Microsoft Word - 09_JPG_ Indah Apriani - Penelitian fukugodoshi_setting 166 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 FUNGSI “FUKUGOUDOUSHI –TE IRU” DALAM NOVEL JIORAMA KARYA NATSUO KIRINO Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Humaniora, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 rmanurung@binus.edu; indahapriani04@gmail ABSTRACT Japanese is a language that comprises a unique grammar. Internal structure is its uniqueness and can be studied like syntax. One study of Japanese language syntax is functions of “fukugoudoushi” 「て いる」 . This theme was chosen to understand the whole functions of “fukugoudoushi” 「ている」. As the corpus of data, a Natsuo Kirino’s novel Jiorama is used. This study implements descriptive analytical method and literature review. From the results obtained, it is concluded that fukugoudoushi "て いる" has six functions, where the main function shows sustained activity and activity result. Keywords: Fukugoudoushi「ている」, Jiorama ABSTRAK Bahasa Jepang adalah bahasa yang memiliki keunikan gramatika. Struktur internal merupakan keunikannya dan dapat diteliti seperti sintaksis. Satu kajian sintaksis bahasa Jepang adalah fungsi fukugoudoushi 「ている」. Tema ini dipilih untuk memahami fungsi fukugoudoushi 「ている」secara utuh. Sebagai korpus data digunakan novel Jiorama karya Natsuo Kirino. Metode deskriptif analitis dan studi kepustakaan digunakan dalam studi ini. Dari hasil yang didapat, disimpulkan bahwa fukugoudoushi 「ている」 memiliki enam fungsi, di mana fungsi utamanya menunjukkan kegiatan berkelanjutan dan hasil kegiatan. Kata kunci: Fukugoudoushi「ている」, Jiorama Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 167 PENDAHULUAN Menurut Samsuri (1994:4) bahasa tidak terpisahkan dari manusia dan mengikuti di dalam setiap pekerjaannya. Mulai saat bangun tidur pagi sampai malam waktu beristirahat, manusia tidak lepasnya memakai bahasa. Saat manusia kelihatan tidak berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan, dan perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan dasar pertama-tama dan paling berurat akar dari masyarakat manusia. Selain itu, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi, 2004: 2). Adapun definisi atau pengertian dari bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan oleh para kelompok sosial untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2007: 32). Jadi, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk melakukan interaksi, menyampaikan dan menerima pesan, informasi kepada dan dari orang lain baik itu secara lisan maupun tulisan. Selain hal tersebut, di antara semua ciri budaya, bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahasa tidak sekedar sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial (Kushartanti, 2005: 5-6). Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan sehari-hari seperti sebagai sarana komunikasi, interaksi dan memahami orang lain, semakin banyak orang yang mempelajari bahasa terutama bahasa yang berasal dari negara lain atau disebut dengan bahasa asing. Pengertian bahasa asing dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah “bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa sendiri.” Setiap negara di dunia memiliki bahasanya masing-masing. Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan begitu pula dengan Jepang yang memiliki bahasa nasional sendiri yang dikenal dengan sebutan bahasa Jepang. Pada masyarakat Jepang istilah bahasa Jepang disebut dengan Nihongo (日本語). Bahasa Jepang digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa yang menghubungkan antara satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat Jepang lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa Jepang digunakan oleh kelompok sosial. Sebagai sarana komunikasi dan interaksi yang hanya digunakan oleh manusia, sebuah bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Secara internal pengkajian bahasa tersebut hanya dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu saja, seperti struktur fonologi, struktur morfologi, atau struktur sintaksis (Chaer, 2005: 1). Pada penelitian ini, penulis akan membahas salah satu kajian bahasa secara internal yaitu bidang sintaksis. Sudjianto dan Dahidi (2004:11-12) menjelaskan bahwa bahasa Jepang adalah bahasa yang unik. Keunikannya adalah apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada satu pun negara di dunia yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Selain itu, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang ada didunia dan memiliki keanekaragaman dalam hal tata bahasanya. Keanekaragaman tersebut dapat dilihat dari banyaknya jenis kelas kata atau Hinshi (品詞) bahasa Jepang. Keanekaragaman dalam suatu bahasa pada akhirnya akan memunculkan berbagai aturan dalam penggunaan masing-masing bahasa tersebut. Aturan-aturan yang berbeda yang terdapat di antara bahasa asing satu dengan bahasa asing yang lainnya menimbulkan kesulitan untuk mengerti dan memahami bagi pembelajar bahasa asing. Salah satu aturan tersebut adanya fukugoudoushi 「ている」 dalam bahasa Jepang. Pada studi ini penulis akan meneliti fungsi fukugoudoushi 「ている」 karena seringkali dijumpai dan muncul di dalam buku pelajaran. Akan tetapi, belum banyak dan masih sedikit buku pelajaran yang membahas tentang fungsi-fungsi dari fukugoudoushi 「ている」 ini secara utuh dan lengkap. 168 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti fungsi fukugoudoushi 「ている」 yang terdapat di berbagai buku pelajaran bahasa Jepang. Buku yang akan digunakan penulis sebagai korpus data dalam penelitian ini adalah novel Jiorama karya Natsuo Kirino. Novel ini penulis gunakan sebagai korpus data karena di dalam novel tesebut banyak ditemukan contoh kalimat yang menggunakan fukugoudoushi 「ている」 . Ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti oleh penulis adalah beberapa fungsi dari fukugoudoushi 「ている」 pada kalimat-kalimat bahasa Jepang yang terdapat dalam novel Jiorama karya Natsuo Kirino. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah agar para pemelajar bahasa Jepang terbantu dalam mengerti dan memahami fungsi-fungsi dari fukugoudoushi 「ている」 dalam bahasa Jepang secara utuh dan lengkap. Untuk studi ini metode yang penulis gunakan adalah deskriptif analitis dengan cara mengumpulkan teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian dan mendeartikelkan atau menjelaskan serta menguraikan teori-teori tersebut, dan selanjutnya melakukan analisis data. Dalam melakukan analisis data penulis akan mengorganisasikan atau mengurutkan data- data yang telah terkumpul kemudian mengaitkannya dengan teori-teori sehingga pada akhirnya ditemukan suatu kesimpulan. Selain menggunakan kedua metode tersebut penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan data dari buku-buku yang didapatkan dari berbagai perpustakaan seperti perpustakaan Universitas Bina Nusantara, The Japan Foundation dan lainnya. PEMBAHASAN Kajian Teori Fukugoudoushi Masuoka dan Takubo (1993:16) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan atau fukugoudoushi 「複合動詞」 adalah penggabungan klausa yang terdapat pada verba (klausa awal dan klausa selanjutnya) sehingga dapat membentuk sebuah verba secara majemuk. Pembentukan atau fukugoudoushi「複合動詞」selain menggunakan sifat pada verba pada klausa awal, juga menggunakan verba bentuk pasif atau judoukei「受動形」dan bentuk kausatif atau shiekikei「使役形」. Pembentukan atau fukugoudoushi「複合動詞」dengan menggunakan verba pasif atau judoukei「受動形」dapat dilihat pada contoh berikut: 最近、また、この種の小説が読まれはじめた。 ‘Buku seperti ini sudah mulai dibaca akhir-akhir ini.’ Pembentukan atau fukugoudoushi 「 複 合 動 詞 」 dapat juga dilakukan dengan cara menghilangkan sifat pada verba pada klausa lanjutannya secara sufiks atau akhiran. Verba yang dibentuk dengan menggunakan aturan ini seperti 「ー込む」、「ーかかる」seperti 「飛びかかる」 dan「通りかかる」、「ーかける」seperti「呼びかける」dan「話しかける」、「ーつく」seperti 「飛びつく」dan「すがりつく」、「ーつける」seperti「痛めつける」dan「はねつける」、「ー かえる」seperti「しょげかえる」dan「あきれかえる」、「ーこける」. Penggunaan 「ー込む」di dalam kalimat dapat dilihat dari contoh di bawah ini: その話を聞いて、私は考えこんだ。 ‘Mendengar cerita itu membuat saya termenung.’ Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 169 Masuoka dan Takubo (1993:17) mengatakan bahwa fukugoudoushi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis: Tekei Fukugoudoushi 「テ形複合動詞 」 dan Renyoukei Fukugoudoushi 「連用形複合動詞 」. Tekei Fukugoudoushi 「テ形複合動詞 」 atau bentuk-te dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) verba yang berkaitan dengan aspek, seperti 「ーている、ーてある、ー てしまう、 ーていく、ーてくる」; (2) verba yang berhubungan dengan kegiatan memberi dan menerima, seperti 「ーても らう、ーていただく、ーてくれる、ーてくださる、ーてあげる、ー てやる、ーてさ しあげる」; (3) verba lainnya, seperti 「ーておく、ーてみる、ーてみせる」. Renyoukei Fukugoudoushi 「連用形複合動詞 」 atau fukugoudoushi yang berfungsi sebagai kata penghubung dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu: (1) verba yang berhubungan dengan aspekv seperti 「ーはじめる、ーだす、ー かける、ーつづける、ーおわる、ーおえる、 ーやむ、ーあがる、ーあげる」; (2) verba yang menunjukkan makna pencapaian, seperti「ーつく す、ーぬく, ーとおす、ーきる」; (3) verba yang menunjukkan makna non pencapaian, seperti 「ー忘れる、ーそ こな う、ー損じる、ーそびれる、ーしぶる、ーかねる、ーおとす」; (4) verba lainnya, seperti 「ーある、ーなおす、ーかえす、ーつける (kebiasaan)」. Menurut Masuoka dan Takubo (1993:112) yang dimaksud dengan fukugoudoushi –te iru「て いる」adalah salah satu bentuk yang berkaitan dengan aspek, yaitu verba –te kei + iru, aru, shimau, iku, kuru. Verba (- te + iru) atau (- te iru) adalah hal terpenting dalam ungkapan yang berkaitan dengan aspek. Menurut Yoshikawa (1989:55-56), verba atau kata kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut (Tabel 1): Tabel 1 Pengelompokkan Verba atau Kata Kerja Kelompok Verba Pembentukan Contoh Kata Verba yang Mengalami Perubahan Kuat (五段動詞) -u で終る 読む、書く,行く Verba yang Mengalami Perubahan Lemah (一段動詞) -eru, -iru で終る 食べる、見る、教える Verba Tidak Beraturan (不規則動詞) 来る、する (「勉強する」「運動する」 Selanjutnya Yoshikawa menyatakan bahwa pembentukan verba –te dalam bahasa Jepang seperti berikut ini (Tabel 2): 170 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 Tabel 2 Pembentukan Verba –Te Kelompok Verba Pembentukan Contoh Kata Verba yang Mengalami Perubahan Kuat (五段動詞) う、つ、る:って む、ぶ、ぬ:んで く:いて 「例外」 ぐ:いで す:して 会う:会って、打つ:打って、取る:取って 読む:読んで、飛ぶ:飛んで死ぬ:新で 行く:行って 泳ぐ:泳いで、かぐ:かいで 話す:話して、写す:写して Verba yang Mengalami Perubahan Lemah (一段動詞) る 見る:見て、教える:教えて食 Verba Tidak Beraturan (不規則動詞) 来る:来て、する:して Seperti yang dikatakan Masuoka dan Takubo (1993:112) bahwa verba –te + iru 「ーて+いる」 menjadi verba –te iru「ーている」. Tapi tidak selamanya iru 「いる」akan berbentuk sama. Kindaichi dalam Suzuki (1989:65) mengatakan tentang perubahan iru dari-te iru seperti berikut ini: Iru dari-shite iru adalah sebuah verba, sehingga mengalami perubahan bentuk kata. Contohnya yaitu - yondeiru, yondeita, yondeinai, yondeimasu… Dalam kalimat percakapan bentuk atau fukugoudoushi –te iru 「ーシテイル」 (Tabel 3) sering diubah ke bentuk 「シテル」. Tabel 3 Perubahan Bentuk-iru「-いる」 Kata Dasar Perubahan Bentuk Contoh いる いた 読んでいた いない 読んでいない います 読んでいます Sumber: Kindaichi dalam Suzuki (1989:65) Variasi bentuk lain dari -iru 「- いる」adalah-shite oru「ーしておる」,-shite irassharu「ー していらっしゃる」– te shimau 「ーてしまう」. Menurut Masuoka dan Takubo (1993:114) bahwa fungsi-fungsi fukugoudoushi 「複合動詞」 adalah sebagai berikut: Menunjukkan kondisi dari suatu kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan. Contoh: 太郎は音楽を聴いている。 Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 171 ’Tarou terus mendengarkan musik’. Menunjukkan kondisi hasil dari suatu kegiatan. Contoh: 家の前に大型トラックが止まっている。 ’Truk berhenti di depan rumah’ Menunjukkan kondisi kegiatan yang terjadi secara berulang-ulang. Verba –te iru 「ーている」 dapat menunjukkan kegiatan yang berulang-ulang. Untuk menjelaskan fungsi tersebut dalam kalimat dapat digunakan subyek yang sama atau subyek lain. Contoh: 走者は何度もコーチの方をうかがっている。 ‘Pelari berulang kali bertanya tentang teknik berlari kepada pelatih.’ 競技会場に選手が次々に到着している。 ‘Satu per satu para atlet tiba di lapangan atletik.’ Menunjukkan kondisi kegiatan keselesaian. Agar makna fungsi yang menunjukkan kegiatan keselesaian lebih jelas, pada kalimat disertai kata 「もう」,「既に」,「まだ」dan verba bentuk negasi. Contoh: その記事は、既に読んでいる。 ‘Saya sudah membaca artikel itu’. 先生にはまだ相談していない。 ’Saya belum mendiskusikannya dengan dosen’; Menunjukkan kondisi kegiatan yang berkaitan dengan pengalaman atau riwayat hidup. Untuk menjelaskan fungsi verba-te iru 「ーている」yang menunjukkan kegiatan yang berupa pengalaman atau riwayat hidup, digunakan contoh berikut ini: 花子は 2 度カナダを訪れている。 ’Hanako dua kali pergi ke Kanada.’ 日本はこの種目で 1960 年と 1968 年に金メダルを取っている。 ‘Jepang mendapat medali emas pada perlombaan ini pada tahun 1960 dan 1968.’ Verba bentuk-te iru 「ーている」berfungsi untuk menunjukkan sifat turunan dari suatu obyek (ciri khas dan karakteristik) jika batas waktu kegiatannya dipersempit. Dari sifat turunan obyek tersebut dapat menunjukkan kegiatan peralihan atau transisi. Contoh: 鈴木さんは会社に勤めている。 ‘Tuan Suzuki bekerja di perusahaan.’ 鴨川は京都の街を流れている。 ‘Sungai Kamogawa mengaliri kota Kyoto. ’ Oleh karena itu, untuk menunjukkan proses transisi dari hasil kegiatan dapat dilihat pada contoh berikut: この車はハンドルが左側に付いている。 ‘Setir mobil ini ada di sebelah kiri.’ 172 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 花子は少しやせている。 ‘Hanako agak kurusan.’ Perhatian: verba bentuk –te iru 「ーている」 pada dua contoh di atas sering juga diganti dengan menggunakan verba bentuk –ta 「タ形」+ nomina 「名詞」. Contoh: ハンドルが左側に付いた車 ‘Mobil yang bersetir kiri.’ やせた人 ‘Orang yang bertubuh kurus.’ Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan terhadap kalimat-kalimat yang mengandung fukugousdoushi「ている」 yang terdapat di dalam novel Jiorama karya Natsuo Kirino dengan menggunakan teori Takashi Masuoka dan Yukinori Takubo dan teori-teori pendukung lainnya, penulis menemukan fungsi-fungsi sebagai berikut: Fungsi Fukugoudoushi 「ている」yang Menunjukkan Kondisi Kegiatan Berkelanjutan Situasi: Masaaki pulang ke mansion setelah berbincang-bincang dengan Honda. Sesampainya di rumah, Masaaki masuk ke ruang tamu dan melihat Mitsuko menghentak-hentakkan kaki di koridor. Melihat sikap Mitsuko tersebut, Masaaki teringat dengan sikap Chie. Lalu, ketika Masaaki menyenderkan pundaknya ke sofa Mitsuko langsung menanyakan sesuatu padanya (Jiorama, 1998:252). Mitsuko : 「ねえ、下の人ね、あれから会った?」 ‘Kamu tadi bertemu dengan orang di lantai bawah ini, ya?’ Masaaki : 「いや、会わないよ」 ‘Tidak.’ Mitsuko : 「また何か言ってきたのか」 ‘Atau nanti kamu akan bertemu dengannya?’ Masaaki : 「そうじゃないのよ」 ‘Tentu saja tidak.’ Mitsuko : 「あの人ね、朝っぱらから変な声出してるのよ」 ‘Orang itu sejak pagi terus saja bersuara aneh, lho.’ Masaaki : 「どんな?」 ‘Suara aneh seperti apa?’ Untuk memperjelas analisis terhadap kutipan percakapan di atas, penulis menggunakan pembentukan fukugoudoushi「ている」yang melekat pada verba berikut (Tabel 4). Tabel 4 Analisis Fukugoudoushi「ている」yang Melekat pada Verba Dasu「 出す」 Bentuk Dasar Bentuk 「ている」 出す 出している Sumber: Yoshikawa (1989:86) Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 173 Dari kalimat ini percakapan di atas, dapat dilihat bahwa Mitsuko menanyakan Masaaki apakah dia pernah bertemu dengan wanita yang ada di lantai bawah mansion mereka. Masaaki mengaku bahwa dia belum pernah bertemu dengan orang tersebut. Lalu, Mitsuko memberitahu Masaaki bahwa orang yang tinggal di lantai bawah mansion mereka sejak pagi bersuara aneh. Pada kalimat di atas terdapat verba dasu 「出す」yang diikuti oleh fukugoudoushi「ている」sehingga berubah menjadi dashiteiru「出している」. Fukugoudoushi「ている」yang melekat pada verba dasu「出す」 tersebut berfungsi untuk menunjukkan kegiatan yang berkelanjutan. Kegiatan berkelanjutan pada kalimat di atas dipertegas dengan penggunaan adverbia waktu yaitu asapparakara 「朝っぱらから」 yang menunjukkan bahwa orang yang tinggal di lantai bawah mansion Masaaki dan Mitsuko sejak pagi hari terus bersuara aneh. Hal ini sesuai dengan Miki (2000) yang menyatakan bahwa apabila adverbia waktu -kara 「ーから」diikuti oleh verba 「ている」, maka akan menunjukkan kondisi kegiatan berkelanjutan. Bagan pembuktian penggunaan fukugoudoushi pada verba 「出している」 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Pembuktian Fungsi Fukugoudoushi –Te Iru 「ている」 pada Data 2 (Sumber: Miki, 2000). Analisis Fungsi Fukugoudoushi –te iru 「ている」yang Menunjukkan Kondisi Hasil Kegiatan Situasi: Beberapa malam belakangan, Yuuri mengalami mimpi buruk dan menakutkan. Mimpi yang dialaminya selalu sama. Di dalam mimpinya, dia didatangi oleh Ringo, anjing hitam milik ayahnya yang dulu telah dibunuhnya. 何日目の夜だったか。ユウリは寝苦しさに目を覚ました。リンゴがユウリの下腹 部を舐めていた。おぞましさにはっとして起き上がると、リンゴはユウリの体の上に覆い被 さるようにして見下げろしていた。喉を狙っている。ユウリは恐ろしさに心臓がとまりそう になった。「た、助けて……」 辛うじて声を上げると、リンゴは素早く逃げて行った。ドアが少し開いている。 ユウリは夢を見たのかと思い、ベッドサイドの照明を灯した (Jiorama, 1998:178). ‘Entah sudah beberapa hari ini. Yuuri mengalami mimpi buruk saat tidur. Ringo menjilati bagian perut bawah. Ringgo tersentak kaget ketika Yuuri bangun, lalu membungkuk di atas tubuh Yuuri. Ringo sedang mengincar kerongkongan Yuuri. Yuuri menjadi gusar dan jantungnya seperti berhenti. “ To..tolong!!!” Yuuri berteriak dengan sekuat tenaga dan Ringo pun pergi melarikan diri secepat mungkin. Pintu sedikit terbuka. Setelah bermimpi seperti itu, Yuuri menyalakan lampu yang ada di sudut tempat tidurnya.’ Untuk memperjelas analisis terhadap kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan tabel pembentukan fukugoudoushi「ている」yang melekat pada verba berikut (Tabel 5). 174 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 Tabel 5 Analisis Pembentukan Fukugoudoushi「ている」 yang Melekat pada Verba Aku「 開く」 Bentuk Dasar Bentuk 「ている」 開く 開いている Sumber: Yoshikawa (1989:86) Pada kalimat di atas terdapat verba aku「開く」yang diikuti oleh fukugoudoushi「ている」 sehingga berubah menjadi aiteiru「開いている」. Verba aku「開く」merupakan jidoushi 「自動詞. Jidoushi「自動詞」aiteiru「開いている」pada kalimat di atas menjelaskan bahwa pintu kamar sedikit terbuka setelah Ringo berlari keluar karena mendengar teriakan Yuuri. Dengan demikian, fukugoudoushi 「 て い る 」 yang melekat pada verba aku 「 開 く 」 tersebut berfungsi untuk menunjukkan kondisi hasil kegiatan. Hal ini sesuai dengan Masuoka dan Takubo (1993:114) yang menyatakan bahwa agar verba-te iru 「ーている」dapat menunjukkan hasil kondisi kegiatan, verba seperti 「止まる」、「消える」、「開く」harus diubah ke verba bentuk lain. Verba aku 「開く」di atas mengalami perubahan ke dalam bentuk –te iru 「開いている」. Bagan pembuktian penggunaan fukugoudoushi pada verba 「開いている」dapat dilihat seperti berikut (Gambar 2). Gambar 2. Pembuktian Fungsi Fukugoudoushi –Te Iru 「ている」 Pada Data 1 (Sumber: Masuoka dan Takubo,1993:114). Analisis Fungsi Fukugoudoushi「ている」yang Menunjukkan Kegiatan Pengulangan Situasi: Kazumi dan wanita muda sedang mengobrol di kamar hotel cinta. Kazumi dan wanita muda itu membicarakan tentang pekerjaan mereka sebagai wanita tuna susila. Kazumi bercerita kepada wanita muda bahwa dirinya mulai merasa tidak nyaman dan malu dengan pekerjaan tersebut. その一言に打ちのめされたことは認めなくなかった。そして、いつもように、冴え ないと蔑んだ男からお金をもらって寝ることと事体にひりついた屈辱を感じている (Jiorama, 1998:11). ‘Aku tidak menghiraukan omongan orang tentang diriku. Tapi jika selalu dipandang rendah oleh pria yang tidur dan memberiku uang maka dengan sendirinya aku merasa malu.’ Untuk memperjelas analisis terhadap kutipan kalimat di atas, penulis menggunakan tabel pembentukan fukugoudoushi「ている」yang melekat pada verba berikut (Tabel 6). Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 175 Tabel 6 Analisis Fukugoudoushi「ている」 yang Melekat Pada Verba Kanjiru「感じる」 Bentuk Dasar 「ている」 感じる 感じている Sumber: Yoshikawa (1989:86) Pada kalimat kutipan di atas terdapat verba kanjiru 「 感 じ る 」 yang diikuti oleh fukugoudoushi「ている」sehingga menjadi kanjiteiru 「感じている」. Fukugoudoushi「ている」 yang melekat pada verba kanjiru 「感じる」di atas berfungsi untuk menunjukkan kegiatan berulang. Kegiatan berulang pada kalimat di atas dipertegas dengan penggunaan adverbia itsumo「いつも」 yang menunjukkan bahwa Kazumi selalu merasa malu apabila tidur dengan pria yang telah memberinya uang. Perasaan malu yang dirasakan oleh Kazumi ini terjadi secara berulang-ulang selama dirinya selalu mendapat perlakuan yang sama dari para tamunya. Hal ini sesuai dengan Satou (2004:184) yang menyatakan bahwa apabila adverbia itsumo 「いつも」diikuti oleh verba –te iru 「ている」, akan menunjukkan kegiatan yang dilakukan tidak hanya sekali tetapi berulang. Bagan pembuktian penggunaan fukugoudoushi pada verba 「感じている」dapat dilihat seperti berikut (Gambar 3). Gambar 3. Tabel Pembuktian Fungsi Fukugoudoushi-Te Iru 「ている」 Pada Data 1 (sumber: Satou, 2003:184). Analisis Fungsi Fukugoudoushi –Te Iru 「ている」yang Menunjukkan Kondisi Keselesaian dari Suatu Kegiatan Situasi: Masaaki baru saja pulang dari pesta penyambutan karyawan baru yang diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Sesampainya di mansion, Masaaki melihat Mitsuko yang menunggunya di pintu masuk dengan wajah penuh kecemasan. お帰りなさい」玄関に迎えに出た美津子が憂い顔をしている。 十時過ぎだというの に、まだ化粧も落としていない (Jiorama, 1998:213). ‘ “Selamat datang “. Masaaki bertemu Mitsuko yang menampakkan wajah khawatir di pintu masuk. Meskipun sudah pukul sepuluh lewat malam hari, Mitsuko belum menghapus dandanannya.’ Untuk memperjelas analisis terhadap kutipan kalimat di atas, maka penulis menggunakan tabel pembentukan fukugoudushi「ている」yang melekat pada verba berikut (Tabel 7). 176 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 Tabel 7 Analisis Fukugoudoushi「ている」 yang Melekat pada Verba Otosu「落す」 Bentuk Dasar Bentuk 「ている」Negatif 落す 落していない Sumber: Kindaichi dalam Suzuki (1989:65) Dari kutipan kalimat di atas dapat dilihat bahwa Masaaki baru saja pulang dari pesta penyambutan karyawan baru yang diadakan oleh perusahaannya. Sesampainya di mansion Masaaki melihat istrinya yang belum menghapus riasan wajah walaupun sudah pukul 10 malam. Pada kalimat di atas terdapat verba otosu 「落す」yang diikuti oleh fukugoudoushi「ている」negatif sehingga berubah menjadi otoshiteinai「落していない」. Fukugoudoushi「ている negatif 」yang melekat pada verba otosu 「落していない」tersebut berfungsi untuk menunjukkan kegiatan keselesaian. Masuoka dan Takubo (1993:115) menyatakan bahwa kondisi kegiatan keselesaian memilki dua makna, yaitu keselesaian dan ketidakselesaian. Fukugoudoush「ている negatif 」 pada kalimat di atas berfungsi untuk menunjukkan kegiatan ketidakselesaian. Kegiatan ketidakselesaian pada kalimat di atas dipertegas dengan penggunaan adverbia mada 「まだ」menunjukkan bahwa Masaaki melihat Mitsuko yang belum menghapus riasan wajah walaupun sudah pukul sepuluh malam hari. Hal ini sesuai dengan Ikeda dalam Konishi (1999:71) yang menyatakan bahwa apabila adverbia mada 「まだ」 diikuti oleh verba –te iru 「ている negatif」, akan menunjukkan kegiatan ketidakselesaian. Bagan pembuktian penggunaan fukugoudoushi pada verba「落としていない」dapat dilihat seperti berikut (Gambar 4). Gambar 4. Pembuktian Fungsi Fukugoudoushi-Te Iru 「ている」 Pada Data 1 (sumber: Masuoka dan Takubo, 1993:115). Analisis Fungsi Fukugoudoushi –Te Iru 「ている」 yang Menunjukkan Pengalaman Atau Riwayat Hidup Pada sub bab ini penulis mengumpulkan kalimat-kalimat yang memiliki pola fukugoudoushi 「 て い る 」 dan kemudian melakukan analisis terhadap data yang berupa kalimat-kalimat fukugoudoushi 「ている」yang terdapat di dalam novel Jiorama karya Natsuo Kirino. Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data, dalam sub bab ini penulis tidak menemukan adanya kalimat yang menjelaskan fungsi fukugoudoushi 「ている」yang menunjukkan riwayat hidup atau pengalaman. Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 177 Analisis Fungsi Fukugoudoushi –Te Iru「ている」 Menunjukkan Kegiatan Transisi atau Peralihan Situasi : Kazumi dan wanita muda sedang asyik mengobrol, lalu suara air yang mengucur dari shower semakin deras dan membesar. Suasana di dalam kamar hotel cinta secara tiba-tiba berubah menjadi aneh. Perubahan suasana kamar hotel yang tiba-tiba menjadi aneh ini membuat Kazumi tidak nyaman. バスルームからはシャワーの音が相変わらず激しく聞こえて 来る。カズミは時間の 感覚が少しおかしくなっているのかと不 安に思もった。たまらず、腕時計を載せたサイド テブールのほ うを振り返る。(Jiorama, 1998:20). Dari kamar mandi terdengar suara shower yang semakin besar. Kazumi tiba-tiba merasa suasana di sekelilingnya menjadi aneh dan merasa tidak nyaman. Lalu, Kazumi mengarahkan posisi jam tangannya ke arah sudut meja. Untuk memperjelas analisis terhadap kutipan kalimat di atas, maka penulis menggunakan tabel pembentukan fukugoudoushi「ている」yang melekat pada verba berikut (Tabel 8). Tabel 8 Analisis Fukugoudoushi「ている」 yang Melekat Pada Verba Naru「なる」 Bentuk Dasar Bentuk 「ている」 なる なっている Sumber: Yoshikawa (1989:86) Dari kutipan kalimat di atas, terdapat verba naru「なる」yang diikiti oleh fukugoudoushi 「ている」sehingga berubah menjadi natteiru 「なっている」. Fukugoudoush「ている」yang melekat pada verba naru 「なる」 tersebut berfungsi untuk menunjukkan kegiatan transisi atau peralihan. Kegiatan transisi atau peralihan pada kalimat di atas dipertegas dengan penggunaan ajektiva -i atau disebut ikeiyoushi 「イ形容詞」okashii「おかしい」yang kemudian diikuti oleh verba natteiru 「なっている」 yang menunjukkan bahwa Kazumi merasa suasana kamar hotel cinta berubah menjadi aneh. Perubahan suasana itu dimulai dengan deras dan besarnya suara air yang mengucur dari shower di kamar mandi. Proses transisi atau peralihan terlihat dari asyiknya wanita muda dan Kazumi mengobrol yang menandakan suasana kamar yang menyenangkan dan berubah menjadi sedikit aneh yang ditandai dengan kutipan kalimat sukoshi okashiku natte imasu 「少しおか しくなっている」. Verba natte iru 「なっている」inilah yang menunjukkan kegiatan transisi atau peralihan. Hal ini sesuai dengan Kindaichi (1989:189) yang menyatakan bahwa apabila ikeiyoushi 「イ形容詞」diikuti oleh verba -natteiru 「ーなっている」menunjukkan kegiatan yang mengalami transisi atau peralihan. Bagan pembuktian penggunaan fukugoudoushi pada verba 「なっている」 dapat dilihat seperti berikut (Gambar 5). 178 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.5 No.2 November 2011: 166-179 Gambar 5. Pembuktian Fungsi Fukugoudoushi-Te Iru 「ている」 Pada Data 1 (sumber: Kindaichi, 1989:189). PENUTUP Setelah melakukan analisis terhadap kalimat-kalimat bentuk verba –te iru「ている」yang terdapat di dalam korpus data yaitu novel Jiorama karya Natsuo Kirino pada sub bab Hasil dan Pembahasan, penulis dapat menyimpulkan bahwa fukugoudoushi「ている」merupakan salah satu jenis dari doushi (verba) yang berkaitan dengan aspek. Menurut Masuoka dan Takubo (1993), fukugoudoushi 「 て い る 」 memiliki enam buah fungsi yaitu menunjukkan kondisi kegiatan berkelanjutan, menunjukkan kondisi hasil kegiatan, menunjukkan kegiatan pengulangan, menunjukkan kegiatan keselesaian, menunjukkan pengalaman atau riwayat hidup, dan menunjukkan kegiatan transisi atau peralihan. Penulis menemukan dua belas contoh kalimat yang menggunakan fukugoudoushi 「ている」 pada korpus data. Dari dua belas data tersebut, penulis menemukan dua data yang menunjukkan kondisi kegiatan berkelanjutan, dua data yang menunjukkan kondisi hasil kegiatan, tiga data yang menunjukkan kegiatan pengulangan, tiga data yang menunjukkan kegiatan keselesaian, dan dua data yang menunjukkan kegiatan transisi atau peralihan. Walaupun demikian, di dalam novel Jiorama tidak terdapat contoh kalimat yang menunjukkan pengalaman atau riwayat hidup. Dari hasil analisis data tersebut, penulis tidak menemukan contoh kalimat dari fungsi fukugoudoushi 「 て い る 」 yang menunjukkan pengalaman atau riwayat hidup karena menurut Masuoka dan Takubo (1993), untuk menggambarkan pengalaman atau riwayat hidup yang biasanya digunakan adalah verba bentuk ta + koto ga aru「タ形+ことがある」. Pada penelitian ini, penulis hanya menemukan kalimat yang mengandung fungsi fukugoudoushi –te iru「ている」yang sesuai dengan teori Masuoka Takashi dan Takubo Yukinori adalah sebanyak 12 buah kalimat. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis menyarankan bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan dengan korpus data yang berbeda. Atau peneliti lain dapat juga memilih topik yang berbeda dengan topik penelitian ini. Meskipun topik yang dipilih berbeda, penulis mengharapkan bahwa topik yang akan diteliti oleh peneliti lain tersebut masih berhubungan dengan aspek seperti fungsi fukugoudoushi「てくる」atau「ていく」. Fungsi “Fukugoudoushi –Te Iru” ….. (Indah Apriani; Rudi Hartono Manurung) 179 DAFTAR PUSTAKA Bahasa Asing. (2008). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diakses 4 Febuari 2008 dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Kindaichi, Haruhiko. (1989). Nihongo Doushi no Asupekuto. Tokyo: Mugi Shobou. Kridalaksana, Harimurti. (2007). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (edisi kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Masuoka, Takashi & Takubo, Yukinori. (1993). Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo: Kuroshio Shuppan. Sutedi, Dedi. (2004). Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press. Sudjianto & Dahidi, Ahmad. (2004). Pengantar Lingusitik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc. Yoshikawa, Taketoki. (1989). Nihongo Bunpou Nyuumon. Tokyo: Aruku Kabushiki Kaisha.