68 JPJO 4 (1) (2019) 68-73 Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Improving Orientation and Mobility Abilities through Ball with Sound Media Innovation for Students with Visual Impairment Febriana Pratiwi 1,2 , Amung Ma’mun 2 , Yudy Hendrayana 2 Universitas Khairun, Ternate, Indonesia 1 Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia 2 Article Info Article History : Received Oktober 2018 Revised November 2018 Accepted Januari 2018 Available online April 2019 Keywords : Ball with Sound Media, Orientation and Mobility Abilities , Visual Impairment Abstrak Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh inovasi bola bersuara terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunanetra. Metode penelitian menggunakan one group pre-posttest. Partisipan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 siswa low vision terdiri atas 3 laki-laki dan 3 perempuan, dengan rentang usia 8-10 tahun. Analisis data menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi media bola bersuara memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 2,05 (α=0.05) terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas siswa tunanetra. Simpulan inovasi media bola bersuara membantu meningkatkan kemampu- an orientasi dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tuna- netra. Inovasi media bola bersuara ini dapat menjadi salah satu media alternative bagi guru pendidikan jasmani dalam memberikan pembelajaran khususnya pembelajaran yang menggunakan media bola bagi siswa dengan tunanetra. Abstract The purpose of this study was to determine the effect of ball with sound, as a media innovation, on orientation and mobility abilities in physical education learning for students with vision impairment. The research method used was one group pre- posttest. Participants in this study were 6 low vision students consisting of 3 males and 3 females, aged 8-10 years. The data analysis used t-test. The results showed that the innovation of ball with sound as a media had a significant effect, 2.05 (α = 0.05), on the orientation and mobility abilities of low vision students. It concludes that ball with sound media innovation helped to improve orientation and mobility abilities in physi- cal education learning for low vision students. The innovation of ball with sound me- dia can be one of the alternative media for physical education teachers in providing learning, specifically for learning that uses ball media for students with visual impair- ments.  Correspondence Address : Jln. Dr. Setiabudhi 229. Bandung. Indonesia E-mail : febrianapratiwi@upi.edu ISSN 2580-071X (online) ISSN 2085-6180 (print) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554 69 Febriana Pratiwi dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) PENDAHULUAN Penglihatan adalah salah satu sistem sensorik pal- ing penting untuk berkontribusi terhadap fungsi sehari- hari dari individu (Astuti, 2015). Sistem visual mampu memberikan informasi mengenai fitur statis dan dina- mis baik di lingkungan yang jauh maupun dekat selama melakukan aktivitas (Shrestha, Gnyawali, & Upadhyay, 2012). Oleh karena itu, jika ada kerugian dalam penglihatan, kehidupan seseorang akan sangat ter- ganggu (Cuturi, Aggius-Vella, Campus, Parmiggiani, & Gori, 2016). Bagi mereka yang memiliki hambatan da- lam penglihatan perlu memiliki keterampilan orientasi dan mobilitas (Long & Giudice, 2010). Orientasi meru- pakan proses penggunaan indra yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri untuk berhubungan dengan objek lain dengan lingkungan sekitar (Borca, 2010). Adapun mobilitas adalah bagaimana seseorang dapat melakukan dari setiap pengembangan aktivitas- aktivitas: pelatihan, olahraga dan irama yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus secara individual, dalam layanan aktivitas jasmani (Goodrich & Ludt, 2003). Untuk memperoleh pengetahuan dan informasi dalam rangka proses adaptasi siswa tunanetra pada ling- kungannya, mereka perlu dibekali kemampuan bergerak yang baik guna untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar siswa memperoleh informasi yang di- perlukan tentang suatu objek tertentu (Bulletin, 2018). Kemampuan orientasi dan mobilitas tunanetra awalnya dimaksudkan untuk tunanetra dalam melakukan perjal- anan (Dan & Nawawi, 2009). Rekayasa perangkat per- jalanan elektronik bagi tunanetra dimulai pada 1940-an dan perangkat pertama tersedia setelah sekitar 20 tahun (Roentgen, n.d.). Mereka menggunakan berbagai perangkat dan teknologi bantuan untuk mendukung da- lam orientasi dan mobilitas, termasuk tongkat putih, anjing pemandu, serta beberapa alat bantu yang mem- iliki sumber bunyi (Kiuru et al., 2018). Beberapa inovasi sudah banyak dilakukan untuk membantu tunanetra dalam berlatih orientasi dan mobil- itas. Di lingkungan luar, posisi objek selalu berubah, dan orang selalu bergerak. Kebutuhan alat bantu orien- tasi dan mobilitas menjadi lebih relevan sejak akhir 60- an, beberapa alat bantu mobilitas elektronik untuk tuna- netra telah diusulkan. Sebagian besar dari mereka hanya memberikan informasi tentang jarak ke objek terdekat melalui penggunaan sinyal ultrasonik untuk mendeteksi hambatan berdasarkan menggunakan estimasi waktu (Lopes, Vieira, Lopes, Rosa, & Dias, 2012). Perangkat lain berusaha memberikan peta ling- kungan yang lebih kompleks tetapi dengan biaya yang lebih mahal, namun dalam beberapa kasus menyulitkan adaptasi pengguna ke peralatan (Söderström & Ytter- hus, 2010). Beberapa contoh perangkat yang lebih kom- pleks ini yang menggunakan audio stereophonic antarmuka adalah Sonic Pathfinder (Heyes, 1984) dan peningkatan prototype elektronik telah membuka pelu- ang baru untuk merancang alat bantu mobilitas bagi tunanetra dengan menyelesaikan beberapa kekurangan dari alat bantu yang ada. Beberapa inovasi yang telah dirancang sebelumnya lebih banyak diberikan untuk keperluan tunanetra dalam kehidupan sehari-hari, na- mun kebutuhan dalam pembelajaran di sekolah masih perlu adanya inovasi guna mendukung terhadap ke- mampuan orientasi dan mobilitas siswa tunanetra khu- susnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani bagi siswa dengan gangguan penglihatan adalah memantapkan latihan orientasi dan mobilitas dengan menggunakan clue atau petunjuk bun- yi-bunyian, bau-bauan, arah angin, dan matahari (Wiskochil & Lieberman, 2007). Salah satu media pem- belajaran yang digunakan dalam kegiatan pendidikan jasmani adaptif untuk anak tunanetra adalah bola. Me- dia pembelajaran berupa bola yang digunakan siswa tunanetra di sekolah-sekolah pada dasarnya menggunakan suara yang ditimbulkan dari pasir atau lonceng di dalam bola. Seperti penciptaan soundball dalam permainan tenis telah membuka jalan bagi indi- vidu yang buta atau low vision untuk berpartisipasi dengan sukses bersama siswa lainnya pada pembelaja- ran pendidikan jasmani (Mowling, Fittipaldi-Wert, & Favoretto, 2017). Namun, suara yang ditimbulkan dari bola tersebut masih sangat terbatas, bola baru akan ber- bunyi dalam keadaan digerakkan. Ketika bola dalam keadaan diam atau tidak bergerak maka bola tidak akan mengeluarkan bunyi. Untuk mempertahankan ke- mandirian selama pembelajaran berlangsung, penting bagi siswa yang memiliki keterbatasan penglihatan un- tuk mempelajari keterampilan orientasi dan mobilitas baru untuk mengimbangi informasi visual yang berku- rang (Long, 1990). Diperlukan solusi untuk meningkatkan kemampu- an orientasi dan mobilitas siswa dengan gangguan http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554 70 penglihatan melalui penggunaan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yaitu dengan membuat inovasi bola khusus untuk tunanetra yang tetap dapat mengeluarkan bunyi secara konstan mes- kipun bola dalam posisi diam atau tidak digerakkan. Berdasarkan kajian-kajian literatur yang telah dijelas- kan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh inovasi media bola bersuara terhadap kemampuan orientasi dan mobil- itas dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunanetra. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan desain one group pre-posttest. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 6 (enam) orang yang terdiri atas 3 (tiga) orang laki-laki dan 3 (tiga) orang perempuan, berusia 8-10 tahun dengan klasifikasi tunanetra low vision. Pemberian perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, dengan lamanya setiap pertemuan yaitu 2 x 60 menit. Prosedur dan instruksi subjek untuk pengukuran orientasi dan mobilitas diformulasikan dalam 3 (tiga) pengukuran dasar. Subjek diminta untuk menghampiri bola bersuara yang sudah diletakkan dalam jarak 3 me- ter, pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur ket- erampilan orientasi dan mobilitas terkait posisi diri siswa ketika akan menghampiri bola. Kedua, subjek diminta untuk mengambil bola yang sebelumnya sudah digelindingkan oleh guru. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tujuan dirinya dalam melakukan orientasi dan mobilitas. Ketiga, subjek diminta untuk membuat 2 tim, masing- masing tim terdiri atas 3 orang, setiap tim berdiri sejajar, jarak antar tim 9 meter, selanjutnya anggota tim yang melakukan operan dengan cara menggelindingkan bola, sementara tim lawan berusaha untuk menangkap bola. Pengukuran ini dilakukan untuk memperoleh data orientasi dan mo- bilisasi siswa terkait cara mencapai posisi tujuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dan observasi. Analisis data menggunakan uji-t dan rumus uji tanda (sign test). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SLBN-A, selama 8 kali pertemuan dengan 2 kali pretes, 4 kali perlakuan dan 2 kali posttest. Berikut ini paparan hasil pretes dan posttes serta hasil kerja perubahan kemampuan orienta- si dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasma- ni melalui penerapan inovasi media bola bersuara bagi siswa tunanetra di SLB-A WG. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rera- ta pretest sebesar 46,43 dan rerata posttest 81.58, artinya terdapat peningkatan kemampuan orientasi dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani me- lalui inovasi media bola bersuara bagi siswa tunanetra dari pretest ke posttest sebesar 35,15, sedangkan hasil uji-t dua sample dengan nilai kritis 0.05 diperoleh nilai t hitung 2,05 ≥ t table 1,96 maka hipotesis nol (H0) di- tolak dan hipotesis kerja (H1) diterima. Jika H1 diterima, artinya ada pengaruh inovasi media bola ber- suara terhadap kemampuan orientasi dan mobilitas da- lam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tuna- netra. http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Febriana Pratiwi dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) Subyek Pretest Posttest AD 43.65 74.9 DH 50.44 67.8 BP 56 86.05 ZN 45.05 88.1 ID 45.14 92.1 NB 38.30 80.54 Rata-rata 46.43 81.58 Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pre dan Posttest Kemampuan Ori entasi dan Mobilitas dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Siswa Tunanetra Subyek ∑X ∑Y Gain Perubahan Tanda Y-X AD 43.65 74.9 31.25 + DH 50.44 67.8 17.36 + BP 56 86.05 30.05 + ZN 45.05 88.1 43.05 + ID 45.14 92.1 46.96 + NB 38.30 80.54 42.24 + Rata-rata 46.43 81.58 35.15 ∑= 6 Tabel 2. Tabel Perubahan Tanda Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Orientasi dan Mobilitas dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554 71 Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan kemampuan orientasi dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani melalui inovasi me- dia pembelajaran bola bersuara bagi tunanetra. Gangguan penglihatan memiliki efek yang menghan- curkan pada kemampuan orang untuk bergerak secara mandiri (Lacey & Dawson-Howe, 1998). Orientasi dan mobilitas merupakan salah satu keterampilan untuk memungkinkan seseorang dengan gangguan penglihatan, dapat melakukan aktivitas seperti berpin- dah dari satu titik ke titik tertentu atau berpergian dengan aman dan mandiri. (Seybold, 2005). Kaitan ket- erampilan orientasi dan mobilitas dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu siswa yang terlibat aktif da- lam kegiatan atau aktivitas olahraga membutuhkan ket- erampilan berpindah yang sangat tinggi. Orang dengan gangguan penglihatan mengalami kesulitan menavigasi secara bebas di lingkungan yang tidak dikenal, sehingga tunanetra kekurangan banyak informasi yang dibutuh- kan untuk merencanakan rute di sekitar dan memiliki sedikit informasi tentang tanda yang jauh, arah yang mereka tuju dan jarak yang tersisa antara mereka dan tujuan mereka (Rodriguez-Sanchez, Moreno-Alvarez, Martin, Borromeo, & Hernandez-Tamames, 2014). Hasil pengujian inovasi media bola bersuara memungkinkan siswa dengan gangguan penglihatan memperoleh kemudahan selama mereka terlibat dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Penggunaan inovasi bola bersuara dalam pembelajaran pendidikan jasmani telah mengantarkan siswa menyadari posisi dirinya. Hal ini dimunculkan dengan adanya perilaku siswa sebelum memutuskan untuk bergerak mendekati bola siswa memprediksi sumber suara berada. Temuan ini mem- perkuat bahwa penggunaan suara dalam inovasi media bola meningkatkan area gerak visual yang dikerahkan oleh pemrosesan gerak pendengaran pada subjek, kon- disi ini menunjukkan bahwa pendengaran dapat mem- iliki peran fungsional mirip dengan mata yang dapat melihat bagi seorang dengan gangguan penglihatan (Poirier et al., 2006) sehingga membantu memudahkan siswa untuk mengambil bola. Selain itu, inovasi media bola bersuara menunjang terhadap posisi atau orientasi kemana tujuan mereka harus bergerak. Kondisi ini tampak pada saat siswa melakukan permainan futsal yang dimodifikasi, siswa dapat berlari mendekati sumber suara yang dikeluarkan dari bola tersebut. Siswa dengan gangguan penglihatan mengandalkan alat komunikasi lain seperti suara dan sentuhan. Perubahan kecil dapat membuat perubahan besar bagi siswa dengan gangguan penglihatan (Society, n.d.). Temuan ini menarik terutama mengingat fakta bahwa kemampuan gerakan independen pada in- dividu dengan gangguan penglihatan sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan gerakan independen pada individu yang dapat melihat. Selanjutnya, keterampilan orientasi dan mobilitas yang ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran pendidikan jasmani melalui penggunaan inovasi media bola bersuara ialah siswa mulai mengerti cara mencapai posisi tujuan, yaitu cara bagaimana mereka memobi- lisasi pergerakkan tubuhnya untuk mencapai arah tujuan. Sebab, keterampilan orientasi dan mobilitas kemungkinan memainkan peran utama dalam menen- tukan kinerja siswa dalam pembelajaran (Cattaneo et al., 2010). Hasil ini mendukung pentingnya inovasi me- dia pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa sebagai bantuan untuk menyusun pengetahuan spasial dan peta kognitif, pengetahuan semacam itu dapat digunakan sebagai kesesuaian untuk orientasi dan mobilitas bagi siswa dengan gangguan penglihatan (Papadopoulos et al., 2015) selama proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. Penggunaan inovasi media bola bersuara yang sudah dikembangkan memperkuat pernyataan bahwa elemen suara dapat menjadi salah satu perangkat pelati- han orientasi dan mobilitas bagi siswa dengan gangguan penglihatan. (Martins, Santos, Frizera-Neto, & Ceres, 2012). Artinya penggunaan inovasi media bo- la bersuara ini digunakan untuk mengurangi penggunaan media alternative yang kurang memadai, sehingga kemampuan orientasi dan mobilitas siswa dengan gangguan penglihatan dapat terus meningkat. Oleh karena itu, individu dengan gangguan penglihatan seperti yang terlihat, mendapat manfaat dari pengalaman olahraga yang relevan untuk mening- katkan representasi spesifik ruang mereka yang dibangun berdasarkan informasi pendengaran dan sen- sorik lainnya, dengan mengkompensasi kurangnya in- formasi visual dalam tugas spasial. Yang terakhir ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingat bahwa penggunaan media pembelajaran yang difasilitasi adan- ya suara bagi individu dengan gangguan penglihatan memudahkan mereka untuk mengatur perputaran gerakan ke arah suara (Velten, Ugrinowitsch, Portes, Hermann, & Bläsing, 2016). Keunggulan inovasi media http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Febriana Pratiwi dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554 72 bola bersuara ini membuat siswa dapat terus mem- peroleh informasi posisi atau letak bola tanpa terhambat hilangnya suara akibat dari bola yang berhenti bergerak. Sehingga, bersamaan dengan bergeraknya siswa, mem- bebaskan individu dengan gangguan penglihatan (Pereira et al., 2015) untuk terus terlibat aktif dalam aktivitas olahraga yang dirancang dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan ini telah membantu meningkat- kan keterampilan orientasi dan mobilitas siswa dengan gangguan penglihatan. Sejalan dengan ungkapan bahwa jika keterlibatan siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan menumbuhkan rasa untuk terus terlibat ke dalam aktivitas olahraga bagi siswa dengan gangguan penglihatan, maka kita akan meningkatkan jumlah pe- serta yang mendapat manfaat dari pengalaman itu. (Tepfer, 2004). KESIMPULAN Inovasi media bola bersuara dilakukan dengan membuat bola tetap mengeluarkan suara meski bola dalam keadaan diam atau tidak digerakkan. Inovasi me- dia bola bersuara yang dibuat dapat membantu mening- katkan keterampilan orientasi dan mobilisasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa dengan gangguan penglihatan. Individu dengan gangguan penglihatan memanfaatkan fungsi pendengaran sebagai pengganti untuk mengenali lingkungannya, sehingga penggunaan inovasi media pembelajaran bola bersuara sangat cocok digunakan selama proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Y. (2015). PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA Yuni Astuti. Borca, C. V. (2010). Effective strategies for developing independence in movement and travel of blind stu- dents. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 2 (2), 4310–4313. https://doi.org/10.1016/ j.sbspro.2010.03.684 Bulletin, T. A. (2018). Orientation and Mobility ( O & M ). Cattaneo, Z., Fantino, M., Silvanto, J., Tinti, C., Pascual -Leone, A., & Vecchi, T. (2010). Symmetry percep- tion in the blind. Acta Psychologica, 134(3), 398– 402. https://doi.org/10.1016/j.actpsy.2010.04.002 Cuturi, L. F., Aggius-Vella, E., Campus, C., Parmiggia- ni, A., & Gori, M. (2016). From science to technolo- gy: Orientation and mobility in blind children and adults. Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 71, 240–251. https://doi.org/10.1016/ j.neubiorev.2016.08.019 Dan, P. O., & Nawawi, A. (2009). Pentingnya orientasi dan mobilitas bagi tunanetra. Goodrich, G. L., & Ludt, R. (2003). Assessing visual detection ability for mobility in individuals with low vision. Visual Impairment Research, 5(2), 57–71. https://doi.org/10.1076/vimr.5.2.57.26265 Heyes, T. (1984). Sonic Pathfinder-a Programmable Guidance Aid for the Blind. Electronics & Wireless World, 90(1579), 26. Kiuru, T., Metso, M., Utriainen, M., Metsävainio, K., Jauhonen, H. M., Rajala, R., … Sylberg, J. (2018). Assistive device for orientation and mobility of the visually impaired based on millimeter wave radar technology—Clinical investigation results. Cogent Engineering, 5(1), 1–12. https:// doi.org/10.1080/23311916.2018.1450322 Lacey, G., & Dawson-Howe, K. M. (1998). The appli- cation of robotics to a mobility aid for the elderly blind. Robotics and Autonomous Systems, 23(4), 245–252. https://doi.org/10.1016/S0921-8890(98) 00011-6 Long, R. G. (1990). Orientation and Mobility Research: What is Known and what Needs to be Known. Pea- body Journal of Education, 67(2), 89–109. https:// doi.org/10.1080/01619569009538683 Long, R. G., & Giudice, N. A. (2010). Establishing and Maintaining Orientation for Mobility. Foundations of Orientation and Mobility, 1(January 2010), 45– 62. https://doi.org/DOI 10.2478/s11600-012-0044-6 Lopes, S. I., Vieira, J. M. N., Lopes, Ó. F. F., Rosa, P. R. M., & Dias, N. A. S. (2012). MobiFree: A set of electronic mobility aids for the blind. Procedia Com- puter Science, 14(Dsai), 10–19. https:// doi.org/10.1016/j.procs.2012.10.002 Martins, M. M., Santos, C. P., Frizera-Neto, A., & Ceres, R. (2012). Assistive mobility devices focus- ing on Smart Walkers: Classification and review. Robotics and Autonomous Systems, 60(4), 548–562. https://doi.org/10.1016/j.robot.2011.11.015 Mowling, C. M., Fittipaldi-Wert, J., & Favoretto, L. (2017). Soundball: Teaching Tennis to Students with Visual Impairments. Strategies, 30(4), 3–10. https:// doi.org/10.1080/08924562.2017.1320245 Papadopoulos, K., Koukourikos, P., Koustriava, E., Misiou, M., Varveris, A., & Elena, V. (2015). Audio -Haptic Map: An Orientation and Mobility Aid for Individuals with Blindness. Procedia Computer Sci- ence, 67(Dsai), 223–230. https://doi.org/10.1016/ j.procs.2015.09.266 Pereira, A., Nunes, N., Vieira, D., Costa, N., Fernandes, H., & Barroso, J. (2015). Blind Guide: An Ultra- sound Sensor-based Body Area Network for Guiding Blind People. Procedia Computer Science, 67(Dsai), http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Febriana Pratiwi dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554 73 403–408. https://doi.org/10.1016/ j.procs.2015.09.285 Poirier, C., Collignon, O., Scheiber, C., Renier, L., Vanlierde, A., Tranduy, D., … De Volder, A. G. (2006). Auditory motion perception activates visual motion areas in early blind subjects. NeuroImage, 31 (1), 279–285. https://doi.org/10.1016/ j.neuroimage.2005.11.036 Rodriguez-Sanchez, M. C., Moreno-Alvarez, M. A., Martin, E., Borromeo, S., & Hernandez-Tamames, J. A. (2014). Accessible smartphones for blind users: A case study for a wayfinding system. Expert Sys- tems with Applications, 41(16), 7210–7222. https:// doi.org/10.1016/j.eswa.2014.05.031 Roentgen, U. R. (n.d.). the impact electronic devic- es.pdf. Seybold, D. (2005). The psychosocial impact of ac- quired vision loss-Particularly related to rehabilita- tion involving orientation and mobility. International Congress Series, 1282, 298–301. https:// doi.org/10.1016/j.ics.2005.05.008 Shrestha, J. B., Gnyawali, S., & Upadhyay, M. P. (2012). Causes of blindness and visual impairment among students in integrated schools for the blind in Nepal. Ophthalmic Epidemiology, 19(6), 401–406. https://doi.org/10.3109/09286586.2012.722245 Society, M. (n.d.). Tips for teaching sport to visually impaired students. Söderström, S., & Ytterhus, B. (2010). The use and non -use of assistive technologies from the world of in- formation and communication technology by visual- ly impaired young people: A walk on the tightrope of peer inclusion. Disability and Society, 25(3), 303– 315. https://doi.org/10.1080/09687591003701215 Tepfer, A. (2004). The Socialization of Elite Blind Ath- letes into Sport. Velten, M. C. C., Ugrinowitsch, H., Portes, L. L., Her- mann, T., & Bläsing, B. (2016). Auditory spatial concepts in blind football experts. Psychology of Sport and Exercise, 22, 218–228. https:// doi.org/10.1016/j.psychsport.2015.08.010 Wiskochil, B., & Lieberman, L. (2007). The Effects of Trained Peer Tutors on the Physical Education of Children Who Are Visually Impaired. … of Visual Impairment & …, 101(June), 339–351. Retrieved from http://search.ebscohost.com/login.aspx? di- rect=true&profile=ehost&scope=site&authtype=cra wler&jrnl=0145482X&AN=25743977&h=sIAxXP DUN+AHjyaFLGefcG7CCyb0ao4WEGWyqFwFwy SV46U8KCdEadkj8LxXedadYE3F/ CPYPqL78kmN5IfuA==&crl=c%5Cnhttp:// eric.ed.gov/?id=EJ768744 http://ejournal.upi.edu/index.php/penjas/index Febriana Pratiwi dkk./ Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga 4 (1) (2019) DOI : 10.17509/jpjo.v4i1.15554