Microsoft Word - 10 - Nalti 100 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 PERBEDAAN PENGGUNAAN TORITATEJOSHI ‘DAKE’ DAN ‘BAKARI’ DALAM NOVEL SAKURA HOUSE KARYA SHIZUKO TOUDOU Nalti Novianti1; Yessie Windriani2 1,2 Japanese Department, Faculty of Letters, Bina Nusantara University Jln. Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 Naltin@binus.edu ABSTRACT An individual who only has little knowledge on grammar may use nouns, verbs, and adjectives in Japanese easily this is not the case with particles. Particles cannot be replaced or used at whim. This is the case with the particles ‘dake’ and ‘bakari’. These particles in Bahasa Indonesia language have the same meaning with “hanya”. This article analyzes particles ‘dake’ and ‘bakari’ to determine the difference of the two particles. Source of data is the novel Sakura House by Toudou Shizuko and theory from Tomita Takayuki. Based on the analysis it is found that from the four functions of dake only three are found and from the seven functions of bakari only three functions are found. The authors conclude that differences in the two particles are present on several different functions that have both particle and that the bakari may not follow potential words, while dake can. In this study, the author uses descriptive analytical method and literature review. Keywords: toritatejoshi, dake, bakari, Sakura House ABSTRAK Seseorang yang hanya memiliki sedikit pengetahuan tata bahasa dapat menggunakan nomina, verba, adjektiva dalam bahasa Jepang dengan sedikit lebih mudah. Namun hal ini tidak dapat dilakukan pada partikel. Partikel tidak dapat ditebak-tebak atau dipadan-padankan begitu saja. Begitu pula dengan partikel dake dan bakari yang secara umum dalam bahasa Indonesia memiliki arti sama yaitu “hanya”. Tulisan ini menganalisis partikel dake dan bakari untuk mengetahui perbedaan kedua partikel tersebut. Sumber data menggunakan novel Sakura House karya Toudou Shizuko dan teori dari Tomita Takayuki. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa dari empat fungsi dake hanya ditemukan tiga fungsi dan dari tujuh fungsi bakari hanya ditemukan tiga fungsi. Penulis menyimpulkan bahwa perbedaan kedua partikel ini terdapat dalam beberapa fungsi berbeda yang dimiliki kedua partikel tersebut dan bahwa bakari tidak dapat mengikuti kata potensial, sedangkan dake bisa. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis dan metode kepustakaan. Kata kunci: toritatejoshi, dake, bakari, Sakura House Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 101 PENDAHULUAN Menurut Verhaar (2004:7), menguasai bahasa (dalam arti dapat memakai secara lancar) tidak sama dengan mampu menerangkan kaidah-kaidahnya, belajar suatu bahasa tidak sama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Misalnya, seseorang menguasai bahasa Indonesia, tapi tanpa keahlian khusus ia tidak akan dapat menerangkan tata bahasa Indonesia. Sama dengan bahasa Indonesia, seseorang yang menguasai bahasa Jepang belum tentu dapat menerangkan tata bahasa Jepang tersebut. Banyak pemelajar bahasa Jepang yang hanya menguasai saja tanpa mengerti lebih jauh bahasa Jepang tersebut sehingga banyak kesalahan dalam pemakaian kata. Menurut Chino (1994:vii) jika seseorang hanya memiliki sedikit pengetahuan tata bahasa, ia dapat menggunakan nomina, verba, adjektiva dalam bahasa Jepang dengan sedikit lebih mudah. Namun untuk suatu alasan tertentu, hal tersebut tidak dapat dilakukan terhadap partikel. Partikel dalam bahasa Jepang tidak dapat ditebak, dicocok-cocokkan, atau dipadan-padankan begitu saja. Penempatan partikel dengan benar menjadi keharusan dalam setiap tingkatan pembicaraan bahasa Jepang karena partikel tidak bisa berdiri sendiri dan tidak memiliki arti. Oleh karena itu, suatu kata yang hanya terdiri atas partikel saja, mungkin tidak akan berarti apa-apa. Tetapi dengan menambahkan kata lain, akan membawa suatu perbedaan besar. Sebagai contoh, sebuah frasa seperti 東京に (Toukyou ni) sudah memenuhi fungsi komunikatif, tetapi kata ni tersebut kalau berdiri sendiri, tidak dapat memberikan apa-apa. Satuan terkecil yang membentuk kalimat (bun) sering dikenal dengan istilah 単語(tango/kata). Iwabuchi (1989:105-106) menyebut tango dengan istilah 語 (go). Misalnya apabila kalimat 花が咲 く (hana ga saku) ‘bunga berkembang’ dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil akan menjadi 花―が―咲く(hana-ga-saku), bagian-bagian kalimat ini tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kalaupun dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil akan menjadi は―な―が―さ―く(ha-na-ga-sa-ku) yang hanya merupakan deretan silabel (onsetsu) yang tidak mempunyai arti apapun. Go memiliki arti tertentu, diucapkan sekaligus, dan memiliki aksen tertentu. Di dalam suatu kalimat, go secara langsung dapat membentuk sebuah bunsetsu. Di dalam cara-cara pembentukannya, go dapat dibagi menjadi 自立語(jiritsugo) dan 付属語(fuzokugo). Pada umumnya, masing-masing tango dapat berdiri sendiri dan memiliki arti yang pasti, tango ini biasanya disebut jiritsugo (termasuk di dalamnya 動詞(doushi), イー形容詞 (i-keiyoushi), ナー 形容詞 (na-keiyoushi),名詞 (meishi), 連体詞 (rentaishi),副詞( fukushi), 接続詞 (setsuzokushi), dan 感動詞 (kandoushi), sedangkan yang tidak memiliki arti tertentu disebut fuzokugo (termasuk di dalamnya 助詞 (joshi) dan 助動詞 (jodoushi)). Dake dan bakari termasuk dalam kelompok joshi yaitu 取り立て助詞 (toritate joshi). Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi. Kelas kata joshi tidak mengalami perubahan bentuknya. Joshi sama dengan jodoushi, kedua-duanya termasuk fuzokugo, namun kelas kata jodoushi dapat mengalami perubahan sedangkan joshi tidak dapat mengalami perubahan. Oleh karena joshi termasuk fuzokugo, maka kelas kata ini tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, satu 文節(bunsetsu), apalagi sebagai satu kalimat. Joshi akan menunjukkan maknanya apabila sudah dipakai setelah kelas kata lain dapat berdiri sendiri (jiritsugo) sehingga membentuk sebuah bunsetsu atau sebuah bun. Kelas kata yang dapat disisipi joshi antara lain meishi, doushi, i-keiyoushi, na-keiyoushi, joshi, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, kami akan menjelaskan fungsi-fungsi dari partikel dake dan bakari serta menganalisis perbedaan dari kedua partikel tersebut. Kedua partikel ini sama-sama memiliki arti dalam bahasa Indonesia sebagai ‘hanya’ , tapi kedua partikel ini memiliki fungsi yang berbeda. Penulis akan meneliti perbedaan kedua partikel ini dengan menggunakan novel sakura house karya Toudou Shizuko sebagai sumber data. 102 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara partikel dake dengan bakari yang secara umum memiliki arti sama dan sulit untuk dibedakan. Manfaat penelitian ini adalah agar para pemelajar bahasa Jepang dapat mengetahui perbedaan fungsi dan pemakaian partikel dake dan bakari. Selain itu juga agar memudahkan para pemelajar mempelajari kedua partikel ini. PEMBAHASAN Menurut Sakata dan Shinya (2003:15), hinshi adalah pengelompokkan kata menurut tiga tinjauan dasar, yaitu bentuk/pola, fungsi dalam dokumen, dan arti perbendaharaan kata. Sakata dan Shinya (2003:15) membagi hinshi menjadi sepuluh jenis, yaitu : − Doushi (動詞) − Na keiyoushi (ナ形容詞) − I keiyoushi (イ形容詞) − Meishi (taigen) (名詞 (体言) ) − Fukushi (副詞) − Rentaishi (連体詞) − Setsuzokushi (接続詞) − Kantanshi (感嘆詞) − Joshi (助詞) − Yougenkeiseishi (用言形成詞) Dilihat dari bentuk kanji yang membentuknya, kata joshi terdiri dari dua buah kanji, yaitu kanji jo (助) yang juga dapat dibaca tasukeru yang berarti menolong atau membantu, dan kanji shi (詞) yang memiliki makna yang sama dengan kotoba yaitu berarti kata, perkataan, atau bahasa. Oleh karena itu joshi seringkali diterjemahkan secara bebas menjadi kata bantu (Sudjianto, 2000:1). Di samping itu, istilah joshi juga sering diterjemahkan sebagai partikel. Hal ini disebabkan karena ada kaitannya dengan penerjemahan joshi ke dalam bahasa inggris. Dalam kamus Jepang-Inggris, istilah joshi sering diterjemahkan menjadi particle, dan kemudian particle ini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia menjadi partikel. Menurut Masuoka dan Takubo (1992:49), joshi adalah sebagai penghubung antara kata dan kata dan juga klausa dan klausa serta berfungsi sebagai pembentuk subjek dan kata bantu yang menghubungkannya dengan kata benda. Joshi terbagi menjadi lima jenis, yaitu kakujoshi, teidaijoshi, toritatejoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi berdasarkan fungsinya dalam pembentukan sebuah kalimat. Dake dan bakari termasuk kedalam toritatejoshi. Menurut Iori (2001:241), joshi yang memberikan penekanan pada faktor kalimat yang menyiratkan cara pandang pembicara terhadap suatu keadaan yang terjadi dalam kalimat tersebut disebut toritate joshi. Tomita (1992:146-148) membagi fungsi dake menjadi empat, yaitu : 1. Menunjukkan adanya pembatasan Contoh : あなたにだけ教えます。 Hanya kamu yang kami ajari (tidak ada yang lain). 2. Menunjukkan adanya taraf atau tingkatan Contoh : できるだけ、早く来てください。 Sebisa mungkin, cepatlah datang. 3. Menunjukkan hubungan sebab akibat Contoh : 勉強するだけ日本語が上手になる。 Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 103 Dengan belajar, kita akan semakin mahir berbahasa Jepang. 4. Menunjukkan hubungan berbalik Contoh : B さんはあの山に慣れていただけに、油断をしたのだろう。 Hanya karena B sudah terbiasa dengan gunung itu, ia melakukan kelalaian. Tomita (1992:153-155) membagi fungsi bakari menjadi tujuh, yaitu : 1. Menunjukkan suatu jumlah yang banyak Contoh : うちの子は勉強をしないで、テレビばかり見ています。 Anak kami tidak belajar, hanya nonton televisi terus. 2. Menunjukkan kegiatan baru saja selesai Contoh : 今、起きたばかりだ。 Sekarang baru saja bangun. 3. Menunjukkan perkiraan jumlah Contoh : 一時間ばかり歩く。 Hanya (kira-kira) satu jam berjalan kaki 4. Menunjukkan adanya pembatasan Contoh : あの人は食べるばかりで、自分では作れません。 Orang itu hanya makan saja, tapi tidak bisa membuatnya sendiri. 5. Menunjukkan hubungan sebab akibat Contoh : あの電車に乗ったばかりに、事故にあった。 Karena kami naik kereta itulah kami mengalami kecelakaan. 6. Menunjukkan kegiatan yang akan dilakukan Contoh : あとは寝るばかりだ。 Sesudah ini akan tidur. 7. Menunjukkan bahwa ada hal lain selain itu Contoh : あの店は味がいいばかりか、量も多いです。 Toko itu bukan hanya rasanya enak, bahannyapun bagus. Berdasarkan pada teori-teori fungsi dake dan bakari yang telah disebutkan pada bab ke dua, kami akan mencoba menganalisis fungsi masing-masing joshi tersebut yang terdapat dalam novel Sakura House karya Shizuko Toudou. Analisis Dake「だけ」menurut fungsi satu, yaitu menunjukkan adanya pembatasan Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung joshi dake yang memiliki fungsi untuk menunjukkan adanya pembatasan. Data 1 Situasi : Jam satu pagi di bulan Oktober, Tomoko dan Masaki sedang berada di ruang keluarga, sedangkan Choko dan Ayane minum bir di dapur. Mereka membicarakan Tomoko yang semakin cantik dan tentang Masaki yang ingin kembali tinggal dirumah itu. Ayane langsung menolak dengan alasan Masaki tidak akan mandiri dan menjadi manja. Lalu mereka membicarakan soal nama “butterfly apartment” pemberian Tomoko untuk rumah yang mereka tinggali, Choko baru pertama kali mendengar nama itu. Ayane tidak menyukai nama itu. Lalu ia menyebutkan nama yang ia dan Masaki inginkan yaitu “sakura house”, Choko merasa pernah mendengarnya lalu Choko menanyakan alasan nama itu diberikan. 「なんとなく。イメージ的にきれいだし、女だけの住いってかんじがして」 (Toudou, 2006:57) 104 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 Terjemahan : “Apa ya. Terkesan cantik dan terasa bahwa itu rumah hanya untuk perempuan saja.” Analisis : Dake menurut Tomita (1991:146-147) memiliki fungsi untuk menunjukkan adanya pembatasan. Numata (2000:13) menjelaskan bahwa jenis kata apapun yang ada diikuti oleh dake, maka kata itu akan menjadi subjek yang difokuskan untuk dibatasi. Secara harafiah, kalimat ini dapat diartikan “Terasa bahwa rumah itu hanya untuk perempuan saja”.「女」dalam Shinmura (1998:421) memiliki arti “salah satu jenis kelamin manusia”. Dalam KBBI (2000:529) “kelamin” berarti 1) jodoh (laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina; sepasang, 2) sifat jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai betina dan jantan atau wanita dan pria, 3) jenis laki-laki atau perempuan; genus, 4) alat pada tubuh manusia, binatang, dsb untuk mengadakan keturunan; kemaluan; genitalia. Dari arti kelamin di atas bahwa jenis kelamin hanya ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan. 「女」yang berarti “perempuan” dalam KBBI (2000:856) berarti “orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui”. Berarti 「女」termasuk meishi. Tomita (1991:146-147) menjelaskan bahwa bila dake mengikuti josuushi atau meishi, berarti dake berfungsi untuk membatasi suatu jumlah atau benda sehingga jumlah dan benda tersebut menjadi terbatas. 「だけ」dalam kalimat ini memfokuskan「女」untuk dibatasi, sesuai dengan fungsinya yang pertama menurut Tomita (1991:146-148) yaitu untuk menunjukkan pembatasan. Jadi, dalam kalimat ini dake berfungsi untuk membatasi jenis kelamin karena「女」yang termasuk meishi termasuk ke dalam kategori jenis kelamin. Jenis kelamin hanya ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi dalam kalimat ini berarti orang lain tanpa masuk ke dalam rumah itupun sudah dapat menerka bahwa yang tinggal di rumah itu semuanya perempuan, tidak ada laki-laki. Data 2 Situasi : Malam beberapa hari sebelum bulan Oktober, Choko, Ayane, Masaki, dan Tomoko sudah berjanji untuk berkumpul bersama pada jam delapan malam. Tentu saja terkadang mereka datang terlambat karena pekerjaan mereka. Choko dan Ayane berada di dapur untuk menyiapkan makanan untuk mereka berempat makan nanti. Di tengah kesibukan itu, Choko sempat membuka jendela untuk menghirup udara segar. Bulan tidak terlihat saat itu. Tetapi angin yang sejuk menandakan musim gugur sebentar lagi akan datang. Lalu Choko melanjutkan membuat norimaki. Norimaki ini pesanan Masaki. Masaki sangat suka norimaki buatan Choko, ia mengatakan kalau norimaki lain rasanya tidak seenak buatan Choko. Choko memang pintar memasak, ia belajar masak dari ibunya. Sepuluh tahun yang lalu mereka berempat pernah tinggal bersama dalam rumah itu. Rumah itu adalah warisan yang didapat Choko dari bibinya yang sudah meninggal. Bibinya hanya pegawai di sebuah area pabrik kota kecil. Meskipun tinggal di kota yang sama, Choko sekeluarga nyaris tidak pernah mengunjunginya. Tidak tahu mengapa, bibi Choko ini dikatakan sebagai orang yang aneh oleh ayah Choko dan keluarganya. Setelah bibi Choko meninggal, seorang pengacara menemui Choko dan mengatakan bahwa Choko mendapat warisan dari bibinya. Harta kekayaan hampir tidak ada, hanya sedikit uang di Bank dan rumah tua yang dibangun di lahan yang kecil. Sehingga Choko bingung mendapat warisan tersebut. Pengacara itu menjelaskan alasan bibi Choko memberikan warisan kepadanya. 「あの子だけが私のことを気にかけてくれるよ。あの子だけが。」 (Toudou, 2006:10) Terjemahan : “Hanya anak itu yang memperdulikanku. Hanya anak itu saja.” Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 105 Analisis : Secara harafiah, kalimat ini dapat diartikan “hanya anak itu yang memperdulikanku”. Yang dimaksud “anak itu” adalah Choko. Meskipun Choko telah beranjak besar dan sudah berumur 36 tahun, bagi bibi Choko, Choko tetap keponakannya dan berumur jauh lebih muda dibanding dengan dirinya. Ini sesuai dengan arti “anak” dalam KBBI (2000:41) yaitu “yang lebih kecil dari yang lain”. Di sini “yang lain” berpatokan pada bibi Choko dan keluarga intinya yang tentu saja lebih tua dari Choko, misalnya : ayahnya, ibunya, bibinya, dan saudara kandung ayah dan ibunya. 「だけ」dalam kalimat ini memfokuskan「あの子」untuk dibatasi, sesuai dengan fungsinya yang pertama menurut Tomita (1991:146-148) yaitu untuk menunjukkan pembatasan. Jadi, dalam kalimat ini dake berfungsi untuk membatasi orang karena anoko yang termasuk meishi tersebut termasuk ke dalam kategori “orang”. Anoko mengacu kepada Choko. Masanobu (1994:413) menjelaskan bahwa fungsi dake sebagai penunjuk adanya pembatasan berarti membatasi sesuatu atau keadaan dengan arti “tidak ada sesuatu yang lain lagi yang ditambah ataupun sesuatu yang berbeda” atau “sudah tidak ada yang lain”. Artinya, selain Choko, tidak ada orang lain lagi yang mempedulikannya. Orang lain di sini bisa keluarga, teman, dan sebagainya. Data 3 Situasi : Malam awal bulan Agustus, Masaki menelepon Choko. Saat itu, Choko menanyakan kabar ibu Masaki. Masaki mengatakan bahwa ibunya sudah agak baikan, tetapi ia sedih karena tidak bisa menemani ibunya di rumah sakit. Para perawat mengatakan tidak akan ada apa-apa karena ada mereka yang menemani ibunya, tetapi tetap saja Masaki merasa khawatir. Masaki merasa ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan ibunya. Masaki mengatakan bahwa ia sudah 2, 3 tahun ini tidak pulang pada perayaan Tahun Baru dan festival Obon. Ia ingin pulang tetapi ada pekerjaan yang menumpuk dan rekan sekerjanya sakit sehingga ia menunda liburannya. Lalu sewaktu menelepon ibunyapun hanya tertawa dan memakluminya. Karena selalu disemangati oleh ibunya, Masakipun menjadi manja. Choko mengatakan bahwa iapun sama sepertinya, ia juga menceritakan beberapa kebaikan Masaki. Lalu Masaki menangis dengan keras, ia mengatakan bahwa ia tidak salah menelepon Choko karena Choko dapat memahaminya. Bahkan kalau ia bercerita kepada kakak atau suaminya, hanya memperburuk perasaannya. Padahal ia butuh orang yang bisa ia tumpahkan perasaannya. Lalu Choko berjanji akan mengunjunginya pada hari Sabtu. 「ううん。きてくれるだけでありがたいの。ね、ほんとに、きてくれるの?」 (Toudou, 2006:120) Terjemahan : “Tidak kok. Hanya bersedia datang sajapun aku sudah berterima kasih. Hei, benar-benar kamu akan datang?” Analisis : Bila diterjemahkan secara harafiah, kalimat ini berarti “hanya bersedia datang sajapun aku sudah berterima kasih”. Dari tabel makna di atas, dapat diasumsikan bahwa arti dari「きてくれる」 adalah seseorang rela datang demi diri kita sendiri dan tindakan ini merupakan suatu pengorbanan seperti makna “memberi” menurut KBBI (2000:140) yaitu menyebabkan menjadi menderita. Dalam kalimat ini, dake mengikuti doushi, seperti yang telah dijelaskan oleh Tomita (1991:146-148) bahwa dake yang memiliki fungsi untuk menunjukkan pembatasan dapat mengikuti doushi (bentuk kamus). Dalam kalimat ini,「きてくれる」menjadi fokus dake untuk dibatasi. Dake membatasi「きてくれる」yang merupakan suatu kegiatan. Sehingga Choko tidak perlu melakukan hal lain selain “datang”. Karena tadinya Choko mengatakan akan datang untuk 1) melihat Masaki, 2) 106 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 makan makanan enak bersama-sama, dan 3) mengobrol. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Nihongo bunkei jiten (1998:191) yaitu bila dake mengikuti doushi (dalam bentuk kamus), maka memiliki arti “hal yang lainnya tidak harus dilakukan”. Numata (2000:39) menjelaskan adanya perbedaan menarik antara penambahan kakujoshi「で」 sebelum atau sesudah dake. Dake dapat mengikuti dan diikuti oleh kakujoshi dan penempatannya mengubah arti suatu kalimat. Contoh : − 注射だけで治る。 − 注射でだけ治る。 Pada kalimat pertama berarti “walaupun ada cara lainnya untuk sembuh, tetapi dengan suntikan sudah cukup dan cara lainnya tidak dibutuhkan”. Namun pada kalimat ke dua berarti “dengan cara lain jelas tidak bisa, hanya dengan suntik akan sembuh”. Dengan demikian, kalimat pertama memiliki arti pembatas minimal yang diperlukan dalam batasan hal atau masalah, sedangkan kalimat ke dua menyatakan batasan sesuatu hal yang seharusnya diambil sebagai cara pengobatan. Tapi perbedaan arti ini hanya berlaku untuk kakujoshi「で」saja, sedangkan untuk kakujoshi lainnya tidak mengalami perubahan arti. Contoh : − 母だけに言える。 − 母にだけ言える。 Kedua kalimat di atas memiliki arti yang sama yaitu “(kami) tidak bisa membicarakannya kepada orang lain selain kepada ibu”. Numata (2000:38) menambahkan bahwa kakujoshi「が」tidak dapat dipakai sebelum dake. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Numata (2000:39), sebenarnya ada banyak hal yang dapat dilakukan Choko untuk Masaki tetapi Masaki hanya mengharapkan kedatangan Choko dan tidak membutuhkan hal lainnya sehingga Masaki mengatakan 「きてくれるだけであり がたいの」. Analisis Dake「だけ」menurut fungsi dua, yaitu menunjukkan adanya taraf ataupun tingkatan Menurut Shinmura (1998:1134) yang dimaksud dengan「程度」adalah seberapa tinggi, seberapa rendah, seberapa kuat, seberapa lemah, seberapa kelebihan, dan seberapa kekurangan dari sesuatu dan menurut Kindaichi (1997:949) 「程度」 berarti “setelah membandingkan dengan hal lain, maka itulah taraf sifat dan nilai luarnya”. Matsuura (2005:1058) mengartikan「程度」sebagai taraf, derajat, atau tingkatan. Taraf dalam KBBI (2000:1143) berarti tingkatan; derajat; mutu (dalam arti tinggi rendahnya, baik buruknya, dsb). Jadi yang fungsi dake ini bermaksud untuk menunjukkan taraf, derajat, tingkatan, atau mutu dari sesuatu. Berikut ini adalah kalimat-kalimat mengandung joshi dake yang memiliki fungsi untuk menunjukkan adanya taraf ataupun tingkatan. Data 1 Situasi : Choko, Ayane, Masaki, dan Tomoko sedang berkumpul di ruang keluarga pada jam sembilan malam. Pertama-tama, Tomoko membicarakan betapa hebatnya Choko dalam memasak dan betapa baiknya ia, kemudian Tomoko mulai menangis karena merasa terharu akan kebaikan Choko selama ini. Kemudian mereka membicarakan juga betapa cantik dan anggunnya ibu Ayane. Lalu pada akhirnya mereka mulai membicarakan masalah-masalah dalam kehidupan mereka. Cerita dimulai dari Tomoko, ia menceritakan masalah percintaannya yang bertepuk sebelah tangan. Lalu pada akhirnya ia mengutarakan bahwa ia ingin anaknya, Marika, bisa menjadi seperti Ayane yang begitu cantik agar laki-laki banyak yang tertarik padanya. Lalu ia juga menceritakan keinginannya yang lain. Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 107 「先の長い夢だけど、そう思ってるのって、それだけで幸せだし。」 (Toudou, 2006:55) Terjemahan : “Walaupun hanya mimpi yang panjang, hanya dengan itu saja aku sudah senang.” Analisis : Di dalam kalimat ini dake mengikuti kata sore, sore yang dimaksud di sini adalah pikiran Tomoko akan mimpi-mimpinya seperti menghiasi kamarnya dengan mebel rotan putih dan renda yang cantik. Sunagawa, et.al (1998:192) menjelaskan bahwa apabila dake mengikuti kata「あれ」、「それ」、 「これ」maka dake tersebut memiliki arti “sampai batas itu”. Kouei (1996:33) menjelaskan bahwa penggunaan sore+dake memiliki arti untuk menunjukkan suatu tingkatan maksimal. Contohnya : A mengambil kacang sebanyak mungkin ke dalam tangannya. Semua yang berhasil ia pegang dalam tangannya adalah tingkatan maksimal dimana ia dapat mengambil kacang-kacang tersebut. Dake dalam kalimat ini menunjukkan tingkatan kebahagiaan Tomoko.Tingkatan kebahagiaan Tomoko sangat rendah karena walaupun hanya berangan-angan saja tanpa mewujudkannyapun ia sudah senang. Itu dikarenakan ia mengalami berbagai hal-hal buruk sehingga dengan membayangkan sesuatu yang baik ia sudah sangat senang. Ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Saegusa (2004:17) bahwa sore+dake terkadang menunjukkan suatu tingkatan yang paling rendah. Data 2 Situasi : Jam pulang kerja Choko adalah jam tujuh malam lebih sedikit. Saat itu pertengahan bulan Februari, sejak pagi udaranya panas sekali, tetapi begitu agak sore hujanpun turun. Sebelum naik kereta, Choko pergi ke supermarket di depan stasiun. Menu spesial hari jumat adalah kroket. Dalam seminggu, hanya hari itu saja bisa mendapat kroket. Walaupun Choko memakan kroket itu seminggu sekali, ia tidak pernah bosan. Sejak saat itu sudah berlalu tiga bulan lamanya. Seperti biasa, pada hari Jumat Choko membeli tiga buah kroket. できるだけ油分の少ない食事を心がけていた。(Toudou, 2006:61) Terjemahan : Sebisa mungkin mengingat makanan yang sedikit lemaknya. Analisis : Dekiru+dake berarti “sedapat mungkin, sebisa mungkin”. Di dalam kalimat ini, dake mengikuti kata bentuk potensial. Kawashima (1992:11) menjelaskan bahwa bila dake mengikuti kata bentuk potensial, maka dake berfungsi untuk menunjukkan tingkatan dari sesuatu, dengan catatan tingkatan tersebut tidak dapat dilampaui. Okutsu,et.al (1990:69) menjelaskan apabila dake mengikuti kata potensial maka dake di sini menunjukkan tingkatan maksimal. Dake dalam kalimat ini menunjukkan tingkat maksimal kemampuan Choko. Seberapa bisa Choko untuk mengurangi makanan yang banyak lemaknya, itulah tingkatan maksimalnya. Dan dalam novel Sakura House karya Shizuko Toudou ini, dapat terlihat bahwa kemampuan Choko untuk mengingat makanan yang baik kalorinya itu sangat tinggi karena ia selalu menjaga pola makannya sejak ia beranjak dewasa (Toudou, 2006:75). Data 3 Situasi : Suatu malam bulan Februari, Choko sedang bergegas pulang membawa kroket yang baru dibelinya disuper market sambil membayangkan akan makan dengan apa saja bersama kroket itu. Lalu hujan 108 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 pun turun, Choko berhasil pulang sebelum yang lainnya. Lalu dia bertemu dengan Miyama, tunangan Ayane, di depan pintu rumah. Musim gugur tahun lalu Ayane dan Miyama mulai bertunangan. Choko menanyakan soal kunci cadangan yang diberikan Choko pada Miyama dan Miyama mengatakan awal bulan ini ia ingin mengembalikannya kepada Ayane. Kelihatannya mereka sedang ada masalah. Kroket yang tadinya masih hangat sudah menjadi dingin. Choko menanyakan kepada Miyama apakah ia sudah makan apa belum. Miyama mengatakan bahwa ia sudah menunggu Ayane sejak jam empat sore, dan belum makan malam. Lalu Choko mengajaknya makan malam bersama. Choko meyuguhkan kroket yang dibelinya tadi, daging babi, dan juga sayuran seperti tomat, selada, dan jamur. Tidak sampai 15 menit untuk menyiapkannya. Sambil membuka buku saku, Miyama menghela nafas lega dan memperlihatkan senyuman. Entah sejak kapan rambut Miyama yang basah oleh hujan sudah mengering. Choko mengkhawatirkan Miyama dan menawarkan dryer. Miyama mengatakan ia baik-baik saja karena sewaktu berumur 20 tahunan, ia suka sekali mendaki gunung. Dibasahi oleh hujan, diterpa angin, dan hal lainnya adalah biasa baginya. Choko mengatakan Miyama tidak kelihatan liar seperti itu. Miyama yang berhadap-hadapan dengan hidangan Choko dengan wajah bersinar dan bersemangat memuji hidangan Choko. 「すごいな。あっというまに、これだけのものをつくってしまうなんて」 (Toudou, 2006:71) Terjemahan : “Hebatnya. Dalam sekejap saja sudah membuat makanan seperti ini.” Analisis : Dalam kalimat ini, kore yang dimaksud di sini adalah makanan yang dihidangkan Choko karena pada saat itu Miyama sedang dihadapkan dengan makanan yang dihidangkan Choko (Toudou, 2006:71). Ekspresi Miyama saat melihat hidangan Choko adalah 「すごいな」. Makna「すごい」 menurut Shinmura (1998:1426) berarti “寒く冷たく骨身にこたえるように感じられる” yang artinya “seberapa dinginnya pun berusaha untuk menjawab” dan ini menandakan bahwa perjuangannya itu begitu keras dan patut diacungi jempol karena bila udara sangat dingin, mulutpun menjadi beku dan susah berkata-kata. Sedangkan menurut Matsuura (2005:1001) arti dari 「すごい」 ini adalah “hebat, bukan main, luar biasa”. Ini menandakan bahwa tingkatan Choko dalam memasak sangat hebat. Karena dalam sekejap saja ia sudah bisa menyajikan berbagai macam masakan dan semuanya enak menurut Miyama. Ini terlihat juga dalam makna kata kore+dake menurut Shinmura (1998:1014) yaitu “ini adalah semuanya”, menunjukkan tingkatan maksimal kemampuan Choko dalam menyajikan makanan. Analisis Dake「だけ」menurut fungsi tiga, yaitu menunjukkan hubungan sebab akibat Berikut ini adalah kalimat-kalimat mengandung joshi dake yang menurut penulis memiliki fungsi untuk menunjukkan hubungan sebab akibat. Data 1 Situasi : Ibu Ayane yang sudah sepuluh tahun tidak bertemu, menemui Ayane, menyapa Ayane dengan sopan. Ayanepun membalas dengan sopan. Tetapi dengan orang yang lebih tua seperti Choko, Ayane melupakan rasa hormatnya. Tapi bagi Choko itu tidak jadi masalah. Merekapun makan, dimulai dari kare dan selada buatan Ayane. Masakannya sangat lezat, Choko ingin sekali memujinya, tetapi begitu memikirkan kalau makanan itu dibuatnya untuk Ippei, pasangan cinta terlarangnya, pujian tidak bisa keluar dari mulut Choko. Lalu Ayane mengatakan bahwa ia pun tahu kalau Miyama laki-laki yang baik, tapi ia tidak puas. Ippei mengatakan dengan jelas kalau ia adalah lelaki yang sulit diatur. Ia juga tidak bekerja, hanya sebagai wakil kepala kedai minum. Suatu saat nanti ia ingin memiliki toko sendiri, tapi Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 109 sepertinya tidak berjalan dengan baik, dan ia baru berusia 33tahun. Ia butuh orang yang memperhatikannya karena tidak ada orang yang memperhatikannya. Ibu Ayane mengomentari bahwa ia terlalu terburu-buru berhubungan dengan laki-laki yang tiga tahun lebih muda darinya. 「蝶子さんとお母さまからすれば、堅実な研究者で勤め人の美山さんのほうがよく見 えるのでしょうけれど、人生、安全パイだけじゃつまらない。」 (Toudou, 2006:87) Terjemahan : “Kalau aku mengikuti ibu dan Choko, Miyama yang bekerja sebagai peneliti yang terjamin memang kelihatan lebih baik, tetapi kehidupan kalau aman-aman saja jadi membosankan.” Analisis : Kalimat ini memiliki hubungan “Bila A terjadi maka akan terjadi B” seperti yang dijelaskan oleh Tomita (1991:148). Pola A だけ B terdapat dalam bagian「安全パイだけじゃつまらない」. A adalah kalimat atau kata pertama yaitu「安全パイ」dan B adalah kalimat atau kata ke dua yaitu「じ ゃつまらない」. A adalah sebab dan B adalah akibat sehingga dalam kalimat ini dapat diasumsikan bahwa bila aman-aman saja maka akan menjadi membosankan.「安全」yang menurut KBBI (2000:34) adalah tidak mengandung resiko, dan keadaan ini tidak cocok untuk Ayane yang suka dengan tantangan (Toudou, 2006:86-87). Analisis Bakari「ばかり」menurut fungsi satu, yaitu untuk menunjukkan suatu jumlah yang banyak Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung joshi bakari yang menurut penulis memiliki fungsi untuk menunjukkan suatu jumlah yang banyak. Data 1 Situasi : Choko sedang memikirkan soal Ayane yang berkenalan dengan laki-laki yang ingin ia nikahi, yaitu pekerja keras, tabah, dan tenggang rasa. Ia menggunakan kecantikannya sebagai senjata dan menguasai berbagai cara dengan sempurna untuk memikat lawan jenis. Dalam sekejap saja ia mengejar tunangannya. Suatu gerakan cepat yang tidak dapat ditiru oleh wanita-wanita seperti Choko. Setelah dua sampai tiga bulan bertunangan, walaupun sering bertengkar, hubungan mereka damai-damai saja, itu sudah sewajarnya. Lalu Ayane mengacuhkan tunangannya, ia tenggelam dalam cinta yang terlarang. Lalu kebenaran ini ia akui di depan tunangannya. Bahkan di depan pasangan cinta terlarangnyapun Ayane mengakui keberadaan tunangannya. Ke tiga-tiganya panik, dan keributan itu adalah awalnya. また、暴力的に荒れ狂うような、手のかかる、面倒な男ばかりとかかわるのだ、温厚 な婚約者の次には。(Toudou, 2006:79) Terjemahan : Lagi-lagi Ayane berhubungan dengan laki-laki yang mengganggu, merepotkan, dan suka kasar. Tunangan yang selanjutnya lemah lembut. Analisis : Di dalam kalimat ini, terdapat kata また yang berarti lagi-lagi. Dalam KBBI (2000:624) “lagi” berarti “berulang lagi”, artinya tidak hanya sekali. Kouei (1996:27) menjelaskan bahwa bakari tidak dapat digunakan untuk kejadian yang hanya terjadi sekali dan berarti menunjukkan bahwa itu sering 110 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 terjadi. Choko yang sudah mengenal Ayane sejak lama sudah mengetahui banyak hal yang terjadi pada Ayane. Kalimat ini dapat diartikan bahwa dari sekian laki-laki yang berhubungan dengan Ayane, kebanyakan dari mereka adalah laki-laki yang menggangu, merepotkan, dan kasar. Bakari dalam kalimat ini termasuk fungsi satu, yaitu menunjukkan suatu jumlah yang banyak karena Ayane sering berhubungan dengan laki-laki yang mengganggu, merepotkan, dan kasar. Data 2 Situasi : Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan Choko dengan Miyama di depan rumah lalu mereka makan bersama. Sore itu Miyama menghubungi Choko untuk mengajaknya ke kedai minum setelah pulang kerja. Miyama berterima kasih atas suguhan Choko waktu itu dan ia menyadari kalau selera mereka sama, karena itulah Miyama mengajak Choko ke kedai minum yang ia rasa enak. Walaupun Choko merasa cocok, ia memiliki ketakutan yang tak jelas. Tidak ada menu yang pasti di sana, rebusan, asinan, telur dadar, dan lain-lain. Choko suka sekali dengan masakannya. Lalu mereka minum bir, Miyama menanyakan bagaimana rasanya dan Choko mengatakan bahwa rasanya sangat enak, Miyama sangat senang mendengarnya. Lalu Miyama ingin menceritakan tentang dirinya dan Aya. Choko sudah menduga ada hal yang ingin diceritakan Miyama sejak ia mengajaknya makan. Miyama mengatakan bahwa ia menemui laki-laki yg menjadi selingkuhan Aya, yang bernama Ippei. Lalu Choko menanyakan mengenai Ippei. 「外見はひとくちで言うと不潔でしたね、何日もシャワーもあびてないような。話し てみると、これまたカッコつけた浅いことばかり並べ立てる、いわばチンピラ。」 (Toudou, 2006:93-94) Terjemahan : “Dilihat dari penampilannya bisa dikatakan dekil, entah berapa hari sepertinya tidak mandi. Setelah mencoba mengobrol dengannya, ia menderetkan hal-hal yang dangkal terus menerus. Bisa dikatakan ia seorang berandalan.” Analisis : Menurut Matsuura (2005:700) arti dari 「並べ立てる」ini adalah “menderetkan”. “Deret” dalam KBBI (2000:255) artinya “kumpulan zat, bilangan, atau kuantitas lain pada kumpulan yang sama yang disusun secara beraturan”. “Kumpulan” dalam KBBI (2000:612) artinya adalah “sesuatu yang telah dikumpulkan”. Dan dapat diasumsikan bahwa kumpulan ini artinya berjumlah banyak. Ini sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Tomita (1992:153) bahwa fungsi bakari adalah menunjukkan suatu jumlah yang banyak karena kata-kata yang dideretkan oleh Ippei berjumlah banyak. Di dalam kalimat ini, terdapat kata また yang berarti lagi-lagi. Seperti dalam data satu, menurut KBBI (2000:624) “lagi-lagi” berarti sesuatu yang pernah terjadi, terjadi lagi. Karena frekuensinya tidak hanya sekali, maka bisa dikatakan banyak. Dalam situasi di atas, Miyama mendeskripsikan Ippei sebagai seorang berandalan karena ia terus menderetkan hal-hal yang dangkal. Berarti, selama Miyama berinteraksi dengan Ippei, Ippei sering melontarkan hal-hal yang dangkal. Dan seperti kutipan di atas, sebab dari Ippei terus menerus melontarkan hal-hal yang dangkal adalah karena pengetahuannya tidak begitu baik, dalam arti tidak begitu cerdas. Data 3 Situasi : Saat itu malam permulaan bulan Oktober. Setelah makan malam Choko beristirahat sambil memandang televisi, mandi, mengeringkan rambut, dan lain-lain. Itu adalah kegiatan rutin Choko. Tetapi yang berbeda adalah adanya telepon dari Masaki. Saat itu Choko hanya mengenakan handuk tipis setelah mandi, lalu ia mengenakan piyamanya. Masaki minta maaf ia meneleponnya malam Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 111 sekali. Choko menanyakan keadaan ibu Masaki. Masaki mengatakan bahwa ibunya sudah baikan, sudah selera makan, bahkan ia ingin makan daging kelinci, tapi begitu Masaki membelinya sampai tergopoh-gopoh, ibunya hanya bisa makan nasi. Lalu Choko menanyakan keadaan Masaki karena tidak bisa menginap di rumah sakit. Masaki bilang kalau para perawat mengatakan bahwa tidak apa-apa tidak menyertai ibunya karena mereka ada untuk ibunya. Masaki sadar itu demi dirinya tapi sendirian di rumah ia jadi malah merasa khawatir, ia ingin menemani ibunya. Masaki mengatakan sudah lama tidak pulang ke rumah orang tuanya. Masaki hampir 32tahun dan Choko lima tahun lebih tua darinya. Masaki selalu memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan ibunya. Setelah lulus SMA Masaki langsung keluar dari rumah. Ayahnya meninggalpun ia hanya pulang ke rumah selama seminggu. 「うん・・・私、ずうっと自分のことばかりにかまけてて、あんまり母のこと気にし ていなかったな、高校卒業と同時に実家をはなれてからは。」 (Toudou, 2006:114) Terjemahan : “Hmm…aku menyita waktuku dengan diriku terus menerus, tidak memperdulikan ibuku. Itu karena ketika lulus dari SMU aku langsung pergi dari rumah.” Analisis : Berikut ini, terdapat adverbia ずうっと yang berarti “terus” (Matsuura, 2005:1225) dan “terus” dalam KBBI (2000:1186) berarti selalu. Selalu artinya banyak terjadi. Bakari dalam kalimat ini menunjukkan bahwa Masaki terus menyita waktunya dengan dirinya sendiri tanpa memperdulikan ibunya. Sejak lulus SMU hingga ia berumur 33 tahun hanya dirinya yang ia pikirkan. Kemungkinan ia memikirkan ibunya ataupun orang lain memang ada, tetapi yang ia pikirkan paling banyak adalah dirinya sendiri. Analisis Bakari「ばかり」menurut fungsi dua, yaitu untuk menunjukkan bahwa sesuatu baru selesai dilakukan Berikut ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung joshi bakari yang penulis memiliki fungsi untuk menunjukkan bahwa sesuatu baru selesai dilakukan. Situasi : Yang diinginkan pria adalah wanita yang seperti ibu dan seperti anak. Tapi dalam kenyataan, hal itu tidak diperbolehkan dan hanya boleh memilih salah satunya. Karena itu, bagaimanapun juga alasan orang berselingkuh mungkin ada pada hal itu. Manusia, bila sudah mendapat salah satunya akan jadi tidak menginginkannya. Selamanya bertentangan dengan kenyataan, itulah manusia. Tetapi, kebanyakan orang menahan nafsu itu. Yang tidak bisa menahan nafsu itu salah satunya adalah Ayane. Bukan memilih di antara dua, tetapi menginginkan ke duanya. Hubungan tiga sudut seperti itu pasti ada yang terluka. Saat itu ibu Ayane datang menemui Ayane untuk membicarakan hubungannya dengan Miyama dan Ippei. スーツの下に着ていた、この前買ったばかりのタートルネックの半袖のセーターにブ ラシをかけていると、寝室のドア一枚をへだてて綾音の母の野利子のあいさつの声が した。(Toudou, 2006:84) Terjemahan : “Di dalam setelan baju yang dipakainya, ia memakai sweater bermodel turtleneck lengan pendek dan bros yang baru dibelinya kemarin-kemarin ini. Ibu Ayane, Noriko, menyapa dari pintu ruang tidur.” 112 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 Analisis : Bakari mengikuti タ動詞. タ動詞 dipakai bila verba tersebut tergolong dalam bentuk lampau. Tohsaku (2001:162) menjelaskan bahwa pola「たばかり」ini menunjukkan sesuatu yang telah selesai dalam waktu yang tidak lama. Tetapi waktu yang tidak lama ini hanya pembicara yang merasakannya dan penggunaannya berbeda dengan 「たところ」 karena 「たところ」 menunjukkan benar-benar baru saja terjadi atau selesai. Contoh : 1) ニューヨークから帰ってきたところです。 2) ニューヨークから帰ってきたばかりです。 Pada kalimat pertama, pembicara benar-benar baru saja kembali dari New York, mungkin bisa saja beberapa menit yang lalu dan waktunya tidak lebih dari satu hari. Pada kalimat ke dua, pembicara baru kembali dari New York dan waktu yang dianggap “baru saja” ini bermacam-macam tergantung konteks. Contohnya saja bila A sedang membicarakan soal kepulangannya dari New York sepuluh hari yang lalu maka A akan berkata 「十日前にニューヨークから帰ってきたばかりなんですが」. Untuk pemakaian 「たところ」waktu sepuluh hari terlalu lama menurut hitungan waktu. Kalimat ini,「たばかり」sebelumnya terdapat adverbia「この前」yang menurut Shinmura (1998:993) berarti beberapa hari lalu. Berarti proses pembelian bros dan sweater bermodel turtleneck lengan pendek tersebut selang waktunya tidak begitu lama dan tentu saja bila itu dalam bentuk lampau kegiatan itu sudah selesai dilakukan. Analisis Bakari「ばかり」menurut fungsi tiga, yaitu untuk menunjukkan perkiraan jumlah Berikut ini adalah contoh kalimat yang mengandung joshi bakari yang memiliki fungsi untuk menunjukkan perkiraan jumlah. Situasi : Sepuluh tahun lalu, ke empat orang ini pernah tinggal bersama di dalam rumah ini. Waktu itu Choko berumur 36 tahun, Tomoko berumur 31 tahun, Ayane berumur 26 tahun, dan Masaki berumur 21 tahun. Hanya Masaki yang masih pelajar pada waktu itu, ke tiga lainnya sudah bekerja. Mereka tinggal di sebuah rumah susun dua tingkat dalam area perumahan yang tentram. Choko mendapat rumah itu sebagai warisan dari bibinya yang telah meninggal. Bibi dari pihak ayahnya ini selama masa bujangnya hingga masa pensiunnya bekerja sebagai pegawai kantor di sebuah area pabrik kota kecil. といって亡くなった伯母には遺産と呼ぶほどの財産があるわけではなく、銀行に預け てあるわずかばかりの現金と、せまい敷地に建った一戸建ての老朽化した家のほかに は何もなかった。(Toudou, 2006:10) Terjemahan : Warisan berupa kekayaan dari bibinya yang telah meninggal tidak ada, selain uang tabungan di Bank yang sedikit dan rumah tua yang dibangun di lahan yang kecil, lainnya tidak ada. Analisis : Kata 「わずか」termasuk dalam suuryoushi (kata penunjuk jumlah) karena sedikit atau banyak menunjukkan suatu jumlah. Numata (2000:52) menjelaskan bahwa bila bakari mengikuti suuryoushi, maka bakari bukan membatasi tetapi menunjukkan perkiraan jumlah. Jadi dalam kalimat ini dapat diartikan Choko mendapat warisan berupa tabungan di Bank yang jumlahnya kira-kira sedikit. Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 113 PENUTUP Di dalam novel Sakura House karya Shizuko Toudou, penulis menemukan 107 kalimat yang mengandung toritatejoshi dake dan 21 kalimat yang mengandung toritatejoshi bakari, meliputi 85 kalimat yang mengandung fungsi pertama dake, 21 kalimat yang mengandung fungsi ke dua dake, dan 1 kalimat yang mengandung fungsi ke tiga dake. Serta 19 kalimat yang mengandung fungsi pertama bakari, 1 kalimat yang mengandung fungsi ke dua bakari, dan 1 kalimat yang mengandung fungsi ke tiga bakari. Sedangkan untuk fungsi ke empat dake dan fungsi ke empat sampai ke tujuh bakari tidak ditemukan di dalam novel ini. Setelah menganalisis kalimat-kalimat tersebut, penulis menemukan persamaan dan perbedaan dari kedua partikel ini. Persamaan kedua partikel ini dilihat dari fungsi-fungsinya adalah sama-sama memiliki fungsi untuk menunjukkan adanya pembatasan dan untuk menunjukkan hubungan sebab akibat. Sedangkan perbedaannya adalah dake memiliki fungsi untuk menunjukkan hubungan berbalik, sedangkan bakari memiliki fungsi untuk menunjukkan suatu jumlah yang banyak, perkiraan jumlah, kegiatan yang baru selesai dilakukan, serta kegiatan yang akan dilakukan. Dilihat dari struktur pembentukan kalimatnya, persamaan kedua partikel ini adalah sama-sama dapat mengikuti meishi, doushi, suuryoushi, keiyoushi, dan shijigo, dapat diikuti kakujoshi 「が」,「を」、dan teidaijoshi「は」tapi tidak dapat mengikutinya, serta dapat diikuti dan mengikuti kakujoshi 「に」、「で」、「と」、dan「へ」. Sedangkan perbedaannya adalah dake dapat mengikuti kata potensial, sedangkan bakari tidak. Di dalam novel Sakura House karya Shizuko Toudou ini tidak terdapat penggunaan fungsi ke empat dake dan fungsi ke empat sampai ke tujuh bakari, pembaca dapat menggunakan novel lain, majalah, serta media lain untuk dapat menemukan penggunaan fungsi-fungsi ini sehingga pembaca dapat lebih memahami fungsi-fungsi yang belum dibahas penulis. Pembaca juga dapat meneliti partikel lain yang terdapat dalam novel Sakura House karya Shizuko Toudou ini, antara lain : ばあい, ほど, ~って, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Chandra, T. Nihongo no Joshi, Partikel Bahasa Jepang. Jakarta : Evergreen Japanese Course, 2009. Chino, Naoko. Partikel Penting Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc,1991. G.Drohan, Francis. A Handbook of Japanese Usage. Tokyo : Charles E.Tuttle Publishing Co inc, 1991. Iori, Isao. Shokyuu wo Oshieru Hito no Tame no Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: Kuroshio shuppan, 2002. Kawashima, Atsuko. Particle Plus. Tokyo: Harcourt Brace Jovanich Japan inc, 1992. Kouei, Shigeru. Bushika Suru Chiiki Shakai Gengogakuteki Kenkyuu. Tokyo: Keimizusha, 1996. Masanobu, Hirose. Effective Japanese Usage Guide. Tokyo : Kodansha, 1994. Masuoka, Takashi dan Inori Takubo. Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo: Kuroshio Shuppan, 1992. Matsuura, Kenji. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia, 2005. Numata, Yoshiko. Nihongo Bunpou Serufu Masuta Serizu 5. Tokyo: Kuroshio Shuppan, 2000. Okutsu, Keiichiro, et al. Iwayuru Nihongo Joshi no Kenkyuu. Tokyo: Kabushiki Shakai Bonnyuusha, 1990. 114 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.4 No.1 Mei 2010: 100-115 Renariah. “Gramatika Bahasa Jepang.” Jurnal sastra Jepang Universtas Maranatha vol.4 (2005) : 1-12. Saegusa, Reiko. Nihongo Bunpou Kotogara no Kankei wo Arawasu Hyougen. Tokyo: Kodansha, 2004. Shinmura, Izuru. Koujien. Tokyo : Iwanami Shoten, 1998. Siegel, Melanie dan Emily M.Bender. “Head-Initial Constructions in Japanese.” Journal University of Washington (2004) : 1-44. Sudjianto dan Ahmad Dahidi. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Bekasi: Kesaint Blanc, 2004. Sudjianto. Gramatika Bahasa Jepang Modern. Bekasi : Kesaint Blanc, 2000. Tanaka, Toshiko. Tanaka Toshiko no Nihongo no Bunpou. Tokyo : Kindaibunsha, 1990. Tanimori, Masahiro. Japanese Language’s Grammar and Usage. Kobe : Koyo Shobo, 1992. Tohsaku, Yasuhiko. Youkoso Continuing With Contemporary Japanese. United states: Mc Graw Hill Higher Education, 2001. Tomita, Takayuki. Bunpou no Kiso Chishiki. Tokyo : Kabushiki Shakai Bonnyuusha, 1992. Toudou, Shizuko. Sakura House. Tokyo : Shuueisha, 2006. Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Jogja : Gadjah Mada University Press, 2004. Perbedaan Penggunaan Toritatejoshi ….. (Nalti Novianti; Yessie Windriani) 115 Lampiran Sinopsis Cerita Sakura House Karya Toudou Shizuko Empat orang wanita yang pernah tinggal bersama 10 tahun lalu berkumpul kembali. Mereka adalah Choko (46 tahun), Tomoko (41 tahun), Ayane (36 tahun), dan Masaki (31 tahun). Sudah 7 tahun mereka tidak bertemu. Mereka berkumpul di sebuah rumah susun berlantai dua yang diwariskan bibi Choko kepadanya saat ia meninggal. Waktu itu Choko memiliki seorang pacar dan pacarnya menyarankan untuk menggunakan rumah warisan itu sebagai rumah sewaan. Tetapi sejak Choko berhasil menyewakan kamar-kamar di dalam rumah itu kepada Ayane, Masaki, dan Tomoko, laki-laki itu menghilang dan tiba-tiba ia sudah mau menikah dengan wanita lain. Mereka berkumpul di ruang keluarga, Masaki mengatakan bahwa ia sudah bercerai, padahal dulu Masaki keluar dari rumah sewaan Choko karena ia mau menikah. Tomoko dulu keluar karena ia merasa kecewa Masaki yang lebih muda darinya menikah lebih dulu darinya. Hanya Choko dan Ayane yang tetap tinggal, bahkan Ayane mengajak ibunya yaitu Noriko, untuk tinggal bersama. Waktu itu, Choko benar-benar gagal, ia berhubungan dengan tiga laki-laki tetapi dua dari laki-laki itu malah menggoda Ayane, dan yang satunya mengincar harta kekayaan Choko. Yang menyarankan untuk memberi nama Sakura House terhadap rumah itu adalah Ayane, katanya nama itu indah dan dapat diketahui bahwa rumah itu milik perempuan. Tomoko sangat mengagumi ibu Ayane, ia mengintip ke dalam kamar ibu Ayane dan ia kembali dengan bahagia sambil berangan-angan menghias kamarnya seperti yang dilakukan ibu Ayane. Lalu Tomoko bercerita bahwa sekarang ia sudah punya satu anak perempuan bernama Marika. Ia tidak menikah tapi itu adalah anak hasil hubungan gelapnya dengan rekan kerjanya yang sudah memiliki istri tapi belum memiliki anak, laki-laki itu berjanji menikahinya tapi Tomoko memutuskan untuk menjadi single parent. Suatu hari ketika Choko pulang dengan membawa kroket kesukaannya, ia bertemu dengan Miyama, tunangan Ayane. Choko mengajaknya makan bersama karena Miyama belum makan malam. Saat itu Choko menyadari betapa cocoknya selera mereka berdua. Miyamapun bercerita bahwa Ayane sudah punya laki-laki lain selain dirinya yang bernama Ippei. Dari dulu memang Ayane suka seperti itu, tiba-tiba saja ia mengenalkan kepada Choko laki-laki yang sudah menjadi tunangannya, tetapi kemudian ia bosan dan berhubungan dengan laki-laki lain. Di kemudian hari, Choko mengajak Miyama ke restoran Italia yang ia rasa enak, Miyamapun merasakan hal yang sama. Saat itu Miyama mengatakan bahwa ia menemui Ippei dan kesannya sangat buruk. Dua minggu kemudian, Ayane memutuskan untuk putus dengan mereka berdua. Ibu Masaki jatuh sakit dan Masaki sangat kewalahan, Choko dan Tomokopun datang menjenguk. Saat itu, Masaki mengenalkan mereka kepada asisten perawat ibunya yang bernama Kitaba. Kelihatannya Masaki sedang memiliki hubungan dengan laki-laki itu. Beberapa minggu kemudian, ibu Masaki meninggal, baik Choko, Ayane, Tomoko, dan Noriko, datang melayat. Sejak itu Masaki kembali ke rumah sewaan Choko dan memutuskan hubungannya dengan Kitaba. Suatu hari saat mereka semua sedang berkumpul, Noriko datang bersama seorang pria yang umurnya kira-kira 60tahunan. Noriko meminjamkan kamarnya kepada pria itu secara cuma-cuma. Entah mereka memiliki hubungan apa. Pria itu bernama Kuki Renjirou. Ia sangat baik, bisa diandalkan dalam berbagai hal, dan ia jadi idola ke lima wanita ini. Mereka berlima terus mendekati Kuki dengan menjadi teman bicara, mengajak belanja bersama, dan mengajaknya ke kafe. Mereka semua berharap dipilih sebagai pasangan hidup Kuki. Suatu hari Kuki mengatakan bahwa ia pergi menemui temannya dan sejak saat itu Kuki tidak kembali. Setelah saling berbicara, ternyata Kuki bukan teman Noriko, Noriko menyangka ia kenalan Choko. Mereka berlima sangat bingung. Tetapi walaupun begitu Kuki meninggalkan kenangan indah bagi mereka. Suatu hari datang surat dari anak perempuan Kuki yang mengatakan ia sudah meninggal, mereka berlima sangat sedih mendengarnya.