e-ISSN: 2503-328X Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Literary Sociological Analysis on Tere Liye’s Poems as Literary Learning in the Society Hera Wahdah Humaira PBI Universitas Muhammadiyah Sukabumi hera_humaira87@yahoo.co.id Riwayat Artikel: Dikirim 27 Januari 2018; Diterima 13 November 2018; Diterbitkan 10 Desember 2018 ABSTRAK Karya puisi Tere liye menggambarkan perasaan cinta, sajak tentang memiliki, pun tentang melepaskan. Sajak tentang pertemuan, juga tentang perpisahan. Sajak tentang kebahagiaan, juga tentang kesedihan. Sajak bergurau, bercanda dengan perasaan. Para pencinta adalah pujangga terbaik yang pernah ada dan kasih sayang pun adalah sumber inspirasi paling deras yang pernah ada. Model sosiologi sastra membuat siswa terkesan dengan sajak tere liye ini karena bermanfaat terhadap sifat-sifat kebaikan dan pendidikan karakter tentang cinta dan kasih sayang. Siswa dalam memahami cinta dan perasaan menjadi seseorang yang kuat, optimis dan tidak mudah putus asa. Masyarakat dengan latar belakang pendidikan, suku, agama, ras, dan antar golongan memahami puisi ini akan mengubah sikap dan perilakunya dalam memahami cinta, dan juga siswa serta masyarakat dapat mengambil manfaat moral dan ideologi dari model sosiologi sastra ini. Tere liye menyadari makna cinta dan perasaan seorang sehingga menghubungan nilai moral dengan sajak atau puisi cinta ini. Seperti makna kasih sayang adalah perasaan ikhlas dan bukan nafsu itu terkadang terjadi pada sebagian orang yang sedang jatuh cinta bukan cinta berlebihan memberikan kasih sayangnya dengan tulus dan ikhlas terhadap orang yang dia sayangi. Kata kunci: Sosiologi sastra, puisi, sastra ABSTRACT Tere liye's poetry portrays the feelings of love, the poem about having, and about releasing. The poem about the meeting, also about separation. The poem about happiness, also about sadness. Sok jokes, jokes with feelings. Lovers are the best poets ever and love is the most powerful source of inspiration ever. The model of sociology of literature makes students impressed with this tere liye poem because it is beneficial to the virtues and character education of love and affection. Students in understanding love and feeling Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 131 Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa mailto:hera_humaira87@yahoo.co.id Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X become someone who is strong, optimistic and not easily despair. People with educational, ethnic, religious, racial, and interreligious backgrounds understand this poetry will change their attitudes and behavior in understanding love, and also students and society can take the moral and ideological benefits of this model of sociology of literature. Tere Liye realizes the meaning of one's love and feelings so as to connect moral values with this poem or love poem. Like the meaning of affection is a sense of sincere and not lust sometimes happens to some people who are in love instead of excessive love to give affection sincerely and sincerely towards the person he cares about. Keywords: sociology of literature, poetry, literature PENDAHULUAN Bahasa merupakan sebuah ungkapan kata yang bermakna. Ketika seseorang berkomunikasi melalui bahasa maka akan memberikan pengaruh kepada orang yang mendengarkan. Apakah akan diam atau bertindak memahami bahasa yang dituturkannya. Melalui sajak seorang penulis mampu bercerita tentang perasaannya baik bersifat senang atau sedih. Dengan menyampaikan sajak konsep seseorang dalam berekspresi telah dilakukan. Sajak adalah puisi, tetapi puisi belum tentu sajak. Puisi mungkin saja terdapat dalam prosa seperti cerpen, novel, atau esai sehingga sering orang mengatakan bahwa kalimat- kalimatnya puitis (bersifat puisi). Puisi menjadi suatu pengungkapan secara implisit, samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, demikian menurut Putu Arya Tirtawirya. Sementara sajak, lebih luas lagi, tak sekadar hal yang tersirat, tetapi sudah menyangkut materi isi puisi, bahkan sampai ke efek yang ditimbulkan, seperti bunyi. Maka itu, sajak terkadang juga dimaknai sebagai bunyi. Dengan karya sastra seperti sajak membawa masyarakat untuk berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat yang lainnya sehingga terdapat pengaruh terhadap jalannya sistem sosial. Oleh karena itu maka kajian ini” Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat”. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 132 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X METODE Data Dan Sumber Data 1. Data Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Tere Liye yang berjudul “Dikatakan atau Tidak Dikatakan Tetap Cinta”. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari beberapa referensi dan buku Sosiologi Sastra (Studi, Teori dan Interpretasi) yang diterbitkan di Yogyakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan pustaka. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah tentang pendekatan sosiologi sastra dalam kumpulan puisi tere liye yang berjudul “Dikatakan atau Tidak Dikatakan Tetap Cinta”. Hal yang sangat mendasari peneliti mengambil puisi atau sajak ini adalah karena sajak ini menceritakan “Cinta” yang dimetaforkan sebagai sisi kehidupan manusia. 4. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Sutopo (2006), metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta, sedangkan metode noninteraktif meliputi observasi takberperanserta, tehnik kuesioner, mencatat dokumen, dan partisipasi tidak berperan. Sedangkan pendapat yang lain bahwa metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006). Furchan (2004) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 133 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen. Dalam menganalisis data, ada beberapa prosedur yang akan digunakan diantaranya. a. Identifikasi Data Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap identifikasi data adalah sebagai berikut: i. Memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan; ii. Hanya memasukkan data yang bersifat objektif; dan iii. Hanya memasukkan data yang otentik. b. Klasifikasi Data i. Pengklasifikasian data yaitu penggolongan aneka ragam data itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya terbatas. ii. Koding yaitu usaha mengklasifikasikan uraian data dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. c. Interpretasi Data Dalam interpretasi data merupakan acuan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode deduksi. Metode deduksi adalah suatu pola pemikiran untuk mengambil kesimpulan dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum untuk mengajak kepada hal-hal yang khusus. Metode ini digunakan untuk menganalisis dan menentukan data tentang pengkajian sosiologi sastra dalam kumpulan puisi tere liye yang berjudul “Dikatakan atau Tidak Dikatakan Tetap Cinta”. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data DATA 1 SAJAK UN Jika cinta adalah pilihan, maka dia persis soal pilihan ganda. Jika cinta adalah alasan, maka dia persis soal esai. Jika cinta adalah kesempatan, maka dia persis soal “benar” atau “salah” Jika cinta adalah kecocokan, maka dia persis soal mencocokkan daftar A dengan daftar B. Entahlah, jenis soal seperti apa cinta ini. Yang pasti, tidak ada cinta yang tidak pernah diuji. Dan ketahuilah, semakin tinggi cinta itu, maka akan semakin dahsyat Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 134 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X ujiannya. Jangan mengeluh. Jangan risau. Hanya orang-orang terbaik yang akan lulus. Lantas melihat kristal cintanya begitu indah. Analisis: Jika cinta adalah pilihan, maka dia persis soal pilihan ganda. Jika cinta adalah alasan, maka dia persis soal esai. Jika cinta adalah kesempatan, maka dia persis soal “benar” atau “salah” Jika cinta adalah kecocokan, maka dia persis soal mencocokkan daftar A dengan daftar B. Pengkajian makna: Ujian nasional dalam puisi tersebut mengibaratkan cinta penuh dengan ujian, cinta itu adalah tentang benar dan salah, ketika menghadapi cinta jangan mengeluh dan jangan risau dan jika pembaca memiliki cinta kepada pasangan maka cinta itu sangat dahsyat ujiannya. Entahlah, jenis soal seperti apa cinta ini. Yang pasti, tidak ada cinta yang tidak pernah diuji. Dan ketahuilah, semakin tinggi cinta itu, maka akan semakin dahsyat ujiannya. Jangan mengeluh. Jangan risau. Hanya orang-orang terbaik yang akan lulus. Lantas melihat kristal cintanya begitu indah. Pengkajian makna: Ini dapat diartikan sebagai seseorang yang dapat menghadapi rintangan dan ujian dari Allah SWT yang akan lulus menjadi terbaik untuk pasangan hidup seseorang itu. Bila dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judulnya saja itu sudah merupakan Ujian Nasional. Karena UN merupakan ujian tertulis pada jenjang sekolah di Sekolah formal seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada kegitan itu pelaksanaannya adalah ujian tes tertulis, bukanlah ujian cinta. Jika dilihat dari sisi penyairnya pada waktu itu si penyair ingin menyampaikan tentang cinta kepada seseorang dan si penyair juga berusaha untuk menghapuskan pandangan serius tentang Ujian Nasional sehingga menggambarkan ujian cinta si penyair hanya dapat menyampaikannya lewat sebuah puisi. Di sini penyair menyampaikan sebuah pesan kepada pembaca atau masyrakat yaitu beberapa aspek ketika ujian nasional agar pembaca atau masyarakat diharapkan memiliki sifat-kuat dalam ujian cinta karena gambaran ujian cinta itu adalah kesempatan, karakter kuat itu yaitu jangan mengeluh dengan rintangan dan ujian cinta karena hanya orang terbaik yang Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 135 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X akan lulus. DATA 2 SAAT HUJAN Berteriaklah di depan air terjun tinggi, Debam suaranya memekakkan telinga Agar tidak yang tahu kau sedang berteriak. Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi Pucuk-pucuknya lebih tinggi dari kepala Agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari. Termenunglah di tengah senyapnya pagi yang kicau burung pun hilang entah ke mana Agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu. Dan, menangislah saat hujan Ketika air membasuh wajah Agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, kawan. Perasaan adalah perasaan Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan. Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan. Tidak berkurang satu helai pun nilainya. Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya. Perasaan adalah perasaan Hidup bersamanya bukan kemalangan. Hei, bukankah dia memberikan kesadaran Betapa indahnya dunia ini? Hanya orang-orang terbaiklah yang akan menerima kabar baik. Hanya orang-orang bersabarlah yang akan menerima hadiah indah. Analisis: Berteriaklah di depan air terjun tinggi, Debam suaranya memekakkan telinga Agar tidak yang tahu kau sedang berteriak. Pengkajian makna: Pada bagian ini ketika kau merasa sedih atau senang kamu dapat meluapkan emosi di tempat ini yaitu depan air terjun karena suaranya yang keras akan meredam suara manusia yang berteriak sehingga tidak akan ada yang tahu kau sedang berteriak. Penyair ingin menggambarkan ketidaknyamanan seseorang dapat diluapkan dengan berteriak di depan air terjun dengan harapan ketika meluapkan emosi orang lain tidak akan tahu. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 136 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi Pucuk-pucuknya lebih tinggi dari kepala Agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari. Pengkajian Makna: Puisi tersebut menggambarkan seseorang yang berlari di padang ilalang yang tinggi dan dia tidak dapat terlihat orang lain karena terhalangi oleh pucuk-pucuk ilalang yang lebih tinggi dari kepala. Disini penyair menyampaikan pesan kepada pembaca atau masyarakat saat hujan jika tidak ingin ketahuan orang lain maka berlarilah ke padang ilalang karena bentuknya yang tinggi sehingga ketika berlari dia tidak terlihat orang lain. Termenunglah di tengah senyapnya pagi yang kicau burung pun hilang entah ke mana Agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu. Dan, menangislah saat hujan Ketika air membasuh wajah Agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, kawan. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan jika seseorang ingin termenung, dan mencoba untuk menghilangkan kesepiannya dengan termangu yaitu di waktu pagi karena di tengah senyapnya pagi kicau burung pun tidak terdengar. Ketika seseorang menangis pada saat hujan maka tangisan itu tidak akan terdengar karena berbarengan dengan suara hujan. Penyair ingin memberikan nasihat kepada pembaca pada waktu pagi orang yang termenung tidak akan diperhatikan karena kesunyian pagi. Dan ketika hujan orang yang akan menangis tidak akan terlihat menangis karena berbarengan dengan air hujan yang mengalir. Perasaan adalah perasaan Tidak kita bagikan, dia tetap perasaan. Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan. Tidak berkurang satu helai pun nilainya. Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 137 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Penyair ingin memberikan nasihat kepada pembaca bahwa perasaan tetaplah perasaan walaupun dibagikan, disampaikan dan diceritakan. Dan perasaan tidak dapat berkurang nilainya. DATA 3 RAHASIA KECIL Kalau kita ingin tahu setidak-tidaknya sebuah gedung, lihatlah toiletnya. Kalau kita ingin tahu setidak-tidaknya sebuah kamar, lihatlah seprai ranjangnya. Kalau kita ingin tahu warung makan yang lezat, lihatlah pengunjungnya. Kalau kita mau tahu rahasia satu kompleks perumahan, tanyakanlah ke mamang sayur. Kalau kita mau tahu lantai-lantai gedung, tanyakanlah ke kurir surat. Kalau kita mau tahu jalan-jalan pintas, tanyakanlah ke tukang ojek. Dan terakhir, tentu saja, kalau kita mau tahu rahasia orang-orang yang sedang jatuh cinta, Kelakuan ajaibnya, semua galaunya, Maka tanyakanlah ke teman dekatnya. Ke sanalah semua rahasianya tumpah. Sadar atau tidak sadar. Ssttt, tapi ini rahasia kecil. Jangan bilang-bilang. Analisis: Kalau kita ingin tahu setidak-tidaknya sebuah gedung, lihatlah toiletnya. Kalau kita ingin tahu setidak-tidaknya sebuah kamar, lihatlah seprai ranjangnya. Kalau kita ingin tahu warung makan yang lezat, lihatlah pengunjungnya. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Kalau dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judulnya saja itu merupakan sesuatu Penyair ingin memberikan nasihat kepada pembaca bahwa perasaan tetaplah perasaan walaupun dibagikan, disampaikan dan diceritakan. Dan perasaan tidak dapat berkurang nilainya. Kalau kita mau tahu rahasia satu kompleks perumahan, tanyakanlah ke mamang sayur. Kalau kita mau tahu lantai-lantai gedung, tanyakanlah ke kurir surat. Kalau kita mau tahu jalan-jalan pintas, tanyakanlah ke tukang ojek. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 138 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Kalau dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judulnya saja itu merupakan sesuatu. Penyair ingin memberikan nasihat kepada pembaca bahwa perasaan tetaplah perasaan walaupun dibagikan, disampaikan dan diceritakan. Dan perasaan tidak bisa berkurang nilainya. Dan terakhir, tentu saja, kalau kita mau tahu rahasia orang-orang yang sedang jatuh cinta, Kelakuan ajaibnya, semua galaunya, Maka tanyakanlah ke teman dekatnya. Ke sanalah semua rahasianya tumpah. Sadar atau tidak sadar. Ssttt, tapi ini rahasia kecil. Jangan bilang-bilang. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Kalau dikaitkan dengan kenyataan sehari-hari, dari judulnya saja itu merupakan sesuatu. Penyair ingin memberikan nasihat kepada pembaca bahwa perasaan tetaplah perasaan walaupun dibagikan, disampaikan dan diceritakan. Dan perasaan tidak dapat berkurang nilainya. DATA 4 MEMILIKIMU Aku mencintai sunset, menatap kaki langit, ombak berdebur. Tapi aku tidak akan pernah membawa matahari ke rumah. Kalaupun itu dapat dilakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyukai bulan, entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana. Tapi aku tidak akan memasukannnya ke dalam ransel. Kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan kulakukan. Aku menyayangi serumpun mawar, berbunga warna-warni, mekar semerbak. Tapi aku tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar. Tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah kulakukan. Aku mengasihi kunang-kunang, Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 139 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X terbang mendesing, kerlap-kerlip, di atas rerumputan gelap. Tapi aku tidak akan menangkapnya, dibotolkan, menjadi penghias di meja makan. Tentu masuk akal dilakukan, pakai perangkap, namun tidak akan pernah kulakukan. Ada banyak sekali jenis cinta di dunia ini. Yang jika kita cinta, bukan lantas harus memiliki. Ada banyak sekali jenis suka, kasih dan sayang di dunia ini. Yang jika memang demikian, tidak harus dibawa pulang. Egois sekali, kawan, jika tetap kaulakukan. Lihatlah, tiada lagi sunset tanpa matahari Tiada lagi indah langit tanpa purnama Juga taman tanpa mawar merekah Ataupun temaram malam tanpa kunang-kunang. Ada banyak sekali cinta di dunia ini Yang jika sungguh cinta, kita akan membiarkannya Seperti apa adanya Hanya menyimpan perasaan itu dalam hati. Selalu begitu, hingga akhir nanti. Analisis: Aku mencintai sunset, menatap kaki langit, ombak berdebur. Tapi aku tidak akan pernah membawa matahari ke rumah. Kalaupun itu dapat dilakukan, tetap tidak akan kulakukan. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Aku menyukai bulan, entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana. Tapi aku tidak akan memasukannnya ke dalam ransel. Kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan kulakukan. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. Aku menyayangi serumpun mawar, berbunga warna-warni, mekar semerbak. Tapi aku tidak akan memotongnya, meletakkannya di kamar. Tentu bisa dilakukan, apa susahnya, namun tidak akan pernah kulakukan. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 140 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia adalah perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata tetapi dengan dirasakan oleh seseorang dan tidak dapat berkurang nilainya. DATA 5 SAJAK JANGAN HABISKAN Kawan, jangan habiskan air mata untuk menangisi seseorang, yang jangan- jangan tidak pernah menangis untuk kita. Jangan habiskan waktu untuk memikirkan seseorang, yang boleh jadi tidak pernah memikirkan kita. Hidup ini memang kadang ganjil sekali. Ada miliaran orang, tapi kita menambatkan satu hati. Ada berjuta kesempatan, tapi kita memilih satu saja. Hidup ini memang kadang rumit sekali. Ada banyak hari esok, tapi kita tetap tidak beranjak. Terlalu banyak hari kemarin, tapi kita terus terbenam. Aduhai, hidup ini memang kadang menyebalkan sekali. Ada begitu banyak tempat, tapi kita masih di situ-situ saja. Ada begitu banyak pilihan kendaraan, tapi kita tidak segera naik. Masih saja di sana. Menatap kosong kesibukan sekitar. Sungguh, jangan habiskan waktu kita Untuk seseorang yang tidak pernah tahu Bahwa kita menghabiskan waktu demi dia. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia yang menambatkan satu hati yang tidak pernah mencintainya sehingga hanya membuang waktu saja. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia yang jatuh cinta menghabiskan waktu untuk seseorang yang tidak tahu kita mencintainya dan mengharapkannya. Mengharapkan seseorang yang tidak pasti hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika jatuh cinta maka mencintailah seseorang yang juga mencintainya tidak menghabiskan waktu kepada seseorang yang tidak mencintainya. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 141 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X DATA 6 SAJAK “KALAUPUN TIDAK” Kalaupun dia tidak tahu kita menyukainya Kalaupun dia tidak tahu kita merindukannya Kalaupun dia tidak tahu kita menghabiskan waktu memikirkannya Maka itu tetap cinta. Tidak berkurang sesenti pun perasaan tersebut. Justru dengan ngotot ingin bilang, ingin pacaran, ingin aneh-aneh, Perasaan itu tiba-tiba bermetaforsis menjadi egoisme dan sebatas keinginan yang tidak terkendali saja. Bersabar dan diam lebih baik. Jika memang jodoh akan terbuka sendiri jalan terbaiknya. Jika tidak, akan digantikan dengan orang yang lebih baik. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa cinta merupakan sebuah keinginan yang tidak terkendali ingin menjalin kasih dengan pasangannya. Tetapi perasaan cinta itu tidak terkendali dan jika memang jodohnya akan mudah jalannya dan jika bukan jodohnya akan digantikan dengan seseorang yang lebih baik. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia memaksakan orang lain untuk mencintai kita untuk menjalin kasih karena bersabar itu lebih baik karena jodoh sudah ditentukan oleh Allah SWT Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika jatuh cinta maka bersabarlah untuk menemukan jodohnya karena jika jodohnya itu akan mudah jalannya dan jika bukan jodoh Allah SWT akan menggantikan yang lebih baik. DATA 7 BENCI Aku membencimu seperti aku membenci bayanganku Seperti bunga membenci duri-durinya Seperti kanguru membenci kantong di perutnya Seperti ngarai membenci buih dan percik airnya Seperti laptop membenci keyboard-nya Seperti ular membenci bisa Seperti handphone membenci simcard... Dan sejuta seperti-seperti yang lain. Aku membencimu seperti aku membenci bayanganku. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 142 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan benci seorang manusia kepada satu hati dan dibaratkan oleh beberapa benda baik hewan atau benda mati. Penyair ingin menggambarkan bahwa kebencian seseorang yang jatuh cinta adalah seperti membenci sebuah bayangan yang terus mengikuti kemana arah kita pergi. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika jatuh cinta maka jangan sampai kita membenci orang yang kita sayangi karena kebencian tidak akan membuatmu bahagia. DATA 8 SAJAK MENJAGAMU Akan kurawat kau dalam diam Agar tumbuh penuh pemahaman Akan kurawat kau dalam hening Agar tumbuh tinggi penuh kesabaran Akan kurawat kau dalam senyap Agar tumbuh kokoh penuh keikhlasan. Sungguh akan kurawat kau Agar tidak ada yang menyakiti Pun kalau memang harus disakiti Kau dan aku tahu apa yang terbaik dilakukan Pun kalau memang harus gugur daun Kau dan aku tahu besok lusa akan kembali rindang. Akan kurawat kau dengan baik Duhai "perasaaanku" Agar kita bisa melewati semua kisah Cerita sedih maupun gembira Karena kau adalah milikku satu-satunya Dan setiap orang memiliki "perasaannya" masing-masing Kan kujaga "perasaanku" sebaik-baiknya. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa jaga dan rawatlah perasaan seorang manusia seperti gembira dan sedih sehingga sehingga kita akan menikmati hidup. Penyair ingin menggambarkan menjaga perasaan adalah suatu bentuk kebahagiaan sehingga bisa menjalani hidup baik senang ataupun sedih. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 143 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu jagalah dan rawatlah perasaanmu untuk belajar kesabaran dan keikhlasan sehingga kamu bisa menjaga perasaanmu dari kebahagiaan dan kesedihan. DATA 9 ANGIN, HUJAN DAN SAKIT HATI Kenapa ada angin? Agar orang-orang tahu ada udara di sekitarnya. Tiap detik kita menghirup udara, kadang lupa sedang bernapas. Tiap detik kita berada dalam udara, lebih sering tidak menyadarinya. Angin memberi kabar bagi para pemikir Wahai, sungguh ada sesuatu di sekitar kita Meski tidak terlihat, tidak bisa dipegang. Kenapa ada hujan? Agar orang-orang paham ada langit di atas sana. Tiap detik kita melintas di bawahnya, lebih sering mengeluh. Tiap detik kita bernaung di bawahnya, lebih sering mengabaikan. Hujan memberi kabar bagi para pujangga. Aduhai, sungguh ada yang menaungi di atas Meski tidak tahu batasnya, tidak ada wujudnya. Begitulah kehidupan. Ada banyak pertanda bagi orang yang mau memikirkannya. Kenapa kita sakit hati? Agar orang-orang paham dia adalah manusia. Tiap saat kita melalui hidup, lebih sering tidak peduli Tiap saat kita menjalani hidup, mungkin tidak merasa sedang hidup Sakit hati memberi kabar bagi manusia bahwa kita adalah manusia Sungguh, tidak ada binatang yang bisa sakit hati Apalagi batu, kayu, tanah tiada pernah mereka sakit hati. Maka berdirilah sejenak, rasakan angin menerpa wajah Lantas tersenyum, ada udara di sekitar kita. Maka mendongaklah menatap ke atas, tatap bulan gemintang atau langit biru tersaput awan Lantas menangguk takzim, ada langit di atas sana. Maka berhentilah sejenak saat sakit hati itu tiba, rasakan segenap sensasinya. Lantas tertawa kecil atau terkekeh juga boleh, kita adalah manusia. Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa rasa syukur sebagai manusia karena pernah sakit hati karena itu yang membedakan kita dengan Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 144 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya dan mensyukuri ciptaan ALLAH SWT seperti angin seperti udara untuk bernafas dan hujan ada langit yang menaungi kita dalam kehidupan. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia tidak bersyukur tentang kehidupan dan alam ini. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu pandailah bersyukur sebagai manusia karena kita bisa merasakan sakit hati karena kita adalah manusia dan bisa menikmati udara dan hujan. DATA 10 KELIRU Maaf, aku sudah pindah rumah Tentu saja tidak akan ditemukan di sana Pohon kelapanya sudah lama tumbang Juga taman mawar di sebelah parit Bersama kusamnya cat dinding depan Maaf, aku tidak memberitahumu Bukan tak ingin Bukan karena masih menyakitkan Tapi bahkan saat kuketikan namamu di Google, tidak kutemukan Jadi harus ke mana kucari nomor HP-mu? Maaf, aku sudah pindah rumah Entah apakah kau akan membaca kertas ini atau tidak Atau terlanjur dimakan rayap hingga terberai hancur Seperti perasaan yang dimakan kebencian Jadi.. maaf ya, Pak Bambang Kalau ada kiriman paket atau surat, tolong kirimkan saja ke kantor Kalau kantor saya belum pindah Masih ingat kan alamatnya? Pengkajian Makna: Puisi tersebut juga menggambarkan bahwa seseorang yang pergi entah kemana dan tidak meninggalkan alamat dan jejak sehingga tidak memberitahukan temannya untuk bisa mencarinya sehingga terjadi kekeliruan dalam mencari alamat. Penyair ingin menggambarkan kekeliruan dalam mencari seseorang yang telah pergi dan tidak meninggalkan alamat barunya. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 145 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika kita pergi atau pindah rumah sebaiknya sebagai masyarakat yang suka bergaul memberikan alamat kepada tetangga kita ketika tetangga ada yang mencari dan perlu dengan kita maka akan mudah ditemukan. DATA 11 SAJAK EMBUN DAN PERASAAN Kenapa embun itu indah? Karena butir airnya tidak menetes Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun. Kenapa purnama itu elok? Karena bulan balas menatap di angkasa Sekali dia bergerak, tidak ada lagi purnama. Aduhai, mengapa sunset menakjubkan? Karena matahari menggelayut malas di kaki langit Sekali dia melaju, hanya tersisa gelap dan debur ombak. Mengapa pagi menentramkan dan dingin? Karena kabut mengambang di sekitar Sekali dia menguap, tidak ada lagi pagi. Di dunia ini, Duhai, ada banyak sekali momen-momen terbaik Meski singkat, sekejap Yang jika belum terjadi langkah berikutnya Maka dia akan selalu spesial. Sama dengan kehidupan kita, perasaan kita Menyimpan perasaan itu indah Karena penuh misteri dan menduga Sekali dia tersampaikan, tidak ada lagi menyimpan. Menunggu seseorang itu elok Karena kita terus berharap dan berdoa Sekali masanya tiba, tiada lain kecuali jawaban dari kepastian Sungguh tidak akan keliru bagi orang-orang yang paham. Wahai, tahukah kita kenapa embun itu indah? Karena butir airnya tidak menetes Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun Masa singkat yang begitu berharga. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa menyimpan perasaan itu indah diibaratkan keindahan embun. Penyair ingin menggambarkan perasaan seseorang dalam menunggu dan bersabar Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 146 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu dalam kehidupan ini bahwa menyimpan perasaan itu indah menunggu seseorang itu elok dan bersabar itu sungguh menakjubkan seperti keindahan embun yang tidak menetes sekali dia menetes tidak ada lagi embun. DATA 12 SEPOTONG BULAN UNTUK BERDUA Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita melihat bulan yang sama, mensyukuri banyak hal, berterima-kasih atas segalanya.. Terutama atas kesempatan untuk saling mengenal, esok-pagi semoga semuanya dimudahkan.. Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita menatap bulan yang satu, percaya atas kekuatan janji-janji masa depan, keindahan hidup sederhana, berbagi dan bekerja keras, Mencintai sekitar dengan tulus dan apa adanya.. Malam ini, Saat dikau menatap bulan, yakinlah kita menatap bulan itu, Semoga yang Maha memiliki langit memberikan kesempatan, suatu saat nanti, dengan segenap pemahaman baik, menjaga kehormatan perasaan kita menatap bulan, dari satu bingkai jendela. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut mengibaratkan ketika dua sepasang kekasih sedang menatap bulan dan berdoa untuk diberikan kesempatan untuk saling mengenal, untuk berjanji di masa depan dan berdoa semoga yang maha memiliki langit memberikan kesempatan pada suatu saat nanti. Penyair ingin menggambarkan untuk menyukuri banyak hal tentang perkenalan sepasang kekasih. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika memiliki pasangan hidup hendaknya kita mentukuri banyak hal beterimakasih atas segalanya dapat mengenal dapat berbagi dan bekerja keras dan juga mencintai sekitar dengan tulus. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 147 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X DATA 13 SAJAK REMOTE Off/On Mute Menu Sleep Timer Stop Freeze Previous Volume Angka 0-9 Favourite Seandainya aku bisa mengatur-atur perasaan ini persis seperti remote Maka sekarang akan ku-cancel, reset, atau malah off sajalah semua perasaanku padamu! Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut perasaan seseorang terhadap kekasihnya diibaratkan seperti remote yang dapat mengatur channel televisi maka ku hapuslah semua perasaan seseorang itu terhadap kekasihnya. Penyair ingin menggambarkan seorang yang patah hati ingin menghapus perasaannya seperti di ibaratkan remote. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika seorang yang patah hati dapat menghapus perasaannya dan dapat menjalani hidup dengan perasaan yang baru. DATA 14 DIAM SEBENTAR Sssst... Diamlah sebentar! Cinta sejati hanya bisa didengar justru dalam senyap Bukan gegap gempita kalimat yang mengaburkan makna Dan kita tertipu oleh tampilannya Sssst... Ayo duduk sejenak! Cinta sejati hanya bisa dikenali saat sepi Diperhatikan dengan seksama, dalam kesadaran diri paripurna Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 148 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Bukan berisik teriak-teriak "Aku cinta kamu!" Tapi esok lusa kita meratao kencang-kencang sebaliknya. Sssst... Bisakah kita diam dulu? Agar cinta sejati menunjukkan diri sebenarnya Apakah yang ini, atau yang itu, atau mungkin yang lain lagi Dan kita harus menunggu dan bersabar. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa cinta sejati tidak perlu di ungkapkan dengan banyak kata-kata justru cinta sejati itu didengar, dikenali, dan menunggu dengan sabar. Penyair ingin menggambarkan ketika memiliki cinta sejati hendaknya tidak perlu diungkapkan dengan banyak kata-kata tetapi dengan diam. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita bisa mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu cinta sejati bisa dirasakan dalam diam, didengar dalam senyap, dikenali saat sepi, dan cinta sejati itu harus menunggu dan bersabar. DATA 15 SENDIRI Tidakkah kita memikirkan Jangan-jangan purnama yang bercahaya indah itu Ternyata kesepian Menatap kita dari atas sana, dalam lengang Sendirian. Tidakkah kita memperhatikan Jangan-jangan gunung kokoh berdiri menjulang itu Ternyata kesepian Menatap kita dari puncaknya, dalam senyap Sendirian. Tidakkah kita mengamati Jangan-jangan hidup otang-orang besar Yang gemerlap diperhatikan orang banyak Yang menjadi bahan pembicaraan Yang begitu memesona, begitu hebat Ternyata kesepian Sendirian. Maka bersyukurlah yang memiliki keluarga Memiliki teman-teman terbaik Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 149 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Boleh jadi, kitalah bulan purnama dalam hidup ini Kitalah gunung kokoh bagi mereka Dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita Dan kita menyayangi mereka. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut menggambarkan bahwa kesendirian diibaratkan seperti purnama, gunung kokoh yang menatap kita dalam kesendirian maka bersukurlah sebagai manusia yang memiliki keluarga, teman terbaik dengan dikelilingi orang yang menyayangi kita. Penyair ingin menggambarkan janganlah kita seperti bulan purnama dan gunung dalam senyap sendirian, dan seperti orang besar yang gemerlap ternyata kesepian dan kesendirian. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika kita sebagai manusia bersyukurlah memiliki keluarga, teman terbaik dan dikelilingi orang-orang yang menyayangi kita tidak seperti bulan purnama, gunung dan orang-orang besar yang kesepian dan sendiri. DATA 16 SI PEMBAWA PESAN Lapar adalah si pembawa pesan Bahwa tubuh kita minta diisi agar bertenaga Haus juga si pembawa pesan Bahwa tubuh kita minta disiram agar kembali segar Kebelet ke belakang juga si pembawa pesan Bahwa tubuh kita hendak mengeluarkan sesuatu Ada begitu banyak si pembawa pesan Setia mengingatkan, objektif tanpa peduli kondisi kita Pun termasuk ketika kita sakit hati, Kawan Itu juga si pembawa pesan Bahwa kita punya sesuatu di dalam sana Tidak penah kita lihat, tidak bisa kita pegang Tapi kita tahu, kita semua punya hati Maka, besok lusa hormatilah orang lain Jangan sebaliknya, jadi sumber menyakiti hati orang lain Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 150 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut kegiatan manusia seperti lapar, haus, kebelet, sakit hati, dan seseorang yang memiliki perasaan adalah si pembawa pesan. Penyair ingin menggambarkan kegiatan manusia seperti lapar, haus, kebelet, sakit hati, dan seseorang yang memiliki perasaan adalah si pembawa pesan oleh karena itu hormatilah perasaan orang lain jangan sebaiknya menjadi sumber menyakiti perasaan orang lain. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu setiap orang memiliki perasaaan maka hormatilah hati orang lain jangan sebaliknya menjadi sumber menyakiti perasaan orang lain. DATA 17 SAJAK TIDAK DITULISKAN Kau tahu, Kawan, Kasih sayang tidak dibisikkan lewat kata-kata Karena setelah kata itu hilang, tiada yang tersisa Kasih sayang juga tidak dituliskan di atas kertas, batu, bahkan besi sekalipun Karena kertas bisa robek, batu bisa hancur, dan baja besi bisa berkarat, dan tiada yang tersisa Kasih sayang pun tidak disimbolkan dengan cincin, hadiah, dan sebagainya Karena benda di dunia tiada yang abadi, akan rusak pun binasa Kasih sayang selalu diungkap dengan perbuatan Lantas perbuatan mengukir kenangan dalam waktu Akan terus dipeluk erat oleh para pecinta yang mengerti Menyajak kasih sayang sesuai petunjuknya Tidak melanggar batas, tidak pula melampaui nafsu Hingga kelak kemudian bertemu kembali Dalam janji Tuhan yang sungguh pasti Sungguh beruntunglah mereka. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan kasih sayang tidak dibisikkan kata-kata, tidak dituliskan di atas kertas, batu, bahkan besi sekalipun, kasih sayangpun tidak disimbolkan dengan cincin, hadiah, dan sebagainya tetapi kasih sayang selalu diungkap dengan perbuatan. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia yang jatuh Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 151 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X cinta menghabiskan waktu untuk seseorang yang tidak tahu kita mencintainya dan mengharapkannya. Mengharapkan seseorang yang tidak pasti hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu kasih sayang manusia tidak dibisikkan, ditulis dan disimbolkan tetapi kasih sayang para pecinta kasih sayang menjalaninya sesuai dengan petunjuknya tidak melanggar batas dan tidak pula melampaui nafsu sehingga beruntunglah yang merasakan kasih sayang. DATA 18 SAJAK PUTRI DAN PANGERAN Aku akan jatuh cinta, tentu saja Seorang putri selalu jatuh cinta Tapi tidak sekarang atau hanya untuk urusan murah Aku akan jatuh cinta, kepada seorang pangeran Yang datang dengan gagah berani Menagambil tanggung jawab dalam hubungan yang diberkahi Menjadi imam sampai mati. Aku akan jatuh cinta, tentu saja Seorang pangeran selalu jatuh cinta Tapi tidak sekarang atau hanya untuk hubungan main-main Aku akan jatuh cinta, kepada seorang putri Yang diambil dari tempat terhormatnya, dengan cara terbaiknya Mengikatkan diri pada hubungan yang dirahmati Menjadi pasangan bidadari hingga hari penghabisan nanti. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa ketika jatuh cinta diibaratkan seperti putri yang jatuh cinta hanya kepada pangeran yang bertanggung jawab dan seperti pangeran yang akan jatuh cinta kepada putri yang diambil dari tempat terhormatnya dengan cara terbaik dalam ikatan suci pernikahan. Penyair ingin menggambarkan sebagai manusia yang jatuh cinta pilihlah pasangan hidup seperti pangeran yang bertanggung jawab dan putri yang terhormat dalam satukan hubungan yang dirahmati itu dengan ikatan suci pernikahan. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 152 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika jatuh cinta adalah dengan pasangan yang bertanggung jawab dan terhormat sehingga hubungan cinta itu dapat berlanjut ke dalam ikatan suci pernikahan. DATA 19 SAJAK KALKULATOR PERASAAN 1 hari ditambah 1 hari tidak otomatis jadi 2 hari Jika itu rindu, maka hasilnya bisa berminggu-minggu waktu, mana tahan Jika itu pertemuan, maka hasilnya hanya sekejap saja, cepat sekali terasa 1.000 km jarak ditambah 500 km jarak tidak otomatis jadi 1.500 km Kalau itu dekatnya hati, maka hasilnya 0 saja, selalu dekat di hati Tapi kalau itu perjalanan menemui belahan hati, maka aduh terasa jauh sekali Urusan perasaan kadang tak sesederhana kalkulator Golongan darah O menikah dengan golongan darah O, pastilah anaknya O Tapi benci bertemu benci, tidak otomatis berpisah, kalau jodoh tidak akan ke mana Pun cinta bertemu cinta, tidak otomatis bersatu, kalau tidak jodoh tidak akan terjadi Aduhai, urusan perasaan tidak sepasti teori biologi Dan jelas tidak macam sedang download sesuatu, berapa persennya ketahuan Kita tidak pernah bisa mengukur persentase rasa suka Dan jelas tidak seperti penunjuk kecepatan, berapa kilometer per jam Kita tidak pernah bisa menghitung kecepatan berkurang atau bertambahnya rasa sayang Urusan perasaan bahkan lebih rumit dari rumus matematika 10 dikurang 1 tidak bearti 9 10 dikurang 10 tidak bearti 0 Kalau itu perasaan, semakin dikurangi, semakin dienyahkan, dipaksa dibuang Hasilnya justru berlipat ganda jadi 100 atau bahkan 1.000 Tumbuh tak terbilang Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia yang menambatkan kepada belahan hatinya tidak seperti kalkulator yang selalu dihitung dengan rumus matematika. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia yang jatuh Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 153 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X cinta menghitung rasa suka dan bencinya karena semua tidak dapat terhitung. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu perasaan itu bukan seperti teori biologi, teori matematika ataupun sesederhana kalkulator. Karena perasaan itu lebih rumit dari rumus matematika tumbuh tak terbilang. DATA 20 BUKANKAH, ATAU BUKANKAH Bukankah, banyak yang berharap jawaban dari seseorang? yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya "Jadi, jawaban apa yang harus diberikan?" Bukankah, banyak yang menanti penjelasan dari seseorang? yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa "Aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?" Bukankah, banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji "Kau menungguku? Sejak kapan?" Bukankah, banyak yang menambatkan harapan yang sayangnya, seseorang itu bahkan belum membangun dermaga "Akan kau tambatkan di mana?" Bukankah, banyak yang menatap dari kejauhan yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain Bukankah, banyak yang menulis puisi, sajak-sajak, surat-surat, tulisan-tulisan yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama pun bagaimana akan membacanya Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan Ada yang mekar indah senantiasa terjaga Ada yang layu sebelum waktunya Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga Tapi juga berakhir bahagia Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 154 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa ketika seseorang sedang menunggu jawaban, penjelasan, menambatkan harapan tidak menyadari sedang ditunggu. Ketika menatap seseorang sedangkan yang ditatap sibuk memperhatikan orang lain dan ketika menulis puisi tetapi seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu sedang menjadi tokoh utama. Sedangkan urusan perasaan selalu menjadi bunga kehidupan. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia yang jatuh cinta mengharapkan seseorang yang sama sekali tidak mengerti perasaannya. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu banyak yang menambatkan hatinya kepada seseorang yang tidak membalas cintanya. Urusan perasaan ada yang tumbuh terjaga ada yang layu mudah-mudahan bagian kita tidak hanya tumbuh terjaga tetapi berakhir bahagia. DATA 21 DAN KESEDIHAN DIHABISI OLEH WAKTU Kita hapus nomor HP-nya di phone book Kita delete alamat emailnya di address book Kita buang whatsapp-nya Kita putus BBM-nya, Sayang beribu sayang, Kita sudah terlanjur ingat Di luar kepala hafal nomornya Bahkan saat tidur pun bisa mengigau pin BB-nya Kita hapus message-nya Kita delete foto-fotonya Kita remove dari friend list, bahkan block sekaligus Kita usir jauh-jauh dari home Sungguh jangan ganggu lagi di dunia maya Sayang beribu sayang, Kita tetap kepo, stalking, ngintip Ingin tahu apa yang dia lakukan Bahkan bangun tidur, masih ileran First thing in the morning Inilah sajak melupakan di zaman modern Sungguh malang anak sekarang Karena zaman dulu, Orangtua kita paling cukup membakar tumpukan surat Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 155 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Atau mengirim telegram: "lupakan saja, koma, jangan hubungi aku lagi. titikhabis" Dan kesedihan dihabisi oleh waktu. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa perasaan seorang manusia yang patah hati menghapus kenangan tentang dia. Semua tentang dia dihapus. Penyair ingin menggambarkan bahwa kehidupan zaman modern berbeda dengan zaman dulu sekarang ketika seseorang yang patah hati untuk menghapus kenangan kekasihnya harus menghapus kenangan tersebut dalam aplikasi teknologi yang banyak tetapi zaman dulu kenangan itu hanya untuk sekedar menghapus tumpukan surat saja. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika patah hati janganlah kasihanmu itu kamu habiskan dengan waktu sehingga kamu tidak dapat melakukan kegiatan kedepannya dengan baik. DATA 22 PUISI LEBAY Kenapa laut memiliki ombak, tapi aku tak bisa memiliki dia? Aduhai, kenapa langit punya awan putih bergumpal-gumpal lembut tapi aku tak punya dia? Kenapa bunga disukai kumbang, tapi dia tidak suka aku? Wahai, kenapa kereta berjalan di atas rel, tapi dia tidak mau berjalan di atas kehidupanku? Kenapa cincin berjodoh dengan jari manis, tapi dia tidak mau menjadikanku jari manisnya? Kenapa mi suka bersama bakso dalam mangkuk, tapi dia tak suka bersamaku di mana pun--apalagi di mangkuk? Kenapa untuk menulis "lengkap" harus ada huruf "k"-nya, atau nanti jadi "lengap", tapi dia tidak mau jadi huruf apa pun untuk melengkapiku? Padahal lalat saja selalu nempel di tumpukan sampah Dia tidak mau nempel sama sekali padaku Kenapa? Kenapa kalau pak presiden SMS, menterinya selalu me-reply sigap, tapi dia tak pernah membalas satu pun SMS-ku? Kenapa kalau Pak Presiden posting sesuatu selalu di-like/comment/mention, Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 156 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X tapi dia tak pernah sekalipun like/comment/mention aku? Kenapaaa? Hiks, kenapa lau memiliki ombak, tapi aku tidak bisa memiliki dia? Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa seseorang yang bertanya-tanya dengan kehidupan sehingga dia berlebihan memaknai kehidupan. Penyair ingin menggambarkan janganlah sebagai manusia berlebihan memaknai hidup, putus asa, dan tidak optimis. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu ketika seorang manusia menjalani hidup harus optimis dan tidak mudah putus asa. DATA 23 MEKAR Kenapa bunga harus mekar? Kuncup berubah mengembang sempurna Dan dia tahu persis kapan harus mekar Tidak terlambat walau satu detik, tidak juga terlalu cepat. Kenapa bulan harus purnama? Sabit berubah separuh kemudian penuh jadi sempurna Dan dia tahu persis kapan harus purnama Tidak terlambat walau satu kejap mata, tidak juga terlalu cepat. Kenapa kupu-kupu harus melewati fase kepompong? Kepompong terbelah mengeluarkannya Dan dia tahu persis kapan harus keluar Juga tidak terlambat, pun tidak terlalu cepat. Aduhai, kenapa? Entahlah. Tapi sungguh, siapa pun yang sabar dan tekun Akan mekar seperti bunga Akan indah seperti purnama Dan menakjubkan seperti kupu-kupu. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang sempurna itu diibaratkan seperti bunga yang mekar, bulan yang harus purnama dan seperti kupu-kupu harus melewati fase kepompong. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 157 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Penyair ingin menggambarkan lewat puisi ini kehidupan manusia yang sempurna dan bahagia itu seperti mekarnya bunga tidak terlambat dan tidak terlalu cepat. Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia siapapun yang sabar dan tekun akan mekar seperti bunga, indah seperti purnama dan menkjubkan seperti kupu- kupu. DATA 24 BILANG Semangka adalah semangka, meski kita tidak tahu apakah isinya manis atau tawar paling disebut semangka tak berasa Ayam tetaplah ayam, meski ada yang berbulu, ada yang habis bulunya paling disebut ayam tak berbulu Buku adalah buku meski isinya berbahasa Latin dan kita tidak mengerti paling disebut buku entahlah Pun mobil adalah mobil Meski rodanya copot dia paling disebut mobil oleng, mobil tak bisa jalan Maka, Perasaan adalah perasaan Cinta adalah cinta Meski tidak kita bilang, tetap saja cinta Bahkan kalaupun cinta itu ditolak, dihina, dibanting dia sungguh tetap cinta Paling disebut dengan cinta tak sampai cinta terpendam Dan tidak mengapa Kita tahu persis, tidak berkurang nilainya. Pengkajian Makna: Berdasarkan teks puisi tersebut juga menggambarkan semangka tetaplah semangka, ayam tetaplah ayam, buku adalah buku, perasaan adalah perasan, cinta adalah cinta kita tahu persis bentuknya dan nilainya. Penyair ingin menggambarkan manusia. Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 158 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X Kaitan di masyarakat Bahwa sebagai seorang manusia hendaknya kita dapat mengambil nilai yang terdapat di dalamnya yaitu perasaan, cinta meski kita tidak menungkapkannya tetap saja cinta tidak berubah nama dan sebutannya, kita tahu persis alasannya dan tidak berkurang nilainya. KESIMPULAN Analisis puisi karya Tere Liye dengan model atau pendekatan sosiologi sastra memaknai puisi ini dengan mengaitkan kehidupan masyarakat dalam memahami cinta, perasaan, dan kasih sayang sehingga terdapat pembelajaran moral untuk kehidupan masyarakat. Sosiologi sastra lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kumpulan puisi atau sajak tere liye memaknai tentang cinta, perasaan, rahasia, kebencian, jodoh, kesedihan dan sakit hati. Hal tersebut dapat disebut sebagai kesimpulan dari kumpulan puisi ini. Kemudian telah dijelaskan pula aktifitas benda mati, dalam puisi tersebut sajak remote sifat on dan off yaitu seperti perasaan manusia dapat tumbuh dapat mati, mungkin pembaca atau masyarakat terhibur dengan membaca puisi ini. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. (2004). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Damono, S. D. (1989). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Djojosuroto, K. (2006). Pengajaran Puisi, Analisis dan Pemahamannya. Bandung: Nuansa. Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: MedPress. Endraswara, S. (2013). Sosiologi Sastra (Studi, Teori dan Interpretasi). Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI) Furchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, B. (2002). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 159 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya p-ISSN: 2086-6100 Vol. 8 No. 2 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa e-ISSN: 2503-328X University. Pradopo, R. D. (1990). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: UGM Press. Pradopo, R. D. (2005). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapanya. Yogyakarta: Pustaka Pelaja Ratna, N. K. (2003). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarwono. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers. Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Bandung: Grasindo. Sukmadinata. (2006). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suratman dkk. (2011). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Malang: Intimedia. Sutopo, H. B. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Teeuw, A. (1983). Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. Tere Liye. (2014). Kumpulan Sajak: Dikatakan atau Tidak Dikatakan Tetap Cinta. Jakarta: Gramedia Pustaka utama Tarigan, H. G. (1984). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Waluyo, J. H. (1991). Teori dan Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa. Wellek, R. & Warren, A. (1989). Teori Kesusasteraan. Terjemahan Melani Budianto. Jakarta: Gramedia http://kbbi.web.id/ Analisis Sosiologi Sastra Puisi Tere Liye sebagai Pembelajaran Sastra di Masyarakat Hera Wahdah Humaira DOI: https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 160 https://doi.org/10.26714/lensa.8.2.2018.131-160 http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/lensa http://kbbi.web.id/ METODE Analisis puisi karya Tere Liye dengan model atau pendekatan sosiologi sastra memaknai puisi ini dengan mengaitkan kehidupan masyarakat dalam memahami cinta, perasaan, dan kasih sayang sehingga terdapat pembelajaran moral untuk kehidupan masyarakat. Sosiologi sastra lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kumpulan puisi atau sajak tere liye memaknai tentang cinta, perasaan, rahasia, kebencian, jodoh, kesedihan dan sakit hati. Hal tersebut dapat disebut sebagai kesimpulan dari kumpulan puisi ini. Kemudian telah dijelaskan pula aktifitas benda mati, dalam puisi tersebut sajak remote sifat on dan off yaitu seperti perasaan manusia dapat tumbuh dapat mati, mungkin pembaca atau masyarakat terhibur dengan membaca puisi ini. DAFTAR PUSTAKA REFERENCES 17 59 8 3 4 1 1 2 3 98 DAFTAR PUSTAKA