E:\Tita\D\Tita\Des 15\Jurnal bl 276 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 3, Desember 2015, hlm. 276–281 276 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI SADARI DI KELURAHAN NGLAMES KABUPATEN MADIUN (The Correlation of Knowledge and Breast Cancer Early Detection through BSE/Breast Self Examination in Nglames Villages Madiun) Rika Maya Sari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo email: rikamaya43@gmail.com Abstract: In Indonesia, based on data from the Global Burden of Cancer (Globocan), breast cancer in women (26 per 100,000), followed by uterus cancer (16 per 100,000). The easiest way and does not require a fee for early detection of breast cancer is the breast self examination (BSE). The purpose of study was to analyze the correlation of women knowledge and early detection of breast cancer through the BSE. The design was analytic cross sectional study with the sample of 98 mothers in the village Nglames Madiun district. The data was collected using questionnaires and analyzed with Chi Square. The results showed most women had the knowledge and efforts of BSE well and there was a correlations between women’s knowledge and early detection of breast cancer through the BSE with a significance level of p value 0,010 <0,05. The women were expected to enhance the knowledge about early detection of breast cancer and for health centers to improve health education efforts in the community about the importance of early detection of breast cancer. Keywords: knowledge, early detection, breast cancer, breast self-examination Abstrak: Di Indonesia, berdasarkan data Global Burden of Cancer (Globocan), kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada perempuan (26 per 100.000) diikuti kanker rahim (16 per 100.000). Cara yang paling mudah dan tidak membutuhkan biaya untuk mendeteksi secara dini kejadian kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri.Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Desain penelitian adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 98 ibu di kelurahan Nglames kabupaten Madiun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan teknik analisis data Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan dan melakukan upaya SADARI dengan baik serta terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dengan taraf signifikansi p value 0,010 < 0,05. Diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara dan bagi puskesmas untuk lebih meningkatkan upaya pendidikan kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Kata Kunci: pengetahuan, deteksi dini, kanker payudara, SADARI Kanker payudara disebut juga sebagai Carcinoma Mammae yaitu sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Suryaningsih, 2009). Di Amerika kanker payudara ini menduduki peringkat tertinggi diantara jenis kanker yang lainnya. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa kanker di Indonesia maupun di Amerika Serikat memperli- hatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun (Hawari, 2004). ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, No. 3, Desember 2015 DOI: 10.26699/jnk.v2i3.ART.p276-281 IT Typewritten text © 2015 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) http://jnk.phb.ac.id/index.php/jnk/about/submissions#copyrightNotice 277Sari, Hubungan Pengetahuan Ibu dengan ... Berdasarkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker payudara, tiap tahunnya di seluruh dunia kurang lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini. (Rasjidi, 2009). Badan kesehatan dunia (WHO) memprediksi terjadinya peningkatan angka kejadian kanker dari 11 juta menjadi 27 juta dan kematian akibat kanker 7 menjadi 17 juta. Sehingga pada 2030 diperkirakan sekitar 75 juta orang hidup dengan kanker. Di tahun sekarang bagi negara berkembang seperti Indonesia, dengan angka kejadian 70%, kendati terjadi penu- runan angka kematian, angka kejadian terus me- ningkat termasuk di Indonesia, terdeteksi kanker pembunuh no 2. Secara keseluruhan hampir 1 juta wanita mengalami kanker payudara setiap tahunnya. Kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan paling tinggi pada usia 45–56 tahun, kejadian 5-10% kanker disebabkan faktor yang diwariskan, tetapi faktor lain seperti gaya hidup yang buruk juga ikut berperan. Di Indonesia, berdasarkan data Global Burden of Cancer (Globocan), kanker payudara merupa- kan kanker terbanyak pada perempuan (26 per 100.000) diikuti kanker rahim (16 per 100.000). Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007 menunjukkan kejadian kanker payudara mencapai 21,69% lebih tinggi dari kanker leher rahim yang angkanya 17% (Rasjidi, 2009). Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifi- kasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara ce- pat untuk membedakan orang-orang yang kelihatan- nya sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan (Rasjidi, 2009). Cara yang paling mudah dan tidak mem- butuhkan biaya untuk mendeteksi secara dini keja- dian kanker payudara adalah dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Menurut Kerney dan Murray (2006) dalam Rasjidi (2009), beberapa penelitian menunjukkan SADARI tidak menurunkan angka kematian akibat ka nker pa yuda r a , na mun kombina si a nta r a SADARI dan mammografi masih dibutuhkan untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker payu- dara. SADARI dapat menemukan tumor atau ben- jolan payudara pada stadium awal, penemuan awal benjolan dipakai sebagai r ujukan melakukan mammografi untuk mendeteksi kanker. Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan dan segera meme- riksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan. Pe- meriksaan sendiri sangat penting dianjurkan kepada masyarakat karena hampir 86% benjolan di payu- dara ditemukan oleh penderita sendiri. Suryaningsih (2009) menyatakan bahwa pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya kanker payu- dara yang akan lebih efektif dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi. Strategi yang paling penting dalam memperbaiki kelangsung- an hidup adalah masih tetap skrining kanker payu- dara dan deteksi awal. (www.tempo.co.id). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 9 dari 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudara. Adanya kasus kanker payudara sebanyak 9,1% yang terjadi pada usia di bawah yang sebe- lumnya banyak terjadi pada wanita berusia 35-50 tahun mulai menyerang usia yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena meningkatnya faktor risiko kanker payudara itu sendiri, sehingga sangat diperlu- kan deteksi dini untuk menemukan kelainan pada payudara (Ramli, 2002). Pemasyarakatan kegiatan deteksi dini bagi semua perempuan dimulai sejak Wanita Usia Subur (WUS), sebab 85% kelainan di payudara justru pertama kali ditemukan oleh penderita itu sendiri (Rasjidi, 2009). WUS adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun (Suparyanto, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dila- kukan oleh peneliti pada bulan Maret 2015 di Kelu- rahan Nglames Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun terhadap 10 wanita menunjukkan bahwa 3 diantaranya tahu tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI, 7 wanita tidak tahu tentang kanker payudara dan cara deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Masyarakat di Kelurahan Nglames terutama ibu- ibu belum pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara (Data primer, Maret 2015). Berdasarkan fenomena di atas yang menun- jukkan bahwa masih terdapat wanita yang belum memahami tentang deteksi dini kanker payudara , maka peneliti merumuskan masalah bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. 278 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 3, Desember 2015, hlm. 276–281 BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cros-sectional, yaitu peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nglames Kabupaten Madiun. Populasi dalam pene- litian ini adalah seluruh Ibu di kelurahan Nglames kabupaten Madiun yang beusia 25–45 tahun dan sudah menikah. yang berjumlah 392 ibu. Jumlah sam- pel sebanyak 98 diambil dengan teknik proportional simple random sampling. Variabel independen yaitu pengetahuan dan variabel dependen yaitu upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Data umum responden dianalisis dengan prosentase. Data khusus responden dianalisis menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara penge- tahuan dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Dikatakan ada hubungan jika tingkat signifikansi (p) < 0,05. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 2 terlihat sebagian besar responden (68,4%) memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh usia, pendidikan, dan pekerjaan. Dilihat dari faktor usia, berdasarkan hasil penelitian dari 67 terdiri dari 31 responden (46,3%) berusia 25–30 tahun, 16 responden (23,9%) berusia 31–35 tahun, 11 responden (16,4%) berusia 36–40 tahun dan 9 responden (13,4%) berusia >40 tahun.Yang mempunyai pengetahuan baik adalah usia 25-30 tahun. Usia ini masuk dalam kategori masa dewasa dini. Di ma na pada usia ini mer upakan usia Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi di kelurahan Nglames kabupaten Madiun Juli 2015 (n=98) Variabel Kategori F rekuensi Prosent ase Pengetahuan Baik 67 68,4 Kurang 31 31,6 Upaya SAD ARI Melakukan 72 73,5 T idak melakukan 26 26,5 Tabel 3. Analisis Hubungan pengetahuan dengan upaya deteksi dini kanker payuadara melalui SADARI di kelurahan Nglames kabupaten Madiun Juli 2015 (n=98) *Signifikansi pada  = 0,05 Pengeta huan Upaya SADARI Total p value Melakukan Tida k melakukan n % n % n % Baik 58 86,6 9 13,4 67 100,0 0,010 Kurang 14 45,2 17 54,8 31 100,0 Jumlah 72 73,5 26 26,5 98 100,0 Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan dan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI pada ibu di kelurahan Nglames kabupaten Madiun Juli 2015 (n=98) Variabel Kategori Jumlah (%) Umur 25 - 30 31 - 35 36 – 40 >40 36 24 16 22 36,7 24,5 16,3 22,5 Tingkat Pendidikan SD SMP SMA PT 4 28 48 18 4, 1 28,6 48,9 18,4 Pekerjaan Tidak bekerja Petani/Pedagang/Buruh PNS Karyawan Swasta 54 14 14 16 55,1 14,3 14,3 16,3 Sumber informasi Tidak pernah Media cetak/elektronik Petugas kesehatan Teman/saudara 44 27 11 16 44,9 27,6 11,2 16,3 279Sari, Hubungan Pengetahuan Ibu dengan ... penyesuaian diri terbaik (Hurlock, 1999:296). Meskipun pada usia dewasa dini cara berfikir belum matang, akan tetapi mempunyai pengetahuan yang baik, karena pada usia ini mempunyai penyesuaian diri yang terbaik. Sehingga banyak informasi yang diperoleh tentang kanker payudara. Dari data res- ponden yang berusia 25–30 tahun bekerja sebagai IRT dan banyak waktu luang, sehingga informasi yang dimilikipun banyak. Biasanya mereka mem- peroleh informasi dari TV, radio, koran dan lain- lain. Dilihat dari segi pendidikan, berdasarkan hasil penelitian dari 67 responden terdiri dari 40 responden (59,7%) berpendidikan SMA. Menurut Kuncoroningrat yang dikutip dari Nursalam dan Pariani (2003) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat yang mempengaruhi pola pikir dan nalar seseorang. Sehingga mempengaruhi perilaku seseorang pula. Terbukti dari data 40 respon- den memiliki pengetahuan baik, karena memiliki pen- didikan tinggi yaitu SMA sehingga pola pikirnyapun tinggi. Dilihat dari faktor pekerjaan, berdasarkan hasil penelitian 67 responden (68,4%) terdiri dari 36 res- ponden (53,7%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga (IRT), dan 9 responden (13,4%) bekerja sebagai petani/pedagang/buruh. Berdasarkan teori bahwasannya pekerjaan merupakan hal yang me- nyita waktu. Seseorang yang mempunyai pekerjaan yang penting, akan menyebabkan sedikitnya infor- masi yang didapat. Hal ini akan berpengaruh terha- dap perilaku seseorang. Pada penelitian ini lebih dari setengahnya diperoleh 36 responden IRT berpenge- tahuan baik, di mana mereka tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga para IRT banyak waktu luang seperti membaca koran, melihat TV, berbincang- bincang dengan keluarga atau teman dan lain-lain. Kemudian ada juga sebanyak 9 responden (13,4%) bekerja sebagai petani/pedagang/buruh di mana mereka beranggapan bahwa waktu adalah uang. Sehingga banyak informasi yang diperoleh para IRT terutama tentang kanker payudara. Dari sumber informasi, berdasarkan penelitian 11 responden (28,9%) terdiri dari media cetak seba- nyak 6 responden (15,9%), penyuluhan tenaga kese- hatan sebanyak 3 responden (7,7%), dan tidak dapat 2 responden (5,3%). Menurut Long yang dikutip oleh Nursalam (2003) informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas. Dari 6 responden informasi dari media cetak, 3 res- ponden da r i penyuluha n tena ga keseha ta n. Seseorang yang mendapat informasi akan dapat mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal. Namun ada responden yang tidak mendapatkan informasi tapi mempunyai pengetahuan baik karena seseorang ini berpendidikan tinggi, jadi walaupun tidak mendapatkan informasi tetapi seseorang ini mengetahui dari pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan Kurang pada Ibu tentang Kanker Payudara Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bah- wa dari 31 responden (31,6%) mempunyai pengeta- huan kurang. Hal ini dipengaruhi oleh usia, pendi- dikan, sumber informasi dan penghasilan. Dilihat dari faktor usia, berdasarkan hasil penelitian dari 31 responden (31,6%) terdiri dari 5 responden (16,1%) berusia 25–30 tahun, 8 responden (25,8%) berusia 31–35 tahun, 5 responden (16,1%) berusia 36–40 tahun dan 13 responden (42%) berusia >40 tahun. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa semakin ber- tambah usia seseorang, maka pengetahuan sese- orang akan bertambah pula seiring dengan penga- laman hidup. Namun pengetahuan kurang banyak terjadi pada usia >40 tahun sebanyak 13 responden, karena pada usia ini seseorang banyak yang tidak mengetahui tentang berbagai informasi, di mana usia ini menginjak orang tua dan pola pikirannya pun berkurang. Sehingga pengetahuan yang diperoleh- pun kurang. Dari segi pendidikan, dari penelitian 31 respon- den (31,6%) terdiri dari SD sebanyak 3 responden (9,7%) dan pendidikan SMP sebanyak 13 responden (42%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat penge- tahuan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat yang dikutip dari Nursalam dan Pariani (2003)). Pendidikan SMP dikategorikan dalam jenjang pendidikan yang masih rendah, sehingga daya pikir responden untuk mene- rima informasi atau pengetahuan yang diterima juga rendah sehingga akan sulit menerima informasi yang menyebabkan pengetahuan mereka kurang. Dan bahwasannya pada penelitian ini didapatkan respon- den yang berpendidikan SD dan SMP yang mem- punyai pengetahuan kurang. 280 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 2, Nomor 3, Desember 2015, hlm. 276–281 Dilihat dari sumber informasi, berdasarkan hasil penelitian 31 responden (31,6%) terdiri dari 24 res- ponden (28,9%) tidak mendapat informasi. Dengan informasi responden menjadi tahu, hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003) bahwa semakin banyak panca indera yang digunakan manusia untuk mene- rima semakin banyak dan semakin jelas pengeta- huan yang diperoleh. Akan tetapi dari 24 responden yang tidak mendapatkan informasi adalah mereka yang berpendidikan SD dan SMP. Karena rendah- nya pendidikan dan pola pikir sehingga keinginan untuk mencari informasi kurang. Upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 responden sebanyak 72 responden (73,5%) melakukan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI, sedangkan sebanyak 26 responden (26,5%) tidak melakukan upaya deteksi kanker payudara melalui SADARI. Hal ini dikarenakan bahwa responden memiliki pengeta- huan yang baik tentang manfaat deteksi dini kanker payudara melalui SADARI SADARI adalah upaya yang dilakukan guna mendeteksi dini terjadinya kanker payudara melalui berbagai tahapan yang dilakukan oleh seorang wanita. SADARI merupakan suatu hal penting untuk instruksi pada pasien tentang teknik yang benar untuk memeriksa payudara secara mandiri (Brunner, 2002). SADARI penting untuk dilakukan oleh setiap wanita usia subur untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara. Hal ini sebagaimana dinyatakan Diananda (2007), bahwa tujuan dilaksanakannya SADARI oleh wanita adalah untuk mendeteksi dini terjadinya kanker payudara yang berupa benjolan- benjolan di sekitar payudara. SADARI hanya men- deteksi dini terjadinya kanker payudara, tidak men- cegah kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan beranggapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia di bawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar. Analisis Data Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 67 responden dengan pengetahuan baik tentang kanker payudara yang melakukan upaya deteksi dini melalui SADARI sebanyak 58 orang (59,2%). Dari 31 responden dengan pengetahuan kurang tentang kanker payudara yang tidak melakukan SADARI sebanyak 17 orang (51,2%). Hasil uji statistik diper- oleh nilai p = 0,010 yang lebih kecil dari  = 0,05, artinya Ha diterima. Dengan demikian dapat disim- pulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang kanker payudara dengan upaya deteksi dini melalui SADARI pada ibu di Kelurahan Nglames Kabupaten Madiun Tahun 2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani (2008), yang menyatakan terdapat hu- bungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku para wanita dewasa awal dalam melakukan Peme- riksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Kalangan Kecamatan Pedan Klaten (p-value = 0,022). Pengetahuan yang baik tentang SADARI dan prosedurnya sangat penting dimiliki oleh Wanita Usia Subur (WUS) karena tahu tentang SADARI dan prosedurnya merupakan salah satu alasan yang me- nyebabkan Wanita Usia Subur (WUS) melakukan SADARI. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan diten- tukan oleh pengetahuan, sikap dan kepercayan. Demikian pula perilaku SADARI tidak mungkin dapat terwujud jika seseorang tidak mengetahui SADARI dengan baik, apa manfaatnya, bagaimana cara melakukannya dan kapan saat yang tepat untuk melakukannya. SADARI penting dilakukan untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara, sehingga dapat dilaku- kan penanganan dengan cepat jika ada tanda atau gejala kanker payudara. Kebanyakan kasus kanker payudara di temukan pertama kali pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena kesadaran masya- rakat melakukan SADARI sangat kurang. Berda- sarkan fakta bahwa lebih dari 50 % perempuan yang terdiagnosis ka nker tida k pernah mela kukan SADARI. Hanya 25% sampai 30% wanita yang melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan baik dan teratur setiap bulanya (Smeltzer, 2006). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar responden (68,4%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kanker payudara. Terdapat 73,5% dari 98 responden mempunyai efikasi diri yang baik dalam melakukan perawatan kaki. 281Sari, Hubungan Pengetahuan Ibu dengan ... Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dengan tingkat signifikansi (p value) 0,020. Saran Bagi Ibu Bagi ibu yang belum melaksanakan SADARI dengan baik dan teratur hendaknya menyadari pen- tingnya SADARI da n ber kena n mela kuka n SADARI secara rutin untuk menjaga kesehatan payudara dan sebagai deteksi dini kanker payudara. Bagi Pelayanan Keperawatan Perawat dapat meningkatkan meningkatkan pengetahuan ibu melalui pendidikan kesehatan yang terstruktur tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara melalui SADARI. Untuk Puskes- mas Nglames perlu dilakukan pendidikan kesehatan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya me- ngenai SADARI. Beberapa masalah yang dapat diteliti antara lain intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu, pengaruh pendi- dikan kesehatan dengan suatu modul tertentu terha- dap pengetahuan ibu tentang deteksi dini kanker payudara, faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang kanker payudara, dan lain sebagainya dengan menggunakan metode penelitian yang lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Brunner, S. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa, Kuncara. Volume 8. Jakarta: EGC. Dalimartha, S. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya. Depkes RI. 2003. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) Buku Saku Untuk Remaja Usia 14–19 Tahun. Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan. Hawari, D. 2004. Kanker Payudara. Jakarta: FKUI. Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. ______. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu. Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto. Smeltzer, C., Suzanne, Bare, G., Brenda. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah.AlihBahasa: dr. H.Y. Kuncara. Jakarta: EGC. Suparyanto. 2011. Wanita Usia Subur. http://id.wikipedia. org/wiki/promosikesehatan, (diakses tanggal 15 Februari 2015). Suryaningsih, & Bertania. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.