E:\Tita\D\Tita\April 15\Jurnal 95Fata, Hubungan Ansietas dan Depresi ... 95 HUBUNGAN ANSIETAS DAN DEPRESI DENGAN FATIGUE PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI (The Correlation of Anxiety and Depression with Fatigue in Cancer Patient Undergoing Chemotherapy) Ulfa Husnul Fata STIKes Patria Husada Blitar e-mail: ulfaners@gmail.com Abstract: Fatigue is a symtoms that often arise in cancer patients undergoing chemotherapy. The pur- pose of this study was to determine the correlation between anxiety and depression with fatigue in cancer patients undergoing chemotherapy. Method: Research design was analytic with cross sectional approach. Research sample was 95 cancer patients undergoing chemotherapy in Dharmais Cancer Hospital Jakarta on November 7th to 28th, 2013, its choosed with consecutive sampling. Analysis using the Wilcoxon Signed Rank Test with significance p = 0,05. Result: The result showed that association between anxiety and fatigue with  = 0,005 and correlation coefficient 0,286, and association between depression and fatigue with  = 0,034 with correlation coefficient 0,218. Discussion: Anxiety and depression associated with fatigue in cancer patient undergoing chemotherapy, therefore, shoukd be taken to cope with anxiety and depression to prevent or decrease the incidence of fatigue in cancer patients undergoing chemotherapy. Key words: anxiety, depression, cancer, chemotherapy, fatigue Abstrak: Fatigue merupakan gejala yang sering muncul pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Tujuan dari penelitian ini ada untuk mengetahui hubungan ansietas dan deperasi dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 95 pasien kanker yang menjalani kemoterapi pada Bulan Desember tahun 2013 di Rumah Sakit Pusat Kanker Jakarta dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis data yang digunakan adalah Spearman Rank dengan p value  0,05. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara ansietas dengan fatigue dengan p value 0,005 dengan koefisien korelasi 0,286, dan terdapat hubungan antara depresi dengan fatigue dengan p value 0,034 dengan koefisien korelasi 0,218. Diskusi: Ansietas dan depresi berhubungan dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi ansietas dan depresi sebagai upaya dalam pencegahan dan penurunan kejadian fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Kata Kunci: ansietas, depresi, kanker, kemoterapi, fatigue Kanker merupakan hasil proses perkembangan yang berbentuk penyimpangan proses kehidupan sel atau telah mengalami transformasi sel. Sel yang mengalami penyimpangan tersebut tidak mengalami hambatan dalam proses pembelahannya, bahkan pembelahan sel tersebut melampaui kewajaran dan tidak terkendali. Jaringan kanker tidak dapat mem- perlihatkan sifat sel jaringan normal (Subowo, 2010). Kasus kanker di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang serius karena tingkat kejadian- nya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menu- rut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor di Indonesia mencapai 4,3 per 1000 penduduk (Depkes-RI, 2010). Data WHO menunjukkan 70% dari total kematian akibat penya- kit kanker terjadi di negara dengan penghasilan ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 1, April 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i1.ART.p095-102 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 96 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 95–102 perkapita menengah ke bawah termasuk Indonesia (ISCC, 2012). Metode terapi pada pasien kanker sangat ber- variasi, tergantung pada jenis kanker, luas penyakit, faktor penyulit lainnya (seperti penyakit jantung), status klinis, dan keinginan pengobatan dari pasien (Black & Hawks, 2009). Terapi yang digunakan pada pasien kanker diantaranya, pembedahan, radio- terapi, kemoterapi, terapi hormon, dan terapi paliatif (Sahoo, Mishra, & Tripathi, 2011). Selama menjalani terapi, pasien setiap hari dilakukan observasi terha- dap respon kanker dan juga respon pasien. Yurtsever (2007), meneliti seratus pasien yang menjalani kemoterapi di unit rawat jalan menemukan bahwa, gejala paling umum yang dialami pasien dengan kemoterapi adalah mual dan muntah (72%), kehi- langan nafsu makan (60%), insomnia (69%), nyeri (46%), gangguan pencernaan (39%), dan stomatitis (30%). Mayoritas pasien (86%) mengalami kele- lahan, yang terbagi dalam kelelahan ringan 14%, sedang 41%, dan berat 31%. Sekitar 73% dari pasien yang mengalami kelelahan di atas menyatakan bahwa, dalam mengatasi kelelahan tersebut, pasien cenderung mengurangi kegiatan dan lebih banyak beristirahat. Kelelahan atau yang dikenal dengan istilah fatigue merupakan gejala yang paling umum yang terjadi pada pasien kanker. Ketika gejala fatigue terjadi secara terus-menerus, maka akan mengham- bat kemampuan pasien untuk berpartisipasi secara penuh dan mengganggu peran serta aktivitas yang membuat hidup lebih bermakna. Kelelahan terkait kanker atau Cancer Related Fatigue (CRF) didefinisikan oleh National Comprehensive Cancer Network (NCCN) sebagai rasa menyedihkan yang menetap, rasa kelelahan fisik secara subjektif, kelelahan emosional dan atau kognitif yang dapat dihubungkan dengan kanker maupun pengobatan kanker dan dapat mengganggu aktivitas atau fungsi seperti biasa (Hilarius, et al., 2011). Cancer related fatigue (CRF) juga didefinisikan sebagai perasaan kelelahan yang luar biasa terkait dengan tingginya tingkat tekanan atau distress, ketidakseimbangan ter- hadap aktivitas pasien, dan tidak hilang dengan tidur atau istirahat (Weis, 2011). Etiologi CRF dapat disebabkan oleh banyak faktor dan pengobatannya juga bervariasi, termasuk intervensi medis, perilaku, dan psikologis. Faktor yang berkontribusi terhadap fatigue pada pasien kanker dan berpotensi dilakukan pengobatan dian- taranya nyeri, gangguan emosi, gangguan tidur, nutrisi, aktivitas, dan anemia (Hilarius, et al., 2011). Fatigue menimbulkan gejala yang kompleks baik secara subjektif maupun objektif. Oleh karena itu mendefinisikan dan menilai fatigue merupakan hal yang sulit difahami karena gejala fatigue itu sendiri hampir mirip dengan gejala yang lain seperti anemia dan depresi (Narayanan & Koshy, 2009). Pengobatan kanker memiliki beberapa efek samping termasuk efek samping secara fisik dan psikologis. Ansietas merupakan salah satu masalah psikologis yang muncul pada pasien karena kanker maupun pengobatan kanker. Ansietas merupakan respon normal terhadap rangsangan yang tidak menyenangkan, dan dapat meningkatkan respon adaptif bagi pasien. Ansietas merupakan salah satu tantangan psikologis yang paling dominan terkait dengan kanker. Ansietas telah terbukti memiliki dam- pak fisiologis, berpengaruh terhadap sistem neuroen- dokrin dan kekebalan tubuh. Ansietas juga dikaitkan dengan peningkatan fatigue, dan berkorelasi negatif dengan hasil pengobatan. Ansietas juga memiliki efek negatif terhadap Quality of Life (QOL), ber- pengaruh secara fisik, medis dan seksual yang semuanya merupakan indikator dari QOL. Selain itu, ansietas dapat menyebabkan gangguan ansietas klinis secara signifikan seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan terjadi depresi jika tidak segera ditangani (Ching, Devi, & Emily, 2010). Banyak pasien yang didiagnosis kanker bereaksi dengan ansietas dan depresi. Banyak penelitian men- jelaskan bahwa terdapat hubungan antara perubahan sistem kekebalan tubuh dan depresi. Seperti pada kanker payudara, perubahan fungsi, penurunan progresifitas Natural Killer Cell (NK-cell) telah terlihat beberapa bulan sebelum terjadinya metas- tasis, dan kejadian metastasis pada kanker payudara akan semakin menurunkan aktivitas NK-cell (Lindemalm, et al., 2008). Hasil penelitian dengan delapan puluh pasien yang terdaftar dalam subjek penelitian yang terdiri dari 40 pria dan 40 wanita dengan rerata usia 60,8 tahun (kisaran 28 sampai 78 tahun). Sebanyak 38% sampel mendapat pengobatan adjuvant, sedangkan 62% menjalani kemoterapi untuk kanker stadium lanjut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 37% responden mengalami ansietas, sedangkan 30% mengalami depresi. Secara keseluruhan, 63,4% res- ponden mengalami fatigue tingkat sedang sampai berat. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel psikologis merupakan salah satu yang berkorelasi kuat dengan kejadian fatigue (Romito, et al., 2008). 97Fata, Hubungan Ansietas dan Depresi ... Meskipun etiologi CRF kurang difahami, namun secara konsisten telah ditemukan memiliki hubungan yang kuat dengan depresi (Brown & Kroenke, 2009; Brown, et al., 2012). Depresi dan fatigue merupa- kan dua kesatuan yang berbeda dalam penyakit kan- ker. Akan tetapi, penyebab tersering yang dicurigai terkait dengan pengobatan kanker, peningkatan ka- dar sitokin pro inflamatori yang terjadi juga sebagai akibat dari pengobatan kanker, dan efek dari bebe- rapa jenis kanker itu sendiri (Bower, 2007; Fann, et al., 2008; Jacobsen, et al., 2003; Brown, et al., 2012). Fatigue memiliki prevalensi yang tinggi, dan berlangsung lebih lama pada pasien kanker. Banyak kasus fatigue ditemukan yang berhubungan dengan modalitas pengobatan seperti kemoterapi dan radio- terapi pada beberapa kasus. Manifestasi sistemik pada penyakit kanker juga menyebabkan tubuh melakukan lebih banyak perbaikan sel, serta gang- guan psikologis yang dapat menyebabkan fatigue (Narayanan & Koshy, 2009). Prevalensi fatigue pada pasien kanker berkisar 59% sampai 100% ter- gantung pada status klinis kanker. Cancer related fatigue terbukti sebagai efek jangka pendek terapi kanker adjuvant atau efek jangka panjang dari kan- ker kronis. Dibandingkan dengan gejala lain, seperti nyeri atau mual, CRF dirasa lebih menyusahkan, sering bertahan lama serta berdampak kuat terhadap kualitas hidup sehari-hari (Weis, 2011). Meskipun beberapa bukti tentang fatigue ber- dampak pada kualitas kesehatan dan kualitas hidup pasien, akan tetapi gejala tersebut kurang mendapat perhatian sehingga kurang didiagnosis atau kurang mendapat terapi yang sesuai. Sebagai contoh, dalam survei pada 419 pasien kanker, 78% melaporkan mengalami fatigue, tetapi hanya 50% yang bekon- sultasi dengan ahli onkologi, dan hanya 27% mene- rima konseling dan pengobatan. Studi lain menye- butkan, hanya 14% dari pasien yang melaporkan fatigue sedang sampai berat yang menerima pengo- batan atau konseling (Hilarius et al., 2011). Kurang dari 50% pasien kanker mendiskusikan pilihan pengobatan dari gejala fatigue dengan ahli onkologi mereka, dan hanya 27% mendapat rekomendasi untuk pengobatan tertentu (Narayanan & Koshy, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan Desember 2012 dengan melakukan wawancara dan observasi infor- mal terhadap 10 pasien kanker stadium lanjut sete- lah menjalani kemoterapi berserta keluarga di Ruang Teratai II Rumah Sakit Kanker Dharmais, didapat- kan hasil bahwa sebagian besar pasien mengalami fatigue. Akan tetapi, pasien sulit untuk menjelaskan fatigue tersebut. Pasien mengatakan merasa tidak berdaya, nyeri, susah tidur, cemas, merasa tertekan, mual dan muntah, malas melakukan aktifitas, pera- saan tidak enak, dan semuanya berlangsung dalam rentang waktu yang relatif lama. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti ”Hubungan ansietas dan depresi dengan fatigue pa da pasien ka nker yang menja la ni kemoterapi”. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ansietas dan depresi dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemo- terapi. Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1) Mengidentifikasi ansietas pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, 2) Mengidentifikasi depresi pada pasien yang menjalani kemoterapi, 3) Meng- identifikasi fatigue pada pasien kanker yang menja- lani kemoterapi, 4) Menganalisis hubungan ansietas dan depresi dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat digu- nakan dalam meningkatkan pemahaman tentang hubungan ansietas dan depresi dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, sehingga dapat digunakan sebagai wacana dalam mengam- bangkan keilmuan keperawatan khususnya yang berhubungan dengan penatalaksanaan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Sedang- kan manfaat praktis penelitian ini diantaranya: 1) Sebagai panduan bagi perawat dalam melakukan pengkajian dan mengidentifikasi ansietas dan depresi yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kan- ker yang menjalani kemoterapi, 2) Sebagai referensi dalam pengembangan keilmuan keperawatan medi- kal bedah, khususnya dalam manajemen asuhan keperawatan pada kasus onkologi yang berfokus pada fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan materi dan metode pembelajaran terkait kanker dan kemoterapi yang berhubungan dengan fatigue, dan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya. BAHAN DAN METODE Desain dalam penelitian ini adalah cross sectio- nal (potong lintang). Peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 95 pasien 98 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 95–102 kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi baik di ruang rawat inap maupun rawat singkat Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta pada Bulan Desem- ber tahun 2013. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah an- sietas dan depresi. Sedangkan variabel terikat adalah fatigue. Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah kuesioner The Hospitals Anxiety and Depression Scale (HADS) untuk menggali data tingkat ansietas, depresi, dan instrumen Revised Schwartz Cancer Fatigue Scale untuk mengukur fatigue pada semua responden. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 7 sampai 28 November 2013. Analisis data menggunakan Spreaman’s Rho dengan p  0,05. HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa prosentase responden dengan tingkat ansietas abnormal yang mengalami fatiuge berat sebesar 1% (1 responden), sedangkan responden yang tidak mengalami ansietas dan mengalami fatigue ringan sebesar 26,3 (25 responden). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho didapatkan p value 0,005 yang berarti ada hubungan antara ansietas dengan fatigue. Sedangkan nilai koefisien korelasi rs = 0,286 yang artinya derajat hubungan lemah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat ansietas responden, maka derajat fatigue pada responden tersebut juga semakin ringan. Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Fatigue Varia bel Frekuensi % Fatigue Fatigue ringan Fatigue sedang Fatigue berat 49 42 4 51,6 44,2 4,2 Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Ansietas Varia bel Frekuensi % Ansietas N ormal Borderline Ab no rmal 38 36 21 40,0 37,9 22,1 Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Depresi Varia bel Frekuensi % Depresi N ormal Borderline Ab no rmal 55 24 16 57,9 25,3 16,8 Tabel 4. Hubungan Ansietas dengan Fatigue pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Bulan Spearman rho: p value: 0,005,rs 0,286 No Fatigue Ansietas Total % Norma l % Borderline % Abnormal % 1 Fatigue Ringan 25 26,3 18 18,9 6 6,4 49 51,6 2 Fatigue Sedang 13 13,7 15 15,8 14 14,8 42 44,2 3 Fatigue Berat 0 0 3 3,1 1 1 4 4,2 Total 38 40 36 37,8 21 22,2 95 100 99Fata, Hubungan Ansietas dan Depresi ... Tabel 5 menunjukkan bahwa prosentase res- ponden dengan tingkat depresi abnormal yang me- ngalami fatiuge berat sebesar 2,1% (2 responden), sedangkan responden yang tidak mengalami depresi dan mengalami fatigue ringan sebesar 35,9% (34 responden). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji korelasi Spearman rho didapatkan p value 0,034 yang berarti ada hubungan antara depresi dengan fatigue. Sedangkan nilai koefisien korelasi rs = 0,218 yang artinya derajat hubungan lemah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat depresi, maka derajat fatigue pada responden tersebut juga semakin ringan. PEMBAHASAN Fatigue pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami fatigue ringan yaitu sebesar 51,6% (49 responden). Prevalensi fati- gue dalam tatanan perawatan paliatif adalah sekitar 48% sampai78%. Pasien yang menderita kanker dalam waktu yang lama (17% sampai 56%) menga- lami fatigue yang berlangsung selama berbulan- bulan setelah penghentian pengobatan yang diukur dalam kualitas hidup pasien. Fatigue sering disebab- kan karena anemia, efek samping dari kemoterapi yang menyebabkan pasien mual dan muntah yang berlebihan, nyeri dan depresi. Gejala fatigue terma- suk lemah atau lelah, mengalami kesulitan menaiki tangga, berjalan jarak pendek dan melakukan tugas sederhana sehari-hari. (Narayanan & Koshy, 2009). Teori lain menyebutkan bahwa efek sistemik dari pengobatan kanker yang menyebabkan aku- mulasi metabolit sebagai akibat dari kerusakan ja- ringan normal dapat menimbulkan fatigue. Berbagai macam masalah fisiologis pada kanker stadium lanjut juga dapat menyebabkan fatigue. Di samping itu, faktor psikososial yang terkait dengan fatigue juga banyak ditemukan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara manifestasi fisiologis dan psikologis sebagai gejala yang kompleks yang menyebabkan fatigue. Anderson and Hacker (2008), menyebutkan bahwa beberapa faktor yang menyeb- abkan fatigue pada pasien kanker diantaranya adalah pembedahan, siklus kemoterapi, gangguan tidur, nyeri, anemia, gangguan sistem pencernaan, dan distress emosional. Ansietas pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengah dari responden mengalami border- line ansietas yaitu sekitar 37,9% (36 responden). Pengobatan kanker memiliki beberapa efek samping termasuk efek samping secara fisik dan psikologis. Ansietas merupakan salah satu masalah psikologis yang muncul pada pasien karena kanker maupun pengobatan kanker. Ansietas merupakan respon normal terhadap rangsangan yang tidak menyenang- kan, dan dapat meningkatkan respon adaptif bagi pasien. Ansietas merupakan salah satu tantangan psikologis yang paling dominan terkait dengan kan- ker. Ansietas telah terbukti memiliki dampak fisio- logis, berpengaruh terhadap sistem neuroendokrin dan kekebalan tubuh. Ansietas juga dikaitkan dengan peningkatan fatigue, dan berkorelasi negatif dengan hasil pengobatan. Ansietas juga memiliki efek negatif terhadap Quality of Life (QOL), berpe- ngaruh secara fisik, medis dan seksual yang semua- nya merupakan indikator dari QOL. Selain itu, an- sietas dapat menyebabkan gangguan ansietas klinis secara signifikan seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan terjadi depresi jika tidak segera ditangani (Ching, Devi, & Emily, 2010). Banyak pasien yang didiagnosis kanker bereaksi dengan ansietas dan depresi. Banyak penelitian men- jelaskan bahwa terdapat hubungan antara perubahan sistem kekebalan tubuh dan depresi. Seperti pada kanker payudara, perubahan fungsi, penurunan pro- gresifitas Natural Killer Cell (NK-cell) telah terlihat beberapa bulan sebelum terjadinya metastasis, dan No Fatigue Depresi Total % Norma l % Borderline % A bnormal % 1 Fatigue Ringan 34 35,9 7 7,3 8 8,4 49 51,6 2 Fatigue Sedang 20 21 16 16,8 6 6,4 42 44,2 3 Fatigue Berat 1 1 1 1,1 2 2,1 4 4,2 Total 55 57,9 24 25,2 16 16,9 95 100 Spearman rho: p value: 0,034,rs 0,218 Tabel 5. Hubungan Depresi dengan Fatigue pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Bulan Desember 100 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 95–102 kejadian metastasis pada kanker payudara akan semakin menurunkan aktivitas NK-cell (Lindemalm, et al., 2008). Pasien kanker yang mengalami fatigue yang parah dan terus-menerus terjadi gangguan pada kehidupan sehari-hari. Fatigue sendiri merupakan sindrom multidimensi yang melibatkan aspek fisik dan psikologis, yang saling terkait dan saling mem- pengaruhi.Fatigue juga terjadi dan mempunyai pre- valensi yang tinggi pada pasien kanker yang menja- lani terapi. Depresi dan ansietas dapat ditandai dengan kelelahan, akan tetapi juga terbukti bahwa tingginya tingkat kelelahan dapat menyebabkan te- kanan emosional ketika hal tersebut dirasa meng- ganggu peran dan kegiatan sehari-hari (Romito, et al., 2008). Depresi pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Hasil penerlitian yang telah dilakukan didapat- kan bahwa hampir setengah dari responden menga- lami borderline depresi yaitu sebesar 25,3% (24 responden). Fatigue yang terjadi pada pasien dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup yang mem- pengaruhi aspek fisiologis, psikologis, dan perilaku (Goldstein, et al., 2006; Guess, 2011 ). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi menjadi salah satu masalah yang paling penting yang dialami oleh pasien kanker. Singer dan rekan (2010) meneliti depresi pada pasien onkologi dengan Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat keparahan depresi tidak berhubungan dengan stadium kanker, akan tetapi berhubungan dengan karakteristik sosio- demografis dan psikososial (Guess, 2011). Risiko terjadi depresi pada pasien kanker sangat bervariasi jika ditinjau dari segi pengobatannya (Raison & Miller, 2003; Brown, 2011). Sitokin tertentu yang terkait pengobatan kanker sering dikaitkan dengan depresi. Beberapa bukti juga menunjukkan bahwa operasi onkologi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi pada pasien kanker. Fatigue dan depresi mempunyai hubungan yang kuat dan meru- pakan gejala yang sama pentingnya dalam pera- watan pasien kanker. Kedua kondisi tersebut lebih sering terjadi pada pasien kanker dibandingkan dengan populasi umum(Brown, 2011). Meskipun etiologi CRF kurang difahami, namun secara konsisten telah ditemukan memiliki hubungan yang kuat dengan depresi (Brown & Kroenke, 2009; Brown, et al., 2012). Depresi dan fatigue merupakan dua kesatuan yang berbeda dalam penyakit kanker. Akan tetapi, penyebab tersering yang dicurigai ter- kait dengan pengobatan kanker, peningkatan kadar sitokin pro inflamatori yang terjadi juga sebagai aki- bat dari pengobatan kanker, dan efek dari beberapa jenis kanker itu sendiri (Bower, 2007; Fann, et al., 2008; Jacobsen, et al., 2003;Brown, et al., 2012). Penyakit kanker menyebabkan berbagai masa- lah termasuk kecacatan fisik, beban keluarga, gang- guan seksual, masalah harga diri dan tekanan psi- kologis. Pasien kanker mengalami peningkatan yang signifikan terhadap kecemasan, emosi, sensitivitas, ketidaknyamanan, depresi, dan ketegangan jika dibandingkan dengan orang normal (Ahmed & Ahmed, 1999; Mona & Singh, 2012). Hipothalamic-Pituitay-Adrenal (HPA) aksis mengontrol pelepasan kortisol sebagai respon terha- dap stress fisik dan psikososial. Secara khusus, Cor- ticotroin Releasing Hormone (CRH) dikeluarkan oleh nukleus paraventrikuler dari hipotalamus dan bersama vasopressin melepaskan kortisol dari korteks adrenal. Sumbu HPA juga mempengaruhi perkembangan sel sistem imun dan produksi sitokin. Pada orang sehat, ada pola sekresi kortisol pada level puncak dan mengalami penurunan sepanjang hari. Seperti pada penderita kanker payudara, hasil penelitian menunjukkan pada fatigue yang terus- menerus (dibandingkan tanpa fatigue) terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tanpa kelelahan pada malam hari. Hal tersebut me- nunjukkan bahwa perubahan HPA aksis dapat dipengaruhi oleh fatigue (Barsevick et al., 2010). Disfungsi HPA axis dijelaskan pada pasien dengan CRF dan cronic fatigue syndrome (CFS). Kedua proses tersebut menyebabkan terjadinya pe- nurunan output steroid, rendahnya kadar gona- dotropin dan androgen, dan mengurangi fungsi HPA. Peningkatan sitokin inflamatori (yang dirangsang oleh interferon- dan IL-2) mempengaruhi fungsi HPA, yang mengarah pada output kortisol (Tazi & Errihani, 2011). Kanker dan pengobatan kanker baik secara langsung maupun tidak langsung dapat me- nyebabkan perubahan fungsi HPA dan akhirnya dapat menyebabkan perubahan endokrin yang ber- kontribusi terhadap fatigue. Perubahan fungsi HPA axis dapat disebabkan oleh berbagai faktor pada pasien kanker. Misalnya, sitokin proinflamatori (IL- 1, IL-6, T NF-a) dan beberapa komorbiditas (gangguan tidur). Pengobatan kanker tertentu (glukokortikoid, radioterapi, dan beberapa regimen kemoterapi) juga dapat menyebabkan penekanan 101Fata, Hubungan Ansietas dan Depresi ... langsung pada HPA axis. Kortisol memiliki efek pada produksi sitokin. Berkurangnya konsentrasi kortisol menyebabkan terjadinya peningkatan kadar sitokin dan berkontribusi terhadap fatigue (Wang, 2008). Hubungan Ansietas dengan Fatigue pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Analisis hubungan antara ansietas dengan ting- kat fatigue didapatkan responden yang mengalami borderline ansietas dan mengalami fatigue sedang sejumlah 15,8% (15 responden) dengan p value 0,005 dengan nilai derajat hubungan 0,286 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Romito, et al., 2008 yang menyebutkan bahwa faktor psiko- logis merupakan salah satu yang berkorelasi kuat dengan kejadian fatigue Hasil yang sejalan juga diperlihatkan dari pene- litian yang dilakukan oleh Yennurajalingam, et al., (2008) tentang hubungan antara CRF dan gejala lain terkait kanker pada pasien stadium lanjut. Hasil yang didapatkan khususnya untuk ansietas adalah terdapat hubungan yang bermakna dengan kekuatan hubungan lemah antara ansietas dengan fatigue (Yennurajalingam, et al., 2008). Hasil penelitian Yennurajalingam, et al., (2008) juga sejalan dengan penelitian Romito, et al., (2008) yang meneliti tentang CRF dalam kaitannya dengan kadar hemoglobin, ansietas, dan depresi. Hasil pene- litian in didapatkan bahwa khususnya untuk ansietas terdapat hubungan yang bermakna antara ansietas dengan fatigue (Romito, et al., 2008). Hasil analisis peneliti menyimpulkan bahwa secara umum berdasarkan penelitian yang telah dila- kukan sebelumnya didapatkan bahwa ansietas mem- punyai hubungan yang bermakna dengan fatigue pada pasien kanker. Ansietas merupakan masalah psikologis yang munculpadapasienyang disebabkan oleh kanker maupun pengobatan kanker. Ansietas merupakan respon normal terhadaprangsangan yang tidak menyenangkan, dandapat berpengaruh terhadap neuroendokrin pada seseorang yang dapat berdampak pada fatigue.Masalah lain yang sering menyertai pasien kanker adalah pengobatan yang sangat mahal dan berlangsung lama, hal inilah yang menyebabkan beban tambahan dari pasien disam- ping beban dari penyakit itu sendiri. Oleh karena itu, support system pada pasien kanker dalam menjalani pengobatan yang panjang sangat penting untuk mengurangi beban pasien. Hubungan Depresi dengan Fatigue pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi Analisis hubungan antara depresi dengan ting- kat fatigue didapatkan responden yang mengalami borderline depresi dan mengalami fatigue sedang sejumlah 16,8% (16 responden) dengan p value 0,034 dengan nilai derajat hubungan 0,218 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil tersebut sejalan penelitian yang dilakukan oleh Yennurajalingam, et al., tentang hubungan antara CRF dan gejala lain terkait kanker pada pasien stadium lanjut (n= 268). Hasil yang didapatkan khususnya untuk depresi adalah terdapat hubungan yang bermakna dengan kekuatan hubungan sangat lemah antara depresi dengan fatigue (Yennurajalingam, et al., 2008). Hasil penelitian Yennurajalingam, et al. (2008) juga sejalan dengan penelitian Romito, et al. (2008) yang meneliti tentang CRF dalam hubungannya dengan kadar hemoglobin, kecemasan, dan depresi. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa khususnya untuk depresi terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dengan fatigue (Romito, et al., 2008). Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara depresi pada setiap penelitian kecuali satu yang tidak terdapat hubungan yang signifikan, dan beberapa diantaranya menun- jukkan hubungan yang kuat. Rentang kekuatan hu- bungan yang sangat lemah sampai sangat kuat. Rata-rata kekuatan hubungan antara depresi dan fatigue dihitung berdasarkan ukuran sampel dida- patkan hubungan sedang (Borwon & Kroenke, 2009). Hasil analisis peneliti berdasarkan penelitian di atas adalah sebagian besar responden 16,8 dengan borderline depresi mengalami fatigue sedang. Besarnya tekanan psikologis akibat penyakit kanker maupun pengobatan kanker dapat menyebabkan emosi pasien menjadi tidak stabil dan cenderung mengarah pada kondisi stres. Mekanisme ini yang memicu perubahan homoeostasis dalam tubuh khu- susnya beberapa hormon yang diproduksi sebagai efek dari stress yang dialami pasien yang dapat memicu terjadinya ataupun memperparah kondisi fatigue pada pasien. 102 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hlm. 95–102 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah responden yang mengalami fatigue ringan dan tidak mengalami ansietas sebesar 26,3% (25 responden), sedangkan responden yang mengalami fatigue berat dan me- ngalami abnormal ansietas sebesar 1% (1 respon- den). Analisis hubungan antara ansietas dengan tingkat fatigue didapatkan p value 0,005 dengan nilai derajat hubungan 0,286 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Responden yang mengalami fatigue ringandan tidak mengalami depresi sebanyak 35,9% (34 res- ponden), sedangkan yang mengalami fatigue berat dan mengalami abnormal depresi sebanyak 2,1% (2 responden). Analisis hubungan antara depresi dengan tingkat fatigue didapatkan p value 0,034 dengan nilai derajat hubungan 0,218 yang berarti terdapat hubungan dengan tingkat hubungan lemah antara ansietas dengan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Saran Peningkatan kemampuan dalam mengidentifi- kasi dan mengeskplorasi berkaitan dengan fatigue dan faktor yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Diperlukannya tindakan keperawatan dalam upaya mencegah ataupun menurunkan derajat fati- gue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi seperti pengaturan pola aktivitas atau olah raga yang seimbang, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pasien dengan menciptakan suasana yang nyaman, mengurangi faktor-faktor yang dapat mengganggu kebutuhan istirahat tidur pasien selama menjalani perawatan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meng- gali faktor-faktor lain yang berkontribusi dalam kejadian fatigue pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi seperti aktifitas fisik, infeksi, stress, kualitas tidur, status nutrisi dan jenis kemoterapi. DAFTAR RUJUKAN Black, J.M., & Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nurs- ing Clinical Management for Positive Outcomes (8 ed. Vol. 1). St. Louis, Missouri Saunders Elsevier. ISCC. 2012. Rapat Nasional ISCC di UMS. from http:// iscc-indonesia.org/ Sahoo, J., Mishra, S.K., & Tripathi, D.K. 2011. Diagno- sis, Prevention and Treatment of Dreadly Cancer a Review. International Journal of Pharmaco- logy and Biological Sciences, 5(2), 65–74. Subowo. 2010. Imunologi Klinik (Edisi Kedua ed.). Jakarta: Sagung Seto. Yurtsever, S. 2007. The Experience Of Fatigue In Turkish Patients Receiving Chemotherapy. Oncology Nursing Forum, 34(3), 721–728.