41 JPJO 3 (1) (2018) 41-51 Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Revitalisasi Pendidikan Jasmani untuk Anak Usia Dini melalui Penerapan Model Bermain Edukatif Berbasis Alam Sandey Tantra Paramitha 1 , Lestari Ema Anggara 2 1 Universitas Pendidikan Indonesia , Indonesia 2 SDN 2 Kunduran, Blora, Jawa Tengah, Indonesia Info Artikel Abstrak SejarahArtikel: Diterima Februari 2018 Disetujui Maret 2018 Dipublikasikan April 2018 Keywords: Pendidikan Jasmani, Anak Usia Dini, Model Bermain Edukatif Berbasis Alam Pendidikan jasmani anak usia dini merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak dalam mempersiapkan menuju jenjang sekolah dasar. Dalam praktik pendidikan jas- mani anak usia dini menghadapi berbagai masalah dari kegiatan pembelaja- ran, fasilitas, keadaan sosial dan kebijakan pemerintah yang kurang mem- berikan perhatian terhadap pendidikan jasmani anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang ber- tujuan untuk mengetahui permasalahan penelitian secara rinci dan mendalam, penelitian ini bertempat di Pendidikan Anak Usia Dini Amarilis, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan melibatkan 3 Guru dan 35 anak usia dini, teknik pengambilan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi serta melakukan analisis data menggunakan reduksi data, pen- yajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perubahan kemampuan kognitif dengan ditandai pemecahan masalah melalui kegiatan kelompok, perubahan kemampuan afektif dengan ditandai rasa peduli antar sesama dan perubahan psikomotor dengan ditandai keceka- tan anak usia dini dalam melakukan aktivitas melalui permainan edukatif ber- basis alam, serta adanya peningkatan minat anak usia dini terhadap pembela- jaran pendidikan jasmani. Abstract Physical education, early childhood is a very important aspect for the devel- opment of cognitive abilities, affective and psychomotor children in preparing towards the level of elementary school. In the practice of physical education early childhood face various problems of learning activities, amenities, social circumstances and the Government's policy that gives less attention to physi- cal education early childhood. This study used a qualitative approach with case study method that aims to find in depth and in-depth research infor- mation, this research took place in Amarilis Early Childhood Education, Lembang Subdistrict, West Bandung Regency involving 3 teachers and 35 children at an early age, data collection technique using interviews, and anal- ysis and perform data analysis using data reduction, data presentation and conclusions deduction. Results of the study indicate that there is a marked change in cognitive ability with problem solving through group activities, af- fective abilities change with a marked sense of caring between the fellow and the change of psikomotor with marked the dexterity of the child early in the game through educational activities-based nature, as well as an increase in interest in early childhood learning, physical education. * Alamat korespondensi : Jl. Dr. Setiabudhi 229,Bandung, Indonesia E-mail : sandeytantra18@upi.edu ISSN 2580-071X (online) ISSN 2085-6180 (print) DOI: 10.17509/jpjo.v3i1.10612 © 2018 Universitas Pendidikan Indonesia 42 PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk pengembangkan kemampuan peserta didik melalui aktivitas jasmani (Utama Bandi, 2011). Sehingga pendidikan jasmani harus diajarkan kepada setiap peserta didik pada semua jenjang pendidikan. Perencanaan pendidikan jasmani dilakukan secara seksama untuk memenuhi perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap anak. Maka pendidikan jasmani bukan hanya ditujukan untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik, akan tetapi juga mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif peserta didik. Pembelajaran pendidikan jasmani dimulai pada tahap usia dini untuk merangsang pertumbuhan organik, motorik, intelektual dan perkembangan emosional (Solihin, Faisal, & Dadang, 2013). Hal tersebut menandakan bahwa pada tahap usia dini, pendidikan jasmani mempunyai peran yang sangat penting membentuk karakter. Tahap pendidikan usia dini merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi perkembangan di masa depan, sehingga pembelajaraan yang bermakna sangat penting dalam mewujudkan sumber daya yang berkualitas. Pembelajaran yang bermakna dimaksudkan untuk memberikan ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut menandakan bahwa pembelajaran tidak boleh hanya sekedar konsep dan teori. Urgensi pendidikan usia dini yaitu ”the face of the demands of the times of the quality of education as well as advances in science, technology, information and communications are rapidly making early childhood education could not be obtained only from the role of the family” (Hoving, Visser, Mullen, & van den Borne, 2010). Hal tersebut dimaksudkan agar anak usia dini dapat berinteraksi dengan teman sebaya, sehingga menimbulkan komunikasi yang intensif antar anak. Proses sosialisasi dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam membentuk karakter anak, sehingga di masa depan anak akan memiliki rasa saling memiliki antar sesama. Dalam konteks pembangunan nasional, hal tersebut sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa yang unggul. Realita yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa banyak orangtua yang belum mampu mengoptimalkan potensi anak (Choirun Nisak Aulina, 2013), kegiatan yang dilakukan orangtua hanya bersifat menjaga secara fisik serta memberikan asupan gizi yang dibutuhkan, akan tetapi kurang dalam memberikan stimulasi edukasi. Faktor kurang berperannya fungsi keluarga dalam memberikan edukasi kepada anak usia dini, dikarena adanya pergeseran dalam kehidupan sosial dengan ditandai banyak ibu/istri yang bekerja untuk membantu mencari nafkah atau ingin mencari kesibukan, sehingga pendidikan bagi anak kurang mendapatkan perhatian. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu bagi setiap orangtua memberikan Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 43 kesempatan bagi anak untuk melakukan proses pendidikan pada tingkat usia dini sebelum memasuki pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa physical education early childhood has not been able to achieve the objective to develop the ability of cognitive, affective and psychomotor early childhood (Pechtel & Pizzagalli, 2011). Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran masih terfokus pada peran guru, serta kegiatan pembelajaran masih terpusat di kelas. Kondisi tersebut mengakibatkan dalam pembelajaran anak merasa jenuh, sehingga pendidikan jasmani yang diajarkan kurang bermakna. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menerapkan model bermain edukatif berbasis alam dalam pendidikan jasmani anak usia dini, hasil penelitian terdahulu menunjukan adanya perubahan anak usia dini setelah diterapkannya model bermain edukatif dalam pendidikan jasmani. Akan tetapi, penelitian ini mempunyai aspek yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu mengembangkan tempat pembelajaran jasmani tidak berada di kelas atau lingkungan sekolah, akan tetapi berfokus pada lingkungan alam. Hal tersebut ditujukan agar anak usia dini mempuyai pengalaman baru dalam pembelajaran, serta meningkatkan kesehatan anak usia dini dengan kondisi lingkungan yang alami di alam terbuka. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui fenomena, keadaan sosial, perilaku kelompok dan individu secara mendalam (Maisya & Susilowati, 2014), sehingga hasil yang diperoleh dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Tempat penelitian ini berada di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Amarilis, Jl Mohammad Adiwarta, No. 28C Rt. 03/Rw. 12, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan tempat ini dikarenakan kondisi PAUD berdekatan dengan lokasi alam terbuka, sehingga kegiatan pembelajaran jasmani dengan model bermain edukatif berbasis alam mudah untuk dilaksanakan. Populasi dalam penelitian ini melibatkan 3 Guru dan 35 anak usia dini, yang ditujukan agar mendapatkan hasil penelitian dari pelaksana dan penerima pembelajaran. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara terbuka, observasi dan dokumentasi selama proses pengambilan data. Pemilihan teknik pengumpulan data tersebut dikarenakan sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif dan dapat memberikan gambaran mengenai fokus penelitian. Pengujian data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan dan analisis kasus negatif, sehingga data yang diperoleh valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang bertujuan untuk memberikan hasil penelitian yang sesuai dengan kenyataan di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berbadasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran pendidikan anak usia dini memberikan pengaruh yang baik dalam perkembangan anak usia dini terutama http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 44 dalam proses sosialisasi dengan teman sebaya, serta dapat menjadi solusi terhadap tuntutan zaman yang mengharuskan anak mempunyai kemampuan yang unggul dalam segala bidang untuk menghadapi masa depan. Suasana pendidikan yang untuk pembelajaran anak usia dini yaitu ”family atmosphere by applying the principles of love, giving birth, and guiding” (Gottman & Gottman, 2017). Ketiga aspek ini yang perlu diterapkan dalam melakukan pendidikan untuk anak usia dini, sehingga anak akan merasa bahwa pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi diri anak tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Pandangan filosofis pendidikan mengemukakan bahwa anak-anak harus bermain untuk meningkatkan kemampuan otot, gerak tubuh dan kemampuan memecahkan masalah dengan sendiri (Kusbiantoro, 2015). Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan harus memberikan kesempatan kepada anak untuk dapat mengembangkan kemampuannya, sehingga konsep student centered sangat relevan untuk diterapkan dalam pendidikan anak usia dini. Urgensi Pendidikan Jasmani bagi Anak Usia Dini Peran Pendidikan tidak terfokus pada pendidikan formal, akan tetapi pendidikan informal mempunyai peran yang penting dalam menunjang kehidupan anak di masa yang akan datang. Bahkan informal ”education is the initial stage of education for children before heading on a level of formal education, so crucial to the success of formal education that will be carried to the child ”(Leonardo, 2010). Secara filosofis pendidikan merupakan tanggung jawab setiap warga negara untuk melaksanakan wajib pendidikan 12 tahun, sehingga setiap warga negara wajib memberikan kesempatan dan peluang untuk melaksanakan pendidikan. Akan tetapi, dalam kehidupan masyarakat pendidikan informal masih dipandang bukan sebagai kewajiban, namun sebagai penunjang. Hal tersebut berimplikasi pada pendidikan jasmani anak usia dini, padahal perannya sangat penting untuk mengembangkan kemampuan anak secara fisik maupun mental. Data yang diperoleh menunjukan bahwa Guru memahami dengan baik pentingnya pendidikan jasmani bagi pengembangan fisik dan mental anak, hal tersebut dikarenakan adanya perubahan yang terjadi ketika anak masuk jenjang sekolah dasar. Anak yang menempuh pendidikan anak usia dini mempunyai mental yang baik dalam proses pembelajaran, berbeda dengan anak yang tidak menempuh pendidikan anak usia dini yang cenderung penakut dan belum bisa mandiri. Tabel 1. Perbandingan Anak yang Menempuh Pendidikan PAUD dengan yang Tidak Menempuh Pendidikan PAUD. Aspek PAUD Tidak PAUD Mental Pemberani Penakut Kemandirian Menyelesaik an masalah sendiri Meminta bantuan orang lain Psikomotor Lebih aktif gerak Cenderung pendiam Kognitif Membaca dan berhitung sudah baik Membaca dan berhitung kurang baik Afektif Memiliki rasa peduli terhadap sesama Cenderung susah bersosialisasi http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 45 Tabel tersebut menjelaskan bahwa ter- dapat perbedaan yang signifikan antara anak yang menempuh pendidikan PAUD dan tidak menempuh pendidikan PAUD, dlihat dari men- tal, kemandirian, psikomotor, kogntif dan afektif. Hal tersebut dikarenakan peran dari Guru PAUD sangat penting dalam mengem- bangkan kemampuan anak, serta adanya fokus dari Guru PAUD dalam memberikan pembela- jaran kepada anak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa pendidikan anak usia dini mempunyai peranan penting dalam membentuk kemampuan mental, kemandirian, pskimotor, kognitif dan afektif. Hakikat dan Cara Belajar Anak Usia Dini Anak usia dini dalam menjalani aktivitas sehari-sehari mempunyai kesenangan dan cara menjalani aktivitas yang berbeda (Aryani, 2015), hal tersebut menandakan bahwa anak usia dini bersifat unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Selain itu, “during an early age indicative of rapid growth so that it is said to be a golden age” (Tollefson & Frieden, 2012), pada masa ini merupakan tahap yang penting sekaligus beresiko karena jika pendidikan tidak dapat mengembangkan kemampuan anak, maka di masa depan anak akan kesulitan dalam men- jalani proses pendidikan. Pada aspek tingkat kecerdasan usia 4 tahun anak memiliki 50% kecerdasan, dan 80% kecerdasan tercapai pada usia 8 tahun (Hidayah, Yunita, & Utami, 2015). Hal tersebut menan- dakan bahwa kecerdasan manusia sangat diten- tukan pada usia dini. Kecerdasan usia dini yang perlu diperhatikan oleh orangtua dan Guru da- lam menerapkan model pendidikan di PAUDA ataupun di rumah. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa “early childhood learning is carried out in its own way, so learning that taught should be tai- lored to the circumstances of the child” (Billett, 2014). Akan tetapi, orangtua dan Guru sering melakukan pembelajaran dengan jalan pikir orang dewasa, hal tersebut mengakibatkan anak merasa tertekan dan sulit menerima materi pembelajaran. Dampak yang terjadi karena kesalahan dalam menerapkan cara pembelajaran yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak usia dini (Khasanah, Prasetyo, & Rakhmawati, 2011). Pada tataran perkembangan penge- tahuan, anak usia dini lebih senang untuk melakukan aktivitas menggambar dan bermain, karena pada tahap usia ini anak belum bisa ber- pikir secara kongkrit, sehingga dalam proses pendidikan tidak boleh mengajarkan materi pembelajaran yang bersifat kongkrit seperti berhitung. Permasalahan Pendidikan Jasmani Anak Usia Dini Pentingnya pendidikan anak usia dini mengalami banyak kendala untuk diterapkan di Indonesia, mulai dari aspek pembelajaran, fasil- itas, keadaan sosial hingga peraturan pemerintah yang kurang memberikan perhatian pada pendidikan anak usia dini. a. Aspek Pembelajaran Proses pendidikan ditujukan bukan hanya bisa dipengaruhi oleh aspek fisik, biologis dan psikologis, akan tetapi juga dari aspek http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 46 lingkungan geografis. Hal tersebut berimplikasi pengembangan pengalaman belajar yang mengandung nilai-nilai kependidikan, impli- mentasi pendekatan pembelajaran, serta penera- pan model pembelajaran yang sesuai. Dalam penerapan kurikulum, Guru sering memaksakan anak untuk melakukan aktivitas fisik yang tidak sesuai dengan kemampuan fisik anak usia dini (Alim, 2016). Tindakan Guru yang demikian merupakan pelanggaran ter- hadap prinsip developmentally appropriate practice, dikarenakan hasil yang diperoleh akan membahayakan kesehatan fisik anak di masa depan. Pemahaman yang keliru dari Guru PAUD yaitu menganggap bahwa penguasaan kemam- puan olahraga merupakan tujuan tercapainya pendidikan jasmani untuk anak usia dini, hal tersebut mengakibatkan pendidikan jasmani di PAUD tidak bermakna dan cenderung tidak disukai anak-anak. Praktik pembelajaran pendidikan jasmani di PAUD masih terpusat pada guru, sehingga megakibatkan: 1) kurang bervariasi aktivitas belajar secara menyeluruh, 2) tidak ter- sampaikan materi mengenai pentingnya hidup sehat, 3) pengembangan aspek afektif yang tid- ak mampu mengembangkan keterampilan so- sial, kerjasama, dan minat anak dalam proses pendidikan jasmai, 4) Guru tidak bisa merasa- kan keadaan emosional anak dalam pembelaja- ran jasmani, 5) anak mudah jenuh dalam men- jalani proses pembelajaran, dan 6) keaktifan anak dalam belajar sangat kurang. Semua permasalahan dalam aspek pem- belajaran jasmani mengakibatkan tidak tercapainya tujuan kurikulum yang mengharus- kan aktifnya gerak tubuh pada anak, serta adan- ya peningkatan kemampuan pada ranah kogni- tif, afektif dan psikomotor. b. Fasilitas Kegiatan olahraga yang efektif harus didukung oleh fasilitas yang memadai, akan tetapi permalahan fasilitas pendidikan anak usia dini saat ini menunjukan kurangnya fasilitas bermain untuk anak (An et al., 2016). Hal terse- but mengakibatkan ketertarikan anak untuk melakukan aktivitas gerak menjadi minim, se- hingga tercapainya kebugaran fisik anak usia dini menjadi sangat sulit. c. Keadaan Sosial Keadaan sosial saat ini yang menjadi per- masalahan dalam penerapan pendidikan jasma- ni di pendidikan anak usia dini yaitu munculkan kebiasaan masyarakat yang hidup instan, se- hingga mengurangi kegiatan bergerak (Satya Yoga, Suarmini, & Prabowo, 2015). Hal terse- but diakibatkan oleh berbagai kemudahan da- lam melakukan aktivitas sehari-hari yang di dukung oleh perubahan taraf hidup, penggunaan teknologi komunikasi dan trans- portasi yang otomatis, sehingga anak-anak yang seharusnya bermain, malahan cenderung diam dan menghilangkan aktivitas fisik dalam aktivi- tas sehari-harinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak usia dini yang belajar di PAUD sudah menggunakan alat komunikasi untuk sekedar bermain game, hal tersebut mengakibatkan gerak tubuh anak semakin berkurang dan mengakibatkan fisik yang lemah. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 47 d. Aspek Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah untuk memberikan wewenang kepada Desa untuk mengelola PAUD merupakan aspek yang baik karena Desa lebih fokus memberikan perhatian kepada PAUD, akan tetapi kebijakan tersebut memiliki dampak yang tidak baik, terutama dalam pen- ingkatan kesejahteraan Guru PAUD. Sangat disayangkan Guru PAUD yang mengajar tidak mendapatkan gaji yang sesuai dengan kebu- tuhan hidup (Saragih, 2008), hal tersebut mengakibatkan kinerja Guru tidak optimal. Se- hingga perlu adanya kebijakan pemerintah yang fokus pada pengembangan kesejahteraan Guru PAUD. Dimensi Pengembangan Kemampuan Anak Usia Dini Upaya untuk mempersiapkan anak usia dini dalam menghadapi tantangan zaman harus dilakukan dengan pendidikan yang bermakna, hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelaja- ran harus sesuai dengan keadaan masyarakat, sehingga hasil pembelajaran dapat diterapkan dalam aktivitas sehari-hari. Dimenasi pengem- bangan kemampuan anak usia dini meliputi ke- mampuan kognitif, afektif dan psikomotor, semua aspek tersebut harus menjadi indikator dalam menentukan tujuan pembelajaran. a. Kognitif Perkembangan kognitif anak usia dini merupakan faktor yang sangat penting untuk memahami tahapan perkembang anak usia dini. “Cognitive ability is an aspect related to intel- lectual or thinking that include knowledge, comprehension, application, design, decompo- sition, and assessment” (Aloqaili, 2012). Semua aspek tersebut menjadi indikator perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini. Dalam aspek kognitif ini, anak usia dini mampu memahami percakapan orang tua, perintah orang tua dan memilih tindakan yang sesuai dengan keadaan, pada tahap yang lebih jauh anak mampu untuk memberikan penilaian terhadap tindakan yang dilakukan. Kaitannya dengan pendidikan jasmani yaitu anak mampu memahami aktivitas yang aman dan berbahaya untuk dilakukan, anak dapat mengikuti peraturan permainan dan anak mampu melakukan tindakan yang tidak meru- gikan diri dan orang lain. Kemampuan kognitif merupakan indi- kator utama perkembangan anak dan menjadi tolok ukur penilaian perkembangan anak. Se- hingga dapat dipahami bahwa aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berpikir, yaitu kemampuan dan ak- tivitas otak dalam mengembangkan kemampu- an rasional. b. Afektif Pengembangan kemampuan afektif anak usia dini merupakan aspek yang sangat penting untuk anak dalam menjalani aktivitas sehari- hari di masyarakat. “This affective ability is closely related to the care of children in social- izing with peers, showed mutual behavior and selflessness” (Burdelski, 2013). Kaitannya dengan pendidikan jasmani anak usia dini yaitu kegiatan pembelajaran ha- rus ditujukan untuk meningkatkan sense of be- longing anak usia dini melalui permainan- permainan yang edukatif, hal tersebut dikare- nakan pendidikan jasmani untuk anak usia dini tidak ditujukan untuk mengembangkan penge- tahuan mengenai teori-teori atau konsep-konsep http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 48 tentang kesehatan, akan tetapi lebih ditujukan untuk membentuk karakter anak yang mempu- nyai kepedulian sosial. Pengembangan dimensi afektif anak usia dini merupakan aspek yang sangat penting, ka- rena kecerdasan anak tidak bisa diterapkan da- lam kehidupan sehari-hari jika anak tidak mem- iliki karaker yang baik (Aryani, 2015). Maka pengembangan kemampuan afektif merupakan penunjang pengembangan kemampuan kognitif, sehingga tercapai integrasi antara pengetahuan dan sikap anak yang dapat menghadapi tan- tangan zaman. c. Prikomotor Dimensi pengembangan kemampuan psikomotor erat kaitannya dengan gerak tubuh anak dalam proses pembelajaran. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa persepsi Guru mengenai pendidikan jasmani yaitu adanya gerak tubuh pada anak usia dini (An et al., 2016). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dalam kegiatan pembelajaran jasmani anak usia dini selalu ditujukan untuk adanya gerak tubuh anak. Dalam penerapan pendidikan jasmani anak usia dini, dimensi psikomtor tidak di- tujukan agar anak melakukan aktivitas gerak olahraga. Aspek psikomotor seharusnya dis- esuaikan dengan tahap pertumbuhan anak usia dini, sehingga Guru dalam penerapan pembela- jaran jasmani tidak boleh memaksakan gerak tubuh pada anak. Pengembangan aspek psikomotor merupakan pelengkap dari pengembangan ke- mampuan kognitif dan afektif sebagai tujuan dari pendidikan jasmani anak usia dini. Sehing- ga mewujudkan anak yang cerdas secara penge- tahuan, sopan dalam melakukan aktivitas dan mempunyai kecekatan yang efektif. Model Bermain Edukatif Berbasis Alam Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak usia dini merupakan cara untuk dapat mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan daya berpikir anak (Putra, Nugroho, & Puspitarini, 2016). Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan permainan terdapat proses in- teraksi antar teman sebaya, sehingga dapat membentuk sikap menghargai dan peduli ter- hadap sesama. Berkaitan dengan konteks sosial, model bermain edukatif berbasis alam akan memper- baiki keadaan sosial dengan ditandainya aktivi- tas anak usia dini yang sering berinteraksi lang- sung dan mengurai penggunaan teknologi komunikasi. Penerapan model bermain edukatif akan mengembangkan kemampuan psikomotik anak dengan adanya gerakan tubuh, mengem- bangkan kemampuan kognitif dengan adanya pemecahan masalah secara individu dan ke- lompok, serta mengembangkan kemampuan afektif dengan adanya sikap saling tolong me- nolong dan kerja sama antar anggota kelompok. Selain itu, media alam digunakan agar anak mampu menghargai lingkungan dan me- manfaatkannya sesuai kebutuhan manusia. Kebiasaan Guru dalam pendidikan jas- mani anak usia dini yang sering memaksakan gerak tubuh, tidak akan lagi digunakan. Hal tersebut dikarenakan anak akan melakukan ak- tivitas gerak secara mandiri, dalam permainan secara psikologis anak ingin menang dan http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 49 melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, sehingga setiap anak memiliki tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Permasalahan tempat pembelajaran yang terpusat pada kelas akan diganti dengan tempat alam terbuka, pergantian ini mempunyai banyak manfaat dalam proses pembelajaran, diantaranya: 1) anak tidak akan merasa jenuh dalam proses pembelajaran jasmani, 2) Guru dapat menggunakan alam sebagai media pem- belajaran, 3) kondisi lingkungan yang sehat akan membantu tercapanya pengembangan fisik anak yang sehat, dan 4) penambahan pengala- man anak untuk menjaga alam serta melestari- kannya. Secara konsep penerapan model ber- main edukatif dilakukan oleh peran Guru dalam membimbing anak melakukan permainan, akan tetapi Guru tidak bersifat otoriter dalam pelaksanaannya. Gambar 1. Penerapan Model Bermain Edukatif Berbasis Alam Gambar tersebut menjelaskan bahwa penerapan model bermain edukatif berbasis alam sangat dipengaruhi oleh kemampuan Guru dalam pelaksanaannya, karena anak usia dini secara psikologis belum bisa memimpin diri dan juga kelompok. Pada tataran teknis kegiatan bermain edukatif dilakukan di alam terbuka dan bukan berada di dalam kelas, hal tersebut sangat sesuai dengan keharusan pelaksanaan jasmani yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang mendukung. Tahap awal penerapan model bermain edukatif dilakukan dengan pembagian ke- lompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan perempuan, maksud dari pembagian kelompok ini ialah supaya anak mampu menyelesaikan masalah secara ke- lompok, sehingga tumbuh rasa saling memiliki dan hidup secara kelompok. Pada tataran sosial, pembelajaran yang berbasis kelompok akan memperbaiki keadaan sosial yang menunjukan kecenderung sikap in- dividual antar anggota masyarakat. Hal tersebut menandakan bahwa kegiatan pembelajaran anak usia dini sebaiknya dengan pendekatan ke- lompok bukan pendekatan individu. Tahap yang kedua yaitu penjelasan per- mainan, kemampuan Guru dalam menjelaskan permainan sangat penting pada tahap ini, karena akan menentukan keberhasilan pengembangan kognitif anak. Secara praktik, Guru harus dapat menjelaskan aturan permainan sesuai dengan tahap perkembangan anak usia dini yang belum bisa memahami aspek yang kongkrit. Tahap yang ketiga yaitu pelaksanaan, peran Guru bersama orangtua ialah mengontrol, mengawasi dan membimbing. Secara praktik, jika anak melakukan kesalahan jangan pernah http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 50 memberikan hukuman, justru harus dibimbing dan memberikan stimulus agar anak terus melakukan permainan. Hal tersebut didasarkan pada tujuan pendidikan jasmani anak usia dini yang bukan untuk memahirkan gerak olahraga. Kegiatan mengontrol berkaitan dengan peran Guru untuk melihat jalannya permainan, apakah sesuai dengan aturan ataukah tidak. Aspek ini sangat penting, karena jika permainan tidak sesuai dengan aturan, maka akan berdam- pak pada hasil pembelajaran. Aspek mengawasi ini sangat penting untuk melihat keadaan fisik dan mental anak, jangan sampai dalam pelaksa- naan permainan terdapat anak yang kurang sehat atau mempunyai mental yang belum siap dalam melakukan perminan. Aspek membimb- ing merupakan kegiatan yang penting dalam memberikan stimulus kepada anak untuk dapat menyelesaikan masalah secara kelompok, serta adanya peningkatan motivasi dari dalam diri anak. Tahapan terakhir yaitu menentukan hasil permainan dan memberikan penghargaan pada anak, dalam tataran praktis pemberian penghargaan harus menyeluruh dan tidak boleh hanya kepada anak-anak tertentu. Jika Guru memberikan penghargaan kepada anak-anak terentu, hal tersebut akan berdampak pada kecemburuan sosial. KESIMPULAN Pendidikan jasmani anak usia dini saat ini menunjukan permasalahan yang kompleks, dilihat dari segi pembelajaran, fasilitas, keadaan sosial dan kebijakan pemerintah. Akan tetapi, tujuan pendidikan harus bisa terlaksana dengan baik untuk mengembangkan kemampuan kogn- tif, afektif dan psikomotor anak usia dini. Pen- erapan model bermain edukatif berbasis alam merupakan strategi yang efektif sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan, melalui model bermain edukatif anak mampu menyelesaikan masalah secara kelompok, mengembangkan kepedulian sosial dan melakukan gerak tubuh yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan fisik anak usia dini. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018) 51 DAFTAR PUSTAKA Alim, M. L. (2016). Upaya Meningkatkan Ke- mampuan Fisik Motorik Kasar Anak me- lalui Kegiatan Melambungkan dan Me- nangkap dengan Berbagai Media Anak Usia Dini di TK Al-Fajar Pekanbaru. Jurnal PAUD Tambusai, 2(1), 79–89. Aloqaili, A. S. (2012). The relationship between reading comprehension and critical think- ing: A theoretical study. Journal of King Saud University - Languages and Translation, 24(1), 35–41. http://doi.org/10.1016/ j.jksult.2011.01.001 An, M. B. A., Awal, P., Holis, A., Istiarini, R., Kusbiantoro, D., Media, P., … Dusenbury, L. (2016). Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak Usia Dini. Surya, 1(1), 23–37. Aryani, N. (2015). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal Potensia, 14(2), 213–220. Billett, S. (2014). Learning in the circumstances of practice. International Journal of Lifelong Edu- cation, 33(5), 674–693. http:// doi.org/10.1080/02601370.2014.908425 Burdelski, M. (2013). Socializing children to hon- orifics in Japanese: Identity and stance in Interaction. Multilingua, 32(2), 247–273. http://doi.org/10.1515/multi-2013-0012 Choirun Nisak Aulina. (2013). Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini. Pedagogia, 2 (1), 36–49. http://doi.org/10.21070/ pedagogia.v2i1.45 Gottman, J., & Gottman, J. (2017). The Natural Principles of Love. Journal of Family Theory and Review, 9(1), 7–26. http:// doi.org/10.1111/jftr.12182 Hidayah, R., Yunita, E., & Utami, Y. W. (2015). Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Kecerdasan Emosional Anak Usia Pra- sekolah (4-6 Tahun) Di Tk Senaputra Kota Malang. Jurnal Keperawatan, 4(2), 131–135. http://doi.org/10.22219/JK.V4I2.2363 Hoving, C., Visser, A., Mullen, P. D., & van den Borne, B. (2010). A history of patient educa- tion by health professionals in Europe and North America: From authority to shared decision making education. Patient Education and Counseling, 78(3), 275–281. http:// doi.org/10.1016/j.pec.2010.01.015 Khasanah, I., Prasetyo, A., & Rakhmawati, E. (2011). Permainan Tradisional Sebagai Me- dia Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 1 No. 1 2011, 1(1), 91–105. Kusbiantoro, D. (2015). PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK- KANAK ABA 1 LAMONGAN. Surya, 7 (1), 1–8. Leonardo, Z. (2010). Learning in Places: The In- formal Education Reader. Anthropology and Education Quarterly, 41(1), 115–116. http:// doi.org/10.1111/j.1548-1492.2010.01070.x Maisya, I. B., & Susilowati, A. (2014). Faktor pada Remaja Muda dan Tersedianya Media Informasi Hubungannya dengan Perilaku Berisiko. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(3 Des), 127–133. Pechtel, P., & Pizzagalli, D. A. (2011). Effects of early life stress on cognitive and affective function: An integrated review of human literature. Psychopharmacology. http:// doi.org/10.1007/s00213-010-2009-2 Putra, D. W., Nugroho, A. P., & Puspitarini, E. W. (2016). Game Edukasi Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Informatika Merdeka Pasuru- an, 1(1), 46–58. Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal Tab- ularasa, 5(1), 23–34. Satya Yoga, D., Suarmini, N. W., & Prabowo, S. (2015). Peran Keluarga Sangat Penting da- lam Pendidikan Mental, Karakter Anak serta Budi Pekerti Anak. Jurnal Sosial Hu- maniora, 8(1), 46. http://doi.org/10.12962/ j24433527.v8i1.1241 Solihin, D. M., Faisal, A., & Dadang, S. (2013). Kaitan Antara Status Gizi,Perkembangan Kognitif, Dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Penelitian Gizi Dan Makanan, 36(1), 62–72. Tollefson, M. M., & Frieden, I. J. (2012). Early Growth of Infantile Hemangiomas: What Parents’ Photographs Tell Us. PEDIAT- RICS, 130(2), e314–e320. http:// doi.org/10.1542/peds.2011-3683 Utama Bandi, A. M. (2011). Pembentukan Karakter Anak Melalui Aktivitas Bermain Dalam Pendidikan Jasmani. Universitas http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v3i1.10612 Sandey Tantra Paramitha & L. Anggara / Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 3 (1) (2018)