LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 347 Perancangan Portal Interoperabilitas E-Government Sebagai Platform Integrasi Sistem Informasi Pemerintahan Kota Denpasar Mochammad Rizki Romdoni Program Studi Sistem Informasi STT Indonesia Tanjungpinang e-mail: m_rizki_r@yacanet.com Abstrak Pemerintah Kota Denpasar telah melewati fase perkembangan E-Government kedua yaitu interactive government. Untuk mencapai fase ketiga integrated government yang memiliki ciri adanya multiple transaksi yang melibatkan antar berbagai lembaga pemerintahan; telah terkonsep pada program kerja DISKOMINFO, namun belum terlaksana di lapangan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan sebuah arsitektur berbasis SOA (Service Oriented Architecture) yang diberi nama PIE (Portal Interoperabilitas E-Government), yang akan digunakan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Pemerintah Kota Denpasar dalam berintegrasi dan berbagi sumber daya antar SKPD dengan mudah dan dapat diakses serta dimanfaatkan oleh masyarkat pengguna. Hasil penelitian adalah mengintegrasikan sistem informasi pemerintahan melalui PIE dengan mengikuti prinsip-prinsip dalam SOA. Kata kunci: interactive government, E-Government, service oriented architecture Abstract Municipal city of Denpasar has passed the second phase of development of E-Government. Today, the existing phase is interactive government. To reachthe third phase of integrated government where its characteristic is multiple transactions should involvevarious government agencies and until now DISKOMINFO remains continue to design but has not been done. Based on this research is aimed at developing SOA (Service Oriented Architecture) called PIE (Portalof E-Government Interoperability), which will be used by SKPD (task force of government) to integrate and share resources between SKPD easily and can be accessed and utilized by the community users. The results are to integrate the information systems of government through PIE based on the principles of SOA. Keywords: interactive government, E-Government, service oriented architecture 1. Pendahuluan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar telah memiliki program kerja rencana pengembangan E-Government tahun 2011-2015 yang salah satunya adalah “terjalin komunikasi dan koordinasi antar instansi melalui jaringan komputer” [1]. Salah satu hal yang belum tercapai dari program tersebut adalah belum adanya koordinasi pada level sistem informasi atau perangkat lunak diantara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) atau Badan pemerintah Kota Denpasar [1], sehingga hal tersebut mengakibatkan duplikasi data kerap terjadi di setiap pengelola dan penyelenggara sistem informasi pemerintah (sumber daya yang overlap atau tidak terkoordinasi), sulitnya melakukan sinergi informasi digital, dan validasi data secara elektronis tidak dapat dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat [2]. Solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan diatas telah banyak dilakukan misalnya mengintegrasikan sistem informasi dua SKPD yaitu Dinas Perijinan dan Kependudukan menggunakan salah satu teknologi yang ada pada framewok .Net yaitu WCF (Windows Communication Foundation) [3], single database untuk setiap aplikasi [4], atau menggunakan LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 348 web service [5], dan lain-lain; namun kesemuanya itu masih menekankan pada satu teknologi interoperabilitas tertentu. Hal tersebut memilikikelemahan yaitu bersifat tighly-couple, artinyaketika terjadi sebuah perubahan pada antar muka service-nya akan menimbulkan efek berantai ke perangkat lunak atau sistem informasi yang menjadi konsumernya untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Integrasi sistem merupakan suatu keharusan, karena menjadi salah satu sasaran dari INPRES [6] yaitu pembentukan jaringan organisasi pendukung (back-office) yang menjembatani portal- portal informasi dan pelayanan publik dengan sistem pengolahan atau pengelolaan informasi yang terkait pada sistem manajemen dan proses kerja di instansi yang berkepentingan. Sasaran ini mencakup pengembangan kebijakan pemanfaatan dan pertukaran informasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah [6]. Bila melihat tahap fase perkembangan E-Government pemerintah Kota Denpasar, maka saat ini telah sampai pada tahap ke dua yaitu “interactive government”, yang bercirikan tersedianya isian formulir secara online dan dapat diunduh, kemudian dikembalikan melalui pos, fax, atau email; seperti situs bursa kerja online, E- Procurement, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk peningkatan pelayanan publik terhadap masyarakat dan mengikuti prinsip-prinsip goodgovernance sekarang ini sudah saatnya untuk meningkat menjadi “integrated government” yang memiliki ciri adanya multiple transaksi yang melibatkan antar berbagai lembaga. Proses dan sistem yang terdapat di pemerintah Kota Denpasar semakin besar, kompleks, dan heterogen. Untuk mengintegrasikannya membutuhkan effort yang besar karena berhadapan dengan platform teknologi yang tidak seragam; satu SKPD menggunakan Java, yang lain PHP atau .Net, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menawarkan sebuah solusi yaitu membentuk sebuah kanal yang dijadikan sebagai media pertukaran informasi dalam konteks antar portal atau sistem informasi pemerintahan, yang diberi nama dengan Portal Integrasi E- Government (PIE). PIE menyediakan mekanisme pengelolaan integrasi dan interkasi antar sistem informasi SKPD atau Badan yang efesien sehingga diperoleh penyederhanaan dalam proses integrasi. 2. Arsitektur PIE Gambar 1 menjelaskan gambaran umum arsitektur sistem yang akan dibangun secara keseluruhan. Arsitektur tersebut terdiri dari beberapa entitas yaitu SKPD sebagai service providerdan consumer; Masyarakat Pengguna sebagai service consumer; Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai administrator;dan PIE sebagai platform integrasi. Masyarakat Pengguna PIE Core PIE Web Apps Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Komunikasi dan Informatika Gambar 1. Arsitektur PIE LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 349 2.1 PIE Web PIE menyediakan antar muka berbasis web yang dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman PHP sebagai titik akses untuk menghubungkan masyakarat pengguna ke E- Servicedansebagai tempat untuk mengelola E-Service-nya masing-masing SKPD pemerintah Kota Denpasar; khusus bagi Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) digunakan untuk mengelola dan memelihara PIE secara keseluruhan. 2.2 PIE Core PIE memiliki komponen penting lain, yaitu PIE Core. PIE Core menyediakan interkonektivitas dan discovery capabilities E-Serviceyang disediakan oleh SKPD,di samping itu memfasilitasi location transparency, transport protocol conversion, message transformation, dan security.PIE Core merupakan enkapsulasi terhadap ESB (Enterprise Service Bus). Untuk mempersingkat waktu pengembangan, pada penelitian ini digunakan ESB open source yang sudah tersedia, yaitu Mule ESB versi ke 3.2 (community edition). 2.3 SKPD Pemerintah Kota Denpasar dalam menjalankan roda pemerintahanya didukung oleh perangkat alat daerah, diantaranya adalah delapan belas SKPD dan Sembilan badan pemerintah; sedangkan secara administratif pengelolaan Kota di bagi menjadi empat kecamatan [7]. Namun pada penelitian ini, tidak seluruh perangkat daerah pemerintah Kota Denpasar yang akan di integrasikan, tetapi hanya akan diambil beberapa sampel sebagai pilot project yaitu [1]: 1. Dinas Kesehatan (DINKES) 2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (CAPIL) Kedua SKPD tersebut telah memiliki sistem informasi, namun masih parsial [1]; sedangkan DISKOMINFO sendiri berperan sebagai pengelola, pemelihara, dan memberikan sosialisasi serta pelatihan mengenai arsitektur PIE kepada SKPD, masyarakat pengguna, atau badan pemerintah lainnya dalam rangka melaksanakan salah satu program E-Government DISKOMINFO. Berikut adalah daftar sistem informasi setiap SKPD di dalam Tabel 1. Tabel 1. Sistem informasi setiap SKPD SKPD Sistem Informasi Dinas Kesehatan Sistem Informasi Apotik pada Rumah Sakit Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sistem Informasi Administrasi Kependudukan 2.4 Masyarakat Pengguna Masyarakat pengguna adalah entitas dalam bentuk software yang mengkonsumsi E-Serviceyang telah disediakan oleh SKPD. Entitas tersebut bisa dikembangkan oleh seorang pengembang mandiri, vendor software, rekanan proyek sistem informasi pemerintah, atau yang lainnya. Setiap entitas dapat mengkonsumsi satu atau lebih E-ServiceSKPD; hal ini dikenal dengan istilah composite services. 3. Metodologi Penelitian Gambaran secara garis besar mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini; mulai studi literatur sampai dengan memberikan kesimpulan dan saran. 1. Studi Literatur Studi literatur, dimana literatur-literatur diambil dari penelitian sebelumnya, jurnal ilmiah baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dan beberapa buku mengenai prinsip-prinsip SOA; selanjutnya, di tambah dengan manual book atau panduan dari instrumen penelitian yang digunakan. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 350 2. Investigasi & Analisis Sistem Manfaat dari fase investigasi adalah untuk menentukan problem-problem atau kebutuhan yang timbul, sedangkan analisis digunakan untuk mendefinisikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi, kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan. 3. Perancangan Sistem Tahapan perancangan adalah tahapan mengubah kebutuhan yang masih berupa konsep menjadi spesifikasi sistem yang riil. Dalam menentukan bentuk sistem riil yang akan dibangun, dibantu oleh metodelogi MDSE. Tahapan ini merupakan tahap yang sangat kritis, karena bila salah menentukan spesifikasi atau format sistem akan berujung pada kegagalan. 4. Implementasi Implementasi merupakan tahap penerapan rancangan supaya siap dioperasikan. Tahap ini meliputi kegiatan penulisan kode program PIEWeb dan Core. PIE Web menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan pustaka Prado; sedangkan PIE Core menggunakan bahasa Java dengan pustaka Mule ESB. 5. Pengujian Pengujian dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen sistem telah berfungsi dengan baik. Dalam menguji perancangan dilakukan dengan cara mengimplementasikannya ke dalam bentuk software yang diberi nama PIE. Selanjutnya PIE di uji dengan pendekatan black-box. 6. Kesimpulan & Saran Terakhir adalah melakukan evaluasi arsitektur sistem PIE secara keseluruhan; kemudian diikuti dengan memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengajukan saran-saran yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya pada bidang software enginereeng pada domain SOA. 4. Kajian Pustaka 4.1 SOA (Service-oriented Architecture) Sebagian orang mengartikan SOA dengan nada sarkasme “Same Old Architecture”, tetapi ini jauh dari sebuah kebenaran [8]. SOA adalah sebuah konsep yang digunakan ketika akan membangun sistem yang besar dan terdistribusi dengan variasi platform teknologi yang berbeda- beda. SOA adalah sebuah paradigma atau cara berpikir yang berdasarkan pada tiga konsep utama yaitu service, interoperability melalui enterprise service bus (ESB), dan loose coupling[9]. SOA bukanlah sebuah arsitektur yang konkrit; SOA adalah sesuatu yang mengarah pada arsitektur yang kongkrit (‘..architectural paradigm for dealing with business processes..’); SOA bisa dipanggil dengan sebuah style, paradigma, konsep, prespektif, filosofi, atau gambaran. Artinya, SOA bukan sebuah tools atau framework nyata yang bisa kita beli, jadi ini adalah sebuah pendekatan, cara berpikir, value system (moral code) yang mengarah pada keputusan-keputusan tertentu saat merancang sebuah arsitektur software[9]. Menurut[9], konsep teknis dari SOA terdiri dari tiga yaitu services, interoperability, dan loose coupling. 4.1.1 Services Secara teknis service adalah sebuah antarmuka (interfaces) untuk sebuah atau beberapa messages yang mengembalikan informasi dan/atau merubah sebuah state suatu entitas yang terkait (backend) [9]. Tujuan utama dari services adalah untuk merepresentasikan langkah- langkah fungsionalitas bisnis, artinya sebuah services harus mewakili fungsionalitas mandiri yang sesuai dengan kegiatan dunia bisnis di dunia nyata [9]. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 351 4.1.2 Interoperability Tujuan utama SOA adalah menghubungkan sistem-sistem yang heterogen dengan mudah, dikenal dengan ‘high interoperability’. Ide ini tidak baru, sebelumnya telah dikenal dengan enterprise application integration (EAI). Penjelasan terperinci mengenai konsep interoperability dapat dilihat di subbab 4.2. 4.1.3 Loose Coupling Loose couple dalam pengembangan aplikasi mengacu pada ukuran tingkat ketergantungan komponen software satu sama lain [10], dalam konteks SOA loose coupling adalah sebuah prinsip dimana consumers dan services terisolasi dari perubahan teknologi dan lingkungan yang mendasarinya; dalam beberapa hal tertentu, prinsip loose coupling mendeskripsikan pemisahan logis sebuah permasalahan. Artinya, consumer secara sengaja dipisahkan koneksinya secara fisik atau langsung dengan services yangmaksudnya adalah untuk melindungi integritas consumers atau providerdan menghindari ketergantungan fisik diantara services [11]. 4.2 Enterprise Service Bus (ESB) ESB terkadang disebut sebagai “messaging middleware” tidak lebih dari sebuah platform yang dapat menghantarkan data antara berbagai aplikasi yang berlainan. Data dibawa ke dan dari serangkaian pemberhentian, yang dikenal sebagai “endpoint”. Internal sebuah ESB berisi mekanisme routing yang mengetahui bagaimana mengarahkan data tertentu dari titik A ke titik B [12]. Gambar 4, mengilustrasikan sebuah ESB dengan bentuk sebuah saluran logic yang menjangkau masing-masing endpoint, yang memungkinkan data dapat dikirim atau diterima dari berbagai aplikasi melalui bus. Data ditransfer ke atau dari masing-masing endpoint menggunakan protokol tertentu, misalnya koneksi TCP atau HTTP. Namun ESB lebih dari sekedar protokol atau kanal komunikasi; tetapi merupakan sebuah messaging framework[12].Intinya sebuah ESB adalah sebuah produk teknis untuk memecahkan permasalahan integrasi sistem. 5. Perancangan Terdapat dua perancangan yaitu, arsitektur service PIE core dan PIE Web. PIE Core merupakan sebuah layer yang berfungsi sebagai jembatan atau kanal sistem informasi SKPD berinteroperabilitas; sedangkan PIE web bertugas sebagai interfaces dalam mengelola PIE. 5.1. Proses Bisnis PIE core Gambar 2 menjelaskan proses bisnis konsumermengkonsumsi E-Service yang disediakan oleh provider. Proses diawali oleh permintaan token dengan mengirimkan message payload yang berisi CAID (Consumer Apps ID). CAID diotentikasi, yang secara otomatis mendeteksi jenis transpor message payload dan menyesuaikan prosesnya; bila proses otentikasi berhasil, token di-generate menggunakan fungsi md5 dan disimpan kedalam database. Selanjutnya token dikirimkan kepada konsumer. Token tersebut digunakan untuk memelihara sesi komunikasi antara konsumer dan PIE Core. Menimbang faktor keamanan usia token dibatasi dalam waktu menit yang lamanya ditentukan oleh Admin PIE. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 352 C o n s u m e r P IE C o re Request Token :CAID Authentication Process Send Error Response [no][no] :FailedResponse Send Token [yes][yes] :Token Place Message Payload :Message Payload exchangeMes sageIN P ro v id e r : Message Payload Process Message Payload : Message Payload exchangeMess ageOUT Receive Message Payload :Message Payload Check Mode Appsid ProductionProduction Get The Number Request sandboxsandbox Send Error Response Number request >= provider defined Number request >= provider defined :LimitAccessExceeded Counting new Request Number request <= provider defined Number request <= provider defined Generate Token Gambar 2.Proses bisnis konsume rkonsumsi E-Service provider (Diagram BPMN) Konsumer dalam mengkonsumsi E-Service yang disediakan provider, tidak secara langsung ke provider tetapi melalui PIE Core. PIE Core disini bertindak sebagai broker. Konsumer mengirimkan message payload ke PIE Core dengan meletakannya pada transpor tertentu, misalnya HTTP, FTP, JMS dan lain-lain. PIE Core melakukan pengecekan terhadap E-Service untuk mengetahui modenya; bila “sandbox” maka task “get number request” dieksekusi untuk mengetahui jumlah permintaanselama satu hari, seandainya hasilnya lebih besar dari yang telah di tetapkan oleh provider maka konsumsi E-Service dihentikan. Mode CAID bertipe “production” atau jumlah request kurang dari yang telah ditetapkan, maka proses “exchangeMessageIN” dieksekusi yang hasilnya dikirimkan ke provider; message payload tersebut diproses, yang hasilnya dikirimkan kembali ke PIE Core; PIE Core pada “exchangeMessageOUT” mengirimkan hasilnya kembali ke konsumer. Task “exchangeMessageIN” dan “exchangeMessageOUT” dilakukan oleh Mule ESB yang meliputi transformasi message payload dari satu format ke format lainnya, misalnya JMS ke JSON atau JSON ke JMS. Mule ESB juga mengatur rute transpor untuk aliran message payload dari konsumer ke provider atau sebaliknya. 5.2. Proses Bisnis PIE Web Didalam PIE Web terdapat proses bisnis yaitu pengelolalaan E-Service yang di ilustrasikan pada Gambar 3. Proses bisnis tersebut terdiri dari tiga partisipan yaitu “konsumer”, “provider”, dan “PIE Web”. Didalam gambar diagram BPMN tersebut, “konsumer” dan “provider” di asumsikan telah terdaftar di dalam PIE Web. Proses ini, dimulai dari log on ke dalam PIE Web; setelah berhasil, provider menginputkan sistem informasi yang dibagi dengan entitas lain. Provider membuat dan mengkonfigurasi E-Service yang merupakan perwakilan satu fungsionalitas dari setiap sistem informasi. Setiap sistem informasi dapat memiliki E-Service lebih dari satu. PIE Web memproses E-Service baru dengan menyimpannya ke dalam database PIE. Konsumer disaat membutuhkan informasi E-Service untuk dikonsumsi, melakukan query melalui PIE Web ke dalam database PIE. Hasil dari query tersebut tergantung pada jenis konsumernya; jika “SKPD” maka E-Service di-filter berdasarkan mode protected dan public; jika “Masyarakat Pengguna” yang bertipe public. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 353 C o n s u m e r Log-On PIE Web P ro v id e r Get List eServies P IE W e b Log-On PIE Web Prepare New eServices Process New eServices Decide Consumer Query eServices Mode=”protected & public” skpdskpd Query eServices Mode=”public” Masyarakat PenggunaMasyarakat Pengguna PIE DB New eServicesNew eServices eServiceseServices eServiceseServices Send List eServices Register to eServices Approving Request eServies NoNo Configuring Request eServices YesYes Process Request eServices Input SKPD Information System Deploy eServices Deployment eServices Select Integration Scenario Generate CAID Gambar 3. Proses bisnis pie pengelolaan E-Service (Diagram BPMN) Konsumer melakukan registrasi pada E-Service yang telah diperoleh, kemudian “provider” memberikan persetujuan apakah diterima atau ditolak; bila diterima provider mengkonfigurasi E- Service yang diminta oleh konsumer dan PIE Web menyimpan konfigurasi tersebut; terakhir konsumer memilih skenario integrasi dan men-deploy E-Service, yang kemudian dieksekusi oleh PIE Core. PIE Web men-generate CAID yang menjadi inputannya adalah AppsID E-Service dan ID registrasi. 5.3. Use Case PIE Web Diagram use case adalah deskripsi kemampuan atau lingkungan sistem dari sisi setiap entitas (organisasi, divisi, software, dan lain-lain). Bagi developer sistem, usecase adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan kebutuhan dari sistem dari sudut pandang user yang terlibat. Gambar 4 diagram use case PIE Web. Gambar 4. Diagram use case PIE web LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 354 6. Implementasi Imlementasi adalah perwujudan atau realisasi dari rencana ide, model, spesifikasi desain, atau kebijakan. Dalam implementasi digunakan bahasa pemrograman Java, bahasa Visual Basic .Net, dan PHP; sedangkan untuk pustaka program menggunakan Mule ESB pada dan PRADO (PHP Rapid Application Development Object-oriented). 6.1 Antar Muka PIE Web Antar muka merupakan bagian yang paling penting dari sebuah sistem. Antar muka merupakan tempat dimana komponen visual dan non visual diletakan untuk membentuk sebuah aplikasi. Setiap user (Masyarakat Pengguna, SKPD, Admin) memiliki antar mukanya masing-masing. 6.2.1 Halaman Admin Halaman Admin terdiri dari beberapa menu penting yaitu “skenario integrasi, “SKPD”. Gambar 5, menunjukan daftar skenario integrasi yang telah di inputkan. SKPDberperan sebagai provider atau konsumer. Data SKPD tersebut ditambahkan oleh Admin. Gambar 5.Daftar skenario integrasi 6.2.2 Halaman Provider (SKPD) Provider adalah pihak yang menyediakan E-Service untuk di konsumsi oleh konsumer. Pada PIE yang bertindak sebagai provider adalah SKPD. Antar muka pada halaman provider dikaitkan dengan proses bisnis “Prepare new eServices”. Dalam proses bisnis tersebutdimulai dengan memilih sistem informasi SKPD yang sebelumnya telah di inputkan oleh provider. Gambar 6 menampilkan halaman untuk mengatur skenario integrasi yang digunakan oleh konsumer (SKPD dan Masyarakat Pengguna). Disamping itu terdapat informasi mengenai data E-Service, seperti nama E-Service, alamat, dan lain-lain. Gambar 6.Halaman pengaturan skenario integrasi untuk konsumer LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 355 Gambar 7 menampilkan daftar konsumer yang mendaftar pada E-Service. Provider sebelum menyetujui, mengatur mode E-Service yang dikonsumsi oleh konsumer apakah sandbox atau production. Antar muka ini sesuai dengan proses bisnis “Configuring request eServices”. Gambar 7.Provider menyetujui request e-service dari konsumer Provider menentukan jumlah request yang dapat diakses oleh konsumer perharinya. Provider pada halaman tersebut juga dapat mengubah mode E-Servicesandbox atau production. 6.2.3 Halaman Konsumer Konsumer (Masyarakat Pengguna dan SKPD), sebelum memanfaatkan sebuah E-Service harus terlebih dahulu mendaftar pada E-Service (gambar 8). Antar muka ini berkaitan dengan proses bisnis “Register to eServices” dan “Deploy eServices”. Gambar 8.SKPD Mendaftar pada E-Service SKPD Lainnya Setelah proses registrasi E-Servicedisetujui oleh provider, maka selanjutnya konsumer memilih skenario integrasi yang sesuai dengan proses bisnis internalnya masing-masing (Gambar 9). Konsumer mendapatkan CAID. CAID digunakan untuk mendapatkan token dari PIE. Terakhir konsumer, men-deployE-Service tersebut. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 356 Gambar 9.Konsumer memilih skenario integrasi dan men-deployE-Service 7. Pengujian Integrasi Sistem Test case utama dalam penelitian ini menggunakan dua buah prototipe sistem informasi (Gambar 10). Gambar tersebut mengilustrasikan test case pertukaran data dan protokol oleh partisipan PIE. Platform teknologi untuk berintegrasi yang digunakan oleh partisipan, menggunakan teknologi yang populer di pakai pada saat ini yaitu JMS dengan Apache ActiveMQ dan Web Service. Apache ActiveMQ PIE SIAKSIARS URI Request JSON Response Produce Messages Consume Messages Consume Messages Produce Messages Gambar 10.Skenario integrasi SIARS dan SIAK melalui PIE Sistem Informasi Apotik Rumah Sakit (SIARS) adalah sistem yang digunakan untuk membantu Apoteker dalam mengelola Apotik. SIARS dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic .Net. Salah satu program pemerintah Kota Denpasar adalah menggratiskan biaya pengobatan beserta resepnya di rumah sakit pemerintah. Program ini memiliki syarat dan ketentuan yaitu hanya berlaku bagi warga Kota Denpasar yang dibuktikan dengan cara menunjukan KTP. Supaya program ini tepat sasaran maka diperlukan verifikasi keabsahan KTP ke SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) di Dinas Catatan Sipil. SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan) dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman Java dengan Netbeans IDE. Sesuai skenario, SIAK mempublis E-Servicedalam bentuk JMS ke Apache ActiveMQ. Dalam rentang waktu tertentu (detik) PIE mengkonsumsi message dari Active MQ yang selanjutnya dikirimkan kembali ke SIAK melalui protokol HTTP dengan format data JSON. Pengujian integrasi sistem SIAK dan SIARS dilakukan dengan cara pemanggilan E-Service SIAK oleh SIARS yang secara umum dilakukan untuk mengetahui apakah PIE Core berhasil mentrasnformasikan dan mengirimkan message payload dari konsumer ke provider dan sebaliknya. Dalam pengujian ini dikembangkan prototipe SIARS seperti Gambar 11 dan SIAK seperti Gambar 12. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 357 Gambar 11.Form input data pasien Gambar 12.Form daftar master penduduk Sesuai proses bisnis konsumsi E-Service (Gambar 3), SIARS melakukan otentikasi dengan melakukan request menggunakan protokol HTTP ke alamat dan format berikut “http://192.168.55.1:8081/authentication/CAID” yang nilai kembaliannya adalah sebuah token. Langkah selanjutnya SIARS mengkonsumsi E-Service, dengan cara menyertakan token dalam setiap request-nya ke alamat dan format berikut “http://192.168.55.1:8000/token/noktp”; informasi alamat E-Service dan port-nya diperoleh dari data E-Service (Gambar 9). Petugas apoteker di rumah sakit menginputkan data pasien melalui form data pasien. Didalam form tersebut terdapat beberapa isian diantaranya nomor pasien, nomor KTP, nama pasien, jenis kelamin, dan lain-lain. Di saat Petugas menekan tombol save maka SIARS menghubungi PIE untuk mendapatkan validitas no. KTP yang outputnya bila gagal, tampil sebuah message box seperti Gambar 13. PIE Core mentransformasi message payload melalui transpor HTTP menjadi JMS, kemudian mengirimkannyake ActiveMQ. Secara random SIAK melakukan pengecekan Queue di ActiveMQ, bila terdapat message diQueue maka akan di konsumsi; hasilnya dikirimkan kembali ke ActiveMQ, selanjutnya PIE melakukan transformasi ke dalam bentuk JSON. LONTAR KOMPUTER VOL. 4 NO. 2DESEMBER 2013 ISSN: 2088-1541 358 Gambar 13.Message Box No. KTP Tidak Terdaftar di SIAK Melalui dua prototipe tersebut validitas fungsional PIE diuji yaitu dengan mengintegrasikan sistem informasi yang berbeda platform telah memberikan hasil yaitu respon kegagalan untuk proses validasi no KTP dengan nilai input bertipe string yang di request dari SIARS ke SIAK; hal ini disebabkan karena no KTP yang di request tidak terdaftar di SIAK. 8. Simpulan Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai PIE berhasil mengintegrasikan dua sistem informasi pemerintahan yang berbeda platform yaitu SIARS (DINKES) dan SIAK (CAPIL). Pemilihan pustaka Mule ESB sebagai coredari PIE berperan dengan baik dalam mendukung arsitektur PIE. PRADO sebagai framework PHP dapat mempercepat proses pengembangan PIE Web. Daftar Pustaka [1] Ketut Agus Indra Diatmika, S.Kom., Staf Pos dan Telematika Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar. (komunikasi pribadi, 02 Januari 2012). [2] http://biogen.litbang.deptan.go.id/wp/terbitan/Presentasi-Herry%20Abdul%20Aziz.pdf, [diakses tanggal 24 September 2012] [3] Nofian Adi Prasetyawan, Rancang Bangun Framework Berbasis .NET Framework Menggunakan Konsep SOA Studi Kasus: E-Government Pada Dinas Perijinan dan Dinas Kependudukan, Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh November, http://www.aptika.kominfo.go.id/forumegov2011/unduh.php?name=pengelolaan+integra si+informasi+dan+pertukaran+data.pdf, [diakses tanggal 30 september 2012] [4] Ali Nasrun, Rully Agus Hendra, Muhammad Priandi,Urgensi Integrasi Sistem Informasi Akuntansi Instansi Pemerintah, Jurnal Teknik ITS. Volume 1, 2012. [5] Franco Arcieri, Elettra Cappadozzi, Enrico Nardelli, Maurizio Talamo. SIM : a working example of an E-government service infrastructure for mountain communities. Database and Expert Systems Applications (DEXA). Munich, 2001: 407-41. [6] Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional pengembangan E-Government. [7] http://www.denpasarkota.go.id/instansi/?cid===wN&s=menu&id=563, [diakses tanggal 5 Januari 2012]. [8] http://tutorials.jenkov.com/soa/soa.html, diakses tanggal 22 Nopember 2011 [9] Nicolai M. Josutti, SOA in Practice: The Art of Distributed System Design. California: O’Rielly Media, Inc, 2007. [10] . Tom Yuan Gao, The Complete Reference To Professional SOA With Visual Studi 2005 (C# & VB 2005) .NET 3.0. US: Lulu Press, 2007. [11] James Bean, SOA and Web Services Interfaces Design: Principles, Techniques, and Standars. Burlington : Elseveir, 2010. [12] Peter Delia, Antoine Borg, Ricston Ltd. Mule 2 A Developer’s Guide. Appress, 2008.