256 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 256–263 History Article: Received, 06/12/2019 Accepted, 25/02/2020 Published, 05/08/2020 Keywords: Adherence, Lifestyle Modifications, Hypertensive Article Information Abstract The management of pharmacological and non-pharmacological is believed to control the blood pressure and prevent complications, but many hyper- tensive patients have uncontrolled blood pressure. This is due to poor adherence to recommended lifestyle modifications. This study aimed to determine the factors associated with the adherence of recommended lifestyle modifications of hypertensive patients. A cross-sectional study was conducted in Pukesmas Dinoyo Malang in 2019. Consecutive Sampling The Analysis of Determinant Factors Associated with the Adherence of Recommended Lifestyle Modifications of Patients with Hypertension 256 Analisis Faktor Determinan yang Berhubungan dengan Kepatuhan Rekomendasi Modifikasi Gaya Hidup Pasien Hipertensi Abdul Qodir Prodi Keperawatan, STIKes Widyagama Husada Malang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima, 06/12/2019 Disetujui, 25/02/2020 Dipublikasi, 05/08/2020 Kata Kunci: Kepatuhan, Modifikasi Gaya Hidup, Hipertensi Abstrak Penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis dipercaya dapat mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi, tetapi banyak pasien hipertensi tekanan darahnya tidak terkontrol. Hal tersebut dikarenakan kepa- tuhan yang buruk dalam melaksanakan rekomendasi gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan faktor yang berhungan dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional di Pukesmas Dinoyo Kota Malang tahun 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sam- pling. Kuesioner yang digunakan meliputi: karakteristik demografi, pengeta- huan dan rekomendasi mofifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Hubungan antara rekomendasi modifikasi gaya hidup dengan variabel independen diana- lisis menggunakan uji chi square dan analisis regresi logistik. 140 pasien hipertensi berpartisipasi dalam penelitian ini (60 laki-laki, 80 wanita). Prevalensi kepatuhan adalah 28,6%. Tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan kepatuhan melaksanakan rekomendasi gaya hidup (p=0,00). Jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup (p= 0,06; p=0,21; p=0,87). Pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuh- an rekomendasi modifikasi gaya hidup. JURNAL NERS DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF NERS AND MIDWIFERY) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk JNK https://crossmark.crossref.org/dialog/?doi=10.26699/jnk.v7i2.ART.p256-263&domain=pdf&date_stamp=05-08-2020 257Qodir, Analisis Faktor Determinan yang Berhubungan dengan ... Correspondence Address: STIKes Widyagama Husada Malang - East Java, Indonesia P-ISSN : 2355-052X Email: abdulqodir.ners@gmail.com E-ISSN : 2548-3811 DOI: 10.26699/jnk.v7i2.ART.p256–263 This is an Open Access article under The CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) PENDAHULUAN Hipertensi telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama penyakit, terutama penyakit jantung (Lim et al., 2013). Hipertensi merupakan penyebab kematian utama dan kedua kecatatan. Angka kejadian hipertensi di dunia mencapai 40 % dari seluruh penduduk di dunia. Angka tersebut terus bertambah, bahkan diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 1,5 Miliyar orang yang menderita hiper- tensi (Ike, Aniebue, & Aniebue, 2010). Angka keja- dian hipertensi bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia, menurut Survei Indikator Kesehatan Nasional (2016) angka kejadian hipertensi sebesar 32,4 % sedangkan di Kota Malang menurut dinas kesehatan Kota Malang tahun 2014 sebasar 58.046 kasus terbanyak kedua setelah penyakit ISPA. Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu terapi yang dapat mengontrol tekanan darah. Terapi modifikasi gaya hidup merupakan upaya pence- gahan primer yang dipercaya dapat mengontrol tekanan darah bahkan tanpa obat anti hipetensi terutama pada pre hipertensi atau pada kondisi tidak ada bukti kerusakan organ terget (Ike et al., 2010). Jika pasien patuh diet menggunakan panduan diet DASH (dietary approaches to stop hyperten- sion) maka akan mempuyai efek yang sama dengan menggunakan terapi obat tunggal untuk hipertensi, dan kombinasi dua atau lebih modifikasi gaya hidup dapat mencapai hasil yang lebih baik (Sacks FM, et al., 2001) Terapi non famakologis (modifikasi gaya hidup) telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko komplikasi penyakit jantung, digunakan sendiri atau dikombinasikan. Hal tersebut berdasarkan penelitian randomised controlled trial. Modifikasi gaya hidup dapat mengurangi kejadian hipertensi dan meningkat efektifitas obat anti hipertensi (Beilin LJ, 2004). Modifikasi gaya hidup termasuk menurunkan berat badan, penurunan berat 5 kg atau lebih dapat menurunkan tekanan darah. Latihan fisik ringan, seperti jalan cepat atau berenang dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8 mmHg. Diet rendah garam, diet buah-buahan dan sayuran, mengurangi kosumsi alkohol dan ber- henti merokok mempunyai korelasi yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah (Ike et al., 2010). Meskipun terapi modifikasi gaya hidup telah ter- bukti mampu menurunkan tekanan dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler. Kepatuhan terapi menjadi perhatian saat ini. Pasien yang tidak patuh menjalankan terapi dapat mengakibatkan komplikasi medis, psikososial, menurunkan kualitas hidup, me- ningkatkan beban biaya perawatan kesehatan (Wong MCS, et al., 2008; Wong MCS., et al., 2013). Prevalensi kepatuhan terapi hipertensi bervariasi antara 50 % sampai dengan 70 %. Kepatuhan yang technique was used to select the subjects. The questionnaire included in- formation about demographic characteristics, knowledge, practice of lifestyle-modification measures. The associations between adherence to lifestyle modification and independent variables were analyzed by using chi square and multivariate logistic regression analysis. 140 hypertensive patients participated in the study (60 men, 80 women). The prevalence of adherence was 28.6%. The level of knowledge was significant associated with adherence to recommended lifestyle modifications (p = 0.00). Gen- ders , age, and educational level were no significant associated with to recommended lifestyle modifications (p= 0.06; p=0.21; p=0.87). The knowl- edge was significantly associated with the adherence of recommended lifestyle modifications of hypertensive patients. © 2020 Jurnal Ners dan Kebidanan https://doi.org/10.26699/jnk.v7i2.ART.p256-263 258 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 256–263 baik ber korelasi dengan tekanan da rah yang terkontrol atau normal dan menurunkan komplikasi penyakit hipertensi. Oleh karena itu mengidentifikasi tingkat kepatuhan sangat penting untuk meningkat- kan penatalaksanaan terapi dan mengontrol tekanan darah (Kang et al., 2015). Kepatuhan terapi modifikasi gaya hidup dipe- ngaruhi oleh beberapa faktor. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kang et al., (2015) dan Ike et al., (2010) faktor yang berhubungan dengan kepa- tuhan penatalaksanaan dan modifikasi gaya hidup antara lain, usia, jenis kelamin, dan tingkat pengeta- huan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa usia, pengetahuan, dan lama menderita hipertesi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepa- tuhan modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologis sedangkan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologis. Penelitian ini berfokus pada determinan faktor yang mempengaruhi kepatuhan rekomendasi mo- difikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi tidak patuh melaksanakan modifikasi gaya hidup sehingga intervensi yang diharapkan dapat tercapai dan mengurangi beban biaya perawatan pasien hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan faktor yang berhubungan dengan rekomendasi modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi primer di pukesmas Kota Malang. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan analitik observa- sional dengan pendekatan cross sectional dilakukan dari Bulan Juli sampai dengan Agustus 2019 di pukesmas Dinoyo Kota Malang. Poupulasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang berobat di Pukesmas Dinoyo dengan kriteria inklusi: Pasien hipertensi usia 40-74 tahun yang sedang menjalankan terapi hipertensi minimal 6 bulan. Kriteria Ekslusi: pasien hipertensi yang menolak menjadi responden dan terdapat gangguan kognitif. Sampel yang digunakan 140 responden diambil dengan teknik consecutive sampling. Kuesioner yang digunakan meliputi: karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan), pengetahu- an dan rekomendasi mofifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Instrumen tersebut diadopsi dari peneli- tian (Tibebu & Mengistu, 2017). Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square dan analisis regresi logistik. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2019 dengan menggunakan subyek penelitian 140 responden hipertensi primer di Pukesmas Dinoyo kota Malang. Variabel Frekuensi Persentase n= (140) (%) Jenis kelamin Wanita 80 57,1 Laki-laki 60 42,9 Tingkat pengetahuan Tinggi 72 51,4 Rendah 68 48,6 Tingkat pendidikan Tinggi 20 14,3 Rendah 120 85,7 Usia 40-59 83 59,3 60-74 57 40,7 Modifikasi gaya hidup Patuh 40 28,6 Tidak patuh 100 71,4 Diet Patuh 64 45,7 Tidak patuh 76 54,3 Tidak Merokok Patuh 126 90,0 Tidak Patuh 14 10,0 Latihan fisik Patuh 59 42,1 Tidak patuh 81 57,9 Sumber: data primer Tabel 1 Karateristik Responden Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukan bahwa dari 140 responden, sebagian besar respon- den adalah wanita 80 (57%), tingkat pengetahuan kategori tinggi 72 (51,4%), sedangkan tingkat pendi- dikan responden sebagian besar adalah rendah 120 (85,7%). Usia responden sebagian besar antara 40- 59 yaitu 83 (59,3%). Responden yang patuh melak- sanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup hanya 40 (28,6%). Kepatuhan rekomendasi gaya hidup termasuk diet, tidak merokok, dan latihan fisik. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang patuh diet 64 (45,7%), patuh tidak merokok 126 (90%), dan patuh latihan fisik 59 (42,1%). 259Qodir, Analisis Faktor Determinan yang Berhubungan dengan ... rekomendasi modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. Sedangkan untuk variabel tingkat penge- tahuan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan kepa- tuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup (p=0,00; OR=4,9; IK= 2,14-11,5). Jenis Kelamin Wanita 18 (22,5) 62 (77,5) 0,06 1,2 0,24 1,05 Laki-laki 22 (36,7) 38 (63,3) Usia 40-59 27 (32,5) 56 (67,5) 0,21 1,6 0,76 3,53 60-74 13 (22,8) 44 (77,2) Tingkat Pendidikan Tinggi 6 (30,0) 14 (70,0) 0,87 1,1 0,34 3,05 Rendah 34 (28,3) 86 (71,7) Tingkat Pengetahuan Tinggi 31 (43,1) 41 (56,9) 0,00 4,9 2,14 11,5 Rendah 9 (13,2) 59 (86,8) Tabel 2 Hasil Analisis Bivariat Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi (n = 140) Variabel Modifikasi Gaya Hidup pValue OR IK 95% Patuh n (%) Tidak Patuh n (%) Min Mak Uji Chi Square Hasil penelitian pada tabel 2 analisis uji bivariat yang menggunakan chi square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin p=0,06; OR = 1,2; IK= 0,24-1,05), usia (p=0,21; OR = 1,6; IK = 0,76-3,53), dan tingkat pendidikan (p=0,87; OR=1,1; IK= 0,34-3,05) dengan kepatuhan Koefisien Wald p-value OR IK (95%) Min Mak Pengetahuan 1,601 13,9 0,00 4,9 2,1 11,5 Constant -1,880 27,6 0,00 0,2 Uji Regresi Logistik Tabel 3 Analisis Regresi Logistik (n = 140) Hasil analisis regresi logistik didapatkan bahwa va r ia bel pengeta hua n mempunya i kekua ta n hubungan yang paling tinggi dibandingkan dengan variabel jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan dengan nilai OR 4,9; IK 2,1-11,5. PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 140 responden, 80 (57 %) merupakan responden wanita, temuan ini sejalan dengan bebe- rapa hasil penelitian sebelumnya bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki (Akhter N., 2010; Gudina K, et al., 2014; Okwuonu CG et al., 2014). Akan tetapi temuan penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Tibebu & Mengistu 2017). Penelitian tersebut menemukan bahwa laki-laki lebih tinggi yaitu 210 (52 %) dari 404 responden. Perbedaan prevalensi hipertensi pada temuan penelitian diatas dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya budaya, gaya hidup setiap daerah atau negera yang berbeda-beda. Dari beberapa penelitian menemukan bahwa wanita lebih tinggi angka prevalensinya dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian ini menggunakan subyek penelitian ren- tang usia 40-74 tahun, usia tersebut merupakan 260 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 256–263 masa terjadinya menopause. Wanita yang meno- pause berisiko lebih tinggi mengalami beberapa penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 140 responden, usia 40-59 tahun terdapat 83 (59,3%). Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang terjadi pada usia dewasa dan lanjut usia. Hasil pene- litian ini juga sama dengan studi yang dilakukan oleh (Yang et al., 2016). Hasil penelitian tersebut menun- jukan bahwa rata-rata usia penderita hipertesi adalah 56,4 tahun. Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal tersebut diduga adanya penurunan compliance, penurunan sesitifitas baroreseptor, keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-ß dan vasokonstriksi adrenergik-a akan mengakibatkan vasokontriksi sehingga berdampak pada peningkatan tekanan darah (Rigaud AS, Forette B. 2001). Temuan penelitian ini menunjukan bahwa res- ponden lebih banyak berpendidikan rendah 120 (85%) akan tetapi tidak sejalan dengan hasil pene- litian dengan variabel tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan lebih banyak dengan kategori tinggi yaitu 72 (51,4%). Temuan hasil penelitian ini diduga berkaitan dengan usia, riwayat hipertensi pada keluarga (Guillen, 2018). Hasil penelitian juga me- nunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan pasien hipertensi. Kepatuhan Rekomendasi Modifikasi Gaya Hidup Kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pada penelitian ini meliputi diet, latihan fisik dan tidak merokok. Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 1 didapatkan bahwa kepatuhan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi hanya 40 (28,6%). Hasil temuan penelitian lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan di Biejing, China 43,5% (Yang et al., 2016), tetapi hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tibebu & Mengistu, (2017) yang mendapatkan hanya 29,7 di Ethiopia. Studi di Ne- geria mendapatkan bahwa responden patuh modifi- kasi gaya hidup lebih dari 50 %. Di indonensia rata- rata masih dibawah 50 % seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hardiyanti, Amiruddin, & Masni, 2016). Kepatuhan Diet Kepatuhan diet dalam penelitian ini meliputi kepatuhan makan buah-buahan, lemah jenuh tinggi, makanan pedas, dan makanan yang mengandung garam tinggi (asin). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang patuh diet yaitu 64 (45,7%). Hasil temuan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Utami, 2017) yang mendapatkan 26 (35,6) tidak patuh diet. Kepatuhan Tidak Merokok Pada penelitian ini kepatuhan tidak merokok diukur berdasarkan pada tidak ada riwayat merokok, berhenti merokok setelah terdiagnosa hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang patuh tidak merokok (tidak ada riwayat merokok dan berhenti merokok setelah terdiagnosa hipertensi) sebesar 126 (90%) berbanding 14 (10%) responden yang tetap merokok meskipun terdiagnosa hiper- tensi. Hasil temuan ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya baik di Indonesia maupun diluar negeri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti et al., (2016) di Kabupaten Bone yang mendapatkan bahwa dari 310 sebanyak 55 (17,7%) yang merokok. Sejalan dengan temuan tersebut penelitian yang dilakukan oleh Tibebu & Mengistu, (2017) juga men- dapatkan hasil 57 (41%) yang tetap merokok dan 26 (45,6%) tidak berusaha untuk berhenti merokok setelah terdiagnosa hipertensi. Latihan Fisik Penelitian ini mengukur kepatuhan latihan fisik sesuai dengan rekomendasi dari JNC 8 yaitu melakukan aktifitas fisik minimal 3 kali setiap minggu dengan durasi minimal 30 menit setiap kali mela- kukan aktifitas fisik. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang patuh melakukan aktifitas fisik adalah 59 (42,1%) berbanding dengan respon- den yang tidak patuh 81 (57,9%). Hasil penelitian ini lebih tinggi dengan penelitian yang di surabaya oleh Putriastuti, (2016) menemukan 44 (45,4 %) yang melakukan aktifitas fisik, akan tetapi penelitian tersebut menggunakan responden penderita hiper- tensi dan tidak hipertensi. Hasil penelitian sebelum- nya juga menunjukan bahwa rata-rata kepatuhan melakukan aktifitas fisik berkisar 50% seperti pene- litian (Amaral et al., 2015; Yang et al., 2016; Tibebu & Mengistu, 2017) 261Qodir, Analisis Faktor Determinan yang Berhubungan dengan ... Analisis Faktor Determinan yang Mempe- ngaruhi Modifikasi Gaya Hidup Tabel 2 menunjukan hasil penelitian hubungan faktor-faktor yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidika n, dan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bah- wa wanita tidak patuh melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup sebesar 62 (77,5%) sedang- kan laki-laki 38 (63,3). Wanita berpeluang lebih tinggi untuk tidak patuh melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup dengan nilai OR = 1,2; IK 0,24-1,05. Meskipun hasil analisis didapatkan nilai p = 0,06 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepatuhan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan sebagian besar penelitian sebelumnya diberbagai negara bah- wa jenis kelamin tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan rekomendasi modifkasi gaya hidup, seperti penelitian yang dilakukan oleh (Ike et al., 2010; Amaral et al., 2015; Yang et al., 2016; Tibebu & Mengistu, 2017). Peneliti mengambil subyek penelitian dengan rentang usia 40-74 tahun yang dikategorikan menjadi dua kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa r esponden ya ng tida k pa tuh mela ksa na ka n rekomendasi modifikasi gaya hidup usia 60-74 tahun terdapat 44 (77,2%) sedangkan usia 40-59 tahun terdapat 56 (67,5%). Meskipun hasil analisis chi square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pada pasien hiepertensi (p=0,21) akan tetapi usia 60-74 tahun berpeluang lebih tinggi tidak patuh melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup dengan nilai OR = 1,6; IK 0,76-3,53. Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kang et al., (2015) bahwa usia mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan penatalaksanaan hipertensi, akan tetapi penelitian tersebut kepatuhan terhadap terapi farmakologis. Hasil penelitian Tibebu & Mengistu, (2017) juga menyebutkan responden dengan rentang usia 40-59 tahun tingkat kepatuhan melaksankan rekomendasi gaya hidup lebih tinggi dibandingkan dengan usia lebih dari 60 tahun yaitu sebesar 56,9% berbanding 34,1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden baik yang rendah maupun yang tinggi sebagian besar tidak patuh melaksana- kan rekomendasi modifikasi gaya hidup 71,7 % berbanding 70%. Hasil analisis chi square menunjuk- kan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan kepatuhan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi (p= 0,87); OR = 1,1; IK 0,34-3,05. Penilitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yang et al., (2016) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pen- didikan dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Penelitian sebelumnya lebih banyak membandingkan pendidikan kesehatan secara tidak formal, formal, tataran primer, sekunder dan tersier. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa responden yang mendapatkan pendidikan kesehatan secara formal mempunyai tingkat kepa- tuhan yang tinggi terhadap rekomendasi modifikasi gaya hidup (Ike et al., 2010; Amado Guirado, Pujol Ribera, Pacheco Huergo, & Borras, 2011; Tibebu & Mengistu, 2017) Penelitian ini menemukan bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi patuh melaksanakan rekomendasi modifikasi gaya hidup dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah (31 (43,1%) berbanding 9 (13,2)). Hasil analisis chi square didapatkan nilai p=0,00 yang berarti ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. Hal ini juga diperkuat dengan nilai OR = 4,9; IK 2,14-11,5 yang mempunyai arti bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi lebih patuh melaksanakan 4,5 besar dibandingkan dengan tingkat pengetahuan rendah. Hasil analisis regresi logistik juga didapatkan bahwa variabel pengetahuan mempunyai kekuatan hubungan yang paling tinggi OR 4,957; IK 2,135- 11,508. Hipertensi merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak dapat mengontrol tekanan darah. Penatalaksanaan hipertensi meliputi pengobatan farmakologis dan non famakologis. Terapi tesebut sudah terbukti dapat mengontrol tekanan darah dengan baik. Hasil pene- litian menunjukan bahwa kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup masih sangat rendah. Hal ini diduga menyababkan pasien gagal mengontrol tekanan darah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepatuhan melaksankan rekomendasi gaya hidup dipengaruhi oleh tingkat pengatahuan sejalan dengan penelitian- 262 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2020, hlm. 256–263 penelitian sebelumnya yang dilakukan dibeberapa negera (Tibebu & Mengistu, 2017; Yang et al., 2016; Kang et al., 2015). Peran perawat sangat penting dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan pasien sehingga berdampak pada kepatuhan melaksanakan reko- mendasi modifikasi gaya hidup. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden wanita 80 (57,1%), tingkat penge- tahuan dengan kategori tinggi 72 (51,4%), tingkat pendidikan responden lebih banyak kategori rendah 120 (85,7) dan rentang usia mayoritas 40-59 tahun sebesar 83 (59,3%). Kepatuhan modifikasi gaya hidup masih rendah 40 (28,6%). Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan reko- mendasi modifikasi gaya hidup dan tidak ada hubung- an yang signifikan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan yang paling kuat dengan kepatuhan rekomendasi modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan perawat di puskesmas Dinoyo kota Malang mem- berikan pendidikan kesehatan pada pasien hipertensi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pasien yang akan berdampak pada kepatuhan melaksana- kan rekomendasi modifikasi gaya hidup DAFTAR PUSTAKA Akhter N. (2010) Self-Management among Patients with Hypertension in Banagladesh. Prince of Songkla University, Banagladesh; 2010. Amado Guirado, E., Pujol Ribera, E., Pacheco Huergo, V., & Borras, J. M. (2011). Knowledge and adherence to antihypertensive therapy in primary care: Results of a randomized trial. Gaceta Sanitaria, 25(1), 62– 67. https://doi.org/10.1016/j.gaceta.2010.09.015 Amaral, O., Chaves, C., Duarte, J., Coutinho, E., Nelas, P., & Preto, O. (2015). Treatment adherence in hyper- tensive patients-a cross-sectional study-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by- nc-nd/4.0/). Peer-review under responsibility of the Organizing Committee of. Odete Amaral et Al. / Procedia-Social and Behavioral Sciences, 171, 1288–1295. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01. 243 Beilin LJ (2004). Lifestyle modification in overweight hypertensives.Clin Exp Hypertens 2004;26:737–44 Guillen, M. H. J. L. (2018). Factors associated with the level of knowledge about hypertension in primary care patients. Medicina Universitaria, 19(77), 184– 188. https://doi.org/10.1016/j.rmu.2017.10.008 Gudina K, Bonsa F, Gudina EK, Hajito KW (2014) Original article prevalence of hypertension and associated factors in Bedele town, southwest Ethiopia. Ethiop J Heal Sci. 2014;24(6):21–26. Hardiyanti, Amiruddin, R., & Masni. (2016). Kepatuhan Minum Obat Terhadap Status Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bajoe Kabupaten Bone Tahun 2016. JST Kesehatan, 6(2252-5416), 375–380. Ike, S. O., Aniebue, P. N., & Aniebue, U. U. (2010). Knowledge, perceptions and practices of lifestyle- modification measures among adult hypertensives in Nigeria. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 104(1), 55–60. https://doi.org/10.1016/j.trstmh.2009.07.02 Kang, C. D., Tsang, P. P. M., Li, W. T. L., Wang, H. H. X., Liu, K. Q. L., Griffiths, S. M., & Wong, M. C. S. (2015). Determinants of medication adherence and blood pressure control among hypertensive patients i n Hon g Kong: A cr oss-sect ion a l st udy. International Journal of Cardiology, 182(C), 250– 257. https://doi.org/10.1016/j.ijcard.2014.12.06 Lim, S.S., Vos, T., Flaxman, A.D., et al., (2013). A comparative risk assessment of burden of disease and injury attributable to 67 risk factors and risk factor clusters in 21 regions, 1990–2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet 380 (9859), 2224–2260 Okwuonu, C. G., Ojimadu, N. E., Okaka, E. I., & Akemokwe, F. M. (2014). Patient-related barriers to hypertension control in a Nigerian population. International Journal of General Medicine, 7, 345–353. https:// doi.org/10.2147/IJGM.S63587 Putriastuti, L. (2016). Analisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada pasien usia 45 tahun keatas. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(2), 225–236. h t tps: / /doi .or g/ 10. 20473/ jbe.v4i2.2016.225 Sacks FM, Svetkey LP, Vollmer WM, Appel LJ, Bray GA, Harsha D, et al.(2001) DASH-Sodium Collaborative Research Group. Effects on blood pressure of reduced dietary sodium and the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet.N Engl J Med2001;344:3–10. https://doi.org:10.1056/ NEJM200101043440101 Sari, D., & Utami, G. T. (2017). Hubungan Motivasi Diri Terhadap Kepatuhan Melaksanakan Diet Pada Penderita Hipertensi Delima Sari 1 , Safri 2 , Gamya Tri Utami 3, 580–588. Rigaud AS, Forette B. (2001) Hypertension in older adults. J Gerontol 2001;56A:M217-5 263Qodir, Analisis Faktor Determinan yang Berhubungan dengan ... Tibebu, A., & Mengistu, D. (2017). Adherence to recommended lifestyle modifications and factors associated for hypertensive patients attending chronic follow-up units of selected public hospitals in Addis Ababa , Ethiopia, 323–330. Wong, M. C. S., Jiang, J. Y., Tang, J. L., Lam, A., Fung, H., & Mercer, S. W. (2008). Health services research in the public healthcare system in Hong Kong: An analysis of over 1 mil lion antihyper tensive prescriptions between 2004-2007 as an example of the potential and pitfalls of using routinely collected electronic patient data. BMC Health Services Research, 8, 1–9. https://doi.org/10.1186/1472-6963- 8-138 Wong MCS, Liu KQL, Wang HHX, Lee CLS, Kwan MWM, Lee KW, et al (2013) Effectiveness of a pharmacist-led drug counseling on enhancing antihypertensive adherence and blood pressure control: a randomized controlled trial. J Clin Pharmacol 2013;53:753-6. https://doi.org/10.1002/ jcph.101 Yang, S., He, C., Zhang, X., Sun, K., Wu, S., Sun, X., & Li, Y. (2016). Determinants of antihypertensive adherence among patients in Beijing: Application of the health belief model. Patient Education and Counseling, 99(11), 1894–1900. https://doi.org/ 10.1016/j.pec.2016.06.014