130 
 

 

PSIKOEDUKASI UNTUK MENINGKATKAN DUKUNGAN 

KELUARGA PADA PASIEN TB PARU 

(PsychoeducationTo Increase Support Families of Pulmonary Tb 

Patients) 
 

BiseptaPrayogi 

STIKes Patria Husada Blitar 

email: bisepta87@gmail.com 
 

Abstract: Tuberculosis (TB) remains a major global health problem. This leads to poor health 

among millions of people every year and is now ranked second leading cause of death from 

infectious disease worldwide, after the Human Immunodeficiency Virus (HIV). The objective of 

this study was to Analyze the influence of psycoeducation to support the family inan effort to 

increase support famillies of patients with pulmonary tuberculosis.Methods: This study used 

quasy experiment pre-post test control group design. Total sample was 32 respondents gotten 

by purposive sampling, divided into experiment and control group. Data were analyzed by 

Paired T Test, and Independent T Test with significance value of 0.05. Results: Independent T 

Test analysis showed there psychoeducation influence family to an increased support famillies 

(p =0,000) between thetreatment and control groups. Discussion: Psychoeducation can 

increased family support. 

 

Keywords: Psychoeducation, family support, pulmonary tb patients 
 

Abstrak: TB (Tuberkulosis) masih merupakan masalah kesehatan utama global. 

Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan menjadi 

peringkat utama kedua penyebab kematian dari penyakit infeksi di seluruh dunia, setelah 

Human Immunodeficiency Virus (HIV).Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis 

pengaruh psikoedukasi terhadap dukungan keluarga pasien TB paru. Desain penelitian yang 

digunakan adalah quasyexperiment pre post test control group design. Besar sampel diperoleh 

32 responden melalui purposive sampling, terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. 

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan Paired T Test,dan Independent T Test dengan 

nilai signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikoedukasi dapat meningkatkan 

dukungan keluarga (p=0,000) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.  Kesimpulan 

dari penelitian ini terdapat pengaruh psychoeducativefamily therapy terhadap peningkatan 

pengetahuan pasien dan keluarga, sikap pasien dan keluarga (PMO), dukungan keluarga, 

kepatuhan, dan kualitas hidup pasien. 

 

Kata Kunci : Psikoedukasi,dukungan keluarga, pasien TB Paru 

 

Tuberkulosis (TB) masih merupakan 

masalah kesehatanutama global. Perkiraan 

terbaru bahwa ada 8,6 juta kasus TB baru di 

dunia pada tahun 2012 dan 1,3 juta kematian 

akibat TB (hanya dibawah 1,0 juta diantara 

Orang HIV-negatif dan 0,3 juta terkait kematian 

HIV-TB). Sebagian besar kasus dan kematian 

TB ini terjadi diantara laki-laki. Pada tahun 

2012, diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus dan 

410.000 kematian TB dikalangan perempuan, 

serta perkiraan 530.000 kasus dan74.000 

kematian pada anak. Jumlah kematianTB ini 

sebenarnya dapat dikurangi dengan Program 

pengobatan jangka pendek obat lini pertama 

telah tersedia dan dapat menyembuhkan sekitar 

90% kasus selama beberapa dekade (WHO, 

2013). 

Indonesia masih menempati urutan ke 4 

di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India, 

China, dan Afrika Selatan. Menurut WHO 

kecenderungan kasus baru TB paru di Indonesia 

meningkat yaitu pada tahun 2000 terdapat 

mailto:bisepta87@gmail.com
ACER
Typewritten text
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 2, Agustus 2015
DOI: 10.26699/jnk.v2i2.ART.p126-129

IT
Typewritten text
© 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan

IT
Typewritten text
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/


131     Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2,Agustus 2015,  hlm.130-133 

 

 

430.000 kasus TB paru dan pada tahun 2012 

terdapat 460.000 kasus baru (WHO, 2013). 

Pemberantasan TB di Indonesia telah 

dilaksanakan secara Nasional sejak tahun 1969 

melalui Program Program Pemberantasan 

Tuberkulosis (P2TB) oleh Departemen 

Kesehatan, dan sejak tahun 1995 lebih 

diintensifkan dengan cara pengobatan yang 

mempergunakan strategi Directly Observed 

Treatment Shortcourse (DOTS) yang 

direkomendasikan oleh WHO. Namun pada 

kenyataan setelah berjalan 9-10 tahun program 

DOTS, angka keberhasilan pengobatan masih 

belum mencapai target yang ditetapkan 

Departemen Kesehatan yaitu dapat 

menyembuhkan 85% dari penderita TB dengan 

Bakteri Tahan Asam (BTA) (+) yang diobati. 

Dari hasil surveillance secara global dilaporkan 

telah terjadi resistensi kuman TB terhadap Obat 

Anti Tuberkulosis(OAT) pada penderita TB 

untuk satu jenis OAT (DR-TB, Drug Resistant-

TB) sebesar 12,6% dan untuk lebih dari 2 jenis 

OAT (MDR-TB, Multi Drug Resistant-TB) 

sebesar 2,2% (Depkes, 2002). 

Di tingkat Nasional, Provinsi Jawa Timur 

merupakan salah satu penyumbang jumlah 

penemuan penderita TB paru terbanyak kedua 

di bawah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012, 

angka Case Detection Rate (CDR) sebesar 

63.03% dengan jumlah kasus baru (positif dan 

negatif) sebanyak 41.472 penderita dan BTA 

Positif baru sebanyak 25.618 kasus. Kondisi 

tersebut masih jauh dari target CDR yang 

ditetapkan yaitu 70% (Dinkes Propinsi Jawa 

Timur, 2013).  

Data pada Dinas Kesehatan Propinsi 

Jawa Timur tahun 2012 menunjukkan hasil 

pengobatan pasien TB dapat dilihat dari kohort 

pasien di tahun 2011. Angka tersebut dihitung 

dengan menjumlahkan pasien TB BTA positif 

baru dengan hasil akhir pengobatan sembuh dan 

pengobatan lengkap dibagi dengan pasien TB 

BTA positif yang diobati pada periode kohort 

yang sama dan dikalikan 100%. Hasil 

pengobatan di Provinsi Jawa Timur 

menunjukkan angka yang cukup baik, karena 

telah mencapai angka keberhasilan pengobatan 

lebih dari 90%. Hanya 9 (sembilan) 

kabupaten/kota yang belum mencapai angka 

keberhasilan 90%. Target tahun 2014, angka 

keberhasilan pengobatan 90% dapat dicapai 

oleh 100% kabupaten/kota (Dinkes Propinsi 

Jawa Timur, 2013). 

Pada tahun 2012 Jumlah kasus baru di 

Kota Blitar adalah 180 kasus per 100.000 

penduduk. Angka kematian TB paru di Kota 

Blitar adalah 17 orang per 100.000 penduduk. 

Dari 104 penderita TB paru yang diobati, 

jumlah orang yang sembuh adalah 80 orang, 

artinya tingkat kesuksesan dalam pengobatan 

TB paru di Kota Blitar adalah 80%, 

sedangkanuntuk target success rateadalah 90%. 

Cure rate di Kota Blitar mencapai 76,92 % dari 

target sebesar 85%. Data pasiendrop 

outsebanyak 5 pasien (4,8 %). Angka tersebut 

masih sesuai target yaitu<5% (Dinkes Provinsi 

Jawa Timur, 2013). 

Untuk meningkatkan kedisiplinan dan 

mencegah pasien tidak patuh dalam program 

pengobatan perlu dukungan dari keluarga. 

Bentuk dukungan yang diberikan kepada 

anggota keluarga yang menderita TB paru 

dalam bentuk psikososial support yang bisa 

berupa dukungan positif pada setiap aktivitas 

yang dikerjakan. Dengan memberikan 

informasi pada keluarga tentang penyakit dan 

menyarankan tentang mekanisme koping yang 

efektif, program psikoedukasi mengurangi 

kecenderungan klien untuk kambuh dan 

mengurangi pengaruh penyakit ini pada 

keluarga yang lain (Townsend, 2009). 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh 

Sulistiowati (2012) bahwa psycoeducative 

family therapy efektif dalam meningkatkan 

kemampuan keluarga baik secara psikomotor 

maupun kognitif dalam merawat pasien dengan 

penyakit TB Paru.  

Berdasarkan evidence based practice, 

psikoedukasi merupakan terapi yang digunakan 

untuk memberikan informasi pada keluarga 

untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam 

merawat anggota keluarga mereka, diharapkan 

keluarga akan mempunyai koping yang positif 

terhadap stress dan beban yang dialaminya 

(Goldenberg & Goldenberg, 2004). Dengan 

demikian, salah satu alternatif solusi untuk 

mengoptimalkan dukungan adalah dengan 

memberikan psikoedukasi. Dengan 

psychoeducative family therapy berarti 

memfasilitasi struktur lokal sosial (keluarga, 

kelompok, dan komunitas) yang kemungkinan 

sudah tidak berfungsi lagi sehingga dapat 

kembali memberikan support yang efektif 

kepada orang yang membutuhkan terkait 

pengalaman hidup yang membuat stress. 

 

BAHAN DAN METODE 
Desain penelitian yang digunakan adalah 

Quasy Experiment dengan rancangan pre-post 

test control group design. Populasi adalah 



Prayogi, Psikoedukasi untuk meningkatkan......132 

 

 

pasien TB Paru dan keluarga (PMO) yang ada 

di wilayah Kota Blitar. Teknik sampling 

menggunakan purposive sampling dengan 

sampel16 responden kelompok perlakuan dan 

16 responden kelompok kontrol.  

Variabel independen adalah 

Psikoedukasi, sedangkan variabel dependen 

adalahDukungan Keluarga. Instrumen yang 

digunakan: 1) Kuesioner untuk mengumpulkan 

data demografi meliputi jenis kelamin 

responden, usia, pendidikan, pekerjaan, status 

pernikahan, agama, penghasilan, hubungan 

pasien dengan PMO, jumlah keluarga,dan tipe 

keluarga, 2) Kuesioner untuk mengukur 

dukungan keluarga. Data yang telah 

dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis 

dengan menggunakan uji statistik Paired t 

Test,dan Independent t Test dengan derajat 

kemaknaan p≤0,05. 

 

HASIL PENELITIAN 

Pengaruh Psikoedukasi terhadap dukungan 

keluarga 

Hasil uji statistik pada kelompok 

perlakuan dengan Paired T Test p=0,000 yang 

menunjukkan ada perbedaan dukungan 

keluarga sebelum dan sesudah perlakuan, pada 

kelompok kontrol hasil Paired T Test p=0,164 

yang menunjukkan tidak ada perbedaan 

dukungan keluarga. Hasil uji statistik 

Independent T Test dari nilai selisih antara 

sebelum dan sesudah intervensi didapatkan 

p=0,000 pada kedua kelompok yang 

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang 

signifikan pada dukungan keluarga antara 

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol 

(lihat tabel 1). 

 

Tabel 1. Pengaruh psychoeducative family 

therapy terhadap dukungan keluarga 
 Perlakuan Kontrol Selisih∆ 

Pre 

test 

Post 

Test 

Pre 

Test 

Post 

Test 

Perlakuan Kontrol 

N 

SD 

Mean 

16 

3,606 

30,75 

16 

2,391 

36,88 

16 

1,893 

23,63 

16 

1,915 

23,75 

16 

3,344 

6,13 

16 

0,342 

0,13 

 Paired T Test 

p=0,000 

Paired T Test 

p=0,164 

Independent T Test 

p=0,000 

 

PEMBAHASAN 
Pengaruh psychoeducative family therapy 

terhadap dukungan keluarga 

Sebagian besar responden pada 

kelompok perlakuan sebanyak 8 responden 

(50%) sebelum diberikan psychoeducative 

family therapy memiliki dukungan keluarga 

yang cukup. Responden pada penelitian ini 

setelah diberikan psychoeducative family 

therapy menunjukkan ada perbedaan dukungan 

keluarga yang signifikan pada pasien TB paru 

kelompok perlakuan. Pada sesi pertama 

ditemukan masalah berupa keluarga kurang 

memperhatikan pasien. Dari 4 komponen 

dukungan keluarga, sebagian besar keluarga 

kurang memberikan dukungan secara 

informasional dan dukungan emosional. 

Dengan psychoeducative family therapy, 

terutama pada sesi tiga dan empat yaitu 

manajemen stress keluarga dan manajemen 

beban kelurga, keluarga dapat membagi tugas 

apabila salah satu anggota keluarga tidak dapat 

mengawasi pasien. Dengan demikian pasien 

senantiasa dapat terkontrol. Dukungan keluarga 

dapat bersifat internal seperti dukungan dari 

suami atau istri atau dukungan dari saudara 

kandung dan dukungan eksternal misalnya 

dukungan dari sanak keluarga dan masyarakat. 

Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat 

terbukti berhubungan dengan menurunnya 

mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, dan 

dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan 

kesehatan emosional. Pengaruh positif dari 

dukungan ini akan dapat mudah menyesuaikan 

terhadap kejadian dalam kehidupan (Friedman, 

2001). 

Hasil analisis statistik perbedaan 

dukungan keluarga pada kelompok perlakuan 

dan kelompok control menunjukkan ada 

perbedaanyang signifikan pada pasien TB 

paru.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi 

dukungan keluarga meliputi beberapa hal antara 

lain faktor internal. Faktor internal merupakan 

faktor yang muncul dari dirii ndvidu tersebut, 

yaitu emosi: berkaitan dengan keadaan 

psikologis seseorang, dalam hal ini terkait 

dengan dua jenis dukungan keluarga yaitu 

dukungan emosional dan harga diri, dan faktor 

pendidikan dan tingkat pengetahuan: berkaitan 

dengan seberapa besar pengetahuan tentang 

suatu penyakit. 

Dukungan keluarga mempunyai peran 

penting bagi kehidupan individu dalam 

berbagai situasi, salah satu diantaranya dapat 

meringankan beban individu apabila individu 

berada dalam situasi yang sulit. House dan 

Kahn, 1985 (dalam Astuti, 2000), menyatakan 

bahwa dukungan keluarga menolong individu 

mengurangi pengaruh yang merugikan dalam 

kehidupan, menambah kesehatan fisik, dan 

individu dapat mempertahankan diri dari 

pengaruh stressor. 



133     Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2,Agustus 2015,  hlm.130-133 

 

 

Sarason dkk, 1983 (dalam Astuti, 2000), 

dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa 

orang-orang yang mendapat dukungan keluarga 

yang tinggi mengalami hal-hal yang positif 

dalam kehidupannya, memiliki harga diri yang 

lebih tinggi dan mempunyai pandangan yang 

lebih optimis terhadap kehidupannya dari pada 

orang-orang yang rendah dukungan sosialnya. 

 

SIMPULAN DAN SARAN 

Simpulan 

Dukungan keluarga pada pasien TB Paru 

di Kota Blitar dapat meningkat melalui 

pemberian psikoedukasi tentang perawatan 

pasien TB paru, melakukan manajemen stress 

pada keluarga dan manajemen beban keluarga. 

 

Saran 

Bagi perawat dapat dijadikan kajian 

untuk mempertimbangkan pemberian 

Psikoedukasi sebagai alternative solusi dalam 

mengoptimalkan program pengobatan pada 

pasien TB paru. Bagi Keluarga diharapakan 

untuk bekerjasama dengan tim kesehatan dalam 

memantau perkembangan kondisi Pasien TB 

paru, dan memberikan dukungan yang optimal 

kepada anggota keluarga yang menderita TB 

paru. 

 

DAFTAR RUJUKAN 

 
Balai Pengobatan dan Pemberantasan Penyakit 

Paru (BP4) Surabaya. Dinas Kesehatan 

Propinsi Jawa Timur.2003.Laporan 

perkembangan Pelayanan tahun 2002-

2003. Surabaya. 

Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2013.Profil 

Kesehatan Provinsi Jawa Timur 

2012.http://dinkes.jatimprov.go.id/, 

diakses pada tanggal 16 November 2013 

Friedman, M. 2001.Family Nursing: Research, 

Theory & practice, fourth edition. 

Stamford: Appleton & Lange. 

Goldenberg, H. Goldenberg, I. 2004. Family 

Therapy: An Overview, Cangage 

Learning. 

Kemenkes RI.2011.Pedoman Nasional 

Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 

Sulistiowati, Ni Made Dian. 2012. Effect of 

family psyco-education therapy for 

family capability in caring the family 

member with mental disorder. 

Proceeding of international nursing 

conference, the association of indonesian 

nurse education center (AINEC). jawa 

timur. surabaya. 

Townsend, Lisa. Groza, Victor,. Crystal, 

Stephen. 2009. Guidelines for 

Psychiatrists Providing Treatment for 

Foster 

Youth.http://guilfordjournals.com/doi/abs

/10.1521/capn.2009.14.5.5?journalCode=

capn. Diaksespadatanggal 15 November 

2013 

WHO.2013.Global Tubeculosis Report 

2013.http://www.who.int/en/. diakses 

pada tanggal 15 November 2013. 

 

 

 

 

http://dinkes.jatimprov.go.id/
http://guilfordjournals.com/doi/abs/10.1521/capn.2009.14.5.5?journalCode=capn
http://guilfordjournals.com/doi/abs/10.1521/capn.2009.14.5.5?journalCode=capn
http://guilfordjournals.com/doi/abs/10.1521/capn.2009.14.5.5?journalCode=capn
http://guilfordjournals.com/doi/abs/10.1521/capn.2009.14.5.5?journalCode=capn
http://www.who.int/en/