tujuan yaitu mengem-
bangkan keterampilan soft skill mahasiswa sesuai
dengan dunia kerja masih belum dilaksanakan oleh
pihak UPT. P2KK maupun universitas. Oleh karena

itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh
P2KK terhadap Soft Skill mahasiswa  Fakultas Ilmu
Kesehatan (FIKES) UMM”.

BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian pre-eksperimental dengan

desainone group pre-post test. Pelaksanaan kegiat-
an P2KK bekerjasama dengan UPT. P2KK UMM.
Populasi penelitian adalah mahasiswa  FIKES
angkatan 2018 yang belum mengikuti  P2KK tahun
2018/2019 berjumlah 135 yang terbagi dalam 3 ju-
rusan yaitu farmasi 52 mahasiswa, ilmu kepera-
watan 34 mahasiswa dan fisioterapi 49 mahasiswa.
Sampel 100 mahasiswa yang dihitung dengan tabel
Isaac dan Michael, yang diambil dengan teknik quota
sampling.

Variabel independen adalah P2KK sedangkan
variabel dependen adalah soft skill. Kegiatan P2KK
dilaksanakan selama 6 hari dan selama kegiatan
tersebut mahasiswa harus tinggal di asrama. Materi
yang diberikan adalah: 1). Kepribadian, 2).  Kepe-
mimpinan, 3). KeterampilanSosial, 4). Keterampilan
Akademik, 5). Budaya Perguruan Tinggi, dan 6).
Keislaman

Instrumen soft skill menggunakan LEQ (Life
Effectiveness Questionnaire) dibuat oleh James
Neill, Herbert W. Marsh dan Garry E. Richard
(2007), yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dan
nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,942.Pemberian
instrumen dilakukan 2x yaitu pada hari pertama
P2KK (mengukur pre test) dan 18 hari setelah
P2KK (mengukur post test), karena didasarkan
penelitian yang dilakukan Lally dkk tahun 2010 yang
menyatakan bahwa waktu pembentukan perilaku
tiap orang bervariasiantara 18 hingga 245 hari.
Analisis data menggunakan uji wilcoxon.Dilakukan
pula pengukuran Effect Size (ES) untuk mengukur
besarnya pengaruh dari sebuah perlakuan. ES dapat
digunakan sebagai korelasi antara klasifikasi variabel
independen dengan skor individu pada variabel
dependen.

HASIL PENELITIAN
Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik mahasiswa baru FIKES UMM
yang mengikuti kegiatan P2KK dijelaskan dalam
Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1, terdapat perbedaan rata-
rata soft skill antara antara ketiga jurusan sebelum
P2KK.



    279Setyowati, Sholihah, Aini, Pengaruh Program Pembentukan Kepribadian dan ...

No Karakteristik Sampel Rata-Rata Soft Skill
f (%) Pre Post

1 Jurusan
Program Studi Ilmu Keperawatan 22 22 134 149
Farmasi 41 41 141 151
Fisioterapi 37 37 141 153

2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 25 25 140 153
Perempuan 75 75 139 151

3 Usia (tahun)
17-19 95 95 140 151
20-22 5 5 124 155

4 Pengalaman Organisasi selama Kuliah
Ada 53 53 142 157
Tidak ada 47 47 136 145

5 Pengalaman Organisasi selama SMA
Ada 85 85 141 153
Tidak ada 15 15 131 142

6 Pendidikan Terakhir
SMA 79 79 140 151
SMK 13 13 140 149
Aliyah 8 8 135 155

7 Lingkungan Asal Daerah
Desa 56 56 138 154
Perumahan/Kota 44 44 142 148

8 Pendapatan Orang Tua perbulan
<1.000.000 3 3 128 165
1.000.000-5.000.000 67 67 140 149
5.000.000-10.000.000 20 20 138 151
>10.000.000 10 10 143 158

Tabel 1 Karakteristik Mahasiswa FIKES UMM Yang Mengikuti P2KK Bulan Januari 2019

Soft Skill Mahasiswa FIKES sebelum dan setelah P2KK

Variabel Mean Min Max SD

Soft Skill sebelum P2KK 140 56 184 21
Soft Skill setelah P2KK 151 88 192 18

Tabel 2 Soft Skill  Mahasiswa FIKES UMM Sebelum dan Sesudah Kegiatan P2KK Bulan Januari 2019

Kategori Soft Skill Pre Pre Hasil uji wilcoxon

Tinggi 11 (11 %) 13 (13%) P = 0,00
Sedang 72 (72%) 76 (76%)
Rendah 17 (17%) 11 (11%)
Total 100 (100 %) 100 (100 %)

Tabel 3 Kategori Soft Skill Mahasiswa FIKES UMM Sebelum dan Sesudah Kegiatan P2KK Bulan Januari 2019



280 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 276–284

Berdasarkan Tbel 2, diketahui data hasil peneli-
tian nilai soft skill mahasiswa FIKES sebelum
P2KK memiliki rata-rata 140 dan setelah P2KK
menjadi 15. Sedangkan pada Tabel 3, soft skill
mahasiswa FIKES sebelum P2KK memiliki kategori
sedang yaitu sebesar 72% dan setelah P2KK adalah

kategori sedang sebesar 76%. Nilai p = 0,00 <0,05
artinya  terdapat  pengaruh P2KK terhadap soft
skill  mahasiswa  FIKES  UMM.

Atribut Soft Skill Mahasiswa FIKES UMM
Sebelum dan Setelah P2KK

Atribut Soft Skill Pre (M &SD) Post (M &SD) ES

Manajemen waktu 5,48 (0,22) 6,18  (0,05) 4,4
Kemampuan sosial 5,81 (0,41) 6,23 (0,29) 1,2
Motivasi berprestasi 6,57 (0,25) 6,92 (0,22) 1,5
Pemikiran fleksibel 5,99 (0,18) 6,52 (0,23) 2,6
Kepemimpinan 5,23 (0,45) 5,80 (0,34) 1,4
Mengontrol emosi 5,47 (0,16) 6,06 (0,05) 5,1
Berinisiatif 5,76 (0,21) 6,16 (0,22) 1,8
Kepercayaan diri 6,20 (0,18) 6,54 (0,17) 1,9

Tabel 4 Soft Skill Mahasiswa FIKES UMM Berdasarkan Atribut Soft Skill Bulan Januari 2019

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa perban-
dingan rata-rata soft skill menurut 8 atribut didapat-
kan bahwa rata-rata soft skill setelahP2KK lebih
tinggi dibandingkan sebelum P2KK.

PEMBAHASAN
Karakteristik Mahasiswa FIKES UMM Yang
Mengikuti P2KK Bulan Januari 2019

Jurusan ilmu keperawatan memiliki rata-rata
soft skill yang lebih kecil dibandingan  jurusan far-
masi  dan fisioterapi  yang memiliki nilai rata-rata
sama. Perbedaan ini kemungkinan didapatkan
karena perbedaan sosiodemografi individu seba-
gaimana pada tabel di atas. Rata-rata soft skill
setelah P2KK meningkat cukup baik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-
rata soft skill laki-laki lebih besardaripada perem-
puan sebelum dan setelah P2KK, namun rata-rata
ini tidak berbeda jauh. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hirsch (2017) yang
menyatakan jenis kelamin tidak signifikan terhadap
tingkat soft skill seseorang. Berdasarkan penelitian
Ravindran dan Bandara (2015) menyatakan bahwa
tingkatan soft skill berdasarkan jenis kelamin memi-
liki hasil yang bervariasi antara perempuan dan laki-
laki. Beberapa  soft skill   lebih besar dimiliki laki-
laki yaitu kepercayaan diri, mengontrol emosi,
memahami situasi, memaafkan dan melupakan
kesalahan orang lain, kepemimpinan, berbicara di
depan umum, negosiasi, membuat jaringan dengan

orang-orang  dan lain lain  selain itu  beberapa soft
skill lebih besar dimiliki  oleh  perempuan  yaitu
kesadaran diri, mengatasi situsi buruk,  komunikasi,
kerjasama tim dan lain lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-
rata soft skill sebelum P2KK lebih besar pada usia
17-19 dan setelah P2KK lebih besar pada usia 20-
22 tahun. Faktor usia diyakini sebagai salah satu
faktor terbentuknya soft skill. Sesuai dengan peneli-
tian tentang faktor- faktor pembentuk soft skill
yang dilakukan oleh Ravindran dan Bandara(2015)
bahwa terdapat peningkatan soft skill seiring berja-
lannya usia. Pengalamanhidup lebih banyak didapat-
kan oleh orang yang lebih tua akan membentuk  soft
skill semakin baik.

Sebagian besar responden memiliki pengalaman
organisasi selama SMA dan di perkuliahan. Pene-
litian ini menunjukkan rata-rata yang lebih tinggi  dan
cukup jauh pada responden yang berorganisasi sebe-
lum dan setelah P2KK. Pengalaman organisasi akan
mempengaruhi kehidupan seseorang. Organisasi
diyakini sebagai sebuah sarana pengembangan diri,
karena didalamnya seseorang akan dilatih untuk
berproses dalam pembentukan karakter dan pende-
wasaan dalam menghadapi berbagai permasalahan
yang ada (Hidayati, et al, 2015). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Yulianto tahun 2015 dalam
penelitiannya menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan keaktifan siswa berorganisasi
terhadap peningkatan soft skil dengan harga koefi-



    281Setyowati, Sholihah, Aini, Pengaruh Program Pembentukan Kepribadian dan ...

sien korelasi r =0,493. Hasil penelitian ini juga
diperkuat dengan Suranto & Rusdianti (2018), bah-
wa pengalaman berorganisasai dapat membentuk
soft skill mahasiswa dan manfaat yang didapatkan
diorganisasi yaitu diantaranya membantu dan me-
ningkatkan leadership, communication skill,
teamwork, memperluas jaringan atau networking,
problem solving dan manajemen konflik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendi-
dikan SMA dan SMK memiliki rata-rata soft skill
yang sama dan lebih tinggi dibandingkann Aliyah
dan setelah P2KK. soft skill yang paling besar pada
lulusan Aliyah namun tidak berbeda jauh. Pembel-
ajaran adalah proses perubahan perilaku pada
seseorang sebagai hasil dari pengalaman maupun
pelatihan.  Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
mengembangkan soft skill seseorang. Menurut
Rasmita,  dkk (2009)  jikapendidikan yang diterima
seseorang  semakin baik maka  akan  semakin baik
juga  soft skill yang dimiliki. Pendidikan yang teren-
cana akan meningkatkan keterampilan, termasuk
juga proses belajar. Penelitian sebelumnya oleh
Rismanto &(2013) menyatakan bahwa rata-rata soft
skill di SMK Muda Patria Kalasan masih rendah
yaitu sebesar 40.38%. Berbeda dengan hasil ini,
penelitian lain yang dilakukan oleh Zammi dan
Khoiriyyah (2018) kepada siswa SMK menyatakan
bahwa persentaserata-rata soft skill siswa sebesar
52,56% dengan kategori cukup kemudian meningkat
menjadi kategori tinggi dengan persentase 81,88%
setelah implementasi pembelajaran chemoenter-
preunership.

Responden yang tinggal di lingkungan peru-
mahan atau kota memiliki rata-rata soft skill yang
lebih besar sebelum P2KK dibandingkan responden
yang tinggal di desa.  Menurut  Rasmita,  dkk (2009)
lingkungan mempengaruhi terbentuknya soft skill
seseorang. Lingkungan yang kondusif dan baik akan
menyebabkan munculnya berbagai  soft skill. Hal
ini dikarenakan seseorang cenderung akan meniru
apa yang terjadi disekitarnya sehingga mempe-
ngaruhi sikap dan karakter seseorang. Lingkungan
pedesaan dan perkotaan memiliki ciri yang berbeda.
Menurut Hidayah (2011) ciri-ciri menonjol pada
masyarakat pedesaan adalah kehidupan masyara-
katnya agamis,pembagian kerja tidak nyata, dan
jalan pemikiran orang desa lebih bersifat sosial
dibandingkan orang kota yang lebih bersifat ekono-
mis dan rasional. Ciri yang berbeda antara masya-
rakat desa dan kota tentunya akan berpengaruh
terhadap  soft skill  yang dimiliki seseorang.

Sebelum P2KK rata-rata soft skill paling besar
dimiliki oleh responden yang pendapatan orang
tuanya paling tinggi yaitu lebih dari sepuluh juta dan
setelah P2KK rata-rata soft skill lebih besar pada
responden yang pendapatan orang tuanya dibawah
satu juta. Perbedaan rata-rata antara pendapatan
dibawah satu juta dan diatas sepuluh juta tidak jauh.
Pendapatan orang tua pada penelitian ini dikaitkan
dengan fasilitas dan teknologi yang dimiliki sese-
orang khususnya mahasiswa. Fasilitas dan teknologi
memiliki hubungan yang positif terhadap pemben-
tukan soft skill. Fasilitas dan teknologi yang mema-
dai dapat membuat seseorang mampu mengem-
bangkan diri sehingga dapat membentuk soft skill
(Ravindran & Bandara, 2015).

Soft Skill Mahasiswa FIKES sebelum dan
setelah P2KK

Rata-rata soft skill yang paling rendah sebelum
dan setelah P2KK yaitu kepemimpinan dengan nilai
sebelum P2KK 5,23 dan setelah P2KK 5,80.  Soft
skill yang paling tinggi adalah  motivasi untuk
berprestasi dengan nilai sebelum P2KK 6,57 dan
setelah P2KK 6,92. Perubahan  soft skill paling
kecil sebelum dan setelah P2KK adalah kemam-
puan sosial dengan nilai ES sebesar 1,2 dan yang
terbesar adalah pada atribut mengontrol emosi
dengan nilai ES sebesar 5,1. Berikut penjelasan dari
masing-masing atribut soft skill: 1). Manajemen
Waktu: mengidentifikasi sejauh mana seseorang
dapat memanfaatkan dan mengatur waktu secara
optimal. Selama 6 hari peserta dilatih agar selalu
tepat waktu dalam semua kegiatan dan akan diberi-
kan sanksi apabila telat. Peserta juga mendapatkan
materi dan simulasi tentang manajemen waktu
sehingga berpengaruh pada peningkatan  soft skill.
2). Kemampuan Sosial: adalah tingkat kepercayaan
dan persepsi diri terhadap kemampuan dalam
berinteraksi sosial, meliputi presepsi tentang kehi-
dupan sosial yang sukses dan kemampuan berkomu-
nikasi. Peningkatan soft skillsetelah P2KK karena
banyaknya interaksi sosial selama kegiatan berlang-
sung. Peserta tinggal sekamar bersama 9-10 orang
dan mengikuti kegiatan di kelas bersama peserta
lain yang berjumlah 25-34 orang yang terdiri dari
jurusan dan daerah asal yang berbeda mulai jam 3
pagi sampai dengan setengah 10 malam. 3). Moti-
vasi Berprestasi: Merupakan soft skillyang paling
tinggi yang dimiliki mahasiswa FIKES. Soft skill
ini menginterpretasikan bahwa mahasiswa memiliki
motivasi yang tinggi  untuk  meraih prestasi dan



282 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 276–284

penghargaan sehingga melakukan upaya dan tindak-
an untuk mencapainya. Pembelajaran mahasiswa
kesehatan yang lebih menekankan pada hafalan
dengan materi yang banyak menyebabkan maha-
siswa termotivasi untuk terus belajar dan berpres-
tasi. Setelah P2KK soft skill ini meningkat, dikarena-
kan peserta dilibatkan secara aktif dan sistem
pembelajaran yang diterapkan dapat dipahami
dengan  mudah. 4).Pemikiran yang Fleksibel: meng-
interpertasikan sejauh mana seseorang dapat me-
nyesuaikan pemikirannyadan menerima informasi
baru dari pemikiran yang berbeda. Latar belakang
dan karakteristik mahasiswa yang berbeda dapat
menambah wawasan dan pergaulan peserta yang
lebih luas sehingga mengasah pola pikir menjadi lebih
fleksibel. 5). Kepemimpinan: Soft skill ini memiliki
rata-rata paling rendah. Kepemimpinan yang rendah
menunjukkan bahwa mahasiswa masih kurang da-
lam memimpin orang lain secara efektif ketika
melaksanakan suatu tugas dan dalam dapat melaku-
kannya masih kurang produktif. Hasil ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartiti &
Ernawati (2016), soft skill terendah pada mahasis-
wa keperawatan adalah kemampuan memimpin dan
berfikir kritis sebesar 24,6%. Selama pelatihan pe-
serta tidak dibedakan antara satu dan yang lainnya.
Semua peserta diberikan kesempatan untuk menjadi
pemimpin  baik laki-laki maupun perempuan
sehingga hal ini diyakini dapat menigkatkan soft skill
kepemimpinan 6). Mengontrol Emosi: menginter-
pretasikan sejauh mana seseorang bisa mengendali-
kan atau mengontrol emosi ketika ia dihadapkan
dengan situasi yang dapat membuat stres. Selama
P2KK peserta diawasi selama 24 jam dan diwajib-
kan disiplin terhadap peraturan yang berlaku selama
kegiatan berlangsung. Kegiatan yang cukup padat
yang dilaksanakan bersama banyak peserta lain
diyakini meningkatkan kemampuan mengontrol
emosi. 7). Berinisiatif : mengidentifikasi  sejauh mana
seseorang memulai suatu tindakan dalam situasi
baru. Lingkungan P2KK merupakan lingkungan
yang baru bagi peserta, di dalam kelas peserta
diberikan stimulus oleh fasilitator untuk aktif selama
pelatihan dan masing-masing individu diberikan
kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya.
Selain diberikan materi, peserta juga diberikan simu-
lasi, games, lomba yel-yel dan outbond yang akan
meningkatkan kemampuan peserta dalam berini-
siatif. 8).Kepercayaan Diri:  merupakan  keperca-
yaan yang dimiliki individu  di dalam dirinya terhadap
kemampuan dan keberhasilan atas tindakan yang

ia lakukan. Lingkungan yang mendukung selama
kegiatan, pemberian stimulus dari fasilitator kepada
peserta untuk aktif dan mengapresiasi secara positif
setiap jawaban, tindakan atau keputusan yang dibuat
oleh peserta, pemberian motivasi dan materi tentang
mengenal diri sendiri sehingga lebih percaya diri,
pelatihan speaking skill dan pembagian kelompok
menyebabkan peningkatkan kepercayaan diri
peserta.

Atribut Soft Skill Mahasiswa FIKES UMM
Sebelum dan Setelah P2KK

Program pembentukan karakter dapat menjadi
langkah awal dalam membentuk individu yang prima
sehingga diharapkan mampu memiliki soft skill yang
baik. Proses pembentukan karakter tidak secara
langsung memberikan stimulus terhadap pengem-
bangan soft skill seseorang sehingga masih dibutuh-
kan suatu proses yang panjang agar individu mem-
punyai  soft skill yang baik dan memiliki mental yang
stabil dalam menghadapi tantangan hidup dimasa
depan. Karakteristik dari program pembentukan
kepemimpinan yang efektif menurut Cansoy (2017)
adalah: peserta harus diajarkan pengetahuan dan
keterampilan;  peserta memahami nilai-nilai sosial ;
peserta harus dibantu meningkatkan kepemimpinan
dan kelebihan yangdimiliki ; peserta harus didorong
untuk mengembangkan etika, nilai-nilai dan pikiran
yang etis, berpartisipasi dalam kerjasama tim,
memiliki rasa hormat, kepercayaan dan harapan;
peserta didukung untuk menghormati perbedaan;
pembelajaran berbasis pengalaman (experiental
learning); meningkatkan kesadaran peserta untuk
membantu orang lain;  program harus memberikan
peluang untuk mengevaluasi pemikiran pribadi dan
menciptakan pembelajaran secara kolaboratif
maupun pribadi; ketika peserta melakukan pembela-
jaran harus melibatkan konsultan, panutan/role
model dan orang dewasa.

Program P2KK secara umum memiliki banyak
kesamaan yang sesuai dengan karakteristik dari
program pembentukankepemimpinan yang efektif.
Metode dan materi yang disampaikan disesuaikan
dengan tujuan dan target yang akan dicapai. Pen-
deka ta n ya ng diguna ka n a da la hexperiental
learning, sering disebut juga sebagai “learning by
doing”yaitu sebuah proses pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan suatu pengalaman
yang disengaja, terkait dengan informasi yang
hendak diajarkan. Pendekatan ini fokus pada apa
yang yang akan dipelajari oleh seseorang, hal itu



    283Setyowati, Sholihah, Aini, Pengaruh Program Pembentukan Kepribadian dan ...

akan mengaktifkan pembelajaran secara kognitif,
emosional dan akan merubah perilaku seseuai
dengan keterampilan yang diinginkan (Cunha, 2016).

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Cansoy (2017) yang dilakukan
di Fakultas Ekonomi Universitas Karabik, Turki.
Pelatihan yang dilakukan menggunakan experiental
learning kepada 20 mahasiswa selama 1-1,5
jamperminggu selama 10 minggu memiliki hasil
bahwa leadership skills development program di
universitas efektif untuk meningkatkan soft skill
karena secara signifikan meningkatkan keinginan
untuk mencapai tujuan, keterampilan komunikasi,
keterampilan kelompok, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan dalam  pengambilan kepu-
tusan, kesadaran  akan  tanggung jawab, kesadaran
untuk mempercaya dan dipercaya, kesadaran kepe-
mimpinan dan kesadaran emosional. Pembentukan
soft skill membutuhkan waktu yang cukup panjang,
bisa terbentuk ketika mahasiswa menempuh proses
pendidikan minimal 3,5 bulan. Sehingga pihak
Universitas khususnya Program Studi memiliki andil
besar dalam membentuk soft skill mahasiswa
melalui sistem pembelajaran yang seimbang antara
soft skill dan hard skill.

KESIMPULAN
Soft skill  mahasiswa FIKES UMM sebelum

mengikuti P2KK sebagian besar memiliki kategori
sedang. Rata-rata soft skill yang paling rendah
sebelum dan setelah P2KK yaitu kepemimpinan  dan
soft skill  yang paling tinggi adalah  motivasi untuk
berprestasi. Hasil uji statistik, terdapat  pengaruh
P2KK ter hadap soft skill mahasiswa FIKES
UMM.

SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan

soft skilldengan mengikuti berbagai kegiatan yang
ada di Universitas, mengingat pentingnya peranan
soft skill khususnya bagi tenaga kesehatan. Program
studi dan UPT P2KK perlu mendesain sistem
pembelajaran yang menerapkan keseimbangan
antara soft skill dan hard skill,serta melakukan
evaluasi metode kegiatan P2KK sehingga pdapat
meningkatkan soft skill yang masih kurang.

DAFTAR PUSTAKA
Aly, A. (2017). Pengembangan Pembelajaran Karakter

Berbasis Soft Skill Di Perguruan Tinggi. Ishraqi,
1(1), 40–51.

Arnata, I. W., & Surjoseputro, S. (2014). Evaluasi Soft
Skills dalam Pembelajaran Mahasiswa Baru di
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 21(1), 1–9.

Cansoy, R. (2017). The Effectiveness Of Leadership Skills
Development  Pr ogr a m For  Un i versi ty Th e
Effectiveness Of Leadership Skills Development
Program For University Students. History Culture
And Art Research, 6(3), 65–87. Https://Doi.Org/
10.7596/Taksad.V6i3.899

Chairilsyah, D. (2012). Pembentukan Kepribadian Positif
Anak Sejak Usia Dini. Educhild, 1(1), 1–7.

Cunha, I. F. X. Da. (2016). The Efficacy Of 1-Day Soft
Skills Training On Master Students ’ Performance.

Hartiti, T., & Ernawati. (2016). Gambaran Softskill
Mahasiswa Sarjana Perawat Di FIKKES Universtas
Muhammadiyah Semarang. RAKERNAS AIPKEMA
2016 “Temu Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat”.

Haryati, S. (2015). Upaya Meningkatkan Soft Skill
Mahasiswa Di Perguruan Tinggi. Seminar Ilmiah
Semesteran Korpri Sub Unit Kopertis Wilayah VI
Jawa Tengah, 1(2), 66–75. Retrieved from http://
lib.untidar.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/
upaya-peningkatan-soft-skill-mhs-PT.pdf.

Hidayati, U., Susena, Mardinawati, & Noor, A. (2015).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan
Soft Skill (Soft Competency) Mahasiswa Jurusan
Akuntansi Polines. Prosiding Sentrinov, 001,
2477–2097. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.30630.
32324.

Hidayah, N. (2011). Kesiapan Psikologis Masyarakat
Pedesaan Dan Perkotaan Menghadapi Diversifikasi
Pangan Pokok. Humanitas, VIII(1), 88–104.

Hirsch, R. G. A. (2017). Gender Differences In The
Performance Of Black High School Students On Job
Interviews. Thesis, 1–42.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Rencana
Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
2010-2014, 1–6. https://doi.org/10.1017/CBO9781107
415324.004

Neill, J. (2007). Life Effectiveness Questionnaire: A
Research Tool for Measuring Personal Change.
Retrieved November 11, 2018, from http://
wilderdom.com/leq.html

Nurmaulidya, E. (2013). Kegiatan Ekstra Kurikuler Dan
Pembentukan Soft Skill Peserta Didik di SMA Negeri
6 Bandar Lampung. Tesis, 0–11.

Rasmita, F., Elfindri, Wello, M. B., & Rumengan, J. (2009).
Pintar Soft Skills Membentuk Pribadi Unggul. (J.
F. Rezky, Ed.). Bandouse Media.

Ravindran, K., & Bandara. (2015). Factors Affecting
Acquisition Of Soft Skills And The Level Of Soft
Skills Among University Undergraduates (With
Special Reference To Management Students Of
Rajarata University Of Sri Lanka ). International



284 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 276–284

Research Symposium Rajarata University Of Sri
Lanka, 538–545.

Rismanto, H., & Munir, M. (2013). Pengembangan Soft
Skill Siswa Melalui Metode Cooperative Learning
Tipe Jigsaw. http ://eprints.uny.ac.id/eprint/10451

Rongraung, S., Somprach, K., Khanthap, J., & Sitthisomjin,
J. (2014). Soft Skills for Private basic Education
Schools in Thailand. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 112, 956–961. https://doi.org/
10.1016/j.sbspro.2014.01.1254

Setiani, F., & Rasto. (2016). Mengembangkan Soft Skill
Siswa Melalui Proses Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 170–
176.

Suranto, & Rusdianti, F. (2018). Pengalaman Berorganisasi
Dal a m  Mem ben t uk Sof t  Sk i l l Ma ha si swa .
Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 28(1), 58–65.

Zammi, M., & Khoiriyyah, K. (2018). Analisis Kemampuan
Soft Skills Siswa Kelas XI SMK Futuhiyyah
Mranggen Demak, 08(2), 41–51.