401A’in, Agung, Yunitasari, Aromaterapi Lavender Dalam Upaya Menurunkan Nausea dan... JNK JURNAL NERS DAN KEBIDANAN http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk Aromaterapi Lavender Dalam Upaya Menurunkan Nausea dan Vomiting Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Anisa A’in1, Desak Gede Agung, S.2, Esty Yunitasari3 1Faculty of Nursing, Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 2Faculty of Medicine, Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 3Faculty of Nursing, Universitas Airlangga Surabaya, Indonesia 401 Info Artikel Kata Kunci: Aromaterapi lavender; lavandula angustifolia; nausea; vomiting; kanker payudara; kemoterapi. Abstrak Kanker payudara merupakan jenis kanker yang umum terjadi wanita. umumnya pasien yang menjalani kemoterapi mengalami gejala akibat proses penyakit atau efek samping pengobatan seperti nausea dan vomiting. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh aromaterapi lavender terhadap nau- sea dan vomiting pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Metode: penelitian ini adalah penelitian true experimental dengan desain randomized pre-post test with control group. Sampel penelitian dikumpulkan secara consecutive, melibatkan 40 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi one day care di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok aromaterapi (n = 20) dan kelompok kontrol (n = 20). Aromaterapi lavender dilakukan mandiri oleh pasien dirumah setiap dua kali sehari selama tiga minggu berturut-turut (21 hari). Instrumen mengukur nausea dan vomiting menggunakan Rhodes Index Nausea, Vom- iting and Retching. Data dianalisis menggunakan uji pair t test dan inde- pendent t test. Hasil: Skor nyeri pre kelompok aromaterapi 17.60 ± 3,05 dan post 8,40 ± 4,74 (p value <0,001). Independent t test menunjukkan nilai p value 0,001 (< 0,05). Kesimpulan: studi ini menunjukkan aromaterapi laven- der inhalasi yang diterapkan secara berkesinambungan selama tiga minggu berturut-turut mampu menurunkan nausea dan vomiting pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Article Information Lavender Aromatheraphy in Relieving Nausea and Vomiting Breast Cancer Patient Undergoing Chemotheraphy at dr. Soetomo Hospital Abstract Breast cancer is a type of cancer that commonly occurs in women. generally patients undergoing chemotherapy experience symptoms due to disease processes or side effects of medications such as nausea and vomiting. The purpose of this study was to explain the effect of lavender aromatherapy on Sejarah Artikel: Diterima, 04/11/2019 Disetujui, 03/12/2019 Dipublikasi, 05/12/2019 History Article: Received, 04/11/2019 Accepted, 03/12/2019 Published, 05/12/2019 http://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v6i3.ART.p401-407&domain=pdf&date_stamp=2019-12-05 402 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 401–407 Correspondence Address: Universitas Airlangga Surabaya, East Java - Indonesia P-ISSN : 2355-052X Keywords: Lavender Aromatheraphy; lavandula angustifolia; nausea; vomiting; breast cancer; chemo- therapy nausea and vomiting in breast cancer patients undergoing chemotherapy. Method: this study is a true experimental study with a randomized pre-post test with control group design. The study sample was collected consecu- tively, involving 40 breast cancer patients undergoing one day care chemo- therapy at RSUD Dr. Soetomo Surabaya. The sample was divided into 2 groups, the aromatherapy group (n = 20) and the control group (n = 20). Lavender aromatherapy is performed independently by the patient at home twice a day for three consecutive weeks (21 days). The instrument measures nausea and vomiting using the Rhodes Index Nausea, Vomiting and Retch- ing. Data were analyzed using paired t test and independent t test. Results: Pain scores in the pre-aromatherapy group 17.60 ± 3.05 and post 8.40 ± 4.74 (p value <0.001). Independent t test showed a p value of 0.001 (<0.05). Con- clusion: this study shows that inhaled lavender aromatherapy which is ap- plied continuously for three consecutive weeks can reduce the nausea and vomiting of breast cancer patients undergoing chemotherapy. ©2019 Jurnal Ners dan Kebidanan PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling umum diderita oleh wanita (Tamaki et al., 2017). Hasil estimasi International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara menempati urutan pertama kasus baru (43,3%) dan persentase tertinggi kematian akibat kanker (12,9%) dari seluruh keganasan didunia (Bott, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia menunjukkan, Prevalensi penyakit kanker naik dari 1,4% ditahun 2013, menjadi 1,8% di tahun 2018 sedangkan menurut data dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yakni mencapai 12.014 orang (28.7%) (Kemenkes RI, 2018). Jumlah penderita kanker payudara juga mendu- duki peringkat pertama kasus keganasan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan pasien kanker tahun 2018 (25.780 kali kunjungan) disusul kanker servix (14.685 kali kunjungan) dan kanker ovarium (5249 kali kunjungan). Penderita kanker banyak mengalami gejala- gejala yang muncul akibat dari proses penyakit maupun efek samping dari pengobatan kemoterapi, radioterapi, intervensi pembedahan dan terapi konvensional lain (Özdelikara & Tan, 2017). Salah satu gejala tersebut dapat berupa nausea dan vomiting. Nausea dan vomiting sendiri dilaporkan dialami sebanyak 40%–70% pasien kanker selama perjalanan penyakit.. Jika efek kemoterapi tersebut terus dibiarkan dalam jangka panjang dapat mem- pengaruhi aktivitas, status gizi, serta kualitas hidup pasien, sehingga diperlukan kontrol secara farma- kologis maupun non-farmakologis untuk memper- baiki masalah tesebut (Gozzo, Moyses, da Silva, & de Almeida, 2013). Kompleksitas dan sifat kanker yang agresif serta efek samping dari pengobatan seperti kemo- terapi, radioterapi, intervensi pembedahan dan terapi konvensional lain telah mendorong pasien dan keluarga untuk turut menggunakan metode peng- obatan alternatif pelengkap atau yang dikenal denga n CAM (Complementary Alternative Theraphy) sebagai pendamping terapi pengobatan (Özdelikara & Tan, 2017). Terapi alternatif telah umum digunakan dalam mengurangi ketidaknyamanan pasien dengan kanker diantaranya adalah aromaterapi. Negara-negara yang menggunakan aromaterapi sebagai bagian dari praktek keperawatan mereka antara lain Swiss, Jer- man, Inggris, Kanada dan Amerika Serikat (Eghbali, 2017). Email: anisafkp.unair2017@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 DOI:10.26699/jnk.v6i3.ART.p401-407 This is an Open Access article under The CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://doi.org/10.26699/jnk.v6i3.ART.p401-407 https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 403A’in, Agung, Yunitasari, Aromaterapi Lavender Dalam Upaya Menurunkan Nausea dan... Salah satu aromaterapi yang banyak di-guna- kan salah satunya adalah aromaterapi lavender. Esensial Lavender (Lavandula Angustifolia) mengandung linalool, linalyl acetate, cineol, lavender, geraniol tannin, flavonoids yang dapat menimbulkan efek antibacterial, antispasmodic, antidepresant dan analgesic. Kandungan linalool yang bersifat sedative dan linalyl acetate yang memberikan efek narkotik dapat menekan aktivitas sistem saraf simpatis, mengurangi hormon stres dan me-ningkatkan sekresi beta-endorphins (Fayazi, Babashahi, & Rezaei, 2011). Saat aroma lavender di inhalasi, kandungan minyak atsiri merangsang reseptor bulbus olfaktorius, mentransfer pesan pen- ciuman ke sistem limbik, menyebabkan pelepasan endorphin, encephalin, dan serotonin, yang mem- punya i efek member ika n per a sa a n tena ng, menurunkan nausea dan juga vomiting (Sowndha- rarajan & Kim, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh aromaterapi lavender terhadap nausea dan vomiting pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan rancangan penelitian randomized pretest – postest control group design Penelitian dilaku- kan sejak tanggal 30 Juli sampai dengan 1 Oktober 2019 diunit rawat jalan Pusat Pengembangan Layanan Kanker (PPLK) RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Tekhnik sampling dilakukan dengan cara menentukan 40 responden secara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, 20 responden kelompok aromaterapi, 20 responden kelompok kontrol. Penentuan kelompok sampel dilakukan secara random. Responden yang terlibat dalam penelitian merupakan pasien kanker payudara one day servis (rawat jalan), usia 17– 65 tahun, minimal kemoterapi kedua, pernah menjalani pembedahan atau tidak, pa sien nyer i r inga n sa mpai denga n sedang, kemoterapi berbasis Antracicline, pasien stadium 1-III B, pasien yang diberikan obat antiemetik ondancentron, pasien tidak mengkonsumsi obat anti depresan, tidak memiliki komplikasi saluran pernapasan, tidak memiliki gangguan penciuman, tidak memiliki riwayat asma, pasien hypersen- sitivitas essensial oil lavender, menyukai aroma essential oil lavender. Kelompok responden penelitian di-tentukan secara random melalui undian. Peneliti juga me- nunjuk satu anggota keluarga sebagai pengawas terapi. Responden yang masuk dalam kelompok aromaterapi dilakukan tes penciuman untuk menge- tahui apakah responden memiliki alergi essensial oil lavender. Selanjutnya responden diajarkan bagaimana cara melakukan terapi dengan benar. Aromaterapi diencerkan dengan virgin coconut oil oleh peneliti dengan perbandingan 1 : 1. Aromaterapi yang telah diencerkan selanjutnya diteteskan di permukaan kasa. Responden lalu diminta untuk melakukan pernapasan dalam hingga abdomen terasa hangat. Intervensi aromaterapi dilakukan 2x sehari, 10 menit dipagi hari saat bangun tidur dan 10 menit malam hari sebelum tidur selama 3 minggu berturut-turut (21 hari). Variabel yang dievaluasi meliputi nausea dan vomiting. Follow up dilakukan sebanyak 2x via telpon dengan tujuan mengingatkan terapi dan menilai perkembangan responden. Sementara untuk kelompok kontrol responden hanya diberikan perawatan standar rumah sakit. Penilaian post-test dilakukan secara langsung saat pasien menjalani kemoterapi dijadwal selanjutnya. Instrumen yang digunakan untuk mengukur nausea dan vomiting adalah kuisioner Rhodes Index Nausea, vomiting and restcing yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan nilai koefisien alpha cronbach 0,866. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji pair t test untuk mengetahui perbedaan rata-rata pre-post intervensi dan uji independent t test untuk mengetahui perbedaan nausea dan vomiting antara kelompok intervensi dan kontrol HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan sejak tanggal 30 Juli sampai dengan 1 Oktober 2019. Tekhnik sampling dilakukan dengan cara menentukan 40 responden Karakteristik K 1 K2  n = 20 n = 20 n = 40 Usia f % f % f % 26–35 tahun 3 15 4 20 7 17,5 36–45 tahun 8 40 7 35 15 37,5 46–55 tahun 7 35 7 35 14 35 56–65 tahun 2 10 2 10 4 10 Tabel 1 Distribusi frekuensi usia responden 404 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 401–407 tidak ada satu responden pun yang berada pada katagori nausea dan vomiting ringan. Setelah menja lani intervensi selama tiga minggu, 12 respoden mengalami penurunan katagori dari sedang dan berat menjadi katagori ringan. Sementara Hasil berbeda ditunjukkan oleh kelompok kontrol, hanya 3 orang pasien yang me-laporkan penurunan nausea dan vomiting, dari kategori berat menjadi sedang. Analisis data pada Tabel 2 menunjukkan selisih rata-rata pre-post kelompok intervensi (K1) dan kontrol (K2). Dari tabel tersebut di-ketahui kedua baik kelompok aromaterapi dan control sama-sama mengalami penurunan skor nausea dan vomiting. Namun penurunan tertinggi dimiliki oleh kelompok aromaterapi dengan selisih mean -9,20 sedangkan kelompok kontrol (-0,30). Uji pair t test menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata pre-post kelompok intervensi terhadap nausea dan vomiting pasien dengan nilai p value 0,001 (<0,05). Sedangkan penurunan yang tidak signifikan ditunjukkan oleh kelompok Kontrol dengan p value 0, 741. PEMBAHASAN Pasien kanker payudara yang dilibatkan dalam penelitian ini merupakan pasien one day care (rawat jalan) yang menjalani kemoterapi berbasis antrasiklin setiap tiga minggu sekali (21 hari). Obat-obat kemoterapi (atau metabolitnya) dapat mengaktivasi daerah kemoreseptor atau pusat vomiting secara langsung serta merangsang vomiting dengan cara merusak sel-sel saluran cerna. Karakteristik K 1 K2  n = 20 n = 20 n = 40 Pendidikan f % f % f % Dasar 13 65 13 65 26 65 Menengah 4 20 5 25 9 23 Tinggi 3 15 2 10 5 13 Tabel 2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden Karakteristik K 1 K2  n = 20 n = 20 n = 40 Penkerjaan f % f % f % IRT 10 50 13 65 23 58 Wirausaha 4 20 3 15 7 18 Buruh 3 15 2 10 5 13 Swasta 2 10 2 10 4 10 PNS 1 5 0 0 1 2,5 Tabel 3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden Karakteristik K 1 K2  n = 20 n = 20 n = 40 Frekuensi f % f % f % 2 kali 6 30 4 20 10 25 3 kali 8 40 8 40 16 40 4 kali 3 15 4 20 7 18 5 kali 2 10 3 15 5 13 6 kali 1 5 1 5 2 5 Tabel 4 Distribusi frekuensi kemoterapi responden Karakteristik Aromaterapi Kontrol n = 20 n = 20 Pre intervensi f % f % Ringan (1-3) 0 0 0 0 Sedang (4-6) 10 50 8 40 Berat (7-9) 10 50 12 60 Hebat (10-12) 0 0 0 0 Post intervensi Ringan 12 60 0 0 Sedang 6 30 11 55 Berat 2 10 9 45 Hebat (10-12) 0 0 0 0 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Nausea dan Vomiting pre- post intervensi secara consecutive sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, dari 142 responden yang melakukan kemoterapi di unit rawat jalan RSUD. Dr. Soetomo Surabaya Rentang usia terbanyak berada pada usia 36- 45 tahun yaitu sebanyak 37,5 %. Tingkat pendidikan responden didominasi tingkat dasar yakni se-banyak 65%. Katagori pekerjaan lebih banyak di-dominasi oleh ibu rumah tangga yakni sebanyak 57,5% dan responden rata-rata telah menjalani kemoterapi sebanyak 2 sampai 3 kali. Hasil distribusi frekuensi nausea dan vomiting pada Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden memiliki karekteristik nausea dan vomiting sedang 45% dan berat 55%. Sebelum di-lakukan intervensi, 405A’in, Agung, Yunitasari, Aromaterapi Lavender Dalam Upaya Menurunkan Nausea dan... Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV) diklasifikasikan menjadi akut, lambat dan antisipatori. CINV akut terjadi pada awal dua puluh empat jam pasca kemoterapi dengan puncak terjadi pada lima sampai enam jam setelah pemberian kemoterapi. CINV tipe lambat terjadi setelah dua puluh empat jam dan dapat menetap selama lima sampai tujuh hari. Pada penelitian ini pasien mengatakan nausea muncul pada hari ke-3 pasca kemoterapi dan puncaknya terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 lalu menurun pada hari ke-6. Dalam studi ini tidak terdapat pasien dengan nausea dan vomiting hebat pada hari pasien menjalani kemo- terapi. Responden menyampaikan gejala nausea dan vomiting biasanya muncul pada hari ke-3 setelah kemoterapi, puncaknya dirasakan pada hari ke-4 s/ d 5. Beberapa pasien mengatakan gejala tersebut berangsur-angsur turun 1 minggu pasca kemoterapi, namun ada pula yang melaporkan nausea dan vomiting bertahan sepanjang minggu hingga kemoterapi berikutnya. Maka dari itu diperlukan satu intervesi yang efektif meredakan nausea dan vomiting yang dapat dilakukan secara mandiri selama dirumah,, memiliki efek samping negatif yang minimal, mudah, cost effective serta dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (Lakhan, Sheafer, & Tepper, 2016) Dalam penelitian ini pasien yang diberikan aromaterapi lavender (K1) secara stimultan selama 3 minggu berturut-turut terbukti juga dapat menurun- kan intensitas nausea dan vomiting pada pasien dibandingkan dengan kelompok kontrol (K2). Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa episode nausea dan vomiting pada ibu hamil menurun pada hari ketiga pasca inhalasi aroma- terapi (Mahmoud, Ghani, Tawfik, & Ibrahim, 2013). Atau hasil penelitian yang dilakukan oleh Ovayolu, Sevið, Ovayolu, & Sevinç, (2014) tentang efektivitas aromaterapi terhadap breast cancer symptom dan kualitas hidup pasien kanker payudara. hasil peneli- tian tersebut menunjukkan terdapat penurunan Symptom fisik dan peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara dari minggu ke-6 hingga minggu ke-10 pada kelompok intervensi Lavender memiliki sejarah panjang sebagai anticonvulsant,antidepressive, anxiolytic, sedative, and penenang. kandungan lavender oil terdiri dari: linalool, linalyl acetate, á- dan â- pinene dan 1,8- cineole. Dimana, linalyl acetat dan linalool adalah kandungan aktif utama pada lavender yang berperan sebagai efek anti cemas (relaksasi) dan meredakan nausea (Dagli, Dagli, Mahmoud, & Baroudi, 2015). Proses penghiduan itu sendiri bermula dari molekul-molekul aromaterapi lavender yang dihirup secara inhalasi ditangkap oleh epitel olfaktory yang kemudian diteruskan menuju sel olfaktory. Pada sel olfaktory terdapat silia olfaktory yang berfungsi sebagai alas padat pada mukus yang bereaksi terhadap bau di udara. Sinyal ini akan diteruskan ke bulbus olfaktorius lalu ke akson-akson pendek dari sel olfaktorius dan berakhir di struktur globular yang disebut glomeruli. Setiap ujung gromelurus memiliki dendrit untuk menerima sinaps dari sel olfaktorius yang akan menerima akson-akson ke traktus olfaktorius untuk menjalarkan sinyal-sinyal olfaktorius ke tingkat yang lebih tinggi dari sisem saraf pusat (Guyton & Hall, 2007). Dari sistem saraf pusat sensasi olfaktori diteruskan menuju sistem limbik lalu ke hipothalamus dan amygdala. Dari amygdala sensasi olfaktori memberikan perasaan tenang dan menurunkan nausea (Sowndhararajan & Kim, 2016). Meskipun dalam penelitian ini aromaterapi terbukti menurunkan nausea dan vomiting, ada be- berapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi skor nausea dan vomiting pasien yang menjalani kemo- terapi, di antarnya adalah frekuensi kemoterapi. Pasien yang dilibatkan dalam penelitian adalah pasien yang minimal telah satu kali menjalani kemo- terapi dengan asumsi bahwa semakin sering pasien menjalani kemoterapi, semakin banyak pasien mnda- patkan pengalaman dari pengobatan sebelumnya. Intervensi n Mean ± SD  Mean p value K1 Pre 20 17.60 ± 3,05 -9,20 < 0,001   Post 20 8,40 ± 4,74 K2 Pre 20 17,20 ± 1,88 -0,30 0,741 Post 20 16.90 ± 4,06   Independent t test = p value <0,001 Tabel 6 Pengaruh aromaterapi lavender terhadap nausea dan vomiting (n=40) 406 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 6, Nomor 3, Desember 2019, hlm. 401–407 Pengobatan kemoterapi terdiri dari beberapa siklus sehingga termasuk dalam pengobatan jangka pan- jang, apabila dalam pengalaman pertama terdapat pengalaman yang tidak menyenangkan dalam men- jalani kemoterapi maka hal tersebut dapat mempe- ngaruhi tingkat kecemasan dan menjadi stressor pasien pada kemoterapi selanjutnya (Astari, 2015). Studi ini menunjukkan usia responden berada pada rentan 36–55 tahun. Hal tersebut dicurigai dapat mempengaruhi tingkat keparahan nausea dan vomiting pasien. Salah satu alasan yang mungkin melatar belakangi hal tersebut adalah berhubungan dengan perbedaan sosial ekonomi. Beberapa pasien dalam kisaran usia pertengahan 31–50 tahun selain harus membiayai pengobatan, mereka perlu mendu- kung orang tua dan membiayai sekolah anak-anak mereka. Sehingga ketika mereka dirawat di rumah sakit sebagai pasien kanker, mereka akan menderita tekanan hebat baik secara mental dan fisik, yang akan memperparah penderitaan akibat efek samping pengobatan yang dijalani (Xu, Ou, Xie, Cheng, & Chen, 2019). Sebagian besar pasien kanker payudara yang menja la ni progra m kemoterapi di RSUD dr. Soetomo berada pada pendidikan dasar (65%). Dari data tersebut maka peneliti berasumsi akses infor- masi dan tingkat kesadaran responden untuk mem- peroleh sumber informasi terkait pencegahan dan penanggulangan nausea dan vomiting pasien kan- ker payudara masih snagat kurang. Menurut Notoatmodjo (2010) semakin tinggi tingkat pendidik- an maka semakin tinggi tingkat pengetahuan sese- orang. Pasien dengan tingkat pendidikan tinggi cen- derung memiliki kepatuhan yang tinggi dalam pencegahan penyakit dan treatment pengobatan, sehingga gejala kanker dapat diatasi dengan lebih baik (Mehnert & Koch, 2008). Meskipun aromaterapi lavender mem-berikan banyak manfaat bagi pasien kanker, dalam proses- nya peneliti kesulitan menemukan pasien yang ber- sedia menjadi responden dalam kelompok aroma- terapi. Hal tersebut karena tidak semua pasien kanker payudara yang menjalani kemoter api menyukai aroma dari essensial oil lavender yang ditawarkan. Peneliti berasumsi penolakan dan penerimaan pasien terhadap aroma essensial oil lavender ini dipengaruhi oleh faktor selera dan pengalaman masa lalu. Penggunaan aromaterapi melewati mekanisme penciuman lebih cepat menim- bulkan efek fisiologis karena indra penciuman mem- punyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas merangsang terbentuknya dampak dari aroma. Faktor yang mempengaruhi dampak diantaranya ketertarikan, selera, memori, dan identifikasi (Devito, 2013). Stevenson & Repacholi, (2005) menyatakan jika aroma yang tercium adalah aroma yang menyenangkan, maka seseorang secara otomatis akan merasa dirinya positif. Sedangkan apabila aroma yang tercium adalah aroma yang tidak menyenangkan, maka seseorang akan merasa negatif. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi penciuman individu terhadap aroma bersifat subjektif dan tergantung masing-masing individu (Adderley & Holt, 2014). Hal ini terbukti meskipun beberapa responden melaporkan tidak menyukai aroma essensial oil lavender, banyak responden yang menyatakan nyaman dan menyukai essensial oil yang ditawarkan. Beberapa responden bahkan berusaha menghubungi peneliti untuk ber- tanya dimana responden dapat membeli essensial oil yang sama. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kombinasi aromaterapi lavender yang dilakukan dirumah secara secara rutin mampu menurunkan nausea dan vomiting pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Saran Penelitian selanjutnya diharapkan dapat me- libatkan pasien kemoterapi rawat inap agar proses intervensi dapat diawasi langsung oleh peneliti. Pengukuran nausea dan vomiting diharapkan dapat menggunakan indikator pengukuran yang lebih objektif. misalnya dengan melibatkan tanda-tanda vital maupun hubungannya dengan perubahan biokimia tubuh seperti kadar endorphin, kortisol dalam darah dan lain-lain. DAFTAR RUJUKAN Astari, K,.Y,.R. (2015). Hubungan Frekuensi Kemoterapi dan Kecemasan Terhadap Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat Pada Pasien Kanker Serviks RSUD DR. Moewardi Surakarta. Program Studi Ilmu Gizi. UMS. Surakarta Adderley, U. J., & Holt, I. G. S. (2014). Topical agents and dr essin gs for fungati ng wounds. Cochrane Database of Systematic Reviews. https://doi.org/ 10.1002/14651858.CD003948.pub3 Dagli, N., Dagli, R., Mahmoud, R., & Baroudi, K. (2015). 407A’in, Agung, Yunitasari, Aromaterapi Lavender Dalam Upaya Menurunkan Nausea dan... Essential oils, their therapeutic properties, and implication in dentistry: A review. Journal of International Society of Preventive and Community Dentistry. https://doi.org/10.4103/2231-0762.165933 DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book (13th ed). New Jersey: Pearson. Eghbali, M. (2017). To What Extend Aromatherapy with Peppermint Oil Effects on Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting in Patient Diagnosed with Breast Cancer? A Randomized Controlled Trial. Journal of Hematology & Thromboembolic Diseases, 05(06). https://doi.org/10.4172/2329- 8790.1000279 Fayazi, S., Babashahi, M., & Rezaei, M. (2011). The effect of inhalation aromatherapy on anxiety level of the patients in preoperative period. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 16(4), 278–283. https://doi.org/10.1097/GOX.0b013e3182 Gozzo, T. de O., Moyses, A. M. B., da Silva, P. R., & de Almeida, A. M. (2013). [Nausea, vomiting and quality of life in women with breast cancer receiving chemotherapy]. Revista Gaucha de Enfermagem / EENFUFRGS, 34(3), 110–116. https://doi.org/ 10.1590/S1983-14472013000300014 Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC Lakhan, S. E., Sheafer, H., & Tepper, D. (2016). The Effectiveness of Aromatherapy in Reducing Pain/ : A Systematic Review and Meta-Analysis, 2016. Mahmoud, R., Ghani, A., Tawfik, A., & Ibrahim, A. (2013). The Effect of Aromatherapy Inhalation on Nausea an d Vomi ti ng i n Ea rl y Pr egna ncy: A Pil ot Randomized Controlled Trial. Journal of Natural Sciences Research Www, 3(5), 2225–2921. Mehnert, A., & Koch, U. (2008). Psychological comorbidity and health-related quality of life and its association with awareness, utilization, and need for psychosocial support in a cancer register-based sample of long-term breast cancer survivors. Journal of Psychosomatic Research. https://doi.org/ 10.1016/j.jpsychores.2007.12.005 Ou, M. C., Hsu, T. F., Lai, A. C., Lin, Y. T., & Lin, C. C. (2012). Pain relief assessment by aromatic essential oi l m a ssa ge on out pa t i ent s wi t h pr i ma r y dysmenorrhea: A randomized, double-blind clinical trial. Journal of Obstetrics and Gynaecology Research, 38(5), 817–822. https://doi.org/10.1111/ j.1447-0756.2011.01802.x Ovayolu, O., Sevið, U., Ovayolu, N., & Sevinç, A. (2014). T h e effect of ar om at h era py a n d m a ssa ge administered in different ways to women with breast cancer on their symptoms and quality of life. International Journal of Nursing Practice, 20(4), 408–417. https://doi.org/10.1111/ijn.12128 Özdelikara, A., & Tan, M. (2017). The Effect of Reflexology on Chemotherapy-induced Nausea, Vomiting, and Fatigue in Breast Cancer Patients. Asia-Pacific Journal of Oncology Nursing, 4(3), 241–249. https:/ /doi.org/10.4103/apjon.apjon_15_17 Sowndhararajan, K., & Kim, S. (2016). Influence of fragrances on human psychophysiological activity: With special reference to human electroencepha- lographic response. Scientia Pharmaceutica. https://doi.org/10.3390/scipharm84040724 Stevenson, R. J., & Repacholi, B. M. (2005). Does the source of an interpersonal odour affect disgust? A disease risk model and its alternatives. European Journal of Social Psychology. https://doi.org/ 10.1002/ejsp.263 Tamaki, K., Fukuyama, A. K., Terukina, S., Kamada, Y., Uehara, K., Arakaki, M., … Sasano, H. (2017). Ra ndom iz ed t r i al of a r oma t h er a py versus conventional care for breast cancer patients during perioperative periods. Breast Cancer Research and Treatment, 162(3), 523–531. https://doi.org/10.1007/ s10549-017-4134-7 Xu, X., Ou, M., Xie, C., Cheng, Q., & Chen, Y. (2019). Pain acceptance and its associated factors among cancer patients in mainland China: A cross-sectional study. Pain Research and Management. https://doi.org/ 10.1155/2019/9458683.