LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

277 
 

Verifikasi Biometrika Bibir Manusia Dengan Metode 
Sampul dan Moment 

 
IG P Fajar Pranadi Sudhana 

Politeknik Negeri Bali, Bali 
e-mail: fajar.pranadi@gmail.com 

 
 

Abstrak 
 

Saat ini ada banyak metode identifikasi dan verifikasi dengan biometrika.Salah satu metode 
paling menarik saat ini untuk identifikasi dan verifikasi manusia berasal dari kriminal dan 
forensik yaitu pengenalan biometrika bibir manusia (human lips biometric).Penelitian ini 
menerapkan gabungan dua metode untuk melakukan verifikasi biometrika bibir manusia, 
teknik ini digunakan untuk menghasilkan unjuk kerja yang lebih akurat. Verifikasi biometrika 
bibir manusia dimulai dengan proses pra-pengolahan untuk mengkonversi citra bibir menjadi 
citra biner. Ekstraksi fitur moment dan sampul dilakukan untuk mendapatkan fitur bentuk dari 
citra bibir yang bersangkutan. Fitur bentuk bibir akan disimpan ke dalam basis data pada saat 
pendaftarandan digunakan untuk melakukan pencocokan pada saat verifikasi.Proses verifikasi 
dilakukan dengan mencocokan representasi fitur bentuk bibir yang didapat dengan fitur yang 
telah tersimpan di dalam database menggunakan metrika atau jarak dynamic time warping. 
Keputusan diambil berdasarkan suatu nilai ambangyang didapat melalui pengujian sistem.Hasil 
penelitian inimenyimpulkan bahwa verifikasi biometrika bibir manusia dapat dicapai dengan 
gabungan metode yang diusulkan dan dapat memberi performa dengan nilai error equal rate 
(EER) 5.71% dan tingkat akurasi 91.25%  pada nilai ambang 0.5.  

 
Kata kunci:human lips biometric, biometrika, metode sampul, metode moment, dynamic time 
warping 

 
Abstract 

 
Nowadays, there are many biometrical methods for identification and verification. One of the 
current and most interesting method is human lips biometric. In this research we combined two 
methods for the human lips biometric verification. This combination is aimed to increase the 
accuracy.The human lips biometric verification begins with a pre-process step which is 
converting lips image into binary image. The extraction of moment and cover feature is 
conducted to get the form feature of the particular lips. The lips form feature will be saved into 
the database whilst enrollment and it will be used in the verification. The verification process is 
conducted by comparing the lips form feature obtained with the saved feature in the database 
using metrics or dynamic time warpingdistance. The decision is taken based on the threshold 
value of system test.The outcome of this research is a summary that the human lips biometric 
verification is feasible to be established by using the proposed 2 methods combination, and can 
provide performance 5.71% error equal rate (EER) and 91.25 accuracy rate in the 0.5 treshold. 
 
Keywords:human lips biometric, biometrics, cover method, moment method, dynamic time 
warping 
 
 
1. Pendahuluan 
 
Berbelanja dengan kartu kredit, mengakses daerah atau sumber daya dengan hak akses 
terbatas, dan bepergian ke luar negeri adalah beberapa contoh kasus dimana proses verifikasi 
diri diperlukan agar sesuai dengan apa yang diklaimkan. Proses verifikasi diri sendiri adalah 
prosedur yang sangat umum dan sering dilakukan dalam kehidupan masyarakat modern. 
Secara tradisional, proses ini didasarkan pada sesuatu yang diketahui, misalnya password, PIN 
(personal identification number), atau sesuatu yang dimiliki seperti kartu, token, atau kunci. 
Sayangnya,password sendiri bisa dilupakan atau ditebak oleh pihak yang tidak berkepentingan, 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

278 
 

sedangkan kartu bisa dicuri ataupun hilang.Pada kenyataannya, sistem verifikasi tradisional 
tidaklah aman, khususnya dalam perkembangan ekonomi global saat ini [1]. 
 
Saat ini ada banyak metode identifikasi dan verifikasi selain metode tradisional yaitu dengan 
biometrika seperti wajah, iris, retina, sidik jari, geometri tangan dan lain-lain, tetapi solusi yang 
baru dan inovatif tetap saja diperlukan dan terus diusulkan, karena pada sistem biometrika yang 
handal pun masih ditemuinya beberapa kegagalan sistem dan metode [2]. 
 
Pada beberapa tempat kejadian perkara, polisi juga nampak mengambil beberapa pola dan 
tekstur yang tidak biasanya seperti earprints, noseprints, forehead-prints dan juga 
shoeprints.Salah satu metode yang paling menarik muncul dari identifikasi manusia, yang 
berasal dari kriminal dan forensik adalah pengenalan biometrika bibir manusia  [2]. 

Fakta bahwa fitur bibir manusia adalah unik, dikonfirmasi oleh Yasuo Tsuchihasi dan Kazuo 
Suzuki dalam studi mereka di Tokyo University (1968 -1971) [3].Mereka menguji 1.364 subjek 
dengan umur 3 sampai dengan 60 tahun baik pria dan wanita. Penelitian mereka membuktikan 
bahwa karakteristik bibir manusia adalah unik dan tak akan berubah. Dalam sebuah penelitian 
lainnya pola dan tekstur bibir telah digunakan untuk mendukung penentuan jenis kelamin 
subyek yang diperiksa.Karakteristik bibir manusia juga telah berhasil digunakan dalam ahli 
forensik dan oprasional polisi kriminal untuk menentukan identitas manusia [3]. 
 
Secara umum, fitur bibir manusia dapat dibagi menjadi tiga kategori yang berbeda, yaitu: fitur 
tekstur bibir, fitur bentuk bibir, dan fitur gerakan bibir. Menggunakan bibir manusia untuk proses 
identifikasi memiliki beberapa keuntungan diantaranya [3] : 
 

a. Biometrika bibir bersifat pasif dimana interaksi dengan subjek tidak diperlukan. Gambar 
dapat diperoleh dari jauh tanpa sepengetahuan subyek yang diperiksa. 

b. Biometrika bibir bersifat anatomical, dimana hasilnya diharapkan lebih baik dari pada 
biometrika perilaku. 

c. Objek bibir biasanya selalu terlihat/tidak tersembunyi . 
d. Biometrika bibir dapat diimplementasikan dalam sistem hybrid antara sistem biometrika 

bibir dan muka atau sistem biometrika bibir dan suara. 

Beberapa penelitian mengenai biometrika bibir, diantaranya pada tahun 2003, Jin Ok Kim 
melakukan penelitian dengan judul “Lip Print Recognation for Security Systems by Multi-
resolution Architecture” yang menggunakan metode baru yang dinamakan arsitektur multi-
resolusi untuk mengenali pola bibir manusia. Metode ini mampu mengurangi tingkat kesalahan 
pengenalan dari 15 ke 4,7% [4]. 
 
Tahun 2009[3], Michal Choras melakukan penelitian dengan judul “The Lip as Biometric” 
menggunakan objek bibir statis dengan menggunakan fitur warna yang digabungkan dengan 
fitur bentuk dari citra biner bibir manusia. Fitur warna bibir dikalkulasi metode statistik dalam tiga 
jenis ruang warna: RGB, HSV, dan YUP, sedangkan fitur bentuk bibir dihitung dengan central 
moments, Zernike moments, dan Hu moments.Hasil yang didapatkan belumlah sebagus sistem 
biometrika lainnya.Bagaimanapun, pendekatan kedua fitur biometrika bibir yang diajukan pada 
penelitiannya layak untuk disajikan kepada komunitas peneliti yang lebih luas. 
 
Metode ekstraksi fitur bentuk dan metrika dynamic time warping(DTW) juga pernah dipakai 
pada penelitian hand geometry verification yang dilakukan oleh Vit Niennattrakul dan Chotirat 
Ann Ratanamahatana pada Tahun 2009[8]. Metode ini ternyata dapat meningkatkan 
peformance sistem secara keseluruhan, khususnya terjadi reduksi pada false acceptance rate 
(FAR) dan false rejection rate (FRR) pada tingkat kesalahan yang sama (equal error rate /ERR) 
[5]. 
 
Melihat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, pada penelitian ini pendekatan 
yang dipakai pada proses pengenalan biometrika bibir manusia adalah dengan melakukan 
ekstraksi fitur bentuk bibir manusia dengan metode hybrid sampul dan moment. Proses 
verifikasi dilakukan dengan mencocokan representasi fitur bentuk bibir yang didapat dengan 
fitur yang telah tersimpan di dalam database menggunakan metrika atau jarak dynamic time 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 
 

279 
 

warping (DTW). Keputusan diambil berdasarkan suatu nilai ambang (treshold) yang didapat 
melalui pengujian sistem 

Pada penelitian ini permasalahan akan difokuskan pada bagaimana merancang dan 
mengimplementasikan sistem verifikasi biometrika bibir manusia menggunakan metode sampul 
dan moment dengan metrika dynamic time warping, serta menganalisis unjuk kerja metode 
hybrid tersebut dalam melakukan verifikasi biometrika bibir manusia. 

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan perangkat lunak yang dapat melakukan 
verifikasi biometrika bibir manusia menggunakan metode sampul dan moment dengan metrika 
dynamic time warping, serta menganalisis performansi metode hybrid tersebut dalam 
melakukan verifikasi biometrika bibir manusia 
 
2. Metodologi Penelitian 
 
Data bibir manusia diambil dari citra wajah bagian bawah melalui proses cropping. Citra wajah 
yang dipakai didapat dari database biometrika wajah CASIA (Chinese Academy of Sciences 
'Institute of Automation) yang diperuntukan untuk melakukan penelitian pengenalan wajah (face 
recognation).Basis data yang digunakan adalah Casia-FaceV5 yang dikumpulkan oleh CASIA 
dan dapat diunduh di situs http://biometrics.idealtest.org.Tahapan proses verifikasi biometrika 
bibir manusia terdiri atas 2 proses utama yaitu proses pendaftaran dan proses verifikasi. Proses 
akuisisi databertujuan untuk mendapatkan citra bibir dari citra wajah bagian bawah melalui 
proses cropping. Citra wajah yang dipakai didapat dari database biometrika wajah CASIA yang 
terdiri dari 500 contoh citra wajah dan masing-masing contoh terdiri dari 5 citra wajah.Citra yang 
berupa file tunggal mengalami proses pra pengolahan citra digital keabuan (grayscale) dan 
binarization. 
 

 
 

Gambar 1. Gambaran umum sistem 
 
 

 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

280 
 

 
Gambar 2.Hasil ekstraksi dengan metode sampul atas dan bawah 

Proses ekstraksi ciri adalah tahapan paling penting dalam sebuah sistem verifikasi. Citra biner 
bibir hasil pra pengolahan akan diekstraksi cirinya dengan metode sampul atas, sampul bawah, 
dan moment. Ekstraksi ciri dengan metode sampul atas dan bawah, dapat dilihat pada Gambar 
2. 

Ciri momen didapat dari moment ternormalisasi dan didefinisikan dalam bentuk sekumpulan 
momen-momen invarian (invariant moments).Momen-momen ini sangat berguna dalam 
membuat vektor ciri untuk pengenalan objek. Momen-momen invarian yang dihasilkan adalah 

1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. 

Ciri gabungan sampul atas, sampul bawah dan moment dari bentuk bibir yang diperoleh akan 
disimpan pada basis data acuan saat proses pendaftaran. Sedangkan pada saat uji atau 
verifikasi, ciri gabungan ini akan dipakai pada proses pencocokan dengan ciri acuan yang telah 
tersimpan di dalam basis data sebelumnya.  

Citra bibir diinputkan beserta identitas dari pemiliknya, sedangkan ciri dari database yang akan 
dibandingkan adalah yang bersesuaian dengan identitas yang diinputkan tersebut (pencocokan 
1:1). Pencocokan fitur dilakukan dengan jarak dynamic time warping (DTW) untuk fitur sampul 
dan jarak Euclidian untuk vektor moment. 

Penerimaan atau penolakan verifikasi biometrika bibir milik seorang partisipan ditentukan oleh 
nilai ambang sistem. Jarak DTW hasil pencocokan dibandingkan dengan nilai ambang dan 
diputuskan berdasarkan aturan berikut : 
 

a. Jika jarak nilai ambang maka lolos verifikasi (diterima/yes) 
b. Jika jarak  nilai ambang maka tidak lolos verifikasi (ditolak/No) 

 
2. Kajian Pustaka 

 
3.1 Biometrika 
 
Sistem biometrika merupakan sistem otentifikasi yang melakukan pengenalan secara otomatis 
atas identitas seseorang berdasarkan suatu ciri biometrika dengan mencocokan ciri tersebut 
dengan ciri biometrika yang telah disimpan didalam database.Sebagai suatu sistem otentifikasi, 
sistem biometrika mampu memutuskan apakah hasil pengenalan itu sah atau tidak sah, 
diterima atau ditolak, dikenali atau tidak dikenali.Secara umum terdapat 2 model sistem 
biometrika, yaitu sistem verifikasi dan sistem identifikasi.Sistem verifikasi bertujuan untuk 
menerima atau menolak identitas yang diklaim seseorang. Biasanya sistem ini menjawab 
pertanyaan “apakah identitas saya sama dengan yang saya klaim ?”. Sedangkan sistem 
identifikasi betujuan untuk memecahkan identitas seseorang. Sistem ini biasanya menjawab 
pertanyaan “identitas siapakah ini ?”[1]. 

Biometrika berarti mengukur karakteristik pembeda (distinguishing traits) pada badan atau 
prilaku seseorang yang digunakan untuk melakukan pengenalan secara otomatis terhadap 
identitas orang tersebut, membandingkannya dengan karakteristik yang sebelumnya telah 
disimpan pada suatu database.Secara umum karakeristik pembeda tersebut dapat 
dikelompokkan menjadi 2, yaitu karakter fisiologis atau fisik dan karekteristik prilaku (behavioral 
characteristic). Biometrika berdasarkan karakteristik fisiologis atau fisik menggunakan bagian-
bagian fisik dari tubuh seseorang sebagai kode unik untuk pengenalan, seperti DNA, telinga, 
jejak panas pada wajah, geometri tangan, pembuluh darah, wajah, sidik jari, iris, telapak 
tangan, retina, telinga, gigi dan bau (komposisi kimia) dari keringat tubuh. Sedangkan 
biometrika berdasarkan karakteristik prilaku, menggunakan prilaku seseorang sebagai kode 
unik untuk melakukan pengenalan, seperti gaya berjalan, hentakan tombol, tanda tangan, dan 
suara. Khusus untuk suara lebih tepat disebut sebagai karakteristik gabungan, karena suara 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 
 

281 
 

dibentuk berdasarkan karakteristik fisik (bagian-bagian fisik tubuh manusia yang memproduksi 
suara) dan karakteristik perilaku (cara atau logat seseorang dalam berbicara)[6]. 

Tidak semua bagian tubuh atau prilaku seseorang dapat digunakan sebagai biometrika. Ada 
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar bagian-bagian tubuh atau prilaku manusia 
dapat digunakan sebagai biometrika, antara lain [6]:  

 
a. Universal (universality), artinya karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang. 

Tahi lalat di dahi seseorang tidak dapat dijadikan biometrika karena tidak semua orang 
memiliki tahi lalat di dahi. 

b. Membedakan (distinctiveness), artinya karakteristik yang dipilih memiliki kemampuan 
membedakan antara satu orang dengan orang lain. Berat dan tinggi badan tidak dapat 
digunakan sebagai biometrika, karena banyak orang yang memiliki berat dan tinggi 
badan yang sama. 

c. Permanen (permanence), artinya karakteristik yang dipilih tidak cepat berubah dalam 
jangka waktu yang lama. 

d. Kolektabilitas (collectability), artinya karakteristik yang dipilih mudah diperoleh dan 
dapat diukur secara kuantitatif. 

e. Untuk kerja (performance), artinya karakteristik yang dipilih dapat memberikan unjuk 
kerja yang bagus baik dari segi akurasi maupun kecepatan, termasuk sumber daya 
yang dibutuhkan untuk memperolehnya. 

f. Dapat diterima (acceptability), artinya masyarakat mau menerima karakteristik yang 
digunakan. 

g. Tidak mudah dikelabui (circumvention), artinya karakteristik yang dipilih tidak mudah 
dikelabui dengan berbagai cara curang 

Penelitian pengenalan seseorang berdasarkan bibir (lips) mulai dikembangkan pada Tahun 
1996 oleh grup Leuttin (University of Sheffield, UK). Pada awalnya mereka meneliti suara yang 
dikeluarkan dari gerak visual bibir, tetapi kemudian menemukan bahwa ciri bibir diam (statis) 
dan saat berbicara (dinamis) dapat digunakan sebagai karakteristik untuk pengenalan. 
Penelitian grup Leutiin ini kemudian dilanjutkan oleh peneliti lain seperti CC. Broun dan 
X.Zhang, T. Wark dan D. Thambiratnam serta peneliti-peneliti lain [6].  

Masalah pengenalan biometrika bibir seseorang umumnya dapat di bagi menjadi 3 sub 
permasalahan [6], yaitu: 
 

a. Menentukan Region of Interest (ROI) 
Pada tahap awal pengenalan, sistem memisahkan gambar bibir dari frame video/foto 
wajah untuk dicari ciri utama bibir.ROI bibir ditentukan dari jarak kedua mata lalu 
diperkirakan suatu jarak vertical kearah bibir untuk mendapatkan ROI bibir. 

b. Penetapan Model bibir 
Penetapan model bibir dapat dilakukan melalui proses ekstraksi ciri, dimana secara 
umum, fitur bibir manusia dapat dibagi menjadi tiga kategori yang berbeda, yaitu: fitur 
tekstur bibir, fitur bentuk bibir, dan fitur gerakan bibir [3]. 

c. Pencocokan 
Banyak teknik pencocokan yang dapat dipilih untuk melakukan pencocokan, 
disesuaikan dengan keperluan pencocokan intensitas terhadap suatu nilai ambang 
yang digunakan. 
 

3.2 Fitur Sampul dan Proyeksi 
 

Metode sampul dan proyeksi cocok digunakan untuk pengenalan tandatangan dan tulisan 
tangan. Metode sampul ada 2, yaitu sampul atas dan sampul bawah. Sampul atas adalah kurva 
yang menghubungkan piksel-piksel paling atas lintasan objek. Demikian juga halnya sampul 
bawah yang menghubungkan piksel-piksel paling bawah lintasan objek [6].  

 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

282 
 

 
Gambar 3. Contoh citra bibir manusia 

 

 
 

Gambar 4. Hasil Ekstraksi Dengan Metode Sampul atas dan bawah 

Untuk mengekstraksi sampul, setiap kolom gambar dilintasi dari atas ke bawah. Lokasi pertama 
kali ditemukan piksel tidak putih ditandai sebagai titik dari sampul atas. Dengan cara yang 
sama, untuk sampul bawah, setiap kolom gambar dilintasi dari bawah ke atas. Lokasi pertama 
kali ditemukan piksel tidak putih ditandai sebagai titik sampul bawah. Metode proyeksi terdiri 
dari proyeksi vertikal dan horizontal. Untuk mengatasi masalah lebar garis, profil vertikal dan 
horizontal masing-masing dinormalisasi dengan panjang dan lebar objek. 
 
3.3 Fitur Moment 
 
Fitur momen (moment) dapat menggambarkan suatu objek dalam hal area, posisi, orientasi dan 
parameter terdefinisi lainnya. Ciri momen didapat dari momen ternormalisasi dan didefinisikan 
dalam bentuk sekumpulan momen-momen invarian (invariant moments).Momen-momen ini 
sangat berguna dalam membuat vektor ciri untuk pengenalan objek. Momen-momen invarian 
yang dihasilkan adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. 
 
Momen-momen ini sangat berguna dalam membuat vektor ciri untuk pengenalan objek. Berikut 
ini adalah persamaan dari momen-momen invariant [6]: 
 

  

  

  

  

  

 

(1) 

 
3.4 Dynamic Time Warping 
 
Dynamic time warping (DTW)adalah metode untuk menghitung jarak antara dua data time 
series. Keunggulan DTW dari metode jarak yang lain adalah mampu menghitung jarak dari dua 
vektor data dengan panjang berbeda. Jarak DTW di antara dua vektor dihitung dari jalur 
pembengkokan optimal (optimal warping path) dari kedua vector tersebut.Dari beberapa teknik 
yang digunakan untuk menghitung DTW, salah satu yang paling handal adalah metode 
pemrograman dinamis. 

02201

2
11

2
02202 4

2
0321

2
12303 33

2
0321

2
12304

2
0321

2
123003210321

2
0321

2
1230123012305

33

33

0321123011
2

0321
2

123002206 4

2
0321

2
123003210321

2
0321

2
1230123030217

33

33



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 
 

283 
 

Jarak DTW dapat dihitung dengan Persamaan2: 
 

( ) = ( , )(2) 
( , ) = , + min[ ( 1, ), ( 1, 1), ( , 1)])(3) 
(0,0) = 0, (0, ) = 0, ( , 0) = (4) 

 
Nilai kolom (i, j ) terlihat sebagai nilai penjumlahan jalur pembengkokan dari kolom (1,1) hingga 
(i, j). Kolom dengan nilai ( , )(1 < , 1 )dinamakan matrik jarak terjumlahkan  [6]. 
 
3.5 Euclidian Distance 
 
Jarak Euclidean adalah metrika yang paling sering digunakan untuk menghitung kesamaan 2 
vektor.Jarak Euclidean menghitung akar dari kuadrat 2 vektor (root of square differences 
between 2 vectors).Persamaan dari jarak Euclidean [6]: 
 

= ( ) (5) 

 
4.Hasil dan pembahasan 
 
4.1. Hasilproses pendaftaran 
 
Sistem verifikasi diimplementasikan dalam sebuah perangkat lunak aplikasi yang dapat 
memverifikasi biometrika bibir manusia. Proses pendaftaran citra acuan dapat dilihat pada 
Gambar 6 dibawah ini: 
 

 
 

Gambar 5.Proses pendaftaran citra bibir acuan 
 

Program aplikasi menghitung tingkat kesamaan/jarak setiap ciri gabungan bibir secara otomatis 
untuk kemudian dipilih tiga citra dengan tingkat kesamaan tertentu untuk dipakai sebagai citra 
acuan. Jumlah citra yang dipakai sebagai acuan adalah sebanyak 3 buah citra, sedangkan 2 
citra bibir lainnya digunakan sebagai citra uji untuk proses verifikasi selanjutnya. Proses 
pemilihan citra acuan didasarkan pada hasil simulasi dan percobaan yang bisa memberikan 
unjuk kerja yang lebih baik. 
 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

284 
 

Hasil dari proses pendaftaran berupa 3 buah fitur hasil dari ekstraksi ciri yang terdiri dari fitur 
sampul atas, sampul bawah, dan fitur moment. Ketiga fitur tersebut menggambarkan fitur 
bentuk dari citra bibir dan disimpan dalam basis data bibir acuan. 
 
4.2. Hasil Proses Verifikasi 
 
Sah atau tidak sahnya hasil verifikasi ditentukan melalui proses pencocokan yang pada 
prinsipnya menghitung jarak dari citra uji dan tiga citra latih yang sudah terdaftar dengan 
threshold yang dipilih. Penerimaan atau penolakan verifikasi biometrika bibir ditentukan oleh 
nilai ambang sistem.Jarak hasil pencocokan dibandingkan dengan nilai ambang, dimana jika 
jarak  nilai ambang maka lolos verifikasi (diterima/yes) (Gambar 6), sedangkan jika jarak  
nilai ambang maka tidak lolos verifikasi (ditolak / No) (Gambar 7). 

 

 
 

Gambar 6.Proses verifikasi dengan hasil diterima 
 

 
 

Gambar 7.Proses verifikasi dengan hasil ditolak 
 
 
 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 
 

285 
 

4.3 Pembahasan 
 
Pemilihan tiga citra bibir yang dijadikan acuan, ternyata mempengaruhi hasil unjuk kerja sistem 
dalam melakukan proses verifikasi. Hasil ini terlihat dari perbedaan nilai EER yang didapat. 
Percobaan berbagai macam pemilihan urutan citra acuan didapatkan bahwa pemilihan citra 
acuan dengan urutan 1,2,3 memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan kombinasi 
pemilihan urutan citra acuan lainnya. 

Seperti telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, perangkat lunak telah mampu melakukan 
verifikasi dan menghasilkan keputusan diterima atau ditolak sesuai dengan yang direncanakan. 
Namun dengan sekian banyaknya variasi citra bibir CASIA, masih ditemukan adanya kesalahan 
pencocokan maupun kesalahan ketidakcocokan. Kesalahan ini memang masih bisa terjadi 
dikarenakan nilai ERR maximum (error equal rate) yang bisa didapat dari aplikasi adalah 5,71 
%  pada nilai threshold 0,5. Unjuk kerja sistem ditunjukan oleh grafik karakteristik operasi 
penerima (ROC) (Gambar 8). 

 

 
 

Gambar 8. Grafik receiver operation characteristics(ROC) 
 

 
 

Gambar 9.Grafik ROC dengan jumlah sample 50 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

286 
 

 

 
 

Gambar 10. Grafik ROC dengan jumlah sample 100 
 
Unjuk kerja sistem biometrika yang dibangun dengan jumlah variasi data sample yang berbeda 
menghasilkan nilai EER yang berbeda juga. Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukan unjuk kerja 
sistem dengan grafik ROC dengan 50 dan 100 data sample. 

Untuk mengetahui perbandingan unjuk kerja antar fitur, percobaan verifikasi dengan 
menggunakan fitur sampul atas saja, didapatkan hasil seperti terlihat pada Gambar 
11.Sedangkan unjuk kerja sistem jika hanya menggunakan fitur moment saja didapatkan grafik 
ROC seperti terlihat pada Gambar 12. 

 

 
 

Gambar 11. Unjuk kerja sistem dengan fitur sampul atas dan sampul bawah 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 
 

287 
 

 
 

Gambar 12. Unjuk kerja sistem dengan fitur moment 
 

Analisa perbandingan dengan penelitian biometrika bibir manusia yang telah dilakukan oleh 
Michal Choras yang menggunakan fitur bentuk dan fitur warna bibir dapat mencapai tingkat 
kecocokan sebesar 86% dengan 38 sample.Sedangkan penelitian yang dilakukan Jin Ok Kim 
dengan judul “Lip Print Recognation for Security Systems by Multi-Resolution Architecture” 
dapat menghasilkan tingkat kecocokan 95.3% dengan 24 jumlah sample. 
 
Sistem biometrika bibir manusia dengan metode sampul dan moment pada penelitian ini 
mampu melakukan verifikasi terhadap database citra bibir CASIA dengan nilai EER (error equal 
rate) sebesar 5,71 %, FMR (false match rate) 3,04%, FNMR (false not match rate) 5,71%, dan 
akurasi 91.25% pada nilai ambang 0.5. Jika dilihat dari tingkat akurasi, penelitian ini memiliki 
tingkat akurasi yang lebih kecil tetapi menggunakan sample yang jauh lebih banyak 

 
5. Simpulan 
 
Rancangan dari aplikasi verifikasi biometrika bibir manusia yang dikembangkan menggunakan 
gabungan metode sampul dan moment dengan metrika dynamic time warping, telah mampu 
mencapai sasaran yang diinginkan yaitu melakukan verifikasicitra bibir manusia.Gabungan 
metode sampul dan moment dengan metrika dynamic time warping yang diusulkan dalam 
penelitian ini telah mampu melakukan verifikasi terhadap database citra bibir CASIA dengan 
nilai EER (error equal rate) sebesar 5,71 %, FMR (false match rate) 3,04%, FNMR (false not 
match rate) 5,71 %, dan akurasi 91.25% pada nilai ambang 0.5.Penelitian ini menyisakan ruang 
yang cukup luas untuk pengembangan dan modifikasi ke arah yang lebih baik, untuk itu 
beberapa saran dapat diberikan oleh penulis, diantaranya: penggunaan metode yang 
digabungkan terbukti sangat mempengaruhi hasil penelitian, dalam penelitian ini digunakan tiga 
jenis fitur yaitu fitur sampul atas, sampul bawah dan moment, namun tidak menyertakan fitur 
tekstur dan warna. Apalagi dengan banyaknya variasi data yang mungkin, tentu saja 
penambahan fitur akan lebih menguatkan dan menambah unjuk kerja sistem verifikasi 
biometrika. 
 
 
Daftar Pustaka 
 
[1] Luis-Garcia, Rodrigo & Alberola-Lopez, Carlos & Aghzout, Otman & Ruiz-Alzola, Juan, 

“Biometrics Identification Systems”, Science Direct, 83: 2539-2557, 2003. 
[2] Michal Choras, “The Lip As a Biometrics”, Springer Link,13: 105-112, 2009. 



LONTAR KOMPUTERVOL. 4, NO. 2,AGUSTUS 2013    ISSN: 2088-1541 
 

288 
 

[3] Michal Choras, “Lips Recognation for Biometrics”, Springer Link, 5558/2009: 1260-1269, 
2009. 

[4] Jin Ok Kim & Lee b, Woongjae  & Hwang b, Jun & Baik c, Kyong Seok  & Chungc, Chin 
Hyun, “Lip Print Recognition for Security Systems by Multi-Resolution Architecture”, 
Science Direct, 20, pp.295-301, 2009. 

[5] Vit Niennattrakul& Ratanamahatana, Chotirat Ann,“Making Hand Geometry Verification 
System More Accurate Using Time Series Representation with R-K Band Learning”, 
Proceedings of 11th National Computer Science and Engineering Conference (NCSEC 
2007), Bangkok, 2009. 

[6] Darma Putra, “Sistem Biometrika, Konsep Dasar Analisis Citra dan Tahapan Membangun 
Aplikasi Sistem Biometrika”, Yogyakarta, Penerbit Andi, pp.20-96, 2009.