239Ristanti, Zuwariah, Penerapan Manajemen Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Dengan ... 239 Penerapan Manajemen Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Dengan Insiden Kegawatdaruratan Obstetri Di Pusat Pelayanan Primer Adenia Dwi Ristanti1, Nur Zuwariah2 1,2Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 25/11/2019 Disetujui, 09/06/2020 Dipublikasi, 05/08/2020 Kata Kunci: Manajemen, Kegawatdaruratan, Ob- stetric, Pelayanan Primer Abstrak Indonesia merupakan suatu negara berkembang dengan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian khusus yaitu AKI yang masih tinggi. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mana- jemen rujukan kegawatdaruratan obstetric dengan insiden kegawatdaruratan obstetric di Pusat Pelayanan Primer. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif desain diskriptif fenomenologi serta restropective. Penelitian dila- kukan di puskesmas Jagir bulan April sampai Juli 2019 informan utama yaitu Bidan. Pengumpulan informan dengan teknik wawancara mendalam, studi dokumentasi serta observasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan pedoman system rujukan nasional bahwa evaluasi internal perlu dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, memperbaiki ketaatan pelaksanaan rujukan oleh fasilitas kesehatan, memperbaiki serta mengevaluasi sarana SDM dipelayanan Kesehatan. Semua informan dalam manajemen rujukan kegawatdaruratan obstetri dengan insiden kegawatdaruratan obstetri di pusat pelayanan primer sudah cukup baik. Semua informan dalam pengetahuan tentang manajemen rujukan kegawatdaruratan obstetri dengan insiden kegawatdaruratan obstetri di pusat pelayanan primer sudah cukup baik. Pengetahuan sistem rujukan kasus kegawatdaruratan obstetric informan sudah baik. Sarana dan Prasarana yang tersedia di puskesmas sudah tersedia lengkap sesuai standar minimal untuk kegawatdaruratan obstetric dan dalam kondisi yang baik. SOP sudah sesuai dengan protap yang ada. Surat pengantar rujukan, transportasi, penyerahan tanggung jawab sudah sesuai dan baik. Semua informan telah melakukan pencatatan serta pelaporan terkait kasus rujukan yang dilakukan. Mayoritas informan telah melakukan evaluasi internal untuk menilai apakah prosedur rujukan yang telah dilakukan sudah cukup baik. Diharapkan penelitian ini menjadi sumber referensi pengembangan ilmu kebidanan untuk meningkatkan kualitas pemberian asuhan kebidanan khususnya pada layanan kebidanan. JURNAL NERS DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk JNK https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p239-246&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020 240 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 239–246 Correspondence Address: Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya – East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: adeniadr@unusa.ac.id E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p239–246 This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ History Article: Received, 25/11/2019 Accepted, 09/06/2020 Published, 05/08/2020 Keywords: Management, Emergency, Mid- wifery, Primary Service Article Information Abstract Indonesia is a developing country with health problems that are still of particular concern, namely the high maternal mortality rate. As many as 99% of maternal deaths due to childbirth or birth problems occur in devel- oping countries. This study aims to analyze the effect of obstetric emer- gency referral management with obstetric emergency incidents at the Pri- mary Service Center. This study uses a qualitative approach to phenom- enological and restropective descriptive design. The study was conducted at the Jagir puskesmas from April to July 2019, the main informant was the Midwife. The gathering of informants with in-depth interview techniques, documentation studies and observations. The results of this study are in accordance with the national referral system guidelines that internal evalu- ation needs to be done in order to improve the quality of services, improve compliance with referral services by health facilities, improve and evalu- ate human resource facilities in health services. All informants in obstetric emergency referral management with obstetric emergency incidents in pri- mary care centers are good enough. All informants in knowledge of obstet- ric emergency referral management with obstetric emergency incidents in primary care centers are good enough. Knowledge of the obstetric emer- gency case referral system is good. Facilities and infrastructure available at the puskesmas are fully available according to the minimum standards for obstetric emergencies and in good condition. Standard operational procedures are in accordance with existing procedures. Cover letter of reference, transportation, handover of responsibilities is appropriate and good. All informants have recorded and reported related to the case of referral that was carried out. The majority of informants have conducted internal evaluations to assess whether the referral procedures that have been carried out are good enough. It is hoped that this research will be- come a reference source for developing midwifery to improve the quality of midwifery care, especially in midwifery services. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan The Application of Obstetrics Referral Emergency Management with The Obstetric Emergency Incident At The Primary Service Center PENDAHULUAN Indonesia merupakan suatu negara berkem- bang dengan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian khusus yaitu AKI (Angka Kematian Ibu) yang masih tinggi (Ristanti, 2017). Untuk menanggu- langi AKI yang masih tinggi pemerintah telah men- cana ngkan progra m Millenium Development Goals (MDGs) target kelima yaitu menurunkan AKI (Kesehatan and Indonesia, 2017). Tetapi, program tersebut masih belum efektif disebabkan AKI di Indonesia pada tahun 2015. Lima penyebab AKI terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perda- rahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi (Ristanti, 2017). https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p239-246 241Ristanti, Zuwariah, Penerapan Manajemen Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Dengan ... Menurut WHO (World Health Organisation), sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara- negara berkembang (World Health Organization, 2018). Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) masih 305 per 100.000 per kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kesehatan and Indonesia, 2017). Salah satu indikator keberhasilan upaya kese- hatan ibu dapat dilihat dari jumlah AKI (Kemp, 2016). AKI merupakan jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebab- kan kehamilan, persalinan, nifas ataupun pengelola- annya bukan karena sebab lain seperti kecelakaan di setiap 100.000 kelahiran hidup (Bateman, 2018). Indicator hanya mampu menilai program kesehatan ibu, melainkan juga mampu menilai derajat kese- hatan masyarakat, oleh karena sensitifitasnya terha- dap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi kualitas dan aksibilitas (Al-shahethi, Ahmad and Al- serouri, 2018). Tingginya AKI di Indonesia berkaitan dengan kondisi ekonomi, perilaku budaya masyarakat, geografis, terlambat dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat pengambil keputusan serta terlambat mendapatkan pelayanan adekuat ditempat rujukan dan penyebab langsung berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu sejak kehamilan, persalinan, serta nifas. Klasifikasi AKI dibagi menjadi tiga yaitu kematian ibu langsung, kematian ibu tidak langsung serta kematian ibu non maternal. Kematian ibu lang- sung terdiri dari kematian ibu dengan insiden penyu- lit obstetri pada kehamilan, persalinan atau masa nifas, serta akibat dari kelalaian, kesalahan terapi, intervensi atau rangkaian insiden yang disebutkan oleh faktor-faktor tersebut misalnya kematian ibu dengan perdarahan rupture uteri. Kematian ibu tidak langsung mencangkup kematian ibu yang secara tidak langsung disebabkan oleh obstetric melainkan disebabkan oleh penyakit yang dusah adaa sebelum kehamilan atau timbul pada saat kehamilan, me- lahirkan, serta nifas dipengaruhi oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilannya. Misalnya kematian ibu dengan stenosis mitral. Kematian non maternal merupakan kematian ibu dengan insiden kausa incidental atau kecelakaan tidak berkaitan dengan kehamilan misalnya kematian akibat dari kecelakaan lalu lintas (Neggers, 2016). Upaya untuk menurunkan AKI salah satunya diperlukannya suatu system rujukan efektif terutama pada kasus kegawatdaruratan. Menurut Permenkes No 1 Tahun 2012 mengenai sistem rujukan pelayan- an kesehatan perorangan dijelaskan layanan rujukan mengacu prinsip ketepatan dan kecepatan tindakan, efesien serta efektif sesuai dengan kewenangan dan kemampuan petugas kesehatan dan fasilitas pela- yanan kesehatan dengan demikian pada system rujukan obstetric harus memenuhi kriteria tersebut. Berdasarkan fenomena tentang manajemen rujukan kegawatdaruratan obstetric dengan insiden kegawatdaruratan obstetric yang dapat mengakibat- kan atau meningkatkan angka kematian ibu maka, hal ini merupakan masalah yang urgent. Mengingat luasnya faktor penyebab yang mempengaruhi mana- jemen rujukan kegawatdaruratan obstetric dan ke- terbatasan kemampuan, waktu, tenaga, kesesuaian kompeten dan jumlah kasus. Apabila di lakukan kemungkinan akan membawa manfaat baik bagi responden maupun institusi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih dalam tentang manajemen rujukan kegawatda- ruratan obstetric. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian dengan judul “Penerapan manajemen rujukan kega- watdaruratan obstetric dengan insiden kegawat- daruratan obstetric di Pusat Pelayanan Primer”. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuali- tatif desain diskriptif fenomenologi serta restro- pective. Teknik pengambilan sampel dengan purpo- sive sampling. Penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Jagir dari bulan April sampai Juli 2019 informan utama yaitu Bidan. Kriteria partisipan atau subyek yaitu informan utama bidan di wilayah kerja puskesmas jagir serta informan pendukung yaitu ibu dengan riwayat kegawatdaruratan obstetri yang dirujuk ke rumah sakit, serta bidan coordinator puskesmas jagir. Kriteria inklusi informan yaitu bidan di wilayah kerja puskesmas jagir, bidan yang me- nangani rujukan, bidan bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Kriteria eklusi informan yaitu bidan menolak menjadi informan. Teknik pengum- pulan data pada penelitian ini yaitu wawancara mendalam serta dokumentasi. Analisis pada pene- litian ini mengadopsi model Miles dan Hubberman dalam Sugiyono terdiri dari reduksi data, penyajian data serta kesimpulan. 242 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 239–246 HASIL PENELITIAN Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 15 orang terdiri dari 1 orang bidan coordinator, 5 orang bidan dirumah sakit rujukan, 5 orang bidan puskesmas jagir, 4 orang ibu dengan rujukan obstetric ginekologi. Pengetahuan tentang manajemen rujukan kega- watdaruratan obstetri dengan insiden kegawatda- ruratan obstetri di pusat pelayanan primer Hasil wawancara mendalam dengan 5 orang informan di puskesmas jagir didapatkan kegawat- daruratan obstetri dengan insiden kegawatdaruratan obstetric bisa di deteksi jika sering diperiksakan di BPM atau puskesmas. Hal ini dapat dikutip dari 5 informan bidan puskesmas jagir “ kasus Kegawatdaruratan obstetri yang harus dirujuk yaitu kasus patologis yang paling sering yaitu KPP, Eklamsia, Prolong fase aktif, Retensio plasenta, Letsu, CPD serta fetal distress” “kalau kita tidak memiliki kompetensi untuk menangani pasien tersebut langsung rujuk ke RS” Konfirmasi bidan coordinator puskesmas jagir menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimilki oleh bidan dalam mendeteksi kegawatdaruratan obstetric ke rumah sakit sudah bagus. Pengetahuan sistem rujukan kasus kegawatda- ruratan obstetric Hasil wawancara mendalam dengan 5 orang informan di puskesmas jagir didapatkan sistem rujukan merupakan dari puskesmas jagir ke rumah sakit. Kewenangan bidan hanya persalinan normal atau fisiologis seperti yang dikemukakan informan sebagai berikut: “kalau dipuskesmas tidak bisa ditangani langsung merujuk kerumah sakit” “semua produktif terutama seniornya dan bidan coordinator langsung gesit” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan koordi- nator puskesmas jagir menjelaskan system rujukan kasus kegawatdaruratan obstetric ke rumah sakit yaitu adanya masalah persalinan yang tidak bisa ditangani di puskesmas dirujuk ke rumah sakit. Kriteria Tempat praktik memadai Tersedia tempat persalinan yang memadai Tersedia tempat penyimpanan obat dan alat medis sesuai standar Tersedia peralatan dasar Hecting set Infus set RL (500 ml) NaCL 0,9% (500 ml) Dextran 70,6% (500 ml) Matil ergometrin meleat inj 0,2 mg (1 ml) Metil ergometrin meleat tablet 75 mg (tablet) Oksitosin inj 10 IU Misoprostol tablet Tranfusi set dewasa Kateter intravena no 18G Kateter folley no 18 Kantong urine dewasa Disposable seringe 3 ml Disposabel seringe 5 ml No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Sumber: buku kajian bidan delima halam 3–14 Tabel 1 Sarana dan Prasarana Inf 5 Inf 5 Inf 5 Inf 5 Inf 5                                                                                                Sarana dan Prasarana 243Ristanti, Zuwariah, Penerapan Manajemen Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Dengan ... Hasil wawancara mendalam dengan informan bidan dipuskesmas jagir sarana dan prasarana di puskesmas sudah memenuhi untuk melakukan per- tolongan pada kegawatdaruratan obstetric gineko- logi. Hal ini didapat dari hasil wawancara sebai berikut: “jelas untuk emergency kit, infus set, cairan, needle untuk tranfusi, metergin, tabung O2 ada di ambulance juga” “untuk emergency kit semua puskesmas dan bidan disini punya. Itu isinya infus set, tranfusi set, tabung O2, misoprostol” SOP (Standar Operasional Prosedur) Berdasarkan pernyataan informan bidan pus- kesmas jagir mengenai SOP untuk kegawatda- ruratan obstetric, didapatkan informasi bahwa selu- ruh bidan menyesuaikan pertolongan dengan kasus yang dtangani serta disesuaikan dengan protap puskesmas. Hal ini didapatkan pada kutipan wawancara mendalam sebagai berikut: “…kita lihat dulu kasus kegawatdaruratan obstetrinya serperti apa, kita ada protap sesuai dengan protap dipuskesmas ini…” “…itu SOP ditempel druang bersalin, komplit bisa dilihat…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan koordinator puskesmas jagir menjelaskan SOP untuk kegawatdaruratan obstetric menyusuaikan kasusnya dan sesuai protap puskesmas jagir. Surat pengantar rujukan Hasil wawancara mendalam dengan 5 informan bidan puskesmas jagir diperoleh seluruh informan membuat rujukan. Hal ini dapat dikutip dari hasil wawancara mendalam sebagai berikut: “…ada mbak seperti ini (sambil menunjuk- kan surat rujukan yang sudah terisi)…” “…harus ada surat rujukan itu wajib. Kalau tidak ada pasti ditegur dengan rumah skait rujukan…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordi- nator puskesmas jagir menjelaskan surat pengantar rujukan ada dan di isi sesuai kasus yang akan dirujuk. Transportasi Berdasarkan hasil wawancara dengan infor- man bidan puskesmas jagir bahwa selurruh informan mendapingi pasien pada saat merujuk ke rumah sakit. Hal ini ini didapatkan pada kutipan wawancara mendalam sebagai berikut: “…kalau dsini menggunakan ambulance puskesmas, kebetulan ada yang ready apabila sewaktu-waktu diperlukan…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordinator puskesmas jagir menjelaskan transpor- tasi di puskesmas jagir menggunakan ambulance puskesmas yang selalu stanby. Penyerahan tanggung jawab Berdasarkan hasil wawancara dengan infor- man bidan puskesmas jagir bahwa seluruh informan melakukan serah terima pasien dengan pihak rumah skait selanjutnya setelah serah terima selesai barulah bidan meninggalkan rumah sakit. Hal ini ini didapat- kan pada kutipan wawancara mendalam sebagai berikut: “…langsung menyerahkan kepada pihak rumah sakit, selanjutnya menunggu hasil dari rumah sakit, hasilnya bagaimana…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordi- nator puskesmas jagir menjelaskan seluruh bidan melakukan serah terima pasien dengan pihak rumah skait selanjutnya setelah serah terima selesai barulah bidan meninggalkan rumah sakit. Pencatatan Berdasarkan hasil wawancara dengan infor- man bidan puskesmas jagir bahwa seluruh informan melakukan pencatatan pada buku register khusus. Hal ini ini didapatkan pada kutipan wawancara mendalam sebagai berikut: “…rujukan haris dicatat dibuku register untuk laporan puskesmas…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordi- nator puskesmas jagir menjelaskan seluruh informan sudah melakukan pencatatan. 244 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 239–246 Pelaporan Ber da sa r ka n ha sil wa wa nca r a denga n informan bidan puskesmas jagir bahwa seluruh informan melakukan pelaporan tetrtulis setiap melaukakn rujukan ke rumah sakit. Hal ini ini didapatkan pada kutipan wawancara mendalam sebagai berikut: “…lapor secara lisan d grub WA, ada bukunya laporan dibuku itu kmeudian d evaluasi setiap akhir bulan…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordi- nator puskesmas jagir menjelaskan seluruh informan sudah melakukan pelaporan baik di WA group atau buku pelaporan. Evaluasi Berdasarkan hasil wawancara dengan infor- man bidan puskesmas jagir bahwa seluruh informan sudah melakukan evaluasi. Hal ini ini didapatkan pa da kutipa n wa wa nca ra menda lam sebagai berikut: “…merujuk pasien penanganan sudah sesuai belum. Evaluasinya sesuai sop yang sudah tepat belum…” Hasil ini sesuai dengan konfirmasi bidan coordi- nator puskesmas jagir menjelaskan seluruh informan sudah melakukan evaluasi. PEMBAHASAN Pengetahua n tentang manajemen rujukan kegawatdaruratan obstetri dengan insiden kegawat- daruratan obstetri di pusat pelayanan primer Pengetahauan bidan puskesmas mengenai manajemen rujukan kasus kegawatdaruratan obste- tric sudah baik, mencangkup pengertian, tanda kega- watdaruratan obstetric yang perlu dirujuk maupun tidak hal ini dikarenakan semua bidan puskesmas berlatar pendidikan DIII dan DIV kebidanan Pengetahuan manajemen rujukan kegawatda- ruratan obstetric merupakan kasus yang harus segera ditangani apabila terjadi keterlambatan akan berakibat pada kematian ibu dan janin (Wheaton, Aws Al-Abdullah and Haertlein, 2019). Penyebab utama manisfesta si klinik kegawatda rur atan obstetric berbeda-beda yaitu: (1) Perdarahan: ber- manifestasi mulai perdarahan berwujud bercak, mrembes, profus hingga syok; (2) Infeksi dan sepsis: bermanisfestasi dari pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban berbabu, serta demam hingga syock; (3) Kasus hipertensi serta preeklam- sia/eklamsia: bermanifestasi mulai dari keluhan pusing, bengkak, penghelihatan kabur, kejang-kejang hingga koma; (4) Kasus persalinan macet : manis- festasi berawal dari kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu yang normal sesuai partograf serta resiko terjadinya rupture uteri (Wheaton, A. Al-Abdullah and Haertlein, 2019). Hasil penelitian ini sejalan dengan Permenkes 1464 tahun 2010 bahwa bidan dalam menjalankan praktik atau kerja senantiasa meningkat mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkem- bangan ilmu pngetahuan serta teknologi pelatihan dan pendidikan sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan system rujukan kasus kegawat- daruratan obstetric System rujukan merupakan suatu system penyelenggaraan pelayanan dengan pelaksanaan pelimpahan tanggung jawab timbal balik pada kasus penyakit atau masalah kegawatdaruratan obstetric secara vertical dalam arti dalam unit yang berke- mampuan kurang kepada unit yang berkemampuan lebih secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya. Prosedur system rujukan kasus kegawat- daruratan obstetric teridir dari (1) Komunikasi antara perujukdengan tempat yang dirujuk via telpon; (2) Persiapan rujukan yang memadai (identifikasi data/bersalin/nifas ijin rujukan atau tindakan lain yang dilakukan, transportasi rujukan); (3) Penerangan kepada keluarga pasien mengenai kasus yang diduga atau ditemukan; (4) Stabilisasi keadaan pasien (pemberian O2, cairan infus, serta obat-obatan). Sarana dan Prasarana Pada penelitian ini terkait dengan sarana dan prasarana diperoleh hasil semua perlatan yang tersedia di puskesmas terutama penunjang rujukan obstetric seperti peralatan medis serta sarana transportasi sudah tersedia. Selain itu juga terdapat emergency kit yang dapat digunakan pada kasus emergency. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Weathon (2019) diperoleh hasil kesediaan transportasi mempermudah pelaksanaan rujukan yang dilakukan bidan puskesmas. Per- menkes 1464 serta buku kajian delima menyebutkan terdapat obat-obatan serta obat-obatan yang wajib tersedia di fasilitas kesehatan diantaranya infus set, 245Ristanti, Zuwariah, Penerapan Manajemen Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri Dengan ... oksitosin, RL, ergometrin, misoprostol serta sarana transportasi untuk melakukan penatalaksanaan serta mer ujuk pa sien kega wa tda rur a ta n obstetr ic (Wheaton, Aws Al-Abdullah and Haertlein, 2019). SOP (Standar Oprasional Prosedur) Standar Oprasional Prosedur (SOP) dalam melakukan penanganan serta rujukan terhadap pasien kegawatdaruratan obstetric sebagai acuan dalam melakukan rujukan menyesuaikan dengan kasus yang ditangani sesuai dengan protap yang a da . Semua bidan dipuskesma s menya ta ka n keberadaan protap sangat membatu sebab bidan bisa melihat protap yang ditempel pada dinding apabila terjadi kasus emergency. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moran N (2015) mendukung penelitian ini menyebutkan bahwa protocol standar yang meliputi langkah-langkah stabilisasi pasien, tanda bahaya serta batas kewenangan sangat dibutuhkan agar bisa memutuskan kapan pasien harus dirujuk serta bisa mengenali tanda bahaya pasien tepat waktu (Moran et al., 2015). Surat pengantar rujukan Surat pengantar rujukan diperoleh hasil yaitu bidan puskesmas telah membuat surat rujukan sebelum merujuk pasien sesuai protap yang ada. Hasil penelitian ini sesuai dengan permenkes 001 tahun 2012 mengenai system rujukan pelayanan kesehatan perorangan pasal 12 © menyebutkan bahwa perujuk sebelum melakukan rujukan harus membuat surat pengantar rujukan untuk disam- paikan kepada penerima rujukan yang berisi iden- titas pasien, hasil pemeriksaan, diagnosis dan terapi atau tindakan yang telah diberikan. Transportasi Hasil penelitian ini sesuai dengan permenkes nomor 001 tahun 2012 tentang system rujukan pelayanan kesehatan perorangan pasal 16 (1) dan (3) menyebutkan bahwa transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien serta ketersediaan sarana transportasi. Dalam hal ini tersedia ambulans pada fasilitas pelatanan perujuk, rujukan dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi yang layak. Penelitian ini di dukung oleh Al-Shahethi (2018) menyebutkan bahwa tersedianya ambulance akan meminimalkan keterlambatan proses rujukan serta mempercepat memperoleh akses rujukan (Al-shahethi, Ahmad and Al-serouri, 2018). Penyerahan tanggung jawab Hasil penelitian ini sesuai dengan permenkes nomor 001 tahun 2012 mengenai system rujukan pelayanan kesehatan perorangan pasal 12 (1) dan (2) menyebutkan bahwarujukan dianggap telah terjadi apabila pasien telah diterima oleh penerima rujukan. Penerima rujukan bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak menerima rujukan. Pencatatan Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang telah dilkukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa puskesmas memiliki dokumen berupa informed consent, buku register ibu, rekamedis pasien, Seurat pengantar rujukan serta partograf. Berdasarkan studi dokumentasi juga diperoleh informasi seua dokumen tersebut telah terisi dengan rapi serta baik. Data pribadi pasien, tindakan yang diberikan serta obat yang sudah diberikan kepada pasien yang ada didalamnya juga terisi jelas dan lengkap. Penelitian ini sesuai dengan permenkes nomor 001 tahun 2012 mengenai system rujukan pelayanan kesehatan perorangan pasal 19 (2) pencatatan dan pelaporan harus dilakukan oleh perujuk maupun penerima rujukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaporan Hasil penelitian ini sesuai dengan permenkes nomor 1464 tahun 2010 izindan penyelenggaran praktik bidan pasal 18 (h) 20 (2) menyatakan bahwa dalam melakukan praktik atau kerja bidan berke- wajiban melukukan pencatatan serta pelaporan kelahiran serta kematian. Evaluasi Hasil penelitian ini sesuai dengan pedoman system rujukan nasional menyebutkan bahwa eva- luasi internal perlu dilakukan dalam rangka pening- katan mutu pelayanan, dan memperbaiki ketaatan pelaksanaan rujukan oleh fasilitas kesehatan, mem- perbaiki serta mengevaluasi sarana serta SDM dipelayanan kesehatan. 246 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 239–246 KESIMPULAN Semua informan dalam pengetahuan tentang manajemen rujukan kegawatdaruratan obstetri dengan insiden kegawatdaruratan obstetri di pusat pelayanan primer sudah baik. Pengetahuan system rujukan kasus kegawatdaruratan obstetric informan sudah baik. Sarana dan Prasarana yang tersedia di puskesmas jagir sudah tersedia lengkap sesuai standar minimal untuk kegawatdaruratan obstetric dan dalam kondisi yang baik. SOP (Standar Opra- sional Prosedur) sudah sesuai dengan protap yang ada. Surat pengantar rujukan, transportasi serta penyerahan tanggung jawab sudah sesuai dan baik. Semua informan telah melakukan pencatatan serta pelaporan terkait kasus rujukan yang dilaku- kan. Mayoritas informan telah melakukan evaluasi internal untuk menilai apakah prosedur rujukan yang telah dilakukan sudah tepat. SARAN Untuk keilmuan, diharapkan hasil penelitian ini menjadi sumber referensi dalam pengembangan ilmu kebidanan untuk meningkatkan kualitas pemberian a suha n kebida na n khususnya pa da la ya na n kebidanan. Untuk peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan berbeda. Untuk bidan, diharapkan pengetahuan yang dimiliki bidan puskesmas semakin bertambah dengan adanya pelatihan sehingga penjaringan kegawatdaruratan obstetric yang membutuhkan rujukan ke rumah sakit meningkat. DAFTAR PUSTAKA Al-shahethi, A. H., Ahmad, R. and Al-serouri, A. W. A. (2018) ‘Maternal , prenatal and traditional practice factors associated with perinatal mortality in Yemen’, Women and Birth. Australian College of Midwives. doi: 10.1016/j.wombi.2018.06.016. Bateman, B. T. (2018) ‘What’s New in Obstetric Anesthesia: a focus on maternal morbidity and mortality’, International Journal of Obstetric Anes- thesia, (September). doi: 10.1016/j.ijoa.2018.09.004. Kemp, B. (2016) ‘Maternal mortality in the UK/ : an update’, Obstetrics, Gynaecology & Reproductive Medicine. Elsevier Ltd, pp. 2015–2017. doi: 10.1016/ j.ogrm.2015.11.003. Kesehatan, K. and Indonesia, R. (2017) PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2017. Edited by Kem en tr ia n Keseha ta n In donesi a. Jakar ta : Kementrian Kesehatan Indonesia. Moran, N. F. et al. (2015) ‘Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology Reducing maternal mortality on a countrywide scale/ : The role of emergency obstetric training’, Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology. Elsevier Ltd, 29(8), pp. 1102–1118. doi: 10.1016/ j.bpobgyn.2015.08.002. Neggers, Y. H. (2016) ‘Trends in maternal mortality in the United States’, Reproductive Toxicology. Elsevier Inc., pp. 1–5. doi: 10.1016/j.reprotox.2016.04.001. Ristanti, A. D. (2017) ‘2 nd International Conference on Applied Science and Health THE CORRELATION BETWEEN PARITY AND BABY WEIGHT TO THE 2 nd International Conference on Applied Science and Health’, pp. 115–120. Wheaton, N., Al-Abdullah, A. and Haertlein, T. (2019) ‘Late Pregnancy and Postpartum Emergencies’, Emergency Medicine Clinics of North America. Elsevier, 37(2), pp. 277–286. doi: 10.1016/ J.EMC.2019.01.013. Wheaton, N., Al-Abdullah, Aws and Haertlein, T. (2019) ‘Postdelivery Emergencies’, Emergency Medicine Clinics of North America. Elsevier, 37(2), pp. 287– 300. doi: 10.1016/J.EMC.2019.01.014. World Health Organization (2018) World Health Statistics 2018. 2018th edn. Switzerland: WHO.