109 
 

EFEKTIFITAS DISASTER TRAINING  TERHADAP 

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETRAMPILAN  

PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN PENANGGULANGAN 

BENCANA LETUSAN GUNUNG KELUD DI KOTA BLITAR 

(The Effectiveness Of Disaster Training Improving Knowledge, Attitude 

And  Skill Nursing Disaster For Disaster Preparedness Kelud Erruption 

Blitar City) 
 

Agus Khoirul Anam¹, Sri Winarnii 
1
, Budi Susati

1 

¹Poltekkes Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan 

email : aguskhoirulanam@gmail.com 

 

Abstract : Introduction: Disaster preparedness is a series of efforts made to anticipate the 

disaster through organizing as well as the steps effectively and usefull.  Identification of factors 

influencing nursing preparedness is beneficial in the preparation of government programs 

related to nursing preparedness in disaster management and nurses understand the factors that 

need to be considered.This study aimed  to identify the efectiveness  of disaster training to 

enhance knowledge, attitude and skill nurses in disaster management.Methode :This research is 

pre experimental  pretest posttest design . The number of samples is s 30  nurses who were in 

the Disaster-prone Region Kelud in Blitar district and the study was conducted on Oktober 16. 

Result of analysis used wilcoxon significancy 0,000 ( p< 0,05 )  that shows the dfference 

influencing knowledge, attitude and skill nurses after Disaster Training . Discussion: Disaster 

Training is very important to improve nursing preparedness in facing disaster. Nurse 

assocation and goverment must be able to give good support for disaster nurse.  

 

Key words: Preparedness, Nurse, Disaster Training.  

 

Abstrak : Kesiapsiagaan bencana merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk 

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah  secara berdayaguna 

dan berhasil guna. Disaster training adalah pelatihan tanggap bencana dalam upaya 

meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan bencana untuk mengantisipasi 

bencana melalui pengorganisasian serta langkah-langkah  secara berhasil guna dan 

berdayaguna.Tujuan penelitian ini adalah efektifitas Disaster Training  dalam meningkatkan 

pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

gunung Kelud di Kota Blitar. Penelitian ini adalah penelitian pre experimental  pretest posttest 

design mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan eksperimen yaitu peneliti memberikan 

perlakuan, dimana observasi dilakukan sebanyak dua kali sebelum dan sesudah 

eksperimen.Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 responden perawat 

yang berada di Kawasan Rawan Bencana Gunung Kelud kota  Blitar yang menjadi anggota 

PPNI kota Blitar, dan penelitian dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2014.  Hasil analisis 

menggunakan metode wilcoxon  menunjukkan hasil nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti 

terdapat perbedaan pengetahuan,  sikap  dan ketrampilan yang bermakna antara  sebelum  

disaster training dan setelah disaster training.Disaster training sangat deperlukan oleh perawat 

dalam kesiapsiagaan bencana. Kegiatan ini perlu mendapat dukungan dan perhatian dari PPNI 

dan Dinas Kesehatan. 

Kata Kunci : Kesiapsiagaan, Perawat, Disaster Training . 

ACER
Typewritten text
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 2, Agustus 2015
DOI: 10.26699/jnk.v2i2.ART.p108-114

IT
Typewritten text
© 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan

IT
Typewritten text
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/


110   Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 

 

 

Indonesia adalah negara rawan bencana 

dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan 

demogafis. Letak geografis Indonesia di antara dua 

benua dan dua samudra menyebabkan Indonesia 

mempunyai potensi bagus dalam perekonomian 

sekaligus rawan dengan bencana (Badan Nasional 

Penanggulangan Bencana, 2012).  Indonesia 

merupakan negara yang paling banyak memiliki 

gunung api di dunia yaitu 500 gunung api yang 

tersebar di Indonesia dan 129  diantaranya 

merupakan gunung api aktif, sekitar 70 dari 

gunung aktif tersebut sering meletus.  

Berdasarkan sebaran zona resiko tinggi 

yang dispasialkan dalam indeks rasio bencana 

letusan gunung api di Indonesia maka Badan 

Nasional Penanggulangan Bencana telah 

menyatakan penanggulangan bencana letusan 

gunung api dalam 5 tahun sejak tahun 2011 

diarahkan pada wilayah rawan bencana gunung api 

diantaranya gunung Kelud yang berada di wilayah 

Blitar Jawa Timur (Badan Penanggulangan 

Bencana Daerah, 2007).  

Perawat sebagai bagian terbesar tenaga 

kesehatan yang berada di daerah mempunyai peran 

sangat penting karena perawat sebagai lini 

terdepan pelayanan kesehatan. Masalah utama 

dalam kesiapsiagaan perawat dalam 

penanggulangan bencana menurut  penelitian yang 

dilakukan oleh Kija Chapman dan Paul Arbon 

(2008) adalah pengetahuan perawat masih kurang 

dalam manajemen bencana meliputi pengetahuan 

tentang kesiapsiagaan bencana, tanggap bencana 

dan pemulihan setelah bencana. Perawat kurang 

baik dalam implementasi dan belum ada 

standarisasi kesiapsiagaan bencana. Menurut 

Chapman (2008) menyatakan bahwa 80 % perawat 

yang menjadi relawan bencana tidak mempunyai 

pengalaman dalam tanggap bencana serta 23 % 

perawat hanya pernah mendapatkan pendidikan 

kesiapsiagaan bencana dasar dan tidak ada 

pendidikan kelanjutannya. Penelitian yang 

dilakukan Fung (2008)  menyatakan  bahwa  

sebagian  besar  perawat ( 97% ) tidak mempunyai 

persiapan yang baik dalam penanganan bencana.  

Kesiapsiagaan perawat dalam 

penanggulangan bencana adalah serangkaian 

upaya perawat yang dilakukan untuk 

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian 

serta langkah-langkah  secara berdayaguna dan 

berhasil guna. Menurut Arbon (2006) 

kesiapsiagaan meliputi institusi kesehatan meliputi 

puskesmas atau rumah sakit, dukungan dalam 

peningkatan kompetensi perawat meliputi 

pelatihan-pelatihan disaster manajemen, adanya 

kebijakan petunjuk (guidelines) yang jelas 

sehingga perawat tidak disorientasi dalam 

penanganan bencana, pengalaman perawat dalam 

menangani kejadian bencana dan sarana prasarana 

yang tersedia dalam manajemen bencana. Menurut 

Bella (2011) perencanaan yang jelas oleh institusi 

pelayanan kesehatan, koordinasi  antar instansi , 

dan pendidikan kompetensi yang berkelanjutan 

mempengaruhi kesiapsiagaan perawat disaster.  

  Disaster training  adalah pelatihan 

tanggap bencana dalam upaya meningkatkan 

kesiapsiagaan perawat dalam penanggulangan 

bencana untuk mengantisipasi bencana melalui 

pengorganisasian serta langkah-langkah  secara 

berhasil guna dan berdayaguna. Berdasarkan latar 

belakang diatas maka peneliti melakukan 

penelitian tentang  Efektifitas   Disaster Training  

dalam  meningkatkan pengetahuan, sikap dan 

ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan 

penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar. 

 

BAHAN DAN METODE 

Penelitian ini menggunakan pre experimental 

(pretest posttest design). Ciri penelitian ini 

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan 

eksperimen yaitu peneliti memberikan perlakuan, 

dimana observasi dilakukan sebanyak dua kali 

sebelum dan sesudah eksperimen. Populasi 

penelitian ini adalah perawat yang bekerja di 

puskemas kawasan rawan becana gunung Kelud di  

Kota Blitar. Sampel dalam penelitian ini adalah 

perawat sejumlah 30 responden dengan teknik 

pengambilan sampel purposive sampling. Kriteria : 

yaitu perawat yang bekerja minimal 1 tahun, 

bekerja di unit gawat darurat, pendidikan minimal 

DIII Keperawatan dan menjadi anggota PPNI Kota 

Blitar. Variabel bebas penelitian ini adalah 

Disaster Training dan Variabel terikat penelitian 

ini pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat 

dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

gunung Kelud di Kota Blitar. Kesiapsiagaan 

perawat dalam penanggulangan bencana gunung 

Kelud dinilai dengan kompetensi perawat disaster 

(Godwin,2007) meliputi : Membuat  dan 

memperbarui disaster plan, Pengkajian  resiko 

lingkungan, Melakukan  kegiatan pencegahan 

bencana, Program  pendidikan masyarakat, 



Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....111 
 

 
 

Memfasilitasi  program pelatihan dan simulasi 

bencana, Mengembangkan  data perawat yang siap 

dalam penanggulangan bencana, Melaksanakan  

evaluasi semua komponen  dalam kesiapsiagaan 

bencana. 

Untuk mengidentifikasi efektifitas 

Disaster Training terhadap pengetahuan, sikap dan 

ketrampilan  perawat dalam kesiapsiagaan 

penanggulangan bencana gunung Kelud dilakukan 

uji Wilcoxon dengan menggunakan program SPSS 

17 for Window dengan tingkat kemaknaan (p≤ 

0,05). 

 

HASIL PENELITIAN. 

Pelaksanaan penelitian di  Prodi D III 

keperawatan Blitar yang dilaksanakan pada 

tanggal 16 Oktober 2014. Pelaksanaan penelitian 

dalam bentuk pelatihan kebencanaan (Disaster 

Training). Pelatihan ini dalam bentuk pelatihan di 

dalam gedung dan di luar gedung. Pelatihan dalam 

gedung berbentuk ceramah dan tanya jawab materi 

Disaster Plan , Mitigasi bencana dan pencegahan 

bencana. Kesiapsiagaan perawat dalam 

penanggulangan bencana serta pendidikan bencana 

masyarakat dalam penanggulangan bencana. 

Materi di berikan oleh pakar di bidang bencana 

dari PMI Kota Blitar, Poltekkes Malang dan Dinas 

Kesehatan Kota Blitar. Setelah pemberian materi 

dilanjutkan dengan Praktek Penanggulangan 

Bencana yang dipandu oleh team PPNI Kota 

Blitar, PMI dan Dinkes Kota Blitar. 

 

Tabel  1 : Karakteristisk Responden bulan 

Oktober 2014. 

Karakteristik Frekuensi  (%) 

Usia    

20-30 tahun 20 67% 

31-40 tahun 7 23 % 

41-50 tahun 3 10% 

Jabatan 

Responden 

  

Perawat 

pelaksana 

20 67% 

Pendidik  7 23% 

Manajer  3 10% 

Pendidikan 

Responden  

  

SPK  0% 

D3 5 17% 

DIV 1 3% 

S1 24 80% 

Lama 

Bekerja 

  

< 10 tahun  20 67% 

>  10 tahun  10 33% 

 

Tabel 2 Pengalaman pelatihan, pelaksana 

pelatihan dan menjadi team tanggap 

bencana bulan Oktober 2014. 

Variabel n % 

Pengalaman Pelatihan 

Belum pernah 

Satu Kali 

Lebih satu kali 

 

25 

2 

3 

 

83 

7 

10 

Pelaksana Pelatihan 

PMI 

Dinkes 

PPNI 

Pemda & Jangkar Kelud 

 

3 

1 

0 

1 

 

60 

20 

0 

20 

Menjadi Team Tanggap 

Bencana 

Belum pernah 

Pernah  

 

 

26 

4 

 

 

87 

13 

Berdasarkan pengalaman pelatihan  25 

responden (83%)  belum pernah mengikuti 

pelatihan tentang penangggulangan bencana  dan 2 

responden (7%) pernah pelatihan 1 kali.  

Pelaksana pelatihan terbanyak adalah PMI  

sebanyak 3 kali (60 %). Sedangkan berdasarkan 

keikutsertaan responden menjadi team tanggap 

bencana  sebanyak 26 responden (87%) belum 

pernah menjadi team bencana.  

 

Tabel 3 Data pengetahuan, sikap dan 

ketrampilan perawat dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar sebelum dan sesudah 

mengikuti disaster training. 

 
Variabel Sebelum Sesudah P Value 

n % n %  

1. Pengetahuan Kurang  25 83,3 2 6,7 0,000 

Baik  5 16,7 28 93,3  

2. Sikap Negatif  21 70 0 0 0,000 

Positif  9 30 30 100  

3. Ketrampilan Kurang  25 83,3 0 0 0,000 

Baik  5 16,7 30 100  

Data khusus pengetahuan, sikap dan 

ketrampilan perawat dalam kesiapsiagaan 



112   Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 

 

 

penanggulangan bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar sebelum dan setelah  mengikuti disaster 

training menunjukkan bahwa pengetahuan terjadi 

peningkatan dari pengetahuan kurang 25 

responden (83,3 % ) menjadi berpengetahuan baik 

sebesar  28 responden (93,3%). Data sikap 

menunjukkan peningkatan dari sebelum disaster 

training sebesar 21 responden (70 %) menjadi 

sikap positif 30 responden (100 %). Ketrampilan 

menunjukkan peningkatan dari sebelum disaster 

training sebesar 25 responden (83,3%) mempunyai 

ketrampilan kurang menjadi ketrampilan baik  

sejumlah 30 rsponden (100 %). 

 

Tabel 4 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh 

disaster training dalam  

meningkatkan Pengetahuan dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar 

Test Statistics
b
 

 tahusesudah - 

tahusebelum 

Z -4.796
a
 

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 

a. Based on negative ranks. 

b. Wilcoxon Signed Ranks Test 

Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti 

terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna 

antara  sebelum  disaster training dan setelah 

disaster training. 

 

Tabel 5 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh 

disaster training dalam  

meningkatkan sikap dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar 

Test Statistics
b
 

 sikapsesudah - 

sikapsebelum 

Z -4.472
a
 

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 

a. Based on negative ranks. 

b. Wilcoxon Signed Ranks Test 

Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti 

terdapat perbedaan  sikap  yang bermakna antara  

sebelum  disaster training dan setelah disaster 

training. 

 

Tabel 6 Uji statistik Wilcoxon Pengaruh 

disaster training dalam  

meningkatkan ketrampilan dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota 

Blitar 

Test Statistics
b
 

 ketrampsesudah - 

ketrampsebelum 

Z -5.000
a
 

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 

a. Based on negative ranks. 

b. Wilcoxon Signed Ranks Test 

Nilai significancy 0,000 ( p< 0,05 ) berarti 

terdapat perbedaan  ketrampilan  yang bermakna 

antara  sebelum  disaster training dan setelah 

disaster training. 

 

PEMBAHASAN. 

Efektifitas  disaster training dalam  

meningkatkan pengetahuan perawat dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

gunung Kelud di Kota Blitar 

Berdasarkan hasil penelitian dapat 

diketahui bahwa terdapat perubahan pengetahuan, 

sikap dan ketrampilan perawat dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan bencana gunung 

Kelud di Kota Blitar sebelum mengikuti disaster 

training  mengalami peningkatan. Peningkatan 

pengetahuan dari pengetahuan kurang 25 

responden (83,3 %) menjadi berpengetahuan baik 

sebesar  28 responden (93,3%).  Bella Magnaye 

(2011) menyatakan dalam penelitiannya pada 250 

perawat di Philipina bahwa pengetahuan harus 

dipersiapkan sebelum kejadian bencana untuk 

meningkatkan kompetensi perawat saat bencana 

terjadi. Persiapan perawat meliputi training, 

workshop, seminar tentang keperawatan bencana 

(Disaster Nursing). 

Pengetahuan adalah aspek intelektual yang 

berkaitan dengan  apa yang diketahui manusia dan 

dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan training 

(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan 

hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra 

yang dimilikinya. Penginderaan menghasilkan 

pengetahuan yang dipengaruhi oleh intensitas 



Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....113 
 

 
 

perhatian dan persepsi terhadap obyek. 

Pengetahuan  yang dibutuhkan dalam 

kesiapsiagaan menurut Godwin (2007) adalah 

membuat dan memperbarui disaster plan, 

pengkajian resiko lingkungan, melakukan kegiatan 

pencegahan bencana, program pendidikan 

masyarakat, program pelatihan dan simulasi 

bencana. Salah satu teori perilaku yaitu teori 

Preced-Proceed yang dikembangkan oleh 

Lawrence Green menekankan analisa perilaku 

manusia dari tingkat kesehatan dimana 

pengetahuan masuk  faktor predisposisi 

(predisposing factor) dalam pembentukan perilaku 

kesiapsiagaan bencana. Pengetahuan perawat 

tentang penanggulangan bencana gunung Kelud 

akan mendorong perawat untuk berusaha dalam 

kondisi siapsiaga mengahadapi bencana gunung 

Kelud.  

International Council Nurse (2007) 

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi 

kesiapsiagaan perawat diantaranya adalah  

kemampuan kognitif disamping sikap (affective) 

dan psikomotor (skill) dalam disaster manajemen. 

Pengetahuan perawat tentang penanggulangan 

bencana sangat penting dalam persiapan 

penanggulangan bencana. Persiapan ini tidak 

hanya bermanfaat bagi perawat tetapi secara 

keseluruhan organisasi kesehatan di daerah rawan 

bencana dengan melakukan Disaster Training 

(Back, 2011). Persiapan melalui disaster training 

yang dilakukan oleh profesi. Selanjutnya Pang 

(2010) menyatakan bahwa pengetahuan mampu 

mendukung kompetensi perawat dalam disaster 

manajemen. Penelitian Stanley (2005) menyataan 

bahwa perawat merupakan bagian terbesar sebagai 

pekerja di bidang kesehatan sehingga kurangnya 

pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana dan 

ilmu tentang ancaman bencana menjadi hambatan 

bagi perawat saat melaksanakan tindakan 

pertolongan kejadian bencana di Amerika Serikat.  

Lebih lanjut Notoatmodjo (2010) 

menyatakan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor 

pengalaman, fasilitas dan sosiobudaya serta 

pengetahuan mempengaruhi seseorang untuk 

berperilaku. Data yang didapat dari hasil survei 

terkait dengan pengalaman mengikut pelatihan 

penanggulangan bencana mayoritas perawat belum 

pernah  mengikuti  pelatihan  tersebut  sebanyak  

25 responden  (83%) dan pelatihan terbanyak 

diselenggarakan oleh PMI, PPNI dan Pemerintah 

Daerah . Sehingga pelatihan sangat diperlukan 

dalam meningkatkan kesiapsiagaan perawat dalam 

penanggulangan bencana. Pengetahuan tentang 

penanggulangan bencana dapat mempengaruhi 

kesiapsiagaan perawat dalam menanggulangi 

bencana sehingga diharapkan perawat mampu 

meningkatkan pengetahuan tentang 

penanggulangan bencana dengan memahami 

kompetensi perawat dalam disaster manajemen. 

Selain itu perawat dapat mengikuti pendidikan 

formal kekhususan tentang penanggulangan 

bencana atau pelatihan, workshop dan seminar 

tentang penanggulangan bencana. Program 

peningkatan pengetahuan perawat penting 

khususnya tentang disaster plan, pengkajian resiko 

lingkungan,  pencegahan bencana, program 

pendidikan masyarakat, program pelatihan dan 

simulasi penanggulangan bencana. Program 

peningkatan pengetahuan ini harus didukung 

dengan kebijakan pemerintah  yang tepat. Dinas  

kesehatan daerah seharusnya mampu mendukung 

kebijakan yang memberikan peluang perawat 

untuk menambah wawasan dan kompetensi 

penanggulangan bencana khususnya bencana 

letusan gunung Kelud di kabupaten Blitar. 

 

Efektifitas disaster training dalam  

meningkatkan sikap perawat dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

Gunung Kelud di Kota Blitar 

Berdasar  hasil analisis bahwa  sikap 

perawat dalam penanggulangan bencana 

berhubungan dengan  kesiapsiagaan perawat 

dalam  penangggulangan  bencana Gunung Kelud 

dipengaruhi oleh Disaster Training. Smith (2007), 

menyatakan dalam penelitiannya bahwa sikap 

kemauan perawat untuk merespon dalam tanggap 

bencana dan persiapannya sangat dibutuhkan 

dalam penanggulangan bencana. Bella Magnaye 

(2011) menyatakan bahwa sikap dalam studinya 

terhadap 250 perawat sangat diperlukan dalam 

kesiapsiagaan terutama sikap terhadap perannya 

saat bencana terjadi, sikap dalam situasi kritis dan 

menerapkan skill manajemen dalam merawat 

korban bencana dengan latar belakang budaya dan 

situasi yang berbeda-beda. Sikap sangat penting 

dalam menunjukkan performa profesional saat 

bekerjasama dengan team dan anggota team 

kesehatan pada saat persiapan maupun saat 

kejadian bencana. Sikap terbentuk karena 

pemberian pelatihan yang berkelanjutan tidak 



114   Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.109-115 

 

 

hanya berupa peatihan teori tetapi disertai dengan 

praktek penanggulangan bencana. 

Sikap perawat menurut  Phang (2010) 

sangat mempengaruhi perawat dalam bencana 

terutama sebagai penolong serta sebagai tenaga 

yang bekerja dalam sebuah sistem penanggulangan 

bencana. Selain itu sikap dapat mendukung 

kemauan perawat dalam meningkatkan 

pengetahuannya tentang penanggulangan bencana. 

Smith (2007), menyatakan bahwa sikap perawat 

untuk merespon dalam tanggap bencana dan 

persiapannya sangat dibutuhkan dalam 

penanggulangan bencana.  

Sikap perawat terhadap penanggulangan 

bencana dapat mempengaruhi kesiapsiagaan 

perawat dalam penanggulangan bencana 

khususnya bencana letusan gunung Kelud 

sehingga sikap perawat untuk merespon dalam 

tanggap bencana dan persiapannya perlu 

ditingkatkan. Sikap menunjukkan performa 

profesional saat bekerjasama dengan team dan 

anggota team kesehatan pada saat persiapan 

maupun saat kejadian bencana. Selain itu sikap 

dapat mendukung kemauan perawat dalam 

meningkatkan pengetahuannya tentang 

penanggulangan bencana. Peningkatan sikap 

perawat dalam penanggulangan bencana dilakukan 

dengan melibatkan langsung perawat dalam 

persiapan penanggulangan bencana.  

Diharapkan dengan melibatkan secara 

aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan 

penanggulangan bencana serta pelatihan 

kebencanaan maka sikap perawat diharapkan 

menjadi lebih baik. Selain itu penanaman sikap 

positif terhadap penanggulangan bencana dapat 

dilakukan semenjak perawat berada di pendidikan 

sehingga sedini mungkin mereka memahami arti 

penting dari penanggulangan bencana serta 

pemahaman terhadap kompetensi disaster nursing.  

 

Efektifitas  disaster training dalam  

meningkatkan ketrampilan  perawat dalam 

kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

gunung Kelud di Kota Blitar 

Skill atau ketrampilan  sangat diperlukan 

oleh perawat dalam setiap fase penanganan 

bencana khususnya dalam kesiapsiagaan bencana  

(Polivka, 2008). Selain faktor pengetahuan , skill 

kesiapsiagaan perawat dipengaruhi oleh kurangnya 

sarana prasarana untuk penanganan korban 

bencana (Jakeway, 2008). Peningkatan 

ketrampilan  perawat dapat diupayakan dengan 

pertemuan dan pelatihan-pelatihan. Dengan usaha 

ini di harapkan perawat semakin paham akan  

kompetensinya  dalam penanganan bencana. 

Pendapat lain dari  Boyle  (2008) menyatakan 

bahwa dengan mengikuti pelatihan terjadi 

peningkatan kepercayaan diri perawat dalam 

penanganan bencana. 

 

SIMPULAN DAN SARAN 

Simpulan  

Pengetahuan, sikap dan ketrampilan 

perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota Blitar sebelum 

mengikuti disaster training adalah  kurang . 

Pengetahuan, sikap dan ketrampilan perawat 

dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana 

gunung Kelud di Kota Blitar setelah mengikuti 

disaster training yaitu baik. 

Disaster training efektif dalam  

meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan 

perawat dalam kesiapsiagaan penanggulangan 

bencana gunung Kelud di Kota Blitar. 

 

Saran 

Berikut ini adalah saran - saran yang dapat 

digunakan untuk memperkuat dan memperbaiki 

hasil penelitian Perawat perlu meningkatkan 

kesiapsiagaan dalam menanggulangi bencana 

letusan Gunung Kelud di Kota Blitar  dengan 

melaksanakan program-program kebijakan 

pemerintah serta meningkatkan pengetahuan dan 

sikap terhadap penangggulangan bencana dengan 

mengikuti disaster training. Penanaman sikap 

positif terhadap penanggulangan bencana dapat 

dilakukan semenjak perawat berada di pendidikan 

sehingga sedini mungkin mereka memahami arti 

penting dari penanggulangan bencana serta 

pemahaman terhadap kompetensi disaster nursing. 

Bagi Dinas  Kesehatan dan PPNI Kota 

Blitar. Pemerintah dan PPNI diharapkan dapat 

memberikan informasi yang berkesinambungan 

serta melakukan upaya peningkatkan pengetahuan 

dan sikap perawat terhadap penanggulangan 

bencana secara berkelanjutan. Kegiatan berupa 

pelatihan, seminar, workshop dan  program – 

program yang bersifat berkelanjutan dengan tujuan  

yang jelas sesuai dengan kompetensi perawat 

disaster. Dengan upaya ini diharapkan  menjadikan  

perawat siap menghadapi  berbagai macam jenis 

bencana yang akan terjadi khususnya bencana 



Anam, Winarnii, Susati, Efektifitas Disaster Training.....115 
 

 
 

Gunung berapi. Pemerintah Kota  Blitar 

diharapkan melibatkan  perawat secara aktif dalam 

persiapan penanggulangan bencana. Dinas  

kesehatan Kota Blitar  dan PPNI memberikan 

peluang perawat untuk menambah wawasan dan 

kompetensi dalam penanggulangan bencana 

khususnya bencana letusan gunung Kelud di kota  

Blitar dengan terbentuknya HIPGABI (Himpunan 

Perawat Gawat Darurat dan Bencana). 

 

DAFTAR RUJUKAN 
Arbon P,Chapman.2008. Are Nurses Ready? 

Disaster Preparedness In The Acute 

Setting. AENJ , 135-144. 

Bella Magnaye.2011. The role , Preparedness And 

Management Of Nurses During Disaster. 

Intenational Scientific Research Journal, 

269-294. 

BNPB.2007. Penataan Ruang Kawasan Gunung 

Api. 

BNPB.2010.Rencana Nasional Penanggulangan 

Bencana.  

BNPB.2011. Perencanaan Kontijensi Menghadapi 

Bencana. Jakarta. 

BPBD.2007.Penanganan Daerah Rawan Bencana 

Gunung Kelud  Kabupaten Blitar 

Boyle,C.2006. Public health emergencies:Nurses 

recommendationn for effective 

actions.AAOHN Journal, 54, 347-353. 

Fung.2008.Disaster preparedness among 

Hongkong Nurses.Journal of Advance 

Nursing , 62,698-703.  

Godwinn.2007. Disaster Nursing emergency 

Preparedness,Springer Publising Company, 

4-19. 

Huahua Yin, Haiyan He, Paul Arbon.(2011). A 

Survey Of The Practice Of Nurses' Skills In 

Wenchuan Earthquake Disaster Sites: 

Implication For Disaser Nursing. Journal Of 

Anvanced Nursing , 2231-2237.  

ICN,2009.ICN Framework of Disaster Nursing 

Competencies, WHO Western Pacific 

Region. 

Jakeway.2008.The rule of public health nursing in 

emergency preparedness and response:A 

position paper the association of state and 

territorial directors of nursing.Public Health 

Nursing, 25, 353-361. 

Notoatmodjo S.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. 

Rineka Cipta.Jakarta. 

Polivka,B.J.2008. Public Health Nursing  

competencies for public health surge 

events.Public Health Nursing, 25, 159-165. 

Samantha Phang, Sunshine SS Chan.(2010). 

Develompent and Evaluation of an 

Undergraduate Training Course Nurse 

Disaster Competency. Nursing Scholarship , 

405-413. 

Stanley.JM.2005,  Disaster competency 

development and integration in nursing 

education, Nursing linics of North America 

,40(3),453-467.  

Smith,E.2007.Emergency healthcare workers  

wilingness to work during emergencies and 

disasters, Australian Journal of Emergency 

Medicine,22(2),21-24