109 EFEKTIFITAS DISASTER TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETRAMPILAN PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN GUNUNG KELUD DI KOTA BLITAR (The Effectiveness Of Disaster Training Improving Knowledge, Attitude And Skill Nursing Disaster For Disaster Preparedness Kelud Erruption Blitar City) Agus Khoirul Anam¹, Sri Winarnii 1 , Budi Susati 1 ¹Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan email : aguskhoirulanam@gmail.com Abstract : Introduction: Disaster preparedness is a series of efforts made to anticipate the disaster through organizing as well as the steps effectively and usefull. Identification of factors influencing nursing preparedness is beneficial in the preparation of government programs related to nursing preparedness in disaster management and nurses understand the factors that need to be considered.This study aimed to identify the efectiveness of disaster training to enhance knowledge, attitude and skill nurses in disaster management.Methode :This research is pre experimental pretest posttest design . The number of samples is s 30 nurses who were in the Disaster-prone Region Kelud in Blitar district and the study was conducted on Oktober 16. Result of analysis used wilcoxon significancy 0,000 ( p< 0,05 ) that shows the dfference influencing knowledge, attitude and skill nurses after Disaster Training . Discussion: Disaster Training is very important to improve nursing preparedness in facing disaster. Nurse assocation and goverment must be able to give good support for disaster nurse. Key words: Preparedness, Nurse, Disaster Training. Abstrak : Kesiapsiagaan bencana merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berdayaguna dan berhasil guna. Disaster training adalah pelatihan tanggap bencana dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berhasil guna dan berdayaguna.Tujuan penelitian ini adalah efektifitas Disaster Training dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar. Penelitian ini adalah penelitian pre experimental pretest posttest design mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan eksperimen yaitu peneliti memberikan perlakuan, dimana observasi dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan sesudah eksperimen.Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 responden perawat yang berada di Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud kota Blitar yang menjadi anggota PPNI kota Blitar, dan penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2014. Hasil analisis menggunakan metode wilcoxon menunjukkan hasil nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang bermakna antara sebelum disaster training dan setelah disaster training.Disaster training sangat deperlukan oleh perawat dalam kesiapsiagaan bencana. Kegiatan ini perlu mendapat dukungan dan perhatian dari PPNI dan Dinas Kesehatan. Kata Kunci : Kesiapsiagaan, Perawat, Disaster Training . ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 2, Agustus 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i2.ART.p108-114 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 110 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 Indonesia adalah negara rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demogafis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudra menyebabkan Indonesia mempunyai potensi bagus dalam perekonomian sekaligus rawan dengan bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012). Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki gunung api di dunia yaitu 500 gunung api yang tersebar di Indonesia dan 129 diantaranya merupakan gunung api aktif, sekitar 70 dari gunung aktif tersebut sering meletus. Berdasarkan sebaran zona resiko tinggi yang dispasialkan dalam indeks rasio bencana letusan gunung api di Indonesia maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana telah menyatakan penanggulangan bencana letusan gunung api dalam 5 tahun sejak tahun 2011 diarahkan pada wilayah rawan bencana gunung api diantaranya gunung Kelud yang berada di wilayah Blitar Jawa Timur (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2007). Perawat sebagai bagian terbesar tenaga kesehatan yang berada di daerah mempunyai peran sangat penting karena perawat sebagai lini terdepan pelayanan kesehatan. Masalah utama dalam kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana menurut penelitian yang dilakukan oleh Kija Chapman dan Paul Arbon (2008) adalah pengetahuan perawat masih kurang dalam manajemen bencana meliputi pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana, tanggap bencana dan pemulihan setelah bencana. Perawat kurang baik dalam implementasi dan belum ada standarisasi kesiapsiagaan bencana. Menurut Chapman (2008) menyatakan bahwa 80 % perawat yang menjadi relawan bencana tidak mempunyai pengalaman dalam tanggap bencana serta 23 % perawat hanya pernah mendapatkan pendidikan kesiapsiagaan bencana dasar dan tidak ada pendidikan kelanjutannya. Penelitian yang dilakukan Fung (2008) menyatakan bahwa sebagian besar perawat ( 97% ) tidak mempunyai persiapan yang baik dalam penanganan bencana. Kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya perawat yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berdayaguna dan berhasil guna. Menurut Arbon (2006) kesiapsiagaan meliputi institusi kesehatan meliputi puskesmas atau rumah sakit, dukungan dalam peningkatan kompetensi perawat meliputi pelatihan-pelatihan disaster manajemen, adanya kebijakan petunjuk (guidelines) yang jelas sehingga perawat tidak disorientasi dalam penanganan bencana, pengalaman perawat dalam menangani kejadian bencana dan sarana prasarana yang tersedia dalam manajemen bencana. Menurut Bella (2011) perencanaan yang jelas oleh institusi pelayanan kesehatan, koordinasi antar instansi , dan pendidikan kompetensi yang berkelanjutan mempengaruhi kesiapsiagaan perawat disaster. Disaster training adalah pelatihan tanggap bencana dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah secara berhasil guna dan berdayaguna. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang Efektifitas Disaster Training dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan pre experimental (pretest posttest design). Ciri penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan eksperimen yaitu peneliti memberikan perlakuan, dimana observasi dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan sesudah eksperimen. Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di puskemas kawasan rawan becana gunung Kelud di Kota Blitar. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat sejumlah 30 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Kriteria : yaitu perawat yang bekerja minimal 1 tahun, bekerja di unit gawat darurat, pendidikan minimal DIII Keperawatan dan menjadi anggota PPNI Kota Blitar. Variabel bebas penelitian ini adalah Disaster Training dan Variabel terikat penelitian ini pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar. Kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana gunung Kelud dinilai dengan kompetensi perawat disaster (Godwin,2007) meliputi : Membuat dan memperbarui disaster plan, Pengkajian resiko lingkungan, Melakukan kegiatan pencegahan bencana, Program pendidikan masyarakat, Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....111 Memfasilitasi program pelatihan dan simulasi bencana, Mengembangkan data perawat yang siap dalam penanggulangan bencana, Melaksanakan evaluasi semua komponen dalam kesiapsiagaan bencana. Untuk mengidentifikasi efektifitas Disaster Training terhadap pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud dilakukan uji Wilcoxon dengan menggunakan program SPSS 17 for Window dengan tingkat kemaknaan (p≤ 0,05). HASIL PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian di Prodi D III keperawatan Blitar yang dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2014. Pelaksanaan penelitian dalam bentuk pelatihan kebencanaan (Disaster Training). Pelatihan ini dalam bentuk pelatihan di dalam gedung dan di luar gedung. Pelatihan dalam gedung berbentuk ceramah dan tanya jawab materi Disaster Plan , Mitigasi bencana dan pencegahan bencana. Kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana serta pendidikan bencana masyarakat dalam penanggulangan bencana. Materi di berikan oleh pakar di bidang bencana dari PMI Kota Blitar, Poltekkes Malang dan Dinas Kesehatan Kota Blitar. Setelah pemberian materi dilanjutkan dengan Praktek Penanggulangan Bencana yang dipandu oleh team PPNI Kota Blitar, PMI dan Dinkes Kota Blitar. Tabel 1 : Karakteristisk Responden bulan Oktober 2014. Karakteristik Frekuensi (%) Usia 20-30 tahun 20 67% 31-40 tahun 7 23 % 41-50 tahun 3 10% Jabatan Responden Perawat pelaksana 20 67% Pendidik 7 23% Manajer 3 10% Pendidikan Responden SPK 0% D3 5 17% DIV 1 3% S1 24 80% Lama Bekerja < 10 tahun 20 67% > 10 tahun 10 33% Tabel 2 Pengalaman pelatihan, pelaksana pelatihan dan menjadi team tanggap bencana bulan Oktober 2014. Variabel n % Pengalaman Pelatihan Belum pernah Satu Kali Lebih satu kali 25 2 3 83 7 10 Pelaksana Pelatihan PMI Dinkes PPNI Pemda & Jangkar Kelud 3 1 0 1 60 20 0 20 Menjadi Team Tanggap Bencana Belum pernah Pernah 26 4 87 13 Berdasarkan pengalaman pelatihan 25 responden (83%) belum pernah mengikuti pelatihan tentang penangggulangan bencana dan 2 responden (7%) pernah pelatihan 1 kali. Pelaksana pelatihan terbanyak adalah PMI sebanyak 3 kali (60 %). Sedangkan berdasarkan keikutsertaan responden menjadi team tanggap bencana sebanyak 26 responden (87%) belum pernah menjadi team bencana. Tabel 3 Data pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar sebelum dan sesudah mengikuti disaster training. Variabel Sebelum Sesudah P Value n % n % 1. Pengetahuan Kurang 25 83,3 2 6,7 0,000 Baik 5 16,7 28 93,3 2. Sikap Negatif 21 70 0 0 0,000 Positif 9 30 30 100 3. Ketrampilan Kurang 25 83,3 0 0 0,000 Baik 5 16,7 30 100 Data khusus pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan 112 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar sebelum dan setelah mengikuti disaster training menunjukkan bahwa pengetahuan terjadi peningkatan dari pengetahuan kurang 25 responden (83,3 % ) menjadi berpengetahuan baik sebesar 28 responden (93,3%). Data sikap menunjukkan peningkatan dari sebelum disaster training sebesar 21 responden (70 %) menjadi sikap positif 30 responden (100 %). Ketrampilan menunjukkan peningkatan dari sebelum disaster training sebesar 25 responden (83,3%) mempunyai ketrampilan kurang menjadi ketrampilan baik sejumlah 30 rsponden (100 %). Tabel 4 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh disaster training dalam meningkatkan Pengetahuan dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar Test Statistics b tahusesudah - tahusebelum Z -4.796 a Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum disaster training dan setelah disaster training. Tabel 5 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh disaster training dalam meningkatkan sikap dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar Test Statistics b sikapsesudah - sikapsebelum Z -4.472 a Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara sebelum disaster training dan setelah disaster training. Tabel 6 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh disaster training dalam meningkatkan ketrampilan dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar Test Statistics b ketrampsesudah - ketrampsebelum Z -5.000 a Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti terdapat perbedaan ketrampilan yang bermakna antara sebelum disaster training dan setelah disaster training. PEMBAHASAN. Efektifitas disaster training dalam meningkatkan pengetahuan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar sebelum mengikuti disaster training mengalami peningkatan. Peningkatan pengetahuan dari pengetahuan kurang 25 responden (83,3 %) menjadi berpengetahuan baik sebesar 28 responden (93,3%). Bella Magnaye (2011) menyatakan dalam penelitiannya pada 250 perawat di Philipina bahwa pengetahuan harus dipersiapkan sebelum kejadian bencana untuk meningkatkan kompetensi perawat saat bencana terjadi. Persiapan perawat meliputi training, workshop, seminar tentang keperawatan bencana (Disaster Nursing). Pengetahuan adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia dan dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan training (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya. Penginderaan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh intensitas Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....113 perhatian dan persepsi terhadap obyek. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam kesiapsiagaan menurut Godwin (2007) adalah membuat dan memperbarui disaster plan, pengkajian resiko lingkungan, melakukan kegiatan pencegahan bencana, program pendidikan masyarakat, program pelatihan dan simulasi bencana. Salah satu teori perilaku yaitu teori Preced-Proceed yang dikembangkan oleh Lawrence Green menekankan analisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan dimana pengetahuan masuk faktor predisposisi (predisposing factor) dalam pembentukan perilaku kesiapsiagaan bencana. Pengetahuan perawat tentang penanggulangan bencana gunung Kelud akan mendorong perawat untuk berusaha dalam kondisi siapsiaga mengahadapi bencana gunung Kelud. International Council Nurse (2007) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan perawat diantaranya adalah kemampuan kognitif disamping sikap (affective) dan psikomotor (skill) dalam disaster manajemen. Pengetahuan perawat tentang penanggulangan bencana sangat penting dalam persiapan penanggulangan bencana. Persiapan ini tidak hanya bermanfaat bagi perawat tetapi secara keseluruhan organisasi kesehatan di daerah rawan bencana dengan melakukan Disaster Training (Back, 2011). Persiapan melalui disaster training yang dilakukan oleh profesi. Selanjutnya Pang (2010) menyatakan bahwa pengetahuan mampu mendukung kompetensi perawat dalam disaster manajemen. Penelitian Stanley (2005) menyataan bahwa perawat merupakan bagian terbesar sebagai pekerja di bidang kesehatan sehingga kurangnya pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana dan ilmu tentang ancaman bencana menjadi hambatan bagi perawat saat melaksanakan tindakan pertolongan kejadian bencana di Amerika Serikat. Lebih lanjut Notoatmodjo (2010) menyatakan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, fasilitas dan sosiobudaya serta pengetahuan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Data yang didapat dari hasil survei terkait dengan pengalaman mengikut pelatihan penanggulangan bencana mayoritas perawat belum pernah mengikuti pelatihan tersebut sebanyak 25 responden (83%) dan pelatihan terbanyak diselenggarakan oleh PMI, PPNI dan Pemerintah Daerah . Sehingga pelatihan sangat diperlukan dalam meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana. Pengetahuan tentang penanggulangan bencana dapat mempengaruhi kesiapsiagaan perawat dalam menanggulangi bencana sehingga diharapkan perawat mampu meningkatkan pengetahuan tentang penanggulangan bencana dengan memahami kompetensi perawat dalam disaster manajemen. Selain itu perawat dapat mengikuti pendidikan formal kekhususan tentang penanggulangan bencana atau pelatihan, workshop dan seminar tentang penanggulangan bencana. Program peningkatan pengetahuan perawat penting khususnya tentang disaster plan, pengkajian resiko lingkungan, pencegahan bencana, program pendidikan masyarakat, program pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana. Program peningkatan pengetahuan ini harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang tepat. Dinas kesehatan daerah seharusnya mampu mendukung kebijakan yang memberikan peluang perawat untuk menambah wawasan dan kompetensi penanggulangan bencana khususnya bencana letusan gunung Kelud di kabupaten Blitar. Efektifitas disaster training dalam meningkatkan sikap perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Gunung Kelud di Kota Blitar Berdasar hasil analisis bahwa sikap perawat dalam penanggulangan bencana berhubungan dengan kesiapsiagaan perawat dalam penangggulangan bencana Gunung Kelud dipengaruhi oleh Disaster Training. Smith (2007), menyatakan dalam penelitiannya bahwa sikap kemauan perawat untuk merespon dalam tanggap bencana dan persiapannya sangat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Bella Magnaye (2011) menyatakan bahwa sikap dalam studinya terhadap 250 perawat sangat diperlukan dalam kesiapsiagaan terutama sikap terhadap perannya saat bencana terjadi, sikap dalam situasi kritis dan menerapkan skill manajemen dalam merawat korban bencana dengan latar belakang budaya dan situasi yang berbeda-beda. Sikap sangat penting dalam menunjukkan performa profesional saat bekerjasama dengan team dan anggota team kesehatan pada saat persiapan maupun saat kejadian bencana. Sikap terbentuk karena pemberian pelatihan yang berkelanjutan tidak 114 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 hanya berupa peatihan teori tetapi disertai dengan praktek penanggulangan bencana. Sikap perawat menurut Phang (2010) sangat mempengaruhi perawat dalam bencana terutama sebagai penolong serta sebagai tenaga yang bekerja dalam sebuah sistem penanggulangan bencana. Selain itu sikap dapat mendukung kemauan perawat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang penanggulangan bencana. Smith (2007), menyatakan bahwa sikap perawat untuk merespon dalam tanggap bencana dan persiapannya sangat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. Sikap perawat terhadap penanggulangan bencana dapat mempengaruhi kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana khususnya bencana letusan gunung Kelud sehingga sikap perawat untuk merespon dalam tanggap bencana dan persiapannya perlu ditingkatkan. Sikap menunjukkan performa profesional saat bekerjasama dengan team dan anggota team kesehatan pada saat persiapan maupun saat kejadian bencana. Selain itu sikap dapat mendukung kemauan perawat dalam meningkatkan pengetahuannya tentang penanggulangan bencana. Peningkatan sikap perawat dalam penanggulangan bencana dilakukan dengan melibatkan langsung perawat dalam persiapan penanggulangan bencana. Diharapkan dengan melibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan penanggulangan bencana serta pelatihan kebencanaan maka sikap perawat diharapkan menjadi lebih baik. Selain itu penanaman sikap positif terhadap penanggulangan bencana dapat dilakukan semenjak perawat berada di pendidikan sehingga sedini mungkin mereka memahami arti penting dari penanggulangan bencana serta pemahaman terhadap kompetensi disaster nursing. Efektifitas disaster training dalam meningkatkan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar Skill atau ketrampilan sangat diperlukan oleh perawat dalam setiap fase penanganan bencana khususnya dalam kesiapsiagaan bencana (Polivka, 2008). Selain faktor pengetahuan , skill kesiapsiagaan perawat dipengaruhi oleh kurangnya sarana prasarana untuk penanganan korban bencana (Jakeway, 2008). Peningkatan ketrampilan perawat dapat diupayakan dengan pertemuan dan pelatihan-pelatihan. Dengan usaha ini di harapkan perawat semakin paham akan kompetensinya dalam penanganan bencana. Pendapat lain dari Boyle (2008) menyatakan bahwa dengan mengikuti pelatihan terjadi peningkatan kepercayaan diri perawat dalam penanganan bencana. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar sebelum mengikuti disaster training adalah kurang . Pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar setelah mengikuti disaster training yaitu baik. Disaster training efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota Blitar. Saran Berikut ini adalah saran - saran yang dapat digunakan untuk memperkuat dan memperbaiki hasil penelitian Perawat perlu meningkatkan kesiapsiagaan dalam menanggulangi bencana letusan Gunung Kelud di Kota Blitar dengan melaksanakan program-program kebijakan pemerintah serta meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap penangggulangan bencana dengan mengikuti disaster training. Penanaman sikap positif terhadap penanggulangan bencana dapat dilakukan semenjak perawat berada di pendidikan sehingga sedini mungkin mereka memahami arti penting dari penanggulangan bencana serta pemahaman terhadap kompetensi disaster nursing. Bagi Dinas Kesehatan dan PPNI Kota Blitar. Pemerintah dan PPNI diharapkan dapat memberikan informasi yang berkesinambungan serta melakukan upaya peningkatkan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penanggulangan bencana secara berkelanjutan. Kegiatan berupa pelatihan, seminar, workshop dan program – program yang bersifat berkelanjutan dengan tujuan yang jelas sesuai dengan kompetensi perawat disaster. Dengan upaya ini diharapkan menjadikan perawat siap menghadapi berbagai macam jenis bencana yang akan terjadi khususnya bencana Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....115 Gunung berapi. Pemerintah Kota Blitar diharapkan melibatkan perawat secara aktif dalam persiapan penanggulangan bencana. Dinas kesehatan Kota Blitar dan PPNI memberikan peluang perawat untuk menambah wawasan dan kompetensi dalam penanggulangan bencana khususnya bencana letusan gunung Kelud di kota Blitar dengan terbentuknya HIPGABI (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana). DAFTAR RUJUKAN Arbon P,Chapman.2008. Are Nurses Ready? Disaster Preparedness In The Acute Setting. AENJ , 135-144. Bella Magnaye.2011. The role , Preparedness And Management Of Nurses During Disaster. Intenational Scientific Research Journal, 269-294. BNPB.2007. Penataan Ruang Kawasan Gunung Api. BNPB.2010.Rencana Nasional Penanggulangan Bencana. BNPB.2011. Perencanaan Kontijensi Menghadapi Bencana. Jakarta. BPBD.2007.Penanganan Daerah Rawan Bencana Gunung Kelud Kabupaten Blitar Boyle,C.2006. Public health emergencies:Nurses recommendationn for effective actions.AAOHN Journal, 54, 347-353. Fung.2008.Disaster preparedness among Hongkong Nurses.Journal of Advance Nursing , 62,698-703. Godwinn.2007. Disaster Nursing emergency Preparedness,Springer Publising Company, 4-19. Huahua Yin, Haiyan He, Paul Arbon.(2011). A Survey Of The Practice Of Nurses' Skills In Wenchuan Earthquake Disaster Sites: Implication For Disaser Nursing. Journal Of Anvanced Nursing , 2231-2237. ICN,2009.ICN Framework of Disaster Nursing Competencies, WHO Western Pacific Region. Jakeway.2008.The rule of public health nursing in emergency preparedness and response:A position paper the association of state and territorial directors of nursing.Public Health Nursing, 25, 353-361. Notoatmodjo S.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta. Polivka,B.J.2008. Public Health Nursing competencies for public health surge events.Public Health Nursing, 25, 159-165. Samantha Phang, Sunshine SS Chan.(2010). Develompent and Evaluation of an Undergraduate Training Course Nurse Disaster Competency. Nursing Scholarship , 405-413. Stanley.JM.2005, Disaster competency development and integration in nursing education, Nursing linics of North America ,40(3),453-467. Smith,E.2007.Emergency healthcare workers wilingness to work during emergencies and disasters, Australian Journal of Emergency Medicine,22(2),21-24