151 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASIDI BPM NY. ANDRE KEDIRI (The Relationship Between Educational and Mother Behavior in Providing Breast Feeding in Midwifery Clinic Ny. Andre Kediri) Latifatun Nasihah Akademi Kebidanan Medika Wiyata Kediri email: lala.nasiha@yahoo.com Abstract: Mother's Milk is needed by a baby for a perfect growth. Ironically, in an era of global rapid changes in science and technology, breast-feeding is exclusive often forgotten. Knowledge of Asi Eksklushif very important given to the mother to change the behavior. Many factors affect one's understanding of the exclusive breastfeeding. influenced by the level of education of each individual. Exclusive ation given to each nursing mothers to strengthen the attitude of the mother in breastfeeding. The aim of this study was to analyze the relationship between Education With Mother Behavior in providing breast feeding to the baby. This study uses a correlative analytic design with cross sectional approach. Its population is are all subjects that come midwifery clinic Ny. Andre Kediri, and samples were taken with purposive sampling technique. Data collection using questionnaires, and the data collected is presented in the form of a frequency distribution table and analyzed using logistic regression test. The results showed the greatest level of maternal education is secondary (high school) at 53.8%. , And most of that is 73.1% of behavior is not exclusive breastfeeding mothers to their babies. Logistic regression analysis showed a p-value = 0.067> 0.05 means that H0 and H1 rejected. The results showed no relationship between level of education and mother's behavior in exclusive breastfeeding. The government should improve the comprehensive and continuous education about the importance of breastfeeding and the benefits of exclusive breastfeeding Keywords : education level, behavior, an exclusive breast feeding Abstrak: Air Susu Ibu (ASI) sangat di butuhkan oleh seorang bayi untuk pertumbuhan yang sempurna. Ironisnya dalam era global yang begitu pesat perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini, pemberian asi secara eksklushif sering dilupakan. Pengetahuan tentang Asi Eksklushif sangat penting di diberikan kepada ibu untuk merubah perilaku tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap asi eksklusif tersebut. dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masing masing individu. Asi Eksklusif di berikan kepada setiap ibu menyusui untuk memperkuat sikap ibu dalam memberikan ASI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayinya. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif dengan pendekatan cros sectional . Populasi nya adalah adalah semua subjek yang mendatangi BPM Ny. Andre kediri, dan sampel penelitian diambil dengan teknik purposif sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis menggunakan Uji Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat pendidikan ibu terbesar adalah menengah (SMA) sebesar 53,8%. , dan sebagian besar yaitu 73,1% perilaku ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya . Uji regresi logistik menunjukkan nilai p = 0,067 > 0,05 artinya H0 diterima dan H1 di tolak. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif . Pemerintah hendaknya meningkatkan penyuluhan yang komprehensif dan berkesinambungan tentang pentingnya ASI dan manfaat ASI Eksklusif. Keyword: Tingkat Pendidikan , Perilaku, ASI Eksklusif mailto:lala.nasiha@yahoo.com ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 2, Agustus 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i2.ART.p144-149 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 152 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.151-157 ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004: 3). Perilaku pemberian ASI Eksklusif adalah menyusui sesuai kebutuhan bayi tanpa di jadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand), memberikan ASI hanya sampai usia 6 bulan (Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004). Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar seperti pemberian ASI eksklusif justru kadang terlupakan. Pengetahuan memiliki peranan penting untuk merubah sikap dan perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan yang kurang tentang ASI mengakibatkan perilaku yang kurang baik pada ibu. Bayi sering diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan sering juga bayi yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30 ribu bayi di Indonesia. Dalam siaran pers yang dikirim UNICEF jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2010. UNICEF menyimpulkan cakupan gizi eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 dari bayi 12.119.244 didapatkan data 95% pernah diberi ASI, 44% bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran, sisanya sebanyak 51% diberi setelah hari pertama kelahirannya. Berikutnya didapatkan data 32% mendapat ASI eksklusif 6 bulan, 30% mendapat ASI dan makanan tambahan, 18% dan cairan lain, 20% mendapat ASI dan juice buah. Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 ibu menyusui di BPM Ny. Andre Kediri melalui wawancara singkat, terdapat 5 orang ibu berpendidikan SD, 2 orang berpendidikan SMP, 2 orang SMA dan 1 orang Perguruan Tinggi , yang memberikan ASI Eksklusif adalah 2 orang ibu yaitu 1 orang berpendidikan SMA dan 1 orang berpendidikan Perguruan Tinggi. Sedangkan sisanya 8 orang mengaku telah memberikan makanan tambahan dan susu formula pada bayinya, sebelum usia 6 bulan. Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, pemahaman masyarakat, rendahnya pengetahuan dan pendidikan ibu serta keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari tenaga kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Sedangkan untuk masalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain itu, kebiasaan memberikan makanan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Ditambah lagi dengan kurangnya rasa percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI. Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia terlambat dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan dengan pola pemberian ASI. Menurut Koencoroningrat yang dikutip oleh Nursalam Pariani (2008) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilai baru yang Nasihah, Hubungan Tingkat Pendidikan.......153 diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang. Pada penelitian yang diadakan tahun 2000 terbukti bahwa bayi selama 13 minggu pertama sudah mendapatkan makanan tambahan selain asi, memiliki tingkat infeksi pernafasan dan infeksi saluran cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi-bayi lain yang diberi ASI saja tanpa makanan tambahan Menurunnya tingkat infeksi saluran cerna ini tetap bertahan bahkan sesudah selesai masa pemberian ASI dan berlanjut hingga tahun-tahun pertama kehidupan anak. Selain itu, bayi yang tidak diberi ASI mudah terekna penyakit- penyakit lain yang berhubungan dengan kekebalan tubuh. Dan hampir 90% AKB yang terjadi di negara berkembang 40% kematian bayi disebabkan oleh diare dan infeksi saluran nafas yang sebenarnya penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah membuat program-program yang dapat mendukung penggunaan ASI eksklusif antara lain dengan membuat pojok ASI eksklusif untuk ibu bekerja dan tenaga kesehatan memberikan sosialisasi tentang ASI eksklusif serta melakukan edukasi pada ibu yang baru melahirkan. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan suatu kajian ilmiah melalui penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif di BPM Ny. Andre kediri. BAHAN DAN METODE Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua ibu menyusui yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang datang ke BPM Ny. Andre Kediri dari bulan maret sampai bulan April tahun 2015. Sampel dipilih dengan mennggunakan teknik purposif sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, untuk data khusus dan data umum, secara deskriftif data di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. HASIL PENELITIAN Data Umum Tabel 1.Karakteristik responden berdasarkan usia, pekerjaan, pekerjaan suami, pendapatan Tingkat pendidikan ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan Tabel 2. Tingkat Pendidikan Ibu yang memiliki bayi 6-12 bulN DI BPM Ny. Andre kediri bulan maret-april tahun 2015(n=52) No. Tingkat pendidikan Jumlah Prosentase 1. SD dan SMP 14 responden 26,9 % 2. SMA 28 responden 53,8% 3. Perguruan Tinggi 10 responden 19,2% Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 28 responden (53,8%). No Usia Ibu Jumlah Prosentase 1. < 20 tahun 8 responden 15,4 % 2. 20-35 Tahun 34 responden 65,4% 3. >35 tahun 10 responden 19,2% No Pekerjaan ibu Jumlah Prosentase 1 Ibu Rumah Tangga 33 responden 63,5% 2 Tani 2 responden 3,8% 3 Swasta 12 responden 23,1% No Pekerjaan suami Jumlah Prosentase 1. Tidak bekerja 2 responden 3,8% 2. Tani 12 responden 23,1% 3. Swasta 27 responden 51,9% 4. PNS 5 responden 9,6% No. Penghasilan Jumlah Prosentase 1. > Rp.500.000,- 8 responden 15,4 % 2. Rp.500.000- 1.000.000,- 22 responden 42,3% 3. > Rp.1000.000,- 15 responden 28,8% 4. > Rp.2000.000,- 7 responden 13,5% 154 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.151-157 Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Tabel 3. Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI di BPM Ny. Andre Kediri No . Perilaku Jumlah Prosentase 1. Memberikan ASI Eksklusif 14 responden 26,9% 2. Tidak memberikan ASI Ekskusif 38 responden 73,1% Jumlah 52 responden 100% Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar ibu memiliki perilaku tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebesar 38 reapoden atau 73,1 %. Crostabulasi Tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Tabel 4. Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI di BPM Ny. Andre Kediri. Kategori perilaku dalam pemberian ASI Eksklusif Total Eksklusif Tidak Eksklusif N % N % N % Tingkat pendidikan Dasar 2 14,3% 12 85,7% 52 100% Menengah 7 25% 21 75% 52 100% Tinggi 5 50% 5 50% 52 100% Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa mereka yang mempunyai tingkat pendidikan rendah berjumlah 14 responden yang memberikan ASI Eksklusif hanya sebagian kecil yaitu 2 responden (14,3%). Sebaliknya ibu yang berpendidikan menengah berjumlah 28 responden yang memberikan ASI Eksklusif hanya sebagian kecil yaitu 7 responden (25%). Sedangkan Ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yang berjumlah 10 responden setengahnya membeikan ASI Eksklusif yaitu 5 responden (50%). Berdasarkan hasil analisis uji regresi logistik, menunjukkan dari jumlah sampel 52 ibu menyusui, perilaku ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 14 responden (26,9%) dan 38 responden (73,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif. Output tersebut juga menunjukkan Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,098 artinya variabel tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif sebesar 9,8% sedangkan nilai p = 0,067 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif di BPM Ny. Andre Kediri. PEMBAHASAN Tingkat Pendidikan Ibu Dalam Pemberian ASI di BPM Ny. Andre Kediri Berdasarkan penelitian yang dilakukan di didapatkan tingkat pendidikan SD dan SMP sebanyakBPM NY. Andre 14 responden (26,9%), pendidikan SMA sebanyak 28 responden (53,8%) dan pendidikan PT sebanyak 10 responden (19,2%). Pendidikan akan berpengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin luas pemahaman dan kemampuan menerima atau megadopsi perilaku baru (Notoatmodjo,2003) Menurut Rachmawati, A (2011) bahwa Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, tapi ilmu yang diberikan masih dasar. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Hampir sama dengan tingkat pendidikan dasar karena masih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk Nasihah, Hubungan Tingkat Pendidikan.......155 melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun dalam pendidikan menengah ilmu pengetahuan yang diberikan sudah cukup baik karena sebelumnya sudah memperoleh bekal pengetahuan di tingkat dasar. Selain itu pada pendidikan menengah terdapat program kejuruan dengan bidang tertentu yang di siapkan oleh pendidikan untuk mencetak peserta didik agar siap bekerja. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pada pendidikan tinggi diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu tertentu agar lebih profesional. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa banyak responden yang mempunyai pendidikan SMA. Dengan demukian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden dalam ketegori cukup baik. Perilaku ibu dalam pemberikan ASI Eksklusif di BPM Ny. Andre Kediri Hasil penelitian perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di BPM Ny. Andre Kediri sebagian besar yaitu 38 responden (73,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif. Menurut Notoatmodjo (2003) strategi yang digunakan untuk merubah perilaku tersebut juga dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1) Menggunakan kekuatan atau kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggora masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran diri sendiri. 2) Memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). 3) Diskusi dan partisipasi. Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua diatas yang dalam memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga baru aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang dierimanya. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara yang kedua tersebut, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama, diskusi dan partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi- informasi dan peran-peran kesehatan. Berdasarkan fakta dan konsep yang mendukung perubahan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di BPM Ny. Andre bahwa perilaku ibu yang sebagian besar tidak memberikan ASI Eksklusif. Perilaku reponden yang tidak memberikan ASI Eksklusif menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mendukung terhadap objek perilaku, dengan indikator banyaknya responden yang menjawab “Ya” pada pernyataan-pernyataan negatif, sedangkan sedikit yang memberikan ASI Eksklusif yang menunjukkan responden mendukung terhadap objek perilaku, dimana ada yang menjawab “Tidak” dengan pernyataan-pernyataan negatif. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif di BPM Ny. Andre Kediri Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif didapatkan hasil tingkat pendididikan SD dan SMP yang memberikan ASI Eksklusif 2 responden 156 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.151-157 (14,3%). Sedangkan yang tidak ASI Eksklusif 12 responden (85,7%). Pendidikan SMA yang ASI Eksklusif 7 responden (25%) sedangkan yang tidak Eksklusif 21 responden (75%). Pendidikan PT yang memberikan ASI Eksklusif 5 responden (50%) sedangkan yang tidak ASI Eksklusif 5 responden (50%). Hasil pengukuran yang menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif yang menggunakan uji regresi logistik dengan teknik penghitungan menggunakan program SPSS di dapatkan p value = 0,067 > α = 0,05, yang berarti Ho diterima H1 ditolak sehingga dapat di baca tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Dengan demikian hasil tersebut tidak sesuai dengan teori menurut Koencoroningrat yang dikutip oleh Nursalam Pariani (2008) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang.oleh pengetahuan ibu, walaupun pengetahuan hanya salah satu penyebab terjadinya perubahan perilaku ibu akan tetapi pengetahuan juga ikut berperanan dalam meningkatkan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Menurut Notoatmodjo, 2007. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organis yang bersangkutan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan sebagai berikut : 1) Awareness (kesadaran), yaitu orang menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus atau rangsangan. 3) Evaluation yaitu (menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial yaitu orang telah mencoba perilaku baru. 5) Adaption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Berdasarkan fakta dan konsep diatas terdapat perbedaan antara fakta dan teori. Menurut teori jika pendidikan seseorang tinggi maka akan memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga ibu akan memberikan ASI Eksklusif begitu pula sebaliknya jika tingkat pendidikan ibu rendah maka pengetahuan yang dimiliki akan kurang sehingga ibu tidak memberikan ASI Eksklusif. Tapi dari data tabulasi silang dan hasil analisis dengan uji regresi logistik ternyata tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eskslusif. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi lebih sulit memberikan ASI Eksklusif pada bayinya dikarenakan ibu harus berada di luar rumah untuk bekerja dan ibu tidak mengetahui cara penyimpanan ASI yang benar. Selain tingat pendidikan, terdapat faktor lain mengapa ibu tidak memberikan ASI Eksklusif diantaranya sosial budaya di masyarakat yang beranggapan bahwa memberikan ASI saja tidak akan membuat bayinya kenyang dan masih banyaknya ibu- ibu yang memberikan makanan pada bayinya sebelum usia 6 bulan dengan nasi dan pisang yang dilembutkan. Tingkat ekonomi juga salah satu faktor penyebab ibu tidak memberikan ASI Eksklusif karena jika tingkat penghasilan keluarga tinggi kemungkinan ibu akan memberikan susu formula yang harganya lebih mahal dan beranggapan bahwa susu formula yang mahal memiliki kandungan yang sama dengan ASI. Pada hal ini peran tenaga kesehatan khususnya bidan dengan melibatkan kader sangat penting untuk merubah perilaku ibu agar ibu dapat memberikan ASI Ekskluif pada bayinya dengan memberikan informasi-informasi tentang perbedaan kandungan ASI dan MP- ASI, manfaat ASI bagi bayi dan cara menyimpanan ASI yang aman jika ibu harus bekerja atau meninggalkan bayinya dirumah. Jika ibu mengetahui beberapa hal tersebut pola pikir ibu akan berubah sehingga pemberian ASI secara Eksklusif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah bahwa Tingkat Pendidikan ibu menyusui di di Nasihah, Hubungan Tingkat Pendidikan.......157 BPM Ny. Andre tahun 2015 sebagian besar yaitu 28 ibu (53,8%) berpendidikan SMA Sebagian besar ibu yang datang di BPM Ny. Andre yaitu 38 ibu (73,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hasil analisis uji regresi logistik, menunjukkan dari jumlah sampel 52 ibu menyusui, perilaku ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 14 responden (26,9%) dan 38 responden (73,1%) tidak memberikan ASI Eksklusif. Output tersebut juga menunjukkan Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,098 artinya variabel tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif sebesar 9,8% sedangkan nilai p = 0,067 > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam pemberian A Saran Diperlukan penelitaian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI kepada bayi secara ekslusif, sehingga promosi melalui berbagai media cetak maupun elektronik, menjadi penting selain promosi dan pendidikan kesehatan secara langsung kepada ibu atau keluatga masing-masing. DAFTAR RUJUKAN A.Aziz Alimul Hidayat,2007. Metode Penelitian Kebidanan Tehnik Analisa Data Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika. Aleborgot, 2007.”Pengetahuan”.(online) (http://wikipedia.org). Diakses tanggal 15 november 2014. Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arini.2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogyakarta. Flash books. Aritonang,I. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Kanicius. Azwar,S.2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Bastian,Indra.2006. Akuntansi Pendidikan. Yogyakarta: Erlangga. Budiarto,E.2001. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Cumbley Jane, 2003. Menyusui, Seri Panduan Praktis Keluarga. Jakarta: Erlangga. Depkes RI, 2005. Paradigma Sehat Menju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dwi,W.2006. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Terhadap Perubahan Perilaku Ibu Pasca Salin Dalam Memberikan ASI Eksklusif. http://adln.lib.unair.ac.id/, diperoleh tanggal 12 November 20124 Huliana,M.2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara. Krisnatuti,D & Yenrina,R.2002. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara. Maulana,Heri.D.J.2009. Promosi Kesehatan. Jakarta. EGC. http://wikipedia.org/ http://adln.lib.unair.ac.id/ 158 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2015, hlm.151-157