74 JPJO 4 (1) (2019) 74-78 Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index The Profile of Dietary Patterns and Physical Activity in Preventing Metabolic Syndrome Astrid Feinisa Khairani 1 , Nurhasanah 2 , Putri Halleyana A. Rahman 2 , Rani Septrina 3 , Titing Nurhayati 2 , Dimas Erlangga Luftimas 4 , Hermin Aminah Usman 5 , Muhammad Hasan Bashari1 2 , Sarah Laraswita 6 , Salma Nur La- bibah 6 , Zahra Nadiah 2 , Ardhia Rizki Apriliani 2 , Marwan Agung N 7 , Dinda Salsa Khafifah 8 , Gebby Reviana An- jani 8 , Retno Meinarni 9 , Rika Mustika 9 , Muhammad Farid 10 Divisi Biologi Sel, Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 1 Program Studi Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 2 Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 3 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 4 Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran 5 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran 6 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran 7 Program Studi Manajemen Produksi Media, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran 8 Program Studi Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran 9 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran 10 Article Info Article History : Received August 2018 Revised September 2018 Accepted December 2018 Available online April 2019 Keywords : Dietary Patterns, Metabolic Syndrome, Physical Activity Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola makan dan aktivitas fisik masyarakat Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran. Data diperoleh dari pengisian kuisioner mengenai pola makan dan aktivitas fisik serta pengukuran lingkar perut untuk menge- tahui prevalensi resiko terjadinya sindrom metabolik. Dari 544 responden rata-rata berusia 30 tahun, 129 orang mempunyai lingkar perut yang tidak normal, 47% mengkonsumsi manis setiap hari 32% mengkonsumsi asin setiap hari dan 56% tidak olahraga setiap hari. Hasil ini menunjukkan cukup banyak masyarakat setempat yang memiliki pola makan dan pola aktivitas fisik yang tidak sehat, serta lingkar perut yang mengarah pada kejadian sindrom metabolik. Upaya preventif pencegahan terjadinya sindrom metabolik perlu dilakukan secara integratif. Pihak Dinas Kesehatan dan Pemerintahan Kabupaten Pangandaran dapat mengadakan program edukasi dan pemantauan terhadap pola makan dan aktivitas fisik sebagai langkah konkret dalam pencegahan sindrom metabolik Abstract The purpose of this study was to identify dietary patterns and lifestyles of the commu- nity of Cijulang sub-district, Pangandaran. Questionnaire was used to find out the dietary patterns, life styles, and abdominal circumference to determine the risk preva- lence of the metabolic syndrome of the Cijulang sub-district community, Pangandaran Regency. From 544 respondents, aged 30 year old in average, 129 people had abnor- mal abdominal circumference, 47% consumed sweets every day, 32% consumed salty food every day, and 56% did not exercise every day. The result showed that there was a tendency in the community to have unhealthy dietary patterns and life styles. The number of abnormal abdominal circumference also showed the same condition which could contribute to the increase of the number of metabolic syndrome cases. Preven- tive efforts to minimize the number of the metabolic syndrome cases need to be done effectively. The Health Department of Pangandaran Regency is suggested to hold a health campaign and monitoring programs on diet and physical activity as a concrete step in preventing metabolic syndrome.  Correspondence Address : Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jawa Barat 45363 E-mail : astrid.khairani@unpad.ac.id ISSN 2580-071X (online) ISSN 2085-6180 (print) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15069 75 Astrid Feinisa Khairani dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) PENDAHULUAN Sindrom metabolik berhubungan dengan peru- bahan aktivitas fisik masyarakat dikarenakan pola hidup modern, ditandai oleh pemilihan makanan siap saji yang mengandung tinggi lemak, aktifitas fisik yang ren- dah serta kebiasaan hidup sedentary. Berbagai kondisi ini menjadi penyebab penimbunan lemak dalam tubuh sehingga tubuh mengalami kelebihan lemak yang dise- but obesitas.(Suginati, 2009). W orld Health Organiza- tion (WHO) menyatakan bahwa seorang individu yang mempunyai tiga dari lima gejala sindrom metabolik sudah dapat dinyatakan menderita sindrom metabolik. Sindrom yang terdiri dari sekumpulan gejala meliputi peningkatan ukuran lingkar pinggang, peningkatan ka- dar trigliserida darah, penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol darah, tekanan darah ting- gi, dan intoleransi glukosa (Whoqol Group, 1995). Asupan energi dan pola makan yang berlebihan, peningkatan kejadian obesitas, aktivitas fisik sedentari dan riwayat risiko penyakit menjadi faktor resiko sejumlah kondisi penyebab terjadinya sindom metabolik. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kecenderungan proporsi penduduk usia >10 tahun yang kurang mengonsumsi sayur dan buah sebanyak 93,5%, sedangkan konsumsi makanan berle- mak, berkolesterol dan makanan gorengan ≥ 1 kali per hari sebesar 40,7% dan mengonsumsi penyedap ≥ 1 kali dalam sehari sebesar 77,3 %.(Suhaema & Masthalina, 2015). Kelebihan konsumsi garam dan gula bisa me- nyebabkan hipertensi dan diabetes, sedangkan kelebi- han konsumsi lemak menyebabkan peningkatan kadar kolestrol darah dan menyebabkan penimbunan lemak yang ditunjukan dengan memperbesar lingkar perut dan terjadi obesitas sentral. Menurut riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi obesitas sentral sebesar 26.6%. Obesitas sentral berhubungan dengan sindrom metabolik dan didapatkan dengan mengukur lemak vis- eral yang terdapat di daerah sekitar perut..(Weight et al., 2013). Hal ini menunjukkan bahwa pola makan dan ak- tivitas fisik perlu mendapat perhatian agar tidak mengarah pada berkembangnya penyakit degeneratif. (Magdalena, Mahpolah, & Yusuf, 2014; Nurjanah & Roosita, 2015). Prevalensi sindrom metabolik ini di- perkirakan akan terus mengalami peningkatan yang berdampak pada meningkatnya jumlah penderita penya- kit degeneratif dan mempengaruhi kesehatan seseorang. (Mottillo et al., 2010). Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah di pesisir pantai selatan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan demografinya, besar kemungkinkan masyarakat Kabupaten Pangandaran memiliki pola kon- sumsi garam yang tinggi sehingga dapat memicu hipertensi. Faktor demografi desa yang saling berjauhan menyebabkan tantangan tersendiri bagi tersampaikann- ya informasi mengenai pola makan dan aktifitas fisik baik dan sehat. Hingga kini belum ada publikasi penelitian yang menjelaskan mengenai profil pola makan dan aktivitas fisik masyakarat Kabupaten Pan- gandaran. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pola makan dan ak- tivitas fisik untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik dari ukuran lingkar perut, pola konsumsi ser- ta aktifitas fisik pada masyarakat Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran . METODE Penelitian ini dilakukan dengan metode wa- wancara menggunakan kuisioner di beberapa desa Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran yang dipilih secara acak. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2018. Kriteria populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Cijulang dengan usia lebih dari 15 tahun. Metoda total sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi identitas berupa nama, usia, dan jenis kelamin. Kemudian kuisioner meliputi pola makan berupa pertanyaan mengenai sarapan, pola konsumsi sayur dan buah, makanan yang diawetkan, makanan yang dibakar, makanan manis, makanan asin, makanan bersantan,dan konsumsi kopi. Sedangkan Kui- sioner aktivitas fisik meliputi aktifitas fisik dan olahraga. Selain itu kuisioner berisi pertanyaan mengenai risiko penyakit dan komplikasi dari ren- sponden dan riwayat penyakit pada anggota keluarga. Sementara untuk data lingkar pinggang diperoleh dengan cara mengukur menggunakan pita ukur dengan ketelitian 0.1 cm. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15069 76 perangkat lunak IBM SPSS. Analisis deskripsi dil- akukan untuk mengetahui persentase dari hasil kuision- er yang menunjukan resiko terjadinya sindrom metabolik. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner di kecamatan cijulang Kabupaten Pangandaran diperoleh 544 responden. Rata-rata usia responden yaitu 31 tahun dengan usia termuda 15 tahun dan usia paling tua 80 tahun. Pada tabel 1 dapat dilihat deskripsi setiap varia- bel yang diperoleh. Usia responden diklasifikasi menjadi tujuh ke- lompok usia. Populasi usia responden yang terbanyak adalah dibawah 20 tahun sebanyak 234 responden. Jumlah responden laki-laki dan perempuan yaitu 252 orang dan 292 orang secara berurutan. Seluruh respond- en tersebar dari beberapa wilayah desa dari kecamatan Cijulang, sebagian besar dari desa Margacinta sebanyak 127 responden, desa Cijulang sebanyak 126 responden, desa Kondangjajar sebanyak 164 responden, desa Kertajaya sebanyak 70 responden, desa Batukaras sebanyak 45 responden, desa Cibanten sebanyak 5 re- sponden dan desa Ciakar sebanyak 7 orang. Untuk memenuhi kriteria Sindrom Metabolik di- pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Pola Makan, aktivitas fisik dan riwayat penyakit yang beresi- ko terhadap terjadinya sindrom metabolik. (Tarawan, Fatimah, Nurhayati, & Rizki, 2018). Obesitas sentral menjadi salah satu penyebab terjadinya sindrom metabolik dengan ditandai peningkatan ukuran lingkar pinggang. Berdasarkan kriteria diagnosis NCEP ATP III salah satu kriteria terjadinya sindrom metabolik jika ukuran lingkar perut >102 cm bagi laki-laki dan >88 cm bagi perempuan. Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil pengukuran lingkar perut seluruh responden menunjukkan sebanyak 17 orang laki-laki dan 112 orang pada responden per- empuan memiliki lingkar perut tidak normal. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 112 orang perempuan dari total 292 responden perempuan (38,35%) memiliki lingkar perut yang melebihi 88 cm. Berdasarkan diag- nosis NCEP ATP III sejumlah perempuan tersebut telah memiliki kriteria terkena sindrom metabolik. Selain itu faktor resiko terjadinya sindrom metabolik dilihat dari kadar Trigliserida, HDL cholesterol, tekanan darah dan kadar glukosa darah yang dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik. Hasil analisis yang didapatkan dari data hasil wawancara dapat diketahui dari tabel 3. Sebanyak 255 responden (47%) mengkonsumsi ma- kanan dan minuman manis setiap hari dan berpotensi terjadinya peningkatan gula darah dan penyakit diabe- tes. Selain itu dalam tabel 3 dijelaskan bahwa sebanyak 176 responden (32%) sering mengonsumsi makan makanan asin yang memicu terjadinya kenaikan tekanan darah. Sedangkan pola konsumsi sering makan makanan bersantan dan berlemak tidak terlalu tinggi http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Astrid Feinisa Khairani dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) Tabel 2. Uku r an lingkar per ut Antropometri Laki-laki (n : 252) Perempuan (n : 292) Lingkar perut (cm, X (SB) ) Klasifikasi, Freq (%) Normal 235 180 Tidak normal 17 112 Tabel 1. Fr ekuen si usia, jenis kelamin dan alamat responden Karakteristik n= 544 Usia Rerata (min – mak) 31 tahun (15 tahun-80 ta- hun) <20 tahun 234 orang 20-29 tahun 56 orang 30-39 tahun 78 orang 40-49 tahun 90 orang 50-59 tahun 51 orang 60-69 tahun 33 orang ≥ 70 tahun 2 orang Jenis Ke- lamin Laki-laki 252 (46.3%) Perempuan 292 (53.7%) Alamat Margacinta 127 (23.4%) Cijulang 126 (23.2%) Kondangjajar 164 (30.2%) Kertajaya 70 (12.9%) Batukaras 45 (8.3%) Cibanten 5 (0.9%) Ciakar 7 (1.3%) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15069 77 yakni hanya 84 responden (15%) sehingga kemung- kinan terjadinya kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah bisa dicegah. Pola konsumsi yang baik juga harus di imbangi dengan banyaknya konsumsi makanan berkandungan serat yang tinggi sep- erti sayur dan buah setiap hari, dari data ditemukan sebanyak 255 responden (47%) sering mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Secara keseluruhan pola makan kurang sehat dari masyarakat Kecamatan Cijulang didominasi dengan pola konsumsi tinggi gula dan garam setiap hari. Pada sisi lain, masyarakat cukup baik untuk pola konsumsi sayuran dan buah. Melihat gambaran ini, besar kemungkinan pemberian edukasi terkait pola makan sebagai usaha preventif sindrom metabolik dapat lebih mudah dipahami oleh masyarakat setempat. Selain pola makan, aktivitas fisik juga harus diper- hatikan seperti olahraga dan kebiasaan merokok. Pola makan yang buruk seperti banyaknya mengkonsumsi makanan berlemak, santan dan gula bila diiringi dengan aktifitas fisik yang minim akan menyebabkan obesitas dan memperberat resiko terjadinya sindrom metabolik. (Nurhayati et al., 2018) Sebanyak 240 responden (44%) rutin berolahraga dalam setiap minggunya. Sedangkan 173 responden (32%) seorang perokok serta riwayat penyakit hipertensi dan diabetes sebanyak 26 responden (4.78 %) dan 63 responden (11.58%) yang mem- perbesar kemungkinan keadaan sindrom metabolik dan penyakit degeneratif lainnya. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Tabel 4. Aktivitas fisik pada masyarakat Pangandaran Astrid Feinisa Khairani dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) No Pertanyaan Ya Tidak 1 Apakah bapak/ ibu rutin ber- olahraga (diluar rutin pekerjaan; bisa berupa jalan, badmin- ton, voli, sepak- bola, dll)? 240 (0.44±0.042) 304 (0.56±0.042) 2 Apakah bapak/ ibu pernah merokok? 173 (0.32±0.039) 371 (0.68±0.039) Tabel 5. Riwayat penyakit responden No Pertanyaan Pertan- yaan Ya 1 Apakah bapak/ibu pernah menderita/ mengetahui mempu- nyai gula darah tinggi ? 26 (0.05±0.018) 518 (0.95±0.018) 2 Apakah bapak/ibu pernah menderita/ mengetahui mempu- nyai hipertensi ? 63 (0.12±0.027) 481 (0.88±0.027) 3 Apakah bapak/ibu pernah menderita/ mengetahui mempu- nyai varises ? 41 (0.08±0.022) 503 (0.92±0.022) 4 Apakah bapak/ibu pernah meminum minuman keras ? 26 (0.05±0.018) 518 (0.95±0.018) 5 Apakah bapak/ibu pernah menderita/ mengetahui mempu- nyai gula darah tinggi ? 26 (0.05±0.018) 518 (0.95±0.018) 6 Apakah bapak/ibu pernah menderita/ mengetahui mempu- nyai hipertensi ? 63 (0.12±0.027) 481 (0.88±0.027) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15069 Tabel 3. Pola makan pada masyarakat Pangandaran No Pertanyaan Ya (IK 95%) Tidak (IK (95%) 1 Apakah bapak/ibu rutin sarapan setiap hari? 429 (0.79±0.034 ) 115 (0.21±0.034) 2 Apakah bapak/ibu rutin memakan sayur/buah setiap hari? 255 (0.47±0.042 ) 289 (0.53±0.042) 3 Apakah bapak/ibu sering makan ma- kanan yang diawet- kan? 85 (0.16±0.030 ) 459 (0.84±0.030) 4 Apakah bapak/ibu sering makan ma- kanan yang di ba- kar/dipanggang? 103 (0.19±0.032 ) 441 (0.81±0.032) 5 Apakah bapak/ibu sering makan ma- kanan manis? 255 (0.47±0.041 ) 289 (0.53±0.041) 6 Apakah bapak/ibu sering makan ma- kanan asin (ikan asin, peda, dll) ? 176 (0.32±0.039 ) 368 (0.68±0.041) 7 Apakah bapak/ibu sering makan ma- kanan santan/ berlemak (rendang, gulai, dll) ? 84 (0.15±0.030 ) 460 (0.85±0.030) 8 Apakah bapak/ibu sering minum kopi? 184 (0.34±0.040 ) 360 (0.67±0.040) 78 Untuk riwayat penyakit yang pernah diderita re- sponden didominasi oleh riwayat penyakit darah tinggi atau hipertensi (20%). Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan mengenai riwayat penyakit pada keluar- ga inti. Profil riwayat penyakit lainnya dari tiap re- sponden dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil respon kuisioner yang didapat- kan gambaran pola makan pada Masyarakat Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran lebih dari 50% baik, namun masih terdapat pola makan masyarakat yang beresiko memicu beberapa penyakit degenerative. 32% responden mengkonsumsi makanan asin setiap hari se- hingga memicu hipertensi, 47% responden konsumsi manis setiap hari yang memungkinkan memicu diabetes dan sebanyak 129 responden memiliki lingkar perut diatas normal atau obesitas sentral akibat tingginya konsumsi lemak dan rendahnya aktifitas fisik atau olahraga. Pola makan dan aktifitas fisik ini sangat berkaitan erat juga dengan hasil pengukuran lingkar perut yang paling banyak tidak normal pada responden perempuan. Selain itu riwayat resiko penyakit yang pal- ing banyak ditemukan adalah hipertensi, letak demo- grafis masyarakat Pangandaran berada di daerah pantai dimungkinkan menjadi salah satu faktor resiko sehing- ga konsumsi garam cukup tinggi. Hasil ini dapat men- jadi dasar untuk merancang upaya preventif pencegahan terjadinya sindrom metabolik. Dibutuhkan upaya pe- nanganan langsung dari Dinas Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Pangandaran dalam pemberian edukasi dan pemantauan terhadap pola makan dan aktivitas fisik sebagai langkah konkret dalam pencegahan sindrom metabolik dan penyakit degenaratif lainya. DAFTAR PUSTAKA Magdalena, Mahpolah, & Yusuf, A. (2014). Faktor- faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penderita rawat jalan di rsud ulin banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan, 5(2), 1–6. Mottillo, S., Bs, C., Filion, K. B., Genest, J., Joseph, L., Pilote, L., … Eisenberg, M. J. (2010). The Metabolic Syndrome and Cardiovascular Risk A Systematic Review and Meta-Analysis. JAC, 56(14), 1113– 1132. Nurhayati, T., Kes, M., Halleyana, P., Kes, M., K, A. F., Kes, M., & Hd, P. (2018). Jurnal Pendidikan Jas- mani dan Olahraga Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Lingkar Pinggang Pada Masyarakat Keca- matan Cijulang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 3(1). Nurjanah, F., & Roosita, K. (2015). Aktivitas fisik Dan Kejadian Sindrom Metabolik Pada Karyawan Laki- Laki Berstatus Gizi Obes Di Pt. Indocement Citeureup. Jurnal Gizi Pangan, 10(1), 17–24. Suginati, Elya. (2009). Faktor risiko obesitas sentral. Elya Sugianti, dkk. Gizi Indonesia, 32(2), 105–116. Suhaema, & Masthalina, H. (2015). Pola Konsumsi Dengan Terjadinya Sindrom Metabolik di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4), 340– 347. Tarawan, V. M., Fatimah, S. N., Nurhayati, T., & Rizki, M. (2018). Association between Metabolic Syn- drome Criteria and Lifestyle Category among Uni- versity Academic Staff in West Java , Indonesia. Pakistan Journal of Nutrition. Weight, N., Obesity, C., Hodge, D. O., Ms, C., Krage- lund, C., Kanaya, A. M., Lopez-jimenez, F. (2013). Combining Body Mass Index With Measures of Central Obesity in the Assessment of Mortality in Subjects With Coronary Disease. JAC, 61(5), 553– 560. Whoqol Group. (1995). The World Health Organization quality of life assessment (WHOQOL): position pa- per from the World Health Organization. Social sci- ence & medicine, 41(10), 1403-1409. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Astrid Feinisa Khairani dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15069 No Pertanyaan Ya Tidak 1. Apakah ada keluarga inti yang menderita Sakit gula? 64 (0.12±0.02 7) 480 (0.88±0.02 7) 2. Apakah ada keluarga inti yang menderita Darah tinggi? 166 (0.31±0.03 9) 378 (0.69±0.03 9) 3. Apakah ada keluarga inti yang menderita Sakit jantung? 48 (0.09±0.02 4) 496 (0.91±0.02 4) 4. Apakah ada keluarga inti yang menderita Stroke? 44 (0.08±0.02 3) 500 (0.92±0.02 3) Tabel 6. Riwayat penyakit responden