Pedoman Untuk Penulis


37 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN

PADA MATA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD

Siti Napfiah
IKIP Budi Utomo Malang

napfiahsiti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan pembelajaran whole brain pada mata kuliah
Telaah Matematika SD. Metode pembelajaran whole brain memberikan cara pemanfaatan
manajemen kelas yang baik sebagai dasar proses pembelajaran. Jika manajemen kelas dapat
terkelola dengan baik, maka mahasiswa dapat merasa nyaman untuk mengikuti proses
pembelajaran. Selanjutnya metode ini menekankan seorang pendidik untuk melakukan pengajaran
dengan memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama, sehingga kedua bagian
otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus menggunakan media pembelajaran dan
gerakan-gerakan yang menarik dalam penyampaian materi dan dituntut untuk melibatkan peserta
didiknya ke dalam setiap pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
metode pembelajaran whole brain yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan
manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan kegiatan
audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa lebih dari
50% mahasiswa di kelas memperoleh skor lebih dari 75. Dengan metode pembelajaran whole brain
yang melibatkan keseluruhan indra yang merangsang kedua bagian otak bekerja secara maksimal
dan pengaturan manajemen kelas yang baik maka proses pembelajaran matematika dapat diterima
oleh peserta didik dengan baik.

Kata Kunci : Metode pembelajaran whole brain, Telaah Matematika SD, Hasil belajar
mahasiswa

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia suatu negara.

Salah satu faktor penentu kulitas pendidikan adalah mutu pembelajaran. Mengingat

pentingnya memperhatikan kondisi pembelajaran, maka kualitas pembelajaran harus

ditingkatkan agar mutu pendidikan semakin meningkat.

Tugas pendidik maupun pengajar adalah memberikan kemudahan belajar kepada

peserta didik agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2008:178). Kriteria keberhasilan

proses pembelajaran tidak hanya diukur dari sejauh mana peserta didik telah menguasai

materi pelajaran, akan tetapi juga diukur dari sejauh mana peserta didik telah melakukan

37 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN

PADA MATA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD

Siti Napfiah
IKIP Budi Utomo Malang

napfiahsiti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan pembelajaran whole brain pada mata kuliah
Telaah Matematika SD. Metode pembelajaran whole brain memberikan cara pemanfaatan
manajemen kelas yang baik sebagai dasar proses pembelajaran. Jika manajemen kelas dapat
terkelola dengan baik, maka mahasiswa dapat merasa nyaman untuk mengikuti proses
pembelajaran. Selanjutnya metode ini menekankan seorang pendidik untuk melakukan pengajaran
dengan memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama, sehingga kedua bagian
otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus menggunakan media pembelajaran dan
gerakan-gerakan yang menarik dalam penyampaian materi dan dituntut untuk melibatkan peserta
didiknya ke dalam setiap pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
metode pembelajaran whole brain yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan
manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan kegiatan
audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa lebih dari
50% mahasiswa di kelas memperoleh skor lebih dari 75. Dengan metode pembelajaran whole brain
yang melibatkan keseluruhan indra yang merangsang kedua bagian otak bekerja secara maksimal
dan pengaturan manajemen kelas yang baik maka proses pembelajaran matematika dapat diterima
oleh peserta didik dengan baik.

Kata Kunci : Metode pembelajaran whole brain, Telaah Matematika SD, Hasil belajar
mahasiswa

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia suatu negara.

Salah satu faktor penentu kulitas pendidikan adalah mutu pembelajaran. Mengingat

pentingnya memperhatikan kondisi pembelajaran, maka kualitas pembelajaran harus

ditingkatkan agar mutu pendidikan semakin meningkat.

Tugas pendidik maupun pengajar adalah memberikan kemudahan belajar kepada

peserta didik agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2008:178). Kriteria keberhasilan

proses pembelajaran tidak hanya diukur dari sejauh mana peserta didik telah menguasai

materi pelajaran, akan tetapi juga diukur dari sejauh mana peserta didik telah melakukan

37 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN WHOLE BRAIN

PADA MATA KULIAH TELAAH MATEMATIKA SD

Siti Napfiah
IKIP Budi Utomo Malang

napfiahsiti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menerapkan pembelajaran whole brain pada mata kuliah
Telaah Matematika SD. Metode pembelajaran whole brain memberikan cara pemanfaatan
manajemen kelas yang baik sebagai dasar proses pembelajaran. Jika manajemen kelas dapat
terkelola dengan baik, maka mahasiswa dapat merasa nyaman untuk mengikuti proses
pembelajaran. Selanjutnya metode ini menekankan seorang pendidik untuk melakukan pengajaran
dengan memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama, sehingga kedua bagian
otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus menggunakan media pembelajaran dan
gerakan-gerakan yang menarik dalam penyampaian materi dan dituntut untuk melibatkan peserta
didiknya ke dalam setiap pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
metode pembelajaran whole brain yang dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan
manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan kegiatan
audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Berdasarkan hasil tes diketahui bahwa lebih dari
50% mahasiswa di kelas memperoleh skor lebih dari 75. Dengan metode pembelajaran whole brain
yang melibatkan keseluruhan indra yang merangsang kedua bagian otak bekerja secara maksimal
dan pengaturan manajemen kelas yang baik maka proses pembelajaran matematika dapat diterima
oleh peserta didik dengan baik.

Kata Kunci : Metode pembelajaran whole brain, Telaah Matematika SD, Hasil belajar
mahasiswa

PENDAHULUAN

Kualitas pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia suatu negara.

Salah satu faktor penentu kulitas pendidikan adalah mutu pembelajaran. Mengingat

pentingnya memperhatikan kondisi pembelajaran, maka kualitas pembelajaran harus

ditingkatkan agar mutu pendidikan semakin meningkat.

Tugas pendidik maupun pengajar adalah memberikan kemudahan belajar kepada

peserta didik agar mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan sehingga terjadi

perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2008:178). Kriteria keberhasilan

proses pembelajaran tidak hanya diukur dari sejauh mana peserta didik telah menguasai

materi pelajaran, akan tetapi juga diukur dari sejauh mana peserta didik telah melakukan



Vol. I, No. 1, April 2016 38

Jurnal Pendidikan Matematika
proses belajar. Dengan demikian pendidik tidak lagi berperan hanya sebagai sumber

belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar

peserta didik mau dan mampu belajar. Begitu pula sebagai seorang dosen sebaiknya

memberikan bekal metode pembelajaran yang berkualitas kepada mahasiswa dimana

mahasiswanya merupakan calon pendidik generasi selanjutnya.

Berdasarkan Uno (2006:17-18) metode pembelajaran memiliki tiga tahapan

penting, yaitu (a) pengorganisasian, kegiatan menentukan dan memilah isi atau materi

yang akan diajarkan, (b) penyampaian, kegiatan menyampaikan materi dengan metode

yang tepat, dan (c) pengelolaan, kegiatan manajemen kelas untuk menata interaksi agar

terjadi timbal balik dalam proses pembelajaran.

Seiring dengan perkembangan zaman, metode pembelajaran menjadi sangat

bervariasi. Metode pembelajaran tradisional menekankan kepada metode pembelajaran

ceramah dimana peserta didik harus mendengarkan bahkan mengingat apa yang

disampaikan. Sedangkan pada perkembangan modern, metode pembelajaran yang baik

menuntut pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran agar peserta

didik mendapatkan pengalaman dan pemahaman konsep pembelajaran yang nyata. Seperti

yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa keberhasilan implementasi dari metode

pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh pendidik dapat terlihat dari setiap hasil

pembelajaran peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat mendukung hal tersebut adalah metode

pembelajaran whole brain. Metode pembelajaran whole brain merupakan metode

pembelajaran berasal dari Amerika yang dikembangkan oleh negara-negara barat yang

dapat diadopsi oleh institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Melalui metode

pembelajaran whole brain, peserta didik dapat lebih berkonsentrasi karena metode ini

menggunakan keseluruhan kemampuan audio, verbal, dan visual sehingga manajemen

kelas dapat diatur dengan baik dan mudah. Di dalam Kamus Lengkap Terjemahan Inggris

– Indonesia (2004:493,36) whole (kata benda) berarti keseluruhan dan brain (kata benda)

berarti otak. Maka whole brain dalam bahasa Indonesia berarti keseluruhan otak.

Otak merupakan bagian penting dalam tubuh manusia. Otak berfungsi untuk

mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia.

Otak manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi

yang berbeda. Otak kiri digunakan untuk pembelajaran yang pasti atau eksak seperti

pembelajaran matematika, sedangkan otak kanan digunakan untuk pembelajaran kreatif

Vol. I, No. 1, April 2016 38

Jurnal Pendidikan Matematika
proses belajar. Dengan demikian pendidik tidak lagi berperan hanya sebagai sumber

belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar

peserta didik mau dan mampu belajar. Begitu pula sebagai seorang dosen sebaiknya

memberikan bekal metode pembelajaran yang berkualitas kepada mahasiswa dimana

mahasiswanya merupakan calon pendidik generasi selanjutnya.

Berdasarkan Uno (2006:17-18) metode pembelajaran memiliki tiga tahapan

penting, yaitu (a) pengorganisasian, kegiatan menentukan dan memilah isi atau materi

yang akan diajarkan, (b) penyampaian, kegiatan menyampaikan materi dengan metode

yang tepat, dan (c) pengelolaan, kegiatan manajemen kelas untuk menata interaksi agar

terjadi timbal balik dalam proses pembelajaran.

Seiring dengan perkembangan zaman, metode pembelajaran menjadi sangat

bervariasi. Metode pembelajaran tradisional menekankan kepada metode pembelajaran

ceramah dimana peserta didik harus mendengarkan bahkan mengingat apa yang

disampaikan. Sedangkan pada perkembangan modern, metode pembelajaran yang baik

menuntut pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran agar peserta

didik mendapatkan pengalaman dan pemahaman konsep pembelajaran yang nyata. Seperti

yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa keberhasilan implementasi dari metode

pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh pendidik dapat terlihat dari setiap hasil

pembelajaran peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat mendukung hal tersebut adalah metode

pembelajaran whole brain. Metode pembelajaran whole brain merupakan metode

pembelajaran berasal dari Amerika yang dikembangkan oleh negara-negara barat yang

dapat diadopsi oleh institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Melalui metode

pembelajaran whole brain, peserta didik dapat lebih berkonsentrasi karena metode ini

menggunakan keseluruhan kemampuan audio, verbal, dan visual sehingga manajemen

kelas dapat diatur dengan baik dan mudah. Di dalam Kamus Lengkap Terjemahan Inggris

– Indonesia (2004:493,36) whole (kata benda) berarti keseluruhan dan brain (kata benda)

berarti otak. Maka whole brain dalam bahasa Indonesia berarti keseluruhan otak.

Otak merupakan bagian penting dalam tubuh manusia. Otak berfungsi untuk

mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia.

Otak manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi

yang berbeda. Otak kiri digunakan untuk pembelajaran yang pasti atau eksak seperti

pembelajaran matematika, sedangkan otak kanan digunakan untuk pembelajaran kreatif

Vol. I, No. 1, April 2016 38

Jurnal Pendidikan Matematika
proses belajar. Dengan demikian pendidik tidak lagi berperan hanya sebagai sumber

belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar

peserta didik mau dan mampu belajar. Begitu pula sebagai seorang dosen sebaiknya

memberikan bekal metode pembelajaran yang berkualitas kepada mahasiswa dimana

mahasiswanya merupakan calon pendidik generasi selanjutnya.

Berdasarkan Uno (2006:17-18) metode pembelajaran memiliki tiga tahapan

penting, yaitu (a) pengorganisasian, kegiatan menentukan dan memilah isi atau materi

yang akan diajarkan, (b) penyampaian, kegiatan menyampaikan materi dengan metode

yang tepat, dan (c) pengelolaan, kegiatan manajemen kelas untuk menata interaksi agar

terjadi timbal balik dalam proses pembelajaran.

Seiring dengan perkembangan zaman, metode pembelajaran menjadi sangat

bervariasi. Metode pembelajaran tradisional menekankan kepada metode pembelajaran

ceramah dimana peserta didik harus mendengarkan bahkan mengingat apa yang

disampaikan. Sedangkan pada perkembangan modern, metode pembelajaran yang baik

menuntut pendidik untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran agar peserta

didik mendapatkan pengalaman dan pemahaman konsep pembelajaran yang nyata. Seperti

yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa keberhasilan implementasi dari metode

pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh pendidik dapat terlihat dari setiap hasil

pembelajaran peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat mendukung hal tersebut adalah metode

pembelajaran whole brain. Metode pembelajaran whole brain merupakan metode

pembelajaran berasal dari Amerika yang dikembangkan oleh negara-negara barat yang

dapat diadopsi oleh institusi-institusi pendidikan di Indonesia. Melalui metode

pembelajaran whole brain, peserta didik dapat lebih berkonsentrasi karena metode ini

menggunakan keseluruhan kemampuan audio, verbal, dan visual sehingga manajemen

kelas dapat diatur dengan baik dan mudah. Di dalam Kamus Lengkap Terjemahan Inggris

– Indonesia (2004:493,36) whole (kata benda) berarti keseluruhan dan brain (kata benda)

berarti otak. Maka whole brain dalam bahasa Indonesia berarti keseluruhan otak.

Otak merupakan bagian penting dalam tubuh manusia. Otak berfungsi untuk

mengendalikan semua fungsi tubuh dan merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia.

Otak manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu otak kanan dan otak kiri dengan fungsi

yang berbeda. Otak kiri digunakan untuk pembelajaran yang pasti atau eksak seperti

pembelajaran matematika, sedangkan otak kanan digunakan untuk pembelajaran kreatif



39 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
yang berhubungan dengan seni, musik, atau gambar (Rose & Nicholl, 2002:54). Rose dan

Nicholl (2002:55) juga mengatakan bahwa ketika mendengar sebuah percakapan, otak kiri

berkonsentrasi pada isi percakapan, sementara otak kanan memperhatikan bagaimana ia

diucapkan (emosi).  Perbedaan fungsi kedua bagian otak ini harus diketahui dalam proses

belajar, karena perbedaan itu menyebabkan kemampuan yang berbeda pula dari setiap

orang.

Walaupun kedua bagian otak manusia memiliki bagian dan fungsi yang berbeda,

namun jika keseluruhan bagian otak itu dapat difungsikan bersama-sama dalam

pembelajaran, maka dapat menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Seperti halnya,

pada saat kita mendengarkan lagu, otak kiri akan bekerja memahami lirik lagunya,

sedangkan otak kanan akan memahami melodi atau irama musiknya (Rose & Nicholl,

2002:55).

Dengan mengkolaborasikan kedua otak dalam pembelajaran,  memanfaatkan

kegiatan visual, audiotori, dan kinestetik maka otak seseorang dapat berkembang dengan

baik dalam suatu pola pemikiran yang cermat dan teliti daripada hanya sekedar mendengar

tanpa memahami secara mendalam suatu pembelajaran (Jensen, 2010:16). Maka dari itu,

akan ideal jika otak kiri dan otak kanan seimbang dan berfungsi secara optimal, dengan

begitu akan menghasilkan seseorang yang cerdas dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Biffle (2013:20) juga menyatakan bahwa otak memiliki dua bagian penyimpanan

ingatan atau memori yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori

jangka pendek hanya dapat menyimpan sesuatu yang pendek dan bersifat relatif singkat,

sedangkan memori jangka panjang dapat menyimpan sesuatu yang panjang dan bersifat

lama tanpa menggeser memori yang sebelumnya. Suatu pembelajaran yang menarik

dengan menggunakan kedua otak secara maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang

dapat tersimpan pada memori jangka panjang seseorang.

Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar merupakan tahapan penting bagi peserta

didik karena proses pembelajaran pada tahap ini dapat mempengaruhi pola belajar untuk

tahap selanjutnya. Pada tingkat awal, pemahaman peserta didik yang benar terhadap suatu

konsep sangat penting sebagai modal dasar bagi penguasaan konsep yang lebih luas. Oleh

karena itu calon pendidik yang akan terjun di Sekolah Dasar harus menguasai metode

pembelajaran yang bagus dalam pembelajaran.

Mata kuliah Telaaah Matematika SD membekali mahasiswa Program Studi

Pendidikan Matematika yang memilih mengajar di Sekolah Dasar. Mata kuliah ini

39 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
yang berhubungan dengan seni, musik, atau gambar (Rose & Nicholl, 2002:54). Rose dan

Nicholl (2002:55) juga mengatakan bahwa ketika mendengar sebuah percakapan, otak kiri

berkonsentrasi pada isi percakapan, sementara otak kanan memperhatikan bagaimana ia

diucapkan (emosi).  Perbedaan fungsi kedua bagian otak ini harus diketahui dalam proses

belajar, karena perbedaan itu menyebabkan kemampuan yang berbeda pula dari setiap

orang.

Walaupun kedua bagian otak manusia memiliki bagian dan fungsi yang berbeda,

namun jika keseluruhan bagian otak itu dapat difungsikan bersama-sama dalam

pembelajaran, maka dapat menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Seperti halnya,

pada saat kita mendengarkan lagu, otak kiri akan bekerja memahami lirik lagunya,

sedangkan otak kanan akan memahami melodi atau irama musiknya (Rose & Nicholl,

2002:55).

Dengan mengkolaborasikan kedua otak dalam pembelajaran,  memanfaatkan

kegiatan visual, audiotori, dan kinestetik maka otak seseorang dapat berkembang dengan

baik dalam suatu pola pemikiran yang cermat dan teliti daripada hanya sekedar mendengar

tanpa memahami secara mendalam suatu pembelajaran (Jensen, 2010:16). Maka dari itu,

akan ideal jika otak kiri dan otak kanan seimbang dan berfungsi secara optimal, dengan

begitu akan menghasilkan seseorang yang cerdas dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Biffle (2013:20) juga menyatakan bahwa otak memiliki dua bagian penyimpanan

ingatan atau memori yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori

jangka pendek hanya dapat menyimpan sesuatu yang pendek dan bersifat relatif singkat,

sedangkan memori jangka panjang dapat menyimpan sesuatu yang panjang dan bersifat

lama tanpa menggeser memori yang sebelumnya. Suatu pembelajaran yang menarik

dengan menggunakan kedua otak secara maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang

dapat tersimpan pada memori jangka panjang seseorang.

Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar merupakan tahapan penting bagi peserta

didik karena proses pembelajaran pada tahap ini dapat mempengaruhi pola belajar untuk

tahap selanjutnya. Pada tingkat awal, pemahaman peserta didik yang benar terhadap suatu

konsep sangat penting sebagai modal dasar bagi penguasaan konsep yang lebih luas. Oleh

karena itu calon pendidik yang akan terjun di Sekolah Dasar harus menguasai metode

pembelajaran yang bagus dalam pembelajaran.

Mata kuliah Telaaah Matematika SD membekali mahasiswa Program Studi

Pendidikan Matematika yang memilih mengajar di Sekolah Dasar. Mata kuliah ini

39 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
yang berhubungan dengan seni, musik, atau gambar (Rose & Nicholl, 2002:54). Rose dan

Nicholl (2002:55) juga mengatakan bahwa ketika mendengar sebuah percakapan, otak kiri

berkonsentrasi pada isi percakapan, sementara otak kanan memperhatikan bagaimana ia

diucapkan (emosi).  Perbedaan fungsi kedua bagian otak ini harus diketahui dalam proses

belajar, karena perbedaan itu menyebabkan kemampuan yang berbeda pula dari setiap

orang.

Walaupun kedua bagian otak manusia memiliki bagian dan fungsi yang berbeda,

namun jika keseluruhan bagian otak itu dapat difungsikan bersama-sama dalam

pembelajaran, maka dapat menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Seperti halnya,

pada saat kita mendengarkan lagu, otak kiri akan bekerja memahami lirik lagunya,

sedangkan otak kanan akan memahami melodi atau irama musiknya (Rose & Nicholl,

2002:55).

Dengan mengkolaborasikan kedua otak dalam pembelajaran,  memanfaatkan

kegiatan visual, audiotori, dan kinestetik maka otak seseorang dapat berkembang dengan

baik dalam suatu pola pemikiran yang cermat dan teliti daripada hanya sekedar mendengar

tanpa memahami secara mendalam suatu pembelajaran (Jensen, 2010:16). Maka dari itu,

akan ideal jika otak kiri dan otak kanan seimbang dan berfungsi secara optimal, dengan

begitu akan menghasilkan seseorang yang cerdas dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Biffle (2013:20) juga menyatakan bahwa otak memiliki dua bagian penyimpanan

ingatan atau memori yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori

jangka pendek hanya dapat menyimpan sesuatu yang pendek dan bersifat relatif singkat,

sedangkan memori jangka panjang dapat menyimpan sesuatu yang panjang dan bersifat

lama tanpa menggeser memori yang sebelumnya. Suatu pembelajaran yang menarik

dengan menggunakan kedua otak secara maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang

dapat tersimpan pada memori jangka panjang seseorang.

Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar merupakan tahapan penting bagi peserta

didik karena proses pembelajaran pada tahap ini dapat mempengaruhi pola belajar untuk

tahap selanjutnya. Pada tingkat awal, pemahaman peserta didik yang benar terhadap suatu

konsep sangat penting sebagai modal dasar bagi penguasaan konsep yang lebih luas. Oleh

karena itu calon pendidik yang akan terjun di Sekolah Dasar harus menguasai metode

pembelajaran yang bagus dalam pembelajaran.

Mata kuliah Telaaah Matematika SD membekali mahasiswa Program Studi

Pendidikan Matematika yang memilih mengajar di Sekolah Dasar. Mata kuliah ini



Vol. I, No. 1, April 2016 40

Jurnal Pendidikan Matematika
dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan calon pendidik yang akan terjun di institusi

Sekolah Dasar agar memiliki bekal untuk mengajar nantinya. Bekal tersebut meliputi

pengelolaan kelas atau pembelajaran di Sekolah Dasar. Contohnya cara memanajemen

pembelajaran sesuai dengan kondisi atau umur peserta didik dan menangani atau

menghadapi peserta didik di tingkat Sekolah Dasar. Selain itu juga dipelajari konsep materi

matematika m di tingkat Sekolah Dasar mulai dari kelas I hingga kelas VI sesuai

kurikulum.

Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, tindakan

yang dilakukan terangkum pada sebuah siklus dengan setiap satu siklus terdapat empat

langkah penelitian yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

Sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu diadakan studi pendahuluan. Dari hasil

observasi pada studi pendahuluan inilah yang akan dijadikan dasar perancangan tindakan.

Oleh karena itu, secara garis besar di dalam kegiatan penelitian ini ada tiga tahapan besar

yaitu studi pendahuluan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II.

Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri, catatan lapangan,

dan lembar penilaian. Peneliti sebagai perencana, pelaksana, penganalisis data, dan pada

akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh observer (dosen sekaligus peneliti) mengenai situasi kelas selama pelaksanaan praktik

mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Lembar penilaian pada penelitian ini digunakan

untuk mengukur hasil belajar mahasiswa.

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi

catatan lapangan dan lembar penilaian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh peneliti mengenai aktivitas mahasiswa selama pembelajaran, baik aktivitas mahasiswa

yang melakukan praktik mengajar maupun mahasiswa yang tidak melakukan praktik

Vol. I, No. 1, April 2016 40

Jurnal Pendidikan Matematika
dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan calon pendidik yang akan terjun di institusi

Sekolah Dasar agar memiliki bekal untuk mengajar nantinya. Bekal tersebut meliputi

pengelolaan kelas atau pembelajaran di Sekolah Dasar. Contohnya cara memanajemen

pembelajaran sesuai dengan kondisi atau umur peserta didik dan menangani atau

menghadapi peserta didik di tingkat Sekolah Dasar. Selain itu juga dipelajari konsep materi

matematika m di tingkat Sekolah Dasar mulai dari kelas I hingga kelas VI sesuai

kurikulum.

Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, tindakan

yang dilakukan terangkum pada sebuah siklus dengan setiap satu siklus terdapat empat

langkah penelitian yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

Sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu diadakan studi pendahuluan. Dari hasil

observasi pada studi pendahuluan inilah yang akan dijadikan dasar perancangan tindakan.

Oleh karena itu, secara garis besar di dalam kegiatan penelitian ini ada tiga tahapan besar

yaitu studi pendahuluan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II.

Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri, catatan lapangan,

dan lembar penilaian. Peneliti sebagai perencana, pelaksana, penganalisis data, dan pada

akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh observer (dosen sekaligus peneliti) mengenai situasi kelas selama pelaksanaan praktik

mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Lembar penilaian pada penelitian ini digunakan

untuk mengukur hasil belajar mahasiswa.

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi

catatan lapangan dan lembar penilaian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh peneliti mengenai aktivitas mahasiswa selama pembelajaran, baik aktivitas mahasiswa

yang melakukan praktik mengajar maupun mahasiswa yang tidak melakukan praktik

Vol. I, No. 1, April 2016 40

Jurnal Pendidikan Matematika
dilaksanakan dalam rangka mempersiapkan calon pendidik yang akan terjun di institusi

Sekolah Dasar agar memiliki bekal untuk mengajar nantinya. Bekal tersebut meliputi

pengelolaan kelas atau pembelajaran di Sekolah Dasar. Contohnya cara memanajemen

pembelajaran sesuai dengan kondisi atau umur peserta didik dan menangani atau

menghadapi peserta didik di tingkat Sekolah Dasar. Selain itu juga dipelajari konsep materi

matematika m di tingkat Sekolah Dasar mulai dari kelas I hingga kelas VI sesuai

kurikulum.

Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran whole brain pada pembelajaran Telaah

Matematika Sekolah Dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, tindakan

yang dilakukan terangkum pada sebuah siklus dengan setiap satu siklus terdapat empat

langkah penelitian yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.

Sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu diadakan studi pendahuluan. Dari hasil

observasi pada studi pendahuluan inilah yang akan dijadikan dasar perancangan tindakan.

Oleh karena itu, secara garis besar di dalam kegiatan penelitian ini ada tiga tahapan besar

yaitu studi pendahuluan, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II.

Instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri, catatan lapangan,

dan lembar penilaian. Peneliti sebagai perencana, pelaksana, penganalisis data, dan pada

akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh observer (dosen sekaligus peneliti) mengenai situasi kelas selama pelaksanaan praktik

mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Lembar penilaian pada penelitian ini digunakan

untuk mengukur hasil belajar mahasiswa.

Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi

catatan lapangan dan lembar penilaian. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis

oleh peneliti mengenai aktivitas mahasiswa selama pembelajaran, baik aktivitas mahasiswa

yang melakukan praktik mengajar maupun mahasiswa yang tidak melakukan praktik



41 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
mengajar. Lembar penilaian berisi soal-soal yang harus dikerjakan mahasiswa secara

tertulis yang nantinya akan digunakan untuk melihat hasil belajar mahasiswa.

Cara menganalisis data yaitu dengan cara menentukan jumlah skor yang diperoleh

pada tes tertulis berdasarkan rubrik penilaian dalam lembar penilian. Kriteria keberhasilan

dalam penelitian ini menggunakan acuan keberhasilan hasil belajar mahasiswa yaitu

apabila lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mencapai nilai lebih dari 70.

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah IKIP Budi Utomo Malang.

Sedangkan mahasiswa yang dijadikan objek penelitian adalah mahasiswa semester tiga

yang menempuh mata kuliah Telaah matematika SD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran whole brain dilaksanakan selama dua siklus, yaitu siklus

I dan siklus II. Tahapan pembelajaran whole brain pada siklus I yaitu mahasiswa hanya

diberi pengarahan oleh dosen mengenai metode pembelajaran whole brain kemudian

mereka diminta langsung praktik mengajar. Sedangkan pada siklus II, sebelum mahasiswa

melakukan praktik mengajar, mereka diminta untuk membuat perencanaan mengajar

secara tertulis kemudian konsultasi dengan dosen sebelum dilakukan praktik mengajar.

Pada siklus I, beberapa hal mengenai whole brain yang disampaikan dosen kepada

mahasiswa diantaranya sebagai berikut. Metode pembelajaran whole brain menekankan

pendidik untuk memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama,

dengan begitu kedua otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus memberikan

gerakan-gerakan dalam setiap materi pembelajarannya, menyampaikan materi dengan

suara yang nyaring dan menarik. Salah satu hal yang harus dilakukan dalam pengajaran

dengan metode ini adalah dengan mirror atau peserta didik diajak untuk melihat dan

mengikuti mimik pengucapan dan gerakan yang dilakukan oleh pendidik secara menarik

dan dilakukan secara berulang dan terus menerus sampai peserta didik dapat memahami

materi tersebut. Selain itu metode pembelajaran whole brain memberikan bekal kepada

pendidik agar dapat mengatur manajemen kelas dengan baik, diantaranya yaitu pendidik

harus dapat mengontrol emosi dan mengenal setiap peserta didik dengan baik, menjadi

pengatur manajemen kelas yang baik sebelum pelajaran, mencintai pekerjaan yang telah

dipercayakan kepadanya, menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki karakter dan sifat

yang unik. Manajemen kelas yang baik mempengaruhi kondisi pembelajaran dan

penerimaan materi pembelajaran. Metode pembelajaran ini menuntut pendidik untuk

41 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
mengajar. Lembar penilaian berisi soal-soal yang harus dikerjakan mahasiswa secara

tertulis yang nantinya akan digunakan untuk melihat hasil belajar mahasiswa.

Cara menganalisis data yaitu dengan cara menentukan jumlah skor yang diperoleh

pada tes tertulis berdasarkan rubrik penilaian dalam lembar penilian. Kriteria keberhasilan

dalam penelitian ini menggunakan acuan keberhasilan hasil belajar mahasiswa yaitu

apabila lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mencapai nilai lebih dari 70.

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah IKIP Budi Utomo Malang.

Sedangkan mahasiswa yang dijadikan objek penelitian adalah mahasiswa semester tiga

yang menempuh mata kuliah Telaah matematika SD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran whole brain dilaksanakan selama dua siklus, yaitu siklus

I dan siklus II. Tahapan pembelajaran whole brain pada siklus I yaitu mahasiswa hanya

diberi pengarahan oleh dosen mengenai metode pembelajaran whole brain kemudian

mereka diminta langsung praktik mengajar. Sedangkan pada siklus II, sebelum mahasiswa

melakukan praktik mengajar, mereka diminta untuk membuat perencanaan mengajar

secara tertulis kemudian konsultasi dengan dosen sebelum dilakukan praktik mengajar.

Pada siklus I, beberapa hal mengenai whole brain yang disampaikan dosen kepada

mahasiswa diantaranya sebagai berikut. Metode pembelajaran whole brain menekankan

pendidik untuk memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama,

dengan begitu kedua otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus memberikan

gerakan-gerakan dalam setiap materi pembelajarannya, menyampaikan materi dengan

suara yang nyaring dan menarik. Salah satu hal yang harus dilakukan dalam pengajaran

dengan metode ini adalah dengan mirror atau peserta didik diajak untuk melihat dan

mengikuti mimik pengucapan dan gerakan yang dilakukan oleh pendidik secara menarik

dan dilakukan secara berulang dan terus menerus sampai peserta didik dapat memahami

materi tersebut. Selain itu metode pembelajaran whole brain memberikan bekal kepada

pendidik agar dapat mengatur manajemen kelas dengan baik, diantaranya yaitu pendidik

harus dapat mengontrol emosi dan mengenal setiap peserta didik dengan baik, menjadi

pengatur manajemen kelas yang baik sebelum pelajaran, mencintai pekerjaan yang telah

dipercayakan kepadanya, menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki karakter dan sifat

yang unik. Manajemen kelas yang baik mempengaruhi kondisi pembelajaran dan

penerimaan materi pembelajaran. Metode pembelajaran ini menuntut pendidik untuk

41 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
mengajar. Lembar penilaian berisi soal-soal yang harus dikerjakan mahasiswa secara

tertulis yang nantinya akan digunakan untuk melihat hasil belajar mahasiswa.

Cara menganalisis data yaitu dengan cara menentukan jumlah skor yang diperoleh

pada tes tertulis berdasarkan rubrik penilaian dalam lembar penilian. Kriteria keberhasilan

dalam penelitian ini menggunakan acuan keberhasilan hasil belajar mahasiswa yaitu

apabila lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mencapai nilai lebih dari 70.

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini adalah IKIP Budi Utomo Malang.

Sedangkan mahasiswa yang dijadikan objek penelitian adalah mahasiswa semester tiga

yang menempuh mata kuliah Telaah matematika SD.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran whole brain dilaksanakan selama dua siklus, yaitu siklus

I dan siklus II. Tahapan pembelajaran whole brain pada siklus I yaitu mahasiswa hanya

diberi pengarahan oleh dosen mengenai metode pembelajaran whole brain kemudian

mereka diminta langsung praktik mengajar. Sedangkan pada siklus II, sebelum mahasiswa

melakukan praktik mengajar, mereka diminta untuk membuat perencanaan mengajar

secara tertulis kemudian konsultasi dengan dosen sebelum dilakukan praktik mengajar.

Pada siklus I, beberapa hal mengenai whole brain yang disampaikan dosen kepada

mahasiswa diantaranya sebagai berikut. Metode pembelajaran whole brain menekankan

pendidik untuk memanfaatkan kegiatan visual, audio dan kinestetik secara bersama,

dengan begitu kedua otak dapat bekerja secara maksimal. Pendidik harus memberikan

gerakan-gerakan dalam setiap materi pembelajarannya, menyampaikan materi dengan

suara yang nyaring dan menarik. Salah satu hal yang harus dilakukan dalam pengajaran

dengan metode ini adalah dengan mirror atau peserta didik diajak untuk melihat dan

mengikuti mimik pengucapan dan gerakan yang dilakukan oleh pendidik secara menarik

dan dilakukan secara berulang dan terus menerus sampai peserta didik dapat memahami

materi tersebut. Selain itu metode pembelajaran whole brain memberikan bekal kepada

pendidik agar dapat mengatur manajemen kelas dengan baik, diantaranya yaitu pendidik

harus dapat mengontrol emosi dan mengenal setiap peserta didik dengan baik, menjadi

pengatur manajemen kelas yang baik sebelum pelajaran, mencintai pekerjaan yang telah

dipercayakan kepadanya, menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki karakter dan sifat

yang unik. Manajemen kelas yang baik mempengaruhi kondisi pembelajaran dan

penerimaan materi pembelajaran. Metode pembelajaran ini menuntut pendidik untuk



Vol. I, No. 1, April 2016 42

Jurnal Pendidikan Matematika
memberikan peraturan-peraturan sebelum mereka mengajar, menyebutkannya di dalam

kelas dengan disertai gerakan-gerakan yang sesuai dengan peraturan tersebut dan peserta

didik wajib mengingat dan menyampaikannya sebelum pelajaran dimulai, agar peserta

didik dapat mengerti kondisi yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran. Peraturan

dasar yang dapat diberikan diantaranya yaitu mendengarkan guru selama guru berbicara,

mengikutikuti arahan dengan cepat, mengangkat tangan sebelum berbicara, harus berkata

jujur, buatlah gurumu senang, dan sebagainya. Peraturan dapat dibuat secara menarik atau

ditempel di dalam kelas agar peserta didik dapat terus membaca dan mengingatnya.

Peraturan yang sederhana dan menyenangkan akan dapat membuat peserta didik mampu

menjaga kondisi kelas dengan baik, teratur, dan tertib.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa masih

belum sepenuhnya melaksananakan pembelajaran whole brain dengan bagus yaitu

mahasiswa yang melakukan praktik mengajar masih belum menggunakan kondisi

pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk melakukan kegiatan audio, visual, dan

kinestetik secra bersama-sama. Itu artinya kedua otak masih belum digunakan secara

bersama-sama. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I menunjukkan bahwa

pembelajaran yang dilakukan praktikan belum mencapai kriteria keberhasilan karena

setelah dilakukan tes formatif, lebih dari 50% mahasiswa yang mendapat skor kurang dari

70.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki siklus I yaitu

mahasiswa diminta membuat perencanaan mengajar secara tertulis dan melakukan

konsultasi sebelum praktik mengajar. Perencanaan mengajar tersebut diantaranya sebagai

berikut. Menuliskan materi yang akan dibahas, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

selama pembelajaran dan yang terpenting adalah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

pembelajaran harus disampaikan sebelum pelajaran dimulai kepada peserta didik sebagai

pengantar materi yang akan disampaikan. Contoh tujuan pembelajaran yaitu memberikan

pengarahan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Tulis kegiatan pembelajaran yang sistematis dari awal hingga akhir

dan sertakan penerapan dasar metode whole brain seperti penyampaian peraturan kelas di

awal pembelajaran. Selain itu yang paling penting juga, tulis kegiatan yang menggunakan

audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa mahasiswa sudah

mampu melakukan pembelajaran whole brain dengan baik karena mahasiswa yang

Vol. I, No. 1, April 2016 42

Jurnal Pendidikan Matematika
memberikan peraturan-peraturan sebelum mereka mengajar, menyebutkannya di dalam

kelas dengan disertai gerakan-gerakan yang sesuai dengan peraturan tersebut dan peserta

didik wajib mengingat dan menyampaikannya sebelum pelajaran dimulai, agar peserta

didik dapat mengerti kondisi yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran. Peraturan

dasar yang dapat diberikan diantaranya yaitu mendengarkan guru selama guru berbicara,

mengikutikuti arahan dengan cepat, mengangkat tangan sebelum berbicara, harus berkata

jujur, buatlah gurumu senang, dan sebagainya. Peraturan dapat dibuat secara menarik atau

ditempel di dalam kelas agar peserta didik dapat terus membaca dan mengingatnya.

Peraturan yang sederhana dan menyenangkan akan dapat membuat peserta didik mampu

menjaga kondisi kelas dengan baik, teratur, dan tertib.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa masih

belum sepenuhnya melaksananakan pembelajaran whole brain dengan bagus yaitu

mahasiswa yang melakukan praktik mengajar masih belum menggunakan kondisi

pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk melakukan kegiatan audio, visual, dan

kinestetik secra bersama-sama. Itu artinya kedua otak masih belum digunakan secara

bersama-sama. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I menunjukkan bahwa

pembelajaran yang dilakukan praktikan belum mencapai kriteria keberhasilan karena

setelah dilakukan tes formatif, lebih dari 50% mahasiswa yang mendapat skor kurang dari

70.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki siklus I yaitu

mahasiswa diminta membuat perencanaan mengajar secara tertulis dan melakukan

konsultasi sebelum praktik mengajar. Perencanaan mengajar tersebut diantaranya sebagai

berikut. Menuliskan materi yang akan dibahas, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

selama pembelajaran dan yang terpenting adalah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

pembelajaran harus disampaikan sebelum pelajaran dimulai kepada peserta didik sebagai

pengantar materi yang akan disampaikan. Contoh tujuan pembelajaran yaitu memberikan

pengarahan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Tulis kegiatan pembelajaran yang sistematis dari awal hingga akhir

dan sertakan penerapan dasar metode whole brain seperti penyampaian peraturan kelas di

awal pembelajaran. Selain itu yang paling penting juga, tulis kegiatan yang menggunakan

audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa mahasiswa sudah

mampu melakukan pembelajaran whole brain dengan baik karena mahasiswa yang

Vol. I, No. 1, April 2016 42

Jurnal Pendidikan Matematika
memberikan peraturan-peraturan sebelum mereka mengajar, menyebutkannya di dalam

kelas dengan disertai gerakan-gerakan yang sesuai dengan peraturan tersebut dan peserta

didik wajib mengingat dan menyampaikannya sebelum pelajaran dimulai, agar peserta

didik dapat mengerti kondisi yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran. Peraturan

dasar yang dapat diberikan diantaranya yaitu mendengarkan guru selama guru berbicara,

mengikutikuti arahan dengan cepat, mengangkat tangan sebelum berbicara, harus berkata

jujur, buatlah gurumu senang, dan sebagainya. Peraturan dapat dibuat secara menarik atau

ditempel di dalam kelas agar peserta didik dapat terus membaca dan mengingatnya.

Peraturan yang sederhana dan menyenangkan akan dapat membuat peserta didik mampu

menjaga kondisi kelas dengan baik, teratur, dan tertib.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan bahwa mahasiswa masih

belum sepenuhnya melaksananakan pembelajaran whole brain dengan bagus yaitu

mahasiswa yang melakukan praktik mengajar masih belum menggunakan kondisi

pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk melakukan kegiatan audio, visual, dan

kinestetik secra bersama-sama. Itu artinya kedua otak masih belum digunakan secara

bersama-sama. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I menunjukkan bahwa

pembelajaran yang dilakukan praktikan belum mencapai kriteria keberhasilan karena

setelah dilakukan tes formatif, lebih dari 50% mahasiswa yang mendapat skor kurang dari

70.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki siklus I yaitu

mahasiswa diminta membuat perencanaan mengajar secara tertulis dan melakukan

konsultasi sebelum praktik mengajar. Perencanaan mengajar tersebut diantaranya sebagai

berikut. Menuliskan materi yang akan dibahas, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

selama pembelajaran dan yang terpenting adalah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

pembelajaran harus disampaikan sebelum pelajaran dimulai kepada peserta didik sebagai

pengantar materi yang akan disampaikan. Contoh tujuan pembelajaran yaitu memberikan

pengarahan hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Tulis kegiatan pembelajaran yang sistematis dari awal hingga akhir

dan sertakan penerapan dasar metode whole brain seperti penyampaian peraturan kelas di

awal pembelajaran. Selain itu yang paling penting juga, tulis kegiatan yang menggunakan

audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil pengamatan siklus II menunjukkan bahwa mahasiswa sudah

mampu melakukan pembelajaran whole brain dengan baik karena mahasiswa yang



43 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
melakukan praktik mengajar sudah menggunakan kondisi pembelajaran yang mendukung

peserta didik untuk menggunakan kedua otak secara bersama-sama. Contohnya yaitu

pembelajaran menggunakan media manual yang mendorong peserta didik harus

menggunakan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Selain itu ada juga yang

menerapkan kondisi pebelajaran dengan belajar sambil bernyanyi, dengan bernyanyi maka

otak kiri akan mempelajari lirik lagu sedangkan otak kanan memahami nada atau musik

dari lagu tersebut. Dengan demikian otak kanan dan kiri bekerja bersama-sama.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan praktikan sudah mencapai kriteria keberhasilan karena berdasarkan hasil tes

formatif diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa di kelas tersebut lebih dari 50%

mahasiswa mencapai skor lebih dari 75. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa mahasiswa dapat lebih memahami materi dengan menggunakan metode

pembelajaran whole brain dibandingkan metode pembelajaran biasa.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan metode pembelajaran whole brain di IKIP Budi

Utomo Malang pada pembelajaran mata kuliah Telaah Matematika SD, diketahui beberapa

hasil kegiatan pembelajaran. Sebelum menyusun tindakan, dilakukan studi pendahuluan

untuk melihat kondisi pembelajaran yang tidak menggunakan metode whole brain.  Dosen

meminta mahasiswa untuk melakukan praktik mengajar tanpa menuntut metode

pembelajaran yang harus digunakan. Dosen hanya memberi arahan agar mahasiswa

melakukan praktik mengajar dengan baik, metode pembelajaran yang  bagus dan menarik

serta konsep dapat tersampaikan dengan benar dan bagus. Setelah beberapa konsep

matematika SD disampaikan melalui praktik mengajar yang dilakukan oleh beberapa

mahasiswa, dilakukan tes formatif untuk menguji kemampuan mahasiswa di kelas tersebut.

Dari hasil tes ditemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mendapat skor

kurang dari 50. Hal-hal yang ditemukan pada studi pendahuluan inilah yang menjadi

kondisi awal kemampuan matematika mahasiswa. Kondisi tersebut digunakan sebagai

dasar untuk mengetahui pelaksanaan tindakan penelitian dapat meningkatkan kemampuan

matematika mahasiswa atau tidak.

Banyak perubahan yang terjadi pada pembelajaran dengan menggunakan metode

whole brain jika dibandingkan pada saat studi pendahuluan. Mahasiswa yang praktik

mengajar menjadi  lebih kreatif dalam melakukan praktik mengajar dan berdasarkan hasil

tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa mencapai skor lebih dari 50.

Namun masih kurang dari 50% mahasiswa di kelas tersebut yang mendapat skor lebih dari

43 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
melakukan praktik mengajar sudah menggunakan kondisi pembelajaran yang mendukung

peserta didik untuk menggunakan kedua otak secara bersama-sama. Contohnya yaitu

pembelajaran menggunakan media manual yang mendorong peserta didik harus

menggunakan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Selain itu ada juga yang

menerapkan kondisi pebelajaran dengan belajar sambil bernyanyi, dengan bernyanyi maka

otak kiri akan mempelajari lirik lagu sedangkan otak kanan memahami nada atau musik

dari lagu tersebut. Dengan demikian otak kanan dan kiri bekerja bersama-sama.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan praktikan sudah mencapai kriteria keberhasilan karena berdasarkan hasil tes

formatif diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa di kelas tersebut lebih dari 50%

mahasiswa mencapai skor lebih dari 75. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa mahasiswa dapat lebih memahami materi dengan menggunakan metode

pembelajaran whole brain dibandingkan metode pembelajaran biasa.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan metode pembelajaran whole brain di IKIP Budi

Utomo Malang pada pembelajaran mata kuliah Telaah Matematika SD, diketahui beberapa

hasil kegiatan pembelajaran. Sebelum menyusun tindakan, dilakukan studi pendahuluan

untuk melihat kondisi pembelajaran yang tidak menggunakan metode whole brain.  Dosen

meminta mahasiswa untuk melakukan praktik mengajar tanpa menuntut metode

pembelajaran yang harus digunakan. Dosen hanya memberi arahan agar mahasiswa

melakukan praktik mengajar dengan baik, metode pembelajaran yang  bagus dan menarik

serta konsep dapat tersampaikan dengan benar dan bagus. Setelah beberapa konsep

matematika SD disampaikan melalui praktik mengajar yang dilakukan oleh beberapa

mahasiswa, dilakukan tes formatif untuk menguji kemampuan mahasiswa di kelas tersebut.

Dari hasil tes ditemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mendapat skor

kurang dari 50. Hal-hal yang ditemukan pada studi pendahuluan inilah yang menjadi

kondisi awal kemampuan matematika mahasiswa. Kondisi tersebut digunakan sebagai

dasar untuk mengetahui pelaksanaan tindakan penelitian dapat meningkatkan kemampuan

matematika mahasiswa atau tidak.

Banyak perubahan yang terjadi pada pembelajaran dengan menggunakan metode

whole brain jika dibandingkan pada saat studi pendahuluan. Mahasiswa yang praktik

mengajar menjadi  lebih kreatif dalam melakukan praktik mengajar dan berdasarkan hasil

tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa mencapai skor lebih dari 50.

Namun masih kurang dari 50% mahasiswa di kelas tersebut yang mendapat skor lebih dari

43 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
melakukan praktik mengajar sudah menggunakan kondisi pembelajaran yang mendukung

peserta didik untuk menggunakan kedua otak secara bersama-sama. Contohnya yaitu

pembelajaran menggunakan media manual yang mendorong peserta didik harus

menggunakan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama. Selain itu ada juga yang

menerapkan kondisi pebelajaran dengan belajar sambil bernyanyi, dengan bernyanyi maka

otak kiri akan mempelajari lirik lagu sedangkan otak kanan memahami nada atau musik

dari lagu tersebut. Dengan demikian otak kanan dan kiri bekerja bersama-sama.

Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan praktikan sudah mencapai kriteria keberhasilan karena berdasarkan hasil tes

formatif diketahui bahwa hasil belajar mahasiswa di kelas tersebut lebih dari 50%

mahasiswa mencapai skor lebih dari 75. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,

diketahui bahwa mahasiswa dapat lebih memahami materi dengan menggunakan metode

pembelajaran whole brain dibandingkan metode pembelajaran biasa.

Berdasarkan pelaksanaan tindakan metode pembelajaran whole brain di IKIP Budi

Utomo Malang pada pembelajaran mata kuliah Telaah Matematika SD, diketahui beberapa

hasil kegiatan pembelajaran. Sebelum menyusun tindakan, dilakukan studi pendahuluan

untuk melihat kondisi pembelajaran yang tidak menggunakan metode whole brain.  Dosen

meminta mahasiswa untuk melakukan praktik mengajar tanpa menuntut metode

pembelajaran yang harus digunakan. Dosen hanya memberi arahan agar mahasiswa

melakukan praktik mengajar dengan baik, metode pembelajaran yang  bagus dan menarik

serta konsep dapat tersampaikan dengan benar dan bagus. Setelah beberapa konsep

matematika SD disampaikan melalui praktik mengajar yang dilakukan oleh beberapa

mahasiswa, dilakukan tes formatif untuk menguji kemampuan mahasiswa di kelas tersebut.

Dari hasil tes ditemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa di kelas tersebut mendapat skor

kurang dari 50. Hal-hal yang ditemukan pada studi pendahuluan inilah yang menjadi

kondisi awal kemampuan matematika mahasiswa. Kondisi tersebut digunakan sebagai

dasar untuk mengetahui pelaksanaan tindakan penelitian dapat meningkatkan kemampuan

matematika mahasiswa atau tidak.

Banyak perubahan yang terjadi pada pembelajaran dengan menggunakan metode

whole brain jika dibandingkan pada saat studi pendahuluan. Mahasiswa yang praktik

mengajar menjadi  lebih kreatif dalam melakukan praktik mengajar dan berdasarkan hasil

tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa mencapai skor lebih dari 50.

Namun masih kurang dari 50% mahasiswa di kelas tersebut yang mendapat skor lebih dari



Vol. I, No. 1, April 2016 44

Jurnal Pendidikan Matematika
70. Sehinggga meskipun pada siklus I sudah ada peningaktan daripada saat studi

pendahuluan, masih perlu dilakukan tindakan siklus II.

Tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dinilai masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebutlah yang akan diperbaiki pada tindakan siklus

II. Kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dapat

ditemukan setelah melakukan refleksi kegiatan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II

merupakan tindakan yang direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada kegiatan

refleksi tersebut ditemukan kelemahan yang pada tindakan siklus I seperti mahasiswa

sudah merasa bagus persiapan untuk praktik mengajar, namun saat praktik mengajar

ditemukan bebeapa kendala di luar dugaan. Sehingga dosen perlu memperhatikan

persiapan praktik mengajar mahasiswanya sebelum dilakukan praktik mengajar di hadapan

teman-temannya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, maka disusun tindakan

pada siklus II dengan meminta mahasiswa untuk menuliskan rencana-rencana yang akan

dilakukan untuk praktik mengajar. Pada siklus II ini mahasiswa lebih matang persiapan

mengajarnya. Sehingga lebih bagus dan menarik dalam kegiatan pembelajaran saat

melakukan praktik mengajar. Selain itu, konsep matematika dapat tersampaikan dengan

lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tes

formatif. Berdasarkan hasil tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa

mencapai skor lebih dari 75. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa

keberhasilan implementasi dari metode pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh

pendidik dapat terlihat dari setiap hasil pembelajaran peserta didik.

Setiap penerapan dasar dalam metode whole brain dapat diaplikasikan untuk

seluruh pembelajaran. Kunci dari metode whole brain adalah membuat peserta didik

terlibat aktif dalam pembelajaran dan membuat pembelajaran matematika menjadi

pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pengaturan manajemen kelas yang tepat

terlebih dahulu, maka setiap pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pembelajaran matematika yang penuh dengan rumus dan konsep dapat dibuat ke

dalam satu pembelajaran menarik yang mendorong sistem visual, audiotori dan kinestetik

perserta didik secara bersama. Dengan begitu, peserta didik tidak hanya dapat

menghafalkan setiap rumus tapi juga dapat mengerti konsep matematika dengan benar dan

dapat mengembangkannya.

KESIMPULAN

Vol. I, No. 1, April 2016 44

Jurnal Pendidikan Matematika
70. Sehinggga meskipun pada siklus I sudah ada peningaktan daripada saat studi

pendahuluan, masih perlu dilakukan tindakan siklus II.

Tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dinilai masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebutlah yang akan diperbaiki pada tindakan siklus

II. Kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dapat

ditemukan setelah melakukan refleksi kegiatan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II

merupakan tindakan yang direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada kegiatan

refleksi tersebut ditemukan kelemahan yang pada tindakan siklus I seperti mahasiswa

sudah merasa bagus persiapan untuk praktik mengajar, namun saat praktik mengajar

ditemukan bebeapa kendala di luar dugaan. Sehingga dosen perlu memperhatikan

persiapan praktik mengajar mahasiswanya sebelum dilakukan praktik mengajar di hadapan

teman-temannya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, maka disusun tindakan

pada siklus II dengan meminta mahasiswa untuk menuliskan rencana-rencana yang akan

dilakukan untuk praktik mengajar. Pada siklus II ini mahasiswa lebih matang persiapan

mengajarnya. Sehingga lebih bagus dan menarik dalam kegiatan pembelajaran saat

melakukan praktik mengajar. Selain itu, konsep matematika dapat tersampaikan dengan

lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tes

formatif. Berdasarkan hasil tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa

mencapai skor lebih dari 75. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa

keberhasilan implementasi dari metode pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh

pendidik dapat terlihat dari setiap hasil pembelajaran peserta didik.

Setiap penerapan dasar dalam metode whole brain dapat diaplikasikan untuk

seluruh pembelajaran. Kunci dari metode whole brain adalah membuat peserta didik

terlibat aktif dalam pembelajaran dan membuat pembelajaran matematika menjadi

pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pengaturan manajemen kelas yang tepat

terlebih dahulu, maka setiap pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pembelajaran matematika yang penuh dengan rumus dan konsep dapat dibuat ke

dalam satu pembelajaran menarik yang mendorong sistem visual, audiotori dan kinestetik

perserta didik secara bersama. Dengan begitu, peserta didik tidak hanya dapat

menghafalkan setiap rumus tapi juga dapat mengerti konsep matematika dengan benar dan

dapat mengembangkannya.

KESIMPULAN

Vol. I, No. 1, April 2016 44

Jurnal Pendidikan Matematika
70. Sehinggga meskipun pada siklus I sudah ada peningaktan daripada saat studi

pendahuluan, masih perlu dilakukan tindakan siklus II.

Tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dinilai masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebutlah yang akan diperbaiki pada tindakan siklus

II. Kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dapat

ditemukan setelah melakukan refleksi kegiatan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II

merupakan tindakan yang direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada kegiatan

refleksi tersebut ditemukan kelemahan yang pada tindakan siklus I seperti mahasiswa

sudah merasa bagus persiapan untuk praktik mengajar, namun saat praktik mengajar

ditemukan bebeapa kendala di luar dugaan. Sehingga dosen perlu memperhatikan

persiapan praktik mengajar mahasiswanya sebelum dilakukan praktik mengajar di hadapan

teman-temannya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, maka disusun tindakan

pada siklus II dengan meminta mahasiswa untuk menuliskan rencana-rencana yang akan

dilakukan untuk praktik mengajar. Pada siklus II ini mahasiswa lebih matang persiapan

mengajarnya. Sehingga lebih bagus dan menarik dalam kegiatan pembelajaran saat

melakukan praktik mengajar. Selain itu, konsep matematika dapat tersampaikan dengan

lebih baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai setelah dilakukan tes

formatif. Berdasarkan hasil tes formatif diketahui bahwa lebih dari 50% mahasiswa

mencapai skor lebih dari 75. Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2007:145) bahwa

keberhasilan implementasi dari metode pembelajaran yang digunakan secara tepat oleh

pendidik dapat terlihat dari setiap hasil pembelajaran peserta didik.

Setiap penerapan dasar dalam metode whole brain dapat diaplikasikan untuk

seluruh pembelajaran. Kunci dari metode whole brain adalah membuat peserta didik

terlibat aktif dalam pembelajaran dan membuat pembelajaran matematika menjadi

pembelajaran yang menyenangkan. Dengan pengaturan manajemen kelas yang tepat

terlebih dahulu, maka setiap pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pembelajaran matematika yang penuh dengan rumus dan konsep dapat dibuat ke

dalam satu pembelajaran menarik yang mendorong sistem visual, audiotori dan kinestetik

perserta didik secara bersama. Dengan begitu, peserta didik tidak hanya dapat

menghafalkan setiap rumus tapi juga dapat mengerti konsep matematika dengan benar dan

dapat mengembangkannya.

KESIMPULAN



45 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan

manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan

kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat dikemukakan

adalah mahasiswa yang akan melakukan praktik mengajar sebaiknya menggunakan metode

pembelajaran whole brain dengan perencanaan secara matang mengenai pengelolaan

manajemen kelas serta penerapan kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-

sama dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kreatifitas masing-

masing.

REFERENSI

Biffle, C. (2013). Whole Brain Teaching For Challenging Kids. America: Lucinda Geist.

Jensen, E. (2010). Guru Super & Super Teaching Edisi Keempat. Jakarta Barat :
PT. Indeks

Marno & Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ratumanan, T. G. & Theresia L. (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press.

Rose & Nicholl. (2002). Accelerated Learning For The 21st Century : Cara Belajar Cepat
Abad XXI. Bandung : Nuansa

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Uno, H. B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Yamin, M. & Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Sekolah. Jakarta: Gaung Persada.

45 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan

manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan

kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat dikemukakan

adalah mahasiswa yang akan melakukan praktik mengajar sebaiknya menggunakan metode

pembelajaran whole brain dengan perencanaan secara matang mengenai pengelolaan

manajemen kelas serta penerapan kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-

sama dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kreatifitas masing-

masing.

REFERENSI

Biffle, C. (2013). Whole Brain Teaching For Challenging Kids. America: Lucinda Geist.

Jensen, E. (2010). Guru Super & Super Teaching Edisi Keempat. Jakarta Barat :
PT. Indeks

Marno & Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ratumanan, T. G. & Theresia L. (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press.

Rose & Nicholl. (2002). Accelerated Learning For The 21st Century : Cara Belajar Cepat
Abad XXI. Bandung : Nuansa

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Uno, H. B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Yamin, M. & Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Sekolah. Jakarta: Gaung Persada.

45 Vol. I, No. 1, April 2016

Jurnal Pendidikan Matematika
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan,

dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar mahasiswa adalah metode pembelajaran whole brain yang mana pengelolaan

manajemen kelas harus tertata dengan baik serta peserta didik  harus diajak melakukan

kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-sama.

REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat dikemukakan

adalah mahasiswa yang akan melakukan praktik mengajar sebaiknya menggunakan metode

pembelajaran whole brain dengan perencanaan secara matang mengenai pengelolaan

manajemen kelas serta penerapan kegiatan audio, visual, dan kinestetik secara bersama-

sama dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kreatifitas masing-

masing.

REFERENSI

Biffle, C. (2013). Whole Brain Teaching For Challenging Kids. America: Lucinda Geist.

Jensen, E. (2010). Guru Super & Super Teaching Edisi Keempat. Jakarta Barat :
PT. Indeks

Marno & Idris. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Ratumanan, T. G. & Theresia L. (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press.

Rose & Nicholl. (2002). Accelerated Learning For The 21st Century : Cara Belajar Cepat
Abad XXI. Bandung : Nuansa

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Uno, H. B. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Yamin, M. & Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Sekolah. Jakarta: Gaung Persada.



Vol. I, No. 1, April 2016 46

Jurnal Pendidikan Matematika

Vol. I, No. 1, April 2016 46

Jurnal Pendidikan Matematika

Vol. I, No. 1, April 2016 46

Jurnal Pendidikan Matematika