Integrasi Pengajaran Grammar Dengan An Inspiring Song & Game-Based 
Lesson For Young Learners Bagi Siswa Kelas 5 SD Supriyadi Semarang 

Oleh: 
Ririn Ambarini, S.Pd., M.Hum. * 

Anggarani Wilujeng, S.S., M.Hum. ** 

 

Abstract 

 Teaching English to young learners especially for elementary school students will be 
different from teaching high school students. The activities of teaching English for young 
learners in Elementary Schools should be based on the teaching of English that is fun and 
exciting for young learners. Moreover in giving the English activities, an English teacher should 
not five the explanation of gramm in the form of formula, sentence pattern or even language 
rules that have to be memorized by students. Grammar should be taught to the students 
integrated with vocabularies in the form of statements; for example, Grammar can be taught in 
the form of communicative questions directly given to the students. So it will be more useful if 
students experience the language than learn it. Songs and games can be integrated in teaching 
Grammar to young learners and those are kinds of teaching media that can be used to enhance 
students’ understanding on the language and learning the English language. This research is an 
action research that undergoes two cicles. In the first cycle, it was found that the average score 
of the students when they were taught grammar that was dominated by the use of LKS books is 
72.06. It means the percentage of stundents’ capability in learning grammar is 70%. And in the 
second cycle, it was found that the score of the students in learning grammar that was already 
integrated with songs and games is 89.81. it means that the percentage of the students’ ability in 
mastering grammar is 80%. It can be concluded that teaching grammar that is integrated with 
songs and games is very effective to make the young learners interested in learning English 
without being realized that they are still learning. In this case, the English teachers should be 
active enough in choosing the songs that are adjusted with the needs of the students. 

Key words: teaching, grammar, games, songs, young learners, creative, communicative. 

 
A. Pendahuluan 

 
ila kita membicarakan pembelajaran bahasa Inggris untuk anak 
atau yang biasa disebut EYL (English for Young Learners), kita perlu 
memahami siapa yang kita maksud dengan siswa EYL. Yang 

dimaksud sebagai pembelajar muda usia di sini adalah siswa sekolah 
dasar yang berusia antara 6-12 tahun. Mereka dapat dibagi menjadi 2 
kelompok, yaitu Younger Group (6-8 tahun) dan Older Group (9-12). 
 

*   Penulis adalah Staf Pengajar di  
**  Penulis adalah Staf Pengajar di FBBA UNIMUS 

B 



 

Menurut jenjang kelasnya, mereka bisa disebut anak-anak Lower 
Classes, yaitu anak kelas 1, 2, dan 3 serta Upper Classes siswa kelas 4,5, 
dan 6. Sementara itu, Scott dan Ytreberg (1990) membagi mereka 
dalam kelompok Level One atau tingkat pemula (5-7) dan Level Two (8-
10). Kelompok Level Two juga disebut beginners jika mereka baru mulai 
belajar bahasa Inggris pada usia itu. 

Di SD Supriyadi dimana penulis melaksanakan penelitian 
action research para guru bahasa Inggris telah melaksanakan tugas 
pengajarannya seperti apa yang seharusnya di ajarkan untuk anak 
usia sekolah dasar. Para guru telah melaksanakan pengajaran tata 
bahasa (grammar) yang berbasis fun and interesting for young learners 
yaitu menerapkan permainan atau games dalam pengajaran bahasa 
Inggris. Akan tetapi kelemahan yang penulis lihat dalam proses 
pengajaran para guru bahasa Inggris di SD Supriyadi adalah 
kurangnya content dalam penyampaian materi sesuai bahasan yang 
diajarkan (Graham, 2003:45).  

Dengan pengajaran tata bahasa yang di interigasikan dengan 
an inspiring song&game-based lesson for young learners, siswa akan 
lebih termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, dan karena atmosfer 
dari pembelajaran yang menyenangkan dan menarik siswa akan 
lebih percaya diri dan merasa diri nya jauh dari rasa takut ataupun 
gelisah untuk selalu aktif berpartisipasi dan berkomunikasi dengan 
guru ataupun teman-teman dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran 
bahasa Inggris. 

 
B. Rumusan Masalah 

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini 
adalah: 
1. Bagaimanakah integrasi pengajaran tata bahasa (grammar) 

dengan an inspiring song & game-based lesson for young learners 
yang berkualitas? 

2. Seberapa jauhkah integrasi pengajaran tata bahasa (grammar) 
dengan an inspiring song & game-based lesson for young learners 
yang berkualitas terhadap pencapaian hasil belajar siswa? 

 
C. Tujuan Penelitian 

1. untuk mengetahui integrasi pengajaran tata bahasa (grammar) 
dengan an inspiring song & game-based lesson for young learners  
yang berkualitas, dan 

2. untuk mengetahui integrasi pengajaran tata bahasa (grammar) 
dengan an inspiring song & game-based lesson for young learners 
yang berkualitas terhadap pencapaian hasil belajar siswa. 

 



 

D. Manfaat Penelitian 
1. Dosen 

Dosen sebagai salah satu elemen penting dalam proses belajar 
mengajar diharapkan mampu memberikan gambaran serta 
dukungan kepada mahasiswanya yang kelak menjadi guru untuk 
selalu mempraktekan tehnik pengajaran bahasa Inggris bagi 
pembelajar muda yaitu siswa sekolah dasar yang berkualitas dan 
yang berbasis fun and exciting atmosphere. 

2. Mahasiswa 
Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan latihan pengajaran 
atau microteaching  semaksimal mungkin sehingga pada saatnya 
nanti mampu menerapkan pengajaran bahasa Inggris yang 
berkualitas di dunia kerja yaitu dunia pendidikan. 

3. Guru 
Guru akan lebih dapat meningkatkan kemampuan dan juga 
keahlian dalam pengajaran bahasa Inggris khususnya pengajaran 
tata bahasa (grammar) yang di interigasikan dengan an inspiring song 
& game-based lesson for young learners untuk menciptakan suasana 
pembelajaran yang fun and exciting bagi pembelajar muda 
khususnya siswa sekolah dasar. 

E. Kajian Pustaka 
1. Pengajaran Bahasa 

Pengajaran bahasa Inggris adalah suatu proses yang kompleks 
yang di konseptualkan ke dalam sejumlah cara-cara pengajaran. 
Secara tradisional, pengajaran bahasa dapat didiskipsikan sebagai 
cara bagaimana guru bertindak dan bertingkah laku saat 
membawakan pengajaran bahasa di kelas dan segala tindakan dan 
perilaku guru dalam pengajaran akan membawa pengaruh pada 
anak didiknya ( Richards and Lockhart, 1996:29). 

Pengajaran tidak bisa di definisikan secara lepas dari 
pembelajaran. Pengajaran adalah membimbing dan memberikan 
fasilitas terhadap pembelajaran, membuat pembelajar mampu 
untuk belajar, serta menciptakan setting untuk kondisi 
pembelajaran (Brown, 2000:7). 

2. Pengajaran English for Young Learners (EYL) 
Sebagai pelaksana dan pembimbing yang mempunyai hubungan 
yang hangat dengan siswa dapat menciptakan situasi pembelajaran 
yang menyenangkan. Sebagai helper, guru EYL siap membantu 
kesulitan anak didik. Sebagai model, guru memberi contoh dalam 
menggunakan bahasa Inggris. Sebagai fasilitator, guru 



 

memfasilitasi apa yang diperlukan siswa dalam proses 
pembelajaran bahasa Inggris. Sebagai pengambil keputusan. Guru 
tidak hanya mengajar, tetapi dia juga yang mengambil keputusan 
metode apa yang paling tepat untuk anak didiknya, kegiatan belajar 
apa yang harus diberikan. Seorang guru EYL yang baik paham apa, 
bagaimana, dan kapan mereka harus melakukan sesuatu 
(Chodidjah, 2000). 

3. Pengajaran Tata Bahasa (Grammar) 
Pengajaran untuk pembelajar muda yakni anak usia sekolah dasar 
akan sangat berbeda sekali dengan pengajaran untuk anak usia 
menengah.  Dalam hal ini segala kegiatan guru bahasa Inggris di 
sekolah dasar sebaiknya selalu berbasis pengajaran bahasa Inggris 
yang fun and exciting bagi pembelajar muda. Karena anak usia 
sekolah dasar selalu bercirikan bahwa mereka menyukai segala 
kegiatan yang menyenangkan dan menarik bagi diri mereka. 

Grammar sebaiknya diajarkan dalam bentuk terintegrasi 
dengan kosakata dalam kalimat pernyataan, misalnya sebagai 
pertanyaan komunikatif dalam bentuk Tanya jawab, dan dalam 
wacana yang langsung diberikan sebagai suatu bentuk bahasa yang 
utuh dan bermakna. Anak-anak perlu diberi kesempatan untuk 
menggunakan bahasa yang bermakna dengan menggunakan butir-
butir tata bahasa yang harus diajarkan (Fillmore, 2000:43). 

4. Songs and Games 
a. Nyanyian (Songs) 

 Nyanyian adalah serangkaian kata-kata yang dilagukan dengan 
irama dan nada tertentu. Dengan menyanyikan lagu, guru 
mengajak siswa untuk melakukan kegiatan yang ada 
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Mengapa lagu 
dipilih sebagai salah satu teknik yang ampuh untuk belajar 
bahasa Inggris bagi anak? Lagu dan irama merupakan bagian 
penting dari kehidupan anak-anak dan juga merupakan alat 
atau media pembelajaran bahasa untuk anak (Graham, 2003:55). 

b. Permainan (Games) 
Apakah permainan atau games? Khan (1991) menyatakan, 
permainan adalah aktifitas yang dilakukan berdasarkan aturan 
tertentu. Anak bermain karena mereka senang. Anak belajar 
melalui permainan. Pada saat mereka bermain bersama, anak 
berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam interaksi tersebut, 
keterampilan berbahasa dapat dibangun, terutama menyimak 
dan berbicara. Para guru yang mengajar atau akan mengajar di 
tingkat sekolah dasar, perlu tahu bagaimana menyajikan 



 

kegiatan yang disenangi anak-anak yaitu dalam bentuk 
nyanyian seperti yang disebut di atas dan permainan (games).  

5. Integrasi Pengajaran Grammar dengan Songs and Games 
Berdasarkan penelitian, sebelum pembelajar muda mencapai 
usia sebelas atau duabelas tahun maka apa yang disebut 
sebagai pemperolehan bahasa kedua yaitu dalam hal ini 
adalah bahasa Inggris, maka pemperolehan akan tetap 
sebagai pemperolehan (Scott Thornbury, 1999:138). Oleh 
karena itu, suatu bahasa yang baru akan lebih bagus kalau 
dialami atau siswa di kenai pengalaman daripada dipelajari. 
Songs and games memberikan penawaran sebagai alat yang 
bisa menambah pemahaman bahasa yang sangat tinggi 
dalam pembelajaran bahasa.  

Sebagai contoh, untuk siswa kelas 3 sekolah dasar, Unit 
5 tentang Family guru hendak menyelipkan tata bahasa atau 
grammar tenses yaitu simple present, guru mengkreasikan lagu 
yang sudah cukup dikenal anak-anak yaitu “Aku Seorang 
Kapiten” untuk dipakai nadanya sedangkan lirik lagu guru 
menciptakan sendiri (Ambarini, 2011:24). 

I have a happy family            aku seorang kapiten 
We are father and mother     mempunyai pedang panjang 
Also sister and brother         kalau berjalan prok-prok-prok 
We are together happier       aku seorang kapiten 
 

F. Metode Penelitian 
1. Latar Belakang Penelitian 

SD Supriyadi Semarang adalah institusi yang menjadi objek dalam 
penelitian tindakan kelas ini yang beralamatkan di Jl. Supriyadi 
no.11-13. Didirikan pada tanggal 24 Desember 1988 oleh Bapak 
Panut, kepala Bank BPD pada waktu itu dan sekarang dikelola oleh 
Yayasan Islam Al-Fallah. Berbagai fasilitas yang mendukung proses 
KBM di SD Supriyadi Semarang diantaranya adalah TV, CD player, 
kelas ber-AC, perpustakaan, computer, LCD, OHP, alat peraga 
sesuai Mapel, dll.  

2. Subjek Penelitian 
Subyek dari penelitian ini adalah guru bahasa Inggris dan siswa 
kelas 6 SD Supriyadi Semarang. Penulis memilih guru bahasa 
Inggris dan siswa SD Supriyadi Semarang karena sekolah tersebut 
dianggap memerlukan perbaikan dan perubahan dalam pengajaran 
tata bahasa (grammar) yang di integrasikan dengan songs and games. 
Pada saat melakukan observasi kelas guru bahasa Inggris di SD 



 

Supriyadi masih menerapkan beberapa tehnik pengajaran yang 
kurang dalam content dan juga penyampaian sehingga kemampuan 
siswa dalam penangkapan ataupun partisipasi serta produksi 
menjadi kurang.  

3. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 
Menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Burns, 2010:8), penelitian 
tindakan kelas melibatkan empat tahap utama dalam lingkaran 
penelitian; (1) perencanaan (Planning) , (2) tindakan (Action), (3) 
observasi (Observation), dan (4) refleksi (Reflection). Tahap yang 
pertama merupakan tahap spiral yang berkelanjutan yang dapat di 
ulangi dan diulangi lagi sampai peneliti dapat mencapai hasil yang 
memuaskan dan merasa sudah waktunya untuk berhenti. 

Model dari penelitian tindakan kelas diilustrasikan melalui 
diagram berikut ini. 

 

 

 

 

 

 

Figur 1 Model Penelitian Tindakan Kelas oleh Kemmis dan Mc 
Taggart (dalam Burns, 2010:9)    

4. Teknik Pengumpulan Data 
Kuantitatif data oleh peneliti diperoleh dari lesson plan dan worksheet 
serta lembar aktifitas yang telah dipersiapkan guru, dan juga hasil 
dari worksheet yang telah dikerjakan siswa untuk mengetahui sejauh 
mana output dari siswa atas input yang diberikan selama proses 
belajar mengajar. Peneliti memperoleh data kualitatif dengan 
menggunakan observasi, catatan lapangan, perekaman proses 
KBM, serta wawancara. 

5. Teknik Analisa Data 
Untuk menganalisa data kuantitatif, peneliti akan melakukan 
beberapa penilaian dari hasil kerja siswa yang telah mengerjakan 
lembar kerja yang telah dipersiapkan guru bahasa Inggris. Setelah 



 

skor individu siswa diperoleh, peneliti kemudian mencari nilai rata-
rata dari semua skor dengan menggunakan formula berikut ini: 

N
X

X   
dimana: 

X skor rata-rata 
 X   skor total 
N total sampel   

(Sudjana, 2002:67) 
Setelah menemukan rata-rata dari semua skor siswa, 

hasilnya akan disimpulkan berdasarkan criteria berikut ini: 

 
Tingkat 
Penguasaan 

Predikat 

80-100 Sangat Baik 

66-79 Baik 

56-65 Cukup 

40-55 Kurang 

30-39 Gagal 

(Arikunto, 2002:245) 

 

G. Hasil Penelitian dan Pembahasan 
1. Hasil Penelitian 

Kemampuan Siswa Berpartisipasi dalam Grammar Activities 

Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah siswa kelas 5 di 
SD Supriyadi Semarang. Alasan pemilihan siswa kelas 5 sebagai 
subyek penelitian adalah berdasarkan data yang diperoleh,  kelas 5 
adalah kelas yang spesial karena siswa di kelas tersebut mempunya 
karakteristik yang berbeda dari kelas kelas  lain di SD tersebut. Kelas 
ini dikategorikan sebagai kelas yang besar dan juga gaduh dimana 
para siswanya sangat aktif dan mudah bosan jika  pelajaran ataupun 
kegiatan pembelajaran disampaikan secara monoton ataupun tidak 
menarik bagi mereka. Jumlah siswa di kelas 5 adalah 46 siswa. 
 



 

Perencanaan / Planning 

Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum 
melaksanakan tiap siklus.  
1. Membuat skenario kelas. 
2. Mempersiapkan materi materi untuk kegiatan belajar mengajar 

dalam bentuk kegiatan pembelajaran grammar yang 
diintegrasikan dengan permainan dan lagu.  

3. Menentukan waktu atau jadwal pelaksanaan penelitian.  
4. Mempersiapkan diari penelitian. 
5. Mempersiapkan post-questioner. 

Dalam fase ini peneliti merencanakan segala kegiatan yang akan 
dilakukan di fase berikutnya (tindakan/action). Peneliti juga 
mempersiapkan segalamaterialdan instrumen yang akan digunakan 
untuk mengumpulkan data. Ada dua topik yang akan didiskusikan 
dalam pertemuan-pertemuan dengan siswa kelas 5. Kedua topik 
tersebut adalah ‘like and dislike’ dan ‘thank you’. Alat bantu 
mengajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran 
sebaiknya terkait. Guru bahasa Inggris bisa menggunakan gambar 
atau realia untuk membuat proses belajar mengajar menyenangkan 
dan menarik bagi siswa sekolah dasar yang masuk dalam kategori 
pembelajar muda.  

Tindakan / Action 

1. Topics: Like and Dislike 
Berdasarkan topik ‘Like and Dislike’, guru bahasa Inggris 
menggunakan tehnik pengajaran ‘in group conversation’  dan 
juga ‘in pair conversation’. Dalam kegiatan pembelajaran ini, 
media yang digunakan adalah gambar dan realia. Penggunaan 
gambar dan realia sangat membantu pemahaman siswa atas apa 
yang mereka bicarakan dalam percakapan mereka karena mereka 
melihat objek secara langsung melalui media gambar ataupun 
realia. Media gambar juga sangat membantu pemahaman siswa 
akan pengetahuan mereka atau ‘previous knowledge’ tentang hal 
hal yang terkait dengan topik sebelum mereka mengalami atau 
mengikutinya bersama guru di kelas. Misalkan, guru bahasa 
Inggris memperlihatkan sebuah gambar berukuran besar kepada 
seluruh siswa dikelas sebagai ‘motivating strategi’ yaitu untuk 
memberikan siswa motivasi sebelum materi inti disampaikan 
siswa sehingga mereka mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi 
tentang apa yang akan mereka pelajari hari ini. 



 

Berdasarkan illustrasi dari ‘motivating strategi’ diatas, bisa 
diketahui bahwa pada dasarnya ada beberapa siswa yang 
kemungkinan sudah mempunyai sedikit banyak pengetahuan 
yang terkait dengan materi yang akan diajarkan oleh karena itu 
penting bagi guru untuk menyajikan tahap ‘motivating strategi’ 
dalam proses belajar mengajar. Kemudian guru menuliskan apa 
yang siswa sampaikan di papan tulis kemudian diikuti dengan 
pengucapan dan pengejaan yang benar dari kosa kata yang telah 
disampaikan siswa terkait dengan topik ‘like and dislike’. Hal ini 
akan memicu kebanggaan sekaligus motivasi bagi siswa untuk 
aktif berpartisipasi. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ‘song’ 
atau nyanyaian yang terkait dengan topik ‘like and dislike’. Guru 
bahasa Inggris menulis lirik lagu di papan tulis untuk 
dinyanyikan bersama sama dan menggaris bawahi hal hal yang 
kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan. 

2. Topics: Saying Thank You  
Pada siklus pertama, guru banyak menggunakan latihan-

latihan yang cukup bervariatif dan didukung dengan gambar 
yang menarik. Akan tetapi kegiatan yang didominasi hanya 
dengan penggunaan buku teks ternyata kurang menarik kalo 
diterapkan selama satu pertemuan penuh dengan siswa. 
Sehingga ketika diadakan evaluasi pun nilai dari siswa tidak 
semuanya bisa di atas 80%. 

Oleh karena itu pada siklus kedua, kegiatan pembelajaran 
untuk siswa banyak melibatkan kegiatan fisik dalam bentuk 
permainan dan lagu. Ketika pertemuan pembelajaran 
berlangsung maka sebagai pembukaan guru mengechek daftar 
hadir siswa. Kemudian guru mengutarakan tentang tujuan 
objektif pembelajaran yaitu pada akhir pembelajaran diharapkan 
siswa dapat mengutarakan ungkapan terima kasih atau ‘thank  
you’ dalam bentuk percakapan dalam group ataupun 
berpasangan. Untuk menarik minat para siswa supaya lebih 
bersemangat, guru memutarkan lagu bertemakan terima kasih. 
Guru membagikan teks lagu tersebut ke siswa, dan meminta 
mereka menggaribawahi barang barang apa aja yang ada dilagu 
dan bagaimana ungkapan terima kasih itu dilakukan. Kemudian, 
bersama-sama seluruh kelas menyanyikan lagu tersebut. 
Kemudian, sesi selanjutnya adalah guru memberikan contoh 
contoh bagaimana penggunaan ungkapan rasa terima kasih 
dalam bentuk percakapan. Guru menugasi para siswa untuk 
menggunakan barang pribadi mereka yang mereka bawa 
kemudian sebagai model guru dan siswa berinteraksi dalam  



 

bentuk percakapan sebagai model untuk seluruh siswa 
bagaimana mengucapkan terima kasih ketika kita meminjam 
barang orang lain. Selanjutnya, untuk memotivasi siswa supaya 
lebih aktif dalam berpartisipasi untuk melaksanakan kegiatan 
percakapan, guru menunjuk dua orang siswa untuk melakukan 
percakapan saling meminjam barang dan menggunakan 
ungkapan rasa terima kasih dalam percakapan tersebut.  

Setelah para siswa berlatih menggunakan barang-barang di 
sekitar mereka, serta dengan barang barang tersebut mereka 
saling meminjam dan mengucapkan rasa terima kasih, maka sesi 
selanjutnya adalah evaluasi untuk menilai pemahaman siswa 
terhadap penggunaan ungkapan terima kasih. Dalam evaluasi ini 
siswa  ditugasi untuk membuat kartu ucapan terima kasih 
dimana sebelumnya guru memberikan kisi kisi bagaimana ‘thank 
you card’ itu dibuat. Secara bersama-sama guru bersama seluruh 
siswa membuat ‘thank you card’ di papan tulis yaitu ucapan 
terima kasih atas bantuan ataupun barang atau benda yang 
diberikan seseorang kepada kita.    

Observasi / Observation 

Hasil dari Observasi  

1. Guru dapat melakukan ‘motivating strategy’ dengan sangat baik. 
Dia dapat memancing para siswa untuk mengekspresikan 
mengeluarkan pendapat berdasarkan pengalaman yang pernah 
diperoleh sebelumnya di luar pelajaran tersebut. Sebagian  siswa 
mampu menggunakan ungkapan ‘Like and Dislike’ serta ‘Saying 
Thank You’ ketika berinteraksi dengan guru. Sebagian siswa juga 
mampu menyebutkan benda benda yang mereka sukai serta 
benda benda yang tidak mereka sukai. Mereka juga paham 
bahwa mereka harus mengucapkan terimakasih atas kebaikan 
yang orang lain berikan kepada mereka.  

2. Guru mampu meningkatkan motivasi siswa untuk lebih 
berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran grammar yang 
telah diintegrasikan dengan permainan dan lagu.  

3. Guru dapat mengatur kelas dengan baik ketika para siswa 
berpartisipasi dalam evaluasi pemahaman grammar sebagai 
bagian dari kegiatan kegiatan grammar yang telah diintegrasikan 
dengan permainan dan lagu.  

4. Para siswa sangat bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. 
Mereka menikmati segala kegiatan dan latihan yang telah 
disediakan oleh guru mereka karena kegiatan pembelajaran 



 

N
X

X 

maupun evaluasi telah di integrasikan dengan permainan dan 
lagu.  

5. Para siswa dapat melakukan tes atau evaluasi yang diberikan oleh 
guru mereka. Tes tersebut ditujukan untuk mengukur pemahaman 
siswa terrhadap pembelajaran grammar terkait dengan topik 
bahasan ‘Like and Dislike’ serta ‘Saying Thank You’.  

6. Para siswa merasa senang dan gembira ketika mereka mengikuti 
proses kegiatan belajar mengajar.  

Refleksi/Reflection  

Berdasarkan analisis dari questioner dan juga catatan catatan 
pada diari peneliti, peneliti memutuskan apakan penelitian perlu 
dilanjutkan atau dihentikan. Pelaksanaan siklus II pada dasarnya 
sama dengan pelaksanaan pada siklus I. Dalam siklus II, tes dan 
questioner juga diterapkan. Tetapi dalam pelaksanaan siklus II, 
mencerminkan perbaikan dalam tehnik pembelajaran dan 
pengajaran bahasa Inggris yang jauh lebih baik dibandingkan 
dengan siklus I. Hal  ini akan terlihat lebih jelas dalam pelaksanaan 
penelitian tindakan kelas.   

Tehnik Analisa Data 

Pada siklus pertama dalam penelitian tindakan kelas ini, 
dapat diperoleh gambaran mengenai skor siswa dalam 
pembelajaran grammar yang belum diintegrasikan dengan 
permainan dan lagu. Kemudian dari data yang diperoleh dalam 
tabel tersebut, peneliti menemukan bahwa kemampuan pemahaman 
siswa kelas 5 SD Supriyadi Semarang akan pembelajaran grammar 
yang belum diintegrasikan dengan permainan dan lagu belum 
menunjukkan keberhasilan diatas 80% meskipun bisa dikategorikan 
cukup bagus karena sudah menunjukkan keberhasilan dalam 
penguasaan bahasa Inggris dengan persentase keberhasilan lebih 
dari 70%  di siklus pertama dimana kegiatan pembelajaran grammar 
banyak didominasi oleh latiahan yang berasal dari buku LKS.  
Selanjutnya, peneliti mengkalkulasi jumlah skor siswa kelas 5 SD 
Supriyadi Semarang tahun ajaran 2010-2011 sebagai berikut: 

1. Topics: Like and Dislike 
        
            

= 3.405 
                 46 

= 74.02 



 

N
X

X 

N
X

X 

N
X

X 

2. Topics: Saying Thank You 
 

        
 
= 3.085 

                   44 
= 70.11 

Kalkulasi selanjutnya, diketahui bahwa rata rata skor dari dua kali 
pertemuan adalah 72.06: 

∑ X             144.13 
______  =    ________   =  72.06 
 2 sesi                  2 

 
Setelah menemukan rata rata dari semua skor di dua kali 

pertemuan atau dua kali sesi, hasil akan disimpulkan berdasarkan 
kriteria berikut ini: 

Karena rata rata dari total skor yang diperoleh dalam ke dua 
pertemuan atau dua sesi dari hasil evaluasi kelas 5 SD Supriyadi 
Semarang yaitu 72.06, itu berarti bahwa tingkat penguasaan siswa 
akan pembelajaran bahasa Inggris khususnya penguasaan grammar 
yang belum diintegrasikan dengan permainan dan lagu adalah 
antara 66-79 maka predikat yang diperoleh para siswa dikategorikan 
sebagai ‘bagus’. 

Selanjutnya, peneliti mengkalkulasi jumlah skor siswa kelas 5 
SD Supriyadi Semarang tahun ajaran 2010-2011 sebagai berikut: 

1. Topics: Like and Dislike 
        

            

= 4.175 
                     46 

= 90.76 

2. Topics: Saying Thank You 
        

 
= 3.910 

                44 
= 88.86 

 



 

Kalkulasi selanjutnya, diketahui bahwa rata rata skor dari 
dua kali pertemuan adalah 89.81: 

∑ X         179.62 
______  =  ________  = 89.81 
2 sesi               2 

 
Karena rata rata dari total skor yang diperoleh dalam ke dua 

pertemuan atau dua sesi dari hasil evaluasi kelas 5 SD Supriyadi 
Semarang yaitu 89.81, itu berarti bahwa tingkat penguasaan siswa 
akan pembelajaran bahasa Inggris khususnya penguasaan grammar 
yang telah diintegrasikan dengan permainan dan lagu adalah antara 
80-100 maka predikat yang diperoleh para siswa dikategorikan 
sebagai ‘sangat bagus’. 

2. Pembahasan 

Dari kalkulasi sebelumnya, hasil rata rata kemampuan siswa 
dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya pembelajaran 
grammar dapat diketahui bahwa pada siklus pertama dimana 
pembelajaran grammar banyak di dominasi dengan penggunaan 
buku LKS untuk kegiatan pembelajaran siswa hasilnya adalah 72.06 
yang dapat diartikan bahwa persentase kemampuan siswa dalam 
pembelajaran grammar adalah 70%. Setelah mengetahu rata rata 
dari keseluruhan skor dalam dua kali pertemuan di siklus pertama, 
hasil disimpulkan berdasarkan tabel kriteria. Skor rata rata masuk 
dalam kategori ‘bagus’ karena berkisar antara 66-79. Selanjutnya 
pada siklus kedua, hasil rata rata kemampuan siswa dalam 
pembelajaran bahasa Inggris khususnya pembelajaran grammar 
dapat diketahui bahwa pada siklus ini dimana pembelajaran 
grammar sudah diintegrasikan dengan permainan dan lagu  untuk 
kegiatan pembelajaran siswa hasilnya adalah 89.81 yang dapat 
diartikan bahwa persentase kemampuan siswa dalam pembelajaran 
grammar adalah lebih dari 80%. Skor rata-rata masuk dalam 
kategori ‘sangat bagus’ karena berkisar antara 80-100. 

H. Kesimpulan dan Saran 

1. Kesimpulan 
a. Kemampuan pemahaman siswa terhadap pembelajaran bahasa 

Inggris dalam hal ini adalah pembelajaran grammar adalah 
‘sangat bagus’ hal ini karena berdasarkan kategori yang diambil 
dari rata rata nilai dari keseluruhan siswa yaitu 89.81. 



 

b. Beberapa siswa menghadapi banyak masalah dalam 
pembelajaran grammar. Permasalahan tersebut timbul karena 
para siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar 
bahasa Inggris, kurang perhatian dalam mengikuti materi yang 
disampaikan, juga karena jenis kegiatan yang diberikan oleh guru 
kurang menarik dan menyenangkan.  

c. Pada dasarnya, tehnik tehnik pengajaran baru yang diterapkan 
oleh guru bahasa Inggris memberikan motivasi besar bagi para 
siswa untuk lebih melibatkan diri dalam segala aktivitas yang 
diberikan oleh guru. Segala kegiatan pembelajaran grammar yang 
diberikan oleh guru terbukti menarik dan menyenangkan 
sehinggal siswa kelas 5 yang tergolong aktif dan suka gaduh 
dapat dikontrol dan mereka juga dapat dievaluasi tanpa adanya 
suatu kesulitan. 

2. Saran 
1) Bagi guru bahasa Inggris 

a. Guru bahasa Inggris diharapkan untuk dapat lebih 
memberikan perhatian pada prestasi siswa dalam penguasaan 
materi dan hasil dari evaluasi yang diberikan untuk siswa 
sehingga guru dapat mengetahui permasalahan siswa dalam 
pembelajaran grammar.   

b. Guru bahasa Inggris sebaiknya lebih banyak memberikan 
kegiatan pembelajaran grammar yang selalu menarik dan 
menyenangkan dan kegiatan tersebut telah disesuaikan 
dengan silabus kelas 5 sehingga para siswa tidak menemui 
kesulitan ketika mereka harus berlatih belajar grammar.  

2) Bagi para Siswa 
a. Para siswa sebaiknya diberi lebih banyak kegiatan  kegiatan 

menurut tingkat kesulitan mereka dimana mereka menyukai 
kegiatan yang menggerakan tubuh dan juga pikiran mereka. 

b. Para siswa sebaiknya dilatih atau ditugasi tidak hanya untuk 
bekerja secara individual tetapi juga secara kelompok sehingga 
mereka tidak hanya mendapat kesenangan dalam melakukan 
kegiatan tetapi juga belajar tentang interaksi social dengan 
siswa yang lain. 

3) Bagi Pembaca 
a. Pembaca sebaikny mampu mengambil manfaat dari informasi 

yang ada dalam penelitian tindakan kelas ini tentang tehnik 
tehnik pengajaran grammar yang diintegrasikan dengan 
permainan dan lagu untuk mengatasi permasalahan akan 
kelas yang besar dan gaduh di kelas 5 SD Supriyadi Semarang. 



 

b. Pembaca sebaiknya dapat mengambil manfaat dari penelitian 
ini seperti menggunakan hasil penelitian ini sebagai referensi 
untuk melaksanakan penelitian tentang pengajaran grammar 
yang lain ataupun area pengajaran bahasa Inggris yang lain. 

4) Bagi penulis 
a. Penulis mampu meningkatkan pengetahuan tentang 

pengajaran grammar untuk pembelajar muda termasuk 
didalamnya tehnik dan metode pengajaran. 

b. Penulis akan mampu mengetahui kesulitan kesulitan siswa 
dalam pembelajaran grammar sehingga dia dapat melakukan 
pengajaran grammar yang jauh lebih baik lagi. 

 
 

Daftar Pustaka 

Ambarini, Ririn. 2011. Pelatihan bagi Guru Bahasa Inggris dalam Implementasi 
TEYL (Teaching for Young Learners) di  LPK Smart & Fun Home 
Semarang. Semarang: LPM IKIP PGRI. 

Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: 
Rineka Cipta. 

Brown, H. Douglas. (2004). Language Assessment: Principals and Classroom 
Practice. USA: Longman. 

_________________. (2000). Principles of Language Learning and Teaching. 
New York: Longman 

Burns, Anne. (2010). Doing Action Research in English Language Teaching: a 
Guide for Practitioners. New York: Routledge Taylor and Francis. 

Calhoun, Emily F. (Oct, 1993). Action research: three approaches. Educational Leadership 
v51, n2:62. (Online article). Retrieved on December 7, 2009, from the World Wide 
Web:http://ucerc.edu/teacherresearch/teacherresearch.html                 

 Chodidjah, Itje. 2000. Pedoman Mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar di 
Indonesia. Jakarta: British Council.                                                                                                    

Elliot, John. (Online article). Retrieved on December 7, 2009, from the World 
Wide Web:http://www.madison.k12.wi.us/sod/car/carreffect.html.                                                                                                                             

Glanz, Jeffrey. (1998). Action Research: an Educational Leader’s Guide to School 
Improvement. USA: Christopher-Gordon Publisher, Inc. 

Kasbolah, K. Anugerahwati M. 1993. English for Elementary School: A 
Challenge for Teacher Training Programs. Makalah untuk seminar 
TEFLIN Padang, Malang: IKIP MALANG. 



 

O’Brien, Rory. (1998). An Overview of the Methodological Approach of Action 
Research. (Online article). Retrieved on December 7, 2009, from the 
World Wide Web:http://www.web.net/~robrien/papers/arfinal.html 

Richards, Jack C. and Charles Lockhart (1996). Reflective Teaching in Second 
Language Classrooms. United Kingdom: Cambridge University Press. 

Scott, W.A. dan L.H. Ytreberg. 1990. Teaching English to Children. London: 
Longman 

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. 

Suyanto, Kasihani K.E.. 2007. English for Young Learners. Jakarta: PT Bumi 
Aksara. 

Thornbury, Scott. 1999. How To Teach Grammar. Pearson Education: 
Addison Wesley Longman. 

Wallace, Michael J. (1998). Action Research for Language Teachers. United 
Kingdom:  Cambridge University Press. 

Widdowson, H. G. (1990). Aspects of Language Teaching. New York: Oxford 
University Press.