JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

14 
 

APLIKASI METODE ADAMS BASHFORTH-MOULTON (ABM) 
PADA MODEL PENYAKIT KANKER 

 
 

Kuzairi1, Tony Yulianto2 , Lilik Safitri3 
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Madura (UIM) 

Jl. Bettet No. 04, Pamekasan, Madura 60111 Indonesia 
Email: Kuzairi81@gmail.com 1, liliksafitri@yahoo.co.id 2 

 
 

Abstrak 
 

Kanker merupakan penyakit yang mematikan yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel yang 
abnormal, pertumbuhan tersebut berlangsung terus – menerus  sehingga terbentuklah tumor. Tumor dibagi 
menjadi dua bagian yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas merupakan istilah umum untuk 
penyakit kanker. Penyakit kanker mempunyai model matematika berupa sistem persamaan differensial, 
untuk itu dibutuhkan sebuah metode untuk mendapatkan solusi dari sistem persamaan differensial tersebut. 
Metode yang digunakan adalah metode numerik yakni metode Adams Bashforth Moulton (ABM) orde satu, 
dua, tiga, dan empat. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada permasalahan model penyakit 
kanker, metode ABM orde tiga lebih baik dibandingkan metode ABM orde satu, orde dua, dan orde empat. 
Hal ini dapat dilihat pada grafik simulasi menggunakan ABM orde tiga,  menunjukkan bahwa seiring 
bertambahnya waktu populasi sel kekebalan efektor 	 dan populasi molekul efektor  semakin 
meningkat kemudian stabil. Populasi sel kekebalan efektor  stabil pada angka 33.3336, sedangkan 
populasi molekul efektor  stabil pada lingkup angka 33.333, dikatakan berada pada lingkup 33.333 
karena perubahan populasi molekul efektor  tidak dapat diketahui dengan pasti. Sedangkan populasi sel 
kanker  tetap bernilai 0 pada tiap iterasi (stabil) yakni tetap berada dalam kondisi bebas kanker.  

 
Kata Kunci:  Kanker, Metode Adams Bashforth-Moulton (ABM), Konvergensi, Stabilitas, Konsistensi 

  

Abstract 

Cancer is a deadly disease that is characterized by the growth of abnormal cells, the growth is 
ongoing, forming a tumor. Tumors are divided into two parts, namely benign and malignant tumors. 
Malignant tumors are a general term for cancer. The disease of cancer has a mathematical model in the 
form of a system of differential equations, for it required a method to obtain the solution of the system of 
differential equations. The method used is the method of numerical methods Bashforth Adams Moulton 
(ABM) order one, two, three, and four. From the results of this study concluded that the method ABM order 
three better than the method ABM first order, second order and fourth order at issue models of cancer, It 
can be seen in the graphic simulation using ABM order three, it shows that increasing time population of 
immune effector cells  and a population of effector molecules  increased and then stabilized. The 
population of immune effector cells  stabilized at 33.3336, while the population of the effector molecule 

 is stable in the scope of the numbers 33,333, 33,333 are said to be in scope for changes in population 
effector molecule  can not be known with certainty. While the population of cancer cells  remains 
at 0 at each iteration (stable) remains in a state that is free of cancer. 

 
Keywords: Cancer, Differential Equation System, Adams Bashforth-Moulton (ABM) Method, 
 Convergence, Stability, Consistency 
 
 
 

 
 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

15 
 

1.  PENDAHULUAN 

Kanker merupakan salah satu penyakit 
yang mematikan yang ditandai dengan 
pertumbuhan sel-sel abnormal dan membelah 
secara terus-menerus. Pembelahan secara 
terus–menerus tersebut menjadi tidak 
terkendali dan membentuk sel-sel tumor. Sel–
sel tumor kemudian menginvasi bagian di 
sekitarnya dan bermetastase ke jaringan dan 
organ–organ lain yang ada di dalam tubuh. 
Tumor dibagi menjadi dua golongan besar 
yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas 
(malignant). Kanker merupakan istilah umum 
untuk tumor ganas [6].  

Menurut data Globocan (IARC) tahun 
2012 diketahui bahwa kanker payudara 
merupakan penyakit kanker dengan 
persentase kasus baru (setelah dikontrol oleh 
umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan 
persentase kematian (setelah dikontrol oleh 
umur) akibat kanker payudara sebesar 12,9%. 
Kanker paru–paru  tidak hanya merupakan 
jenis kanker dengan kasus baru tertinggi dan 
penyebab utama kematian akibat kanker pada 
penduduk laki–laki,  namun kanker paru juga 
memiliki persentase kasus baru cukup tinggi 
pada penduduk perempuan, yaitu sebesar 
13,6% dan kematian akibat kanker paru–paru  
sebesar 11,1%. Data Globocan tersebut 
menunjukkan bahwa kasus baru dan kematian 
akibat kanker hati pada penduduk laki–laki 
maupun perempuan memiliki persentase yang 
hampir berimbang, sedangkan kanker 
payudara dan kanker prostat memiliki 
persentase kematian yang jauh lebih rendah 
dibandingkan dengan persentase kasus baru, 
sehingga jika penyakit kanker tersebut dapat 
dideteksi dan ditangani sejak dini maka 
kemungkinan sembuh akan lebih tinggi [3]. 

Model matematika yang dapat digunakan 
untuk memodelkan penyakit kanker adalah 
model matematika KP yang dikembangkan 
oleh Kirschner dan Panneta [4]. Model 
matematika KP termasuk model matematika 
non linear sehingga sulit diselesaikan dengan 
metode analitik. Hal tersebut menyebabkan 
perlu adanya metode numerik yang digunakan 
untuk mempermudah penelitian ini. Metode 
Numerik adalah teknik yang digunakan untuk 
memformulasikan persoalan matematik 
sehingga dapat dipecahkan dengan operasi 

perhitungan/aritmetika biasa (tambah, kurang, 
kali, dan bagi). Metode artinya cara, 
sedangkan numerik artinya angka. Jadi 
metode numerik secara harfiah berarti cara 
berhitung dengan menggunakan angka–angka 
[5]. Metode numerik yang digunakan pada 
penelitian ini adalah metode Adams 
Bashforth–Moulton  dan Runge Kutta.  

Metode Adams Bashforth–Moulton 
merupakan metode numerik yang memiliki 
banyak langkah (multi step) atau biasa disebut 
sebagai metode predictor-korektor  karena 
dalam penyelesaiannya digunakan persamaan 
prediktor dan persamaan korektor. Metode 
Adams Bashfoth-Moulton dapat digunakan 
tanpa harus mencari turunan-turunan 
fungsinya terlebih dahulu, melainkan 
langsung menggunakan persamaan prediktor-
korektor, karena metode ini banyak langkah 
(multi step), maka dibutuhkan beberapa solusi 
awal yang dapat diperoleh dari metode one 
step menggunakan metode Runge–Kutta [1]. 
Metode Runge–Kutta adalah alternatif dari 
metode deret Taylor yang tidak membutuhkan 
perhitungan turunan. Metode ini berusaha 
mendapatkan derajat ketelitian yang lebih 
tinggi, dan sekaligus menghindarkan 
keperluan mencari turunan yang lebih tinggi 
dengan jalan mengevaluasi fungsi f x,y  pada 
titik terpilih dalam setiap selang langkah. 
Metode Runge-Kutta adalah metode PDB 
yang paling popular karena banyak dipakai 
dalam praktek [5]. 
 
2. BAHAN DAN METODE 

2.1 Bahan Dan Alat 

Dalam penelitian menggunakan windows 
7 dan software pendukung komputasi yaitu 
Matlab R2009a, jaringan wifi dan koneksi 
internet. 

 

2.2 Metode 

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang 
metode yang digunakan dalam penelitian ini 
disertai dengan pustaka yang mendasari teori 
dalam penelitian ini, seperti penelitian 
sebelumnya, pengertian Kanker dan Metode 
Adams Bashforth–Moulton (ABM). Adapun 
untuk langkah-langkah dalam penelitian ini 
dapat dilihat dalam Gambar 1. 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

16 
 

 

Gambar 1. Flowchart Penelitian 
 
2.3 Penelitian Sebelumnya 

 
Berdasarkan peneliti Yanse [8] dengan 

penelitian yang berjudul “Efektivitas Metode 
Adams Bashforth-Moulton Order Sembilan 
dalam Menganalisis Model Penyebaran 
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)” 
menghasilkan formula metode Adams 
Bashforth–Moulton order sembilan yang 
dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti 
lain untuk menemukan formula metode 
Adams Bashforth-Moulton dengan order yang 
lebih tinggi. 

Sedangkan untuk penelitian yang 
dilakukan oleh Apriadi, Prihandono, dan 
Noviani [1] dengan penelitian yang berjudul 
“Metode Adams-Bashforth-Moulton dalam 
Penyelesaian Persamaan Diferensial Non 
Linear” menyatakan bahwa solusi dari 
masalah nilai awal dengan menggunakan 
metode Adams Bashforth–Moulton orde 
empat adalah berbentuk . Langkah awal 
yang dilakukan adalah menggunakan metode 

Runge–Kutta orde empat untuk memperoleh 
tiga solusi awal , ,	dan  pada titik 
sebelum . Kemudian digunakan metode 
Adams Bashforth–Moulton orde empat untuk 
memprediksi nilai . Kemudian nilai 
prediksi tersebut diperbaiki menggunakan 
metode Adams-Moulton orde empat. 

 
2.4 Pengertian Kanker 

 
Penyakit kanker adalah penyakit yang 

timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel 
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel 
kanker, sedangkan tumor adalah kondisi 
dimana pertumbuhan sel tidak normal 
sehingga membentuk suatu lesi atau dalam 
banyak kasus, benjolan di tubuh. Tumor 
terbagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan 
tumor ganas. Tumor jinak memiliki ciri–ciri, 
yaitu tumbuh secara terbatas, memiliki 
selubung, tidak menyebar dan bila dioperasi 
dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat 
sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas 
memiliki ciri–ciri, yaitu dapat menyusup ke 
jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat 
ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut 
[3]. 

Penyakit kanker merupakan penyebab 
kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 
2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan 
oleh kanker. Kanker paru–paru, hati, perut, 
kolorektal, dan kanker payudara adalah 
penyebab terbesar kematian akibat kanker 
setiap tahunnya. Pada setiap tahunnya 
terdapat lebih dari 60% seseorang terjangkit 
kanker dan sekitar 70% terjadi kematian 
akibat kanker setiap tahunnya yang terjadi di 
Afrika, Asia, dan Amerika Tengah dan 
Selatan. Diperkirakan kasus kanker tahunan 
akan meningkat dari 14 juta pada 2012 
menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya, 
sehingga penanganan pengobatan kanker 
harus dilakukan dengan tepat [3]. 

 
3. Model Matematika Penyakit Kanker  
 

Berikut ini model yang dikembangkan 
Kirschner dan Panneta (1998) yang dikenal 
dengan model KP [4]. 
 

Mula

Studi Literatur 

Analisa Metode Adams Bashforth‐Moulton orde 
satu sampai orde empat 

Aplikasi Metode Adams Bashforth‐Moulton (ABM)  
pada Model Penyakit Kanker 

Simulasi 

Validasi Hasil Simulasi 

Penarikan Kesimpulan 

Selesai 

Cek Konvergensi, Stabilitas, dan Konsistensi 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

17 
 

	                 (1)                                                                                                                      

1                             (2)                                                                           

	                                      (3)                                                             

 
3.1 Persamaan  Predictor  Metode 

Adams Bashforth–Moulton  
 
a. Persamaan Predictor Metode Adams 

Bashforth-Moulton Orde Satu : 
	 	  

b. Persamaan Predictor Metode Adams 
Bashforth-Moulton Orde Dua : 

	
2

	 3	  

c. Persamaan Predictor Metode Adams 
Bashforth-Moulton Orde Tiga : 

		
12
		 5 16

23  
d. Persamaan Predictor Metode Adams 

Bashforth-Moulton Orde Empat :  

		
24

9	 37	

59 55	 			 
 

3.2 Persamaan  Corrector  Metode 
Adams Bashforth–Moulton  

 
a. Persamaan Corrector Metode Adams 

Bashforth-Moulton Orde Satu : 
		 	  

b. Persamaan Corrector Metode Adams 
Bashforth-Moulton Orde Dua : 

	 (  
c. Persamaan Corrector Metode Adams 

Bashforth-Moulton Orde tiga : 

		
12
		 8

5  
d. Persamaan Corrector Metode Adams 

Bashforth-Moulton Orde empat : 

		
24
	 5 19

9  
 
3.3 Konvergensi,  Stabilitas,   dan 

Konsistensi  
 

Kesuksesan solusi numerik diukur 
berdasar kriteria konvergensi, konsistensi, 

serta stabilitas. Konvergensi berhubungan 
dengan besarnya penyimpangan solusi 
pendekatan oleh metode numerik terhadap 
solusi eksak atau solusi analitik (closed form) 
[7]. 

Konvergensi, konsistensi, dan stabilitas 
pada metode beda hingga akan dijelaskan 
sebagai berikut: 
a. Konvergensi pada Metode Beda Hingga 

Kriteria konvergen dipahami sebagai 
kriteria dimana solusi metode beda 
hingga (tanpa hadirnya round off error) 
merupakan solusi pendekatan PDP, jika 
→ 0 dan  ∆ → 0. 

b. Stabilitas pada Metode Beda Hingga  
Ada dua kriteria lain yang diasosiasikan 
dengan kriteria konvergen, yaitu: 
stabilitas dan konsistensi.Kriteria 
stabilitas merupakan kondisi perlu dan 
cukup agar diperoleh solusi konvergen, 
sedang kriteria konsistensi merupakan 
kondisi ideal dimana solusi metode beda 
hingga sesuai dengan solusi PDP yang 
diharapkan. Terminologi stabilitas 
menunjukkan karakteristik persamaan 
differensial tertentu jika ∆t→0 serta 
berhubungan dengan amplifikasi solusi 
selama proses komputasi. Jika 
amplifikasi solusi semakin besar, maka 
proses komputasi akan divergen dan 
tidak memperoleh hasil (tidak 
konvergen). Bisa jadi solusi divergen ini 
dipengaruhi oleh amplifikasi yang terlalu 
besar selama komputasi. Di lain pihak, 
amplifikasi yang besar belum tentu tidak 
menghasilkan solusi konvergen. 
Amplifikasi yang sangat besar 
menunjukkan bahwa stabilitas komputasi 
sangat rendah. 

c. Konsistensi pada Metode Beda Hingga 
Terminologi konsistensi menunjukkan 
bahwa solusi dengan metode beda hingga 
merupakan pendekatan solusi PDP 
analitik seperti diharapkan, bukan solusi 
persamaan yang lain. Jika → 0  dan 
∆ → 0, maka solusi dengan metode beda 
hingga sama dengan solusi analitik PDP. 
Pada umumnya solusi dengan metode 
beda hingga akan sesuai solusi PDP, 
sehingga kriteria konsistensi dengan 
sendirinya terpenuhi (taken for granted). 

 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

18 
 

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 

4.1 Algoritma penyelesaian metode 
Adams Bashforth-Moulton (ABM) 

Berikut ini algoritma penyelesaian 
metode Adams Bashforth-Moulton (ABM) 
orde satu : 

	   

0,05 0 0,03 33,333

0,1245
, ,

,
 1 

0,001392844                 (4) 
                                                                                                 

1  

0,18 0 1 10 0
1 33,333 0
10 0

 

0                                     (5) 
                                                                                                                         

 

0,1245 33,333 0
10 0

1

0,03 33,333  
10                                (6) 

                                                                                                                            
Substitusikan persamaan (4), (5), dan (6) 

ke dalam masing-masing metode AB 
(Prediktor) berikut : 

   
       

 
33,333 0,2 0,001392844  
33,333 0,000278568 
33,33327857 

 
        

 
0 0,2 0  
0 

   
        

33,333 0,2 0,00001  
33,333 0,000002 
33,33302 

 
Setelah itu dicari nilai : 

 , ,	dan	  

		 , , ,  

	   

0,05 0
0,03 33,33327857

0,1245
, ,

,
 1 

0,0013845                               (7)  
                                                                                          

	 , , ,  

1  

0,18 0 1 10 0
1 33,33327857 0

10 0
 

0                                                (8)   
                                                                                         

, , ,  

 

0,1245 33,33327857 0
10 0

1

0,03 33,33302  
0,0000094                                (9)                               

 
Substitusikan persamaan (7), (8), dan (9) 

ke dalam masing-masing metode AM 
(Korektor) berikut: 

      

					  
						 33,333 0,2 0,0013845  
						 33,3332769 
 

  

					  
						 0 
 

	   

						  
					 33,333 0,2 0,00000

33,33300188 
Dihitung galat relatif: 

|33,3332769 33,33327857|
|33,3332769|

5.10  



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

19 
 

0 

|33,33300188 33,33302|
|33,33300188|

5,43	.10  
 

Dari hasil tersebut terlihat bahwa galat 
relatif lebih kecil dari kriteria pemberhentian 

10 , sehingga tidak perlu dlakukan 
pemilihan beda , iterasi terus dilakukan 
sampai 10 iterasi, sedangkan untuk 2-10 
dapat dilihat nilai , , dan  pada grafik 
Hasil Simulasi 
 
4.2 Hasil Simulasi 
 

Berikut ini grafik solusi numerik 
menggunakan software Matlab R2009a 

 
Gambar 2 Grafik Populasi Sel Kekebalan Efektor 

 Per 0,2 Satuan Waktu 
 
 Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa 
ketika menggunakan : 

1. ABM Orde Satu, setiap bertambahnya 
waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat ke titik maksimum 
yaitu t=2 satuan waktu. 

2. ABM Orde Dua, setiap bertambahnya 
waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat di awal yaitu pada t= 
0,2 satuan waktu namun beberapa 
waktu kemudian populasi sel 
kekebalan efektor akan menurun 

menuju ke titik minimum t=2 satuan 
waktu. 

3. ABM Orde Tiga, setiap 
bertambahnya waktu, populasi sel 
kekebalan efektor akan meningkat 
sampai titik t=0,4 satuan waktu 
kemudian stabil sampai t=2 satuan 
waktu. 

4. ABM Orde Empat, setiap 
bertambahnya waktu, populasi sel 
kekebalan efektor akan meningkat 
sampai t=0,6 satuan waktu, kemudian 
stabil dan menurun di akhir waktu 
yaitu pada t=2 satuan waktu. 

 

 
 
Gambar 3 Grafik Populasi Sel Kanker  Per 0,2 

Satuan Waktu 
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa 

walaupun waktu bertambah tetapi populasi sel 
kanker tidak ada perubahan yakni tetap 
bernilai 0 (bebas kanker) yang artinya tidak 
ada populasi sel kanker ketika menggunakan 
ABM orde satu, orde dua, orde tiga, dan orde 
empat. 
 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

20 
 

 
Gambar 4 Grafik Populasi Molekul Efektor  

Per 0,2 Satuan Waktu 
 

Pada Gambar  4 menunjukkan bahwa 
ketika menggunakan : 
1. ABM Orde Satu, setiap bertambahnya 

waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat ke titik maksimum yaitu 
t=2 satuan waktu. Peningkatan ini terjadi 
pada tiap iterasi dengan peningkatan 
yang sangat kecil sehingga pada grafik 
tidak terlihat perubahannya. 

2. ABM Orde Dua, setiap bertambahnya 
waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat di awal yaitu pada t= 0,2 
satuan waktu namun beberapa waktu 
kemudian populasi sel kekebalan efektor 
akan menurun menuju ke titik minimum 
t=2 satuan waktu. 

3. ABM Orde Tiga, setiap bertambahnya 
waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat sampai titik t=0,4 satuan 
waktu kemudian stabil sampai t=2 satuan 
waktu 

4. ABM Orde Empat, setiap bertambahnya 
waktu, populasi sel kekebalan efektor 
akan meningkat sampai t=0,6 satuan 
waktu, kemudian stabil dan menurun di 
akhir waktu yaitu pada t=2 satuan waktu. 

Tampilan Gambar 2 dengan Gambar 4 
terlihat sama, tetapi berbeda, perbedaannya 
terletak pada nilai sumbu  dan nilai 
sumbu . Pada Gambar 2 menjelaskan 
bahwa nilai sumbu  berbeda tiap titik, 
jelas bahwa nilai setiap titik itu berbeda pada 
suatu sumbu, tetapi tidak demikian pada 

Gambar 4, pada Gambar 4 memperlihatkan 
nilai  pada semua titik sama yaitu 
33,333 , hal ini terjadi karena pembulatan 
menggunakan software Matlab R2009a 
sampai 4 digit angka dibelakang koma. 
Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun 
pada nilai sumbu  terlihat sama, tetapi 
ada perbedaan nilai dari . Karena nilai 
setiap titik itu berbeda pada suatu sumbu. 

 

3.3  Validasi Hasil Simulasi  
 
Validasi hasil simulasi yaitu dengan cara 
membandingkan hasil dari metode Adams 
Bashforth-Moulton (ABM) dengan nilai 
eksaknya yang diperoleh dari metode analitik. 

 

Gambar 5 Grafik Populasi Sel Kanker , Sel 
Kanker , dan Molekul Efektor  Per 0,2 
Satuan Waktu Menggunakan Metode Analitik 

Pada Gambar 5  menunjukkan hasil 
analitik dalam 10 iterasi pada populasi sel 
kanker  sebagai berikut: 33.3331, 
33.3331, 33.3332, 33.3333, 33.3333, 33.3334, 
33.3335, 33.3336, 33.3336, 33.3337, 
sedangkan pada populasi sel kanker  tidak 
ada perubahan yakni tetap bermilai 0 dalam 
10 iterasi tersebut, sedangkan pada populasi 
molekul efektor   juga tidak ada perubahan 
yakni tetap berada dalam keadaan stabil yaitu 
33,333. 

Dapat disimpulkan bahwa hasil simulasi 
yang telah dilakukan valid karena solusi 
numerik menggunakan metode ABM orde 
satu, dua, tiga, dan empat pada populasi sel 
kekebalan efektor (E) dan populasi molekul 



JURNAL MATEMATIKA “MANTIK” 
Edisi: Oktober 2016. Vol. 02 No. 06 

ISSN: 2527-3159                                                                       E-ISSN: 2527-3167 
 

21 
 

efektor (C) mendekati solusi eksak, 
sedangkan pada populasi sel kanker (T) solusi 
numeriknya sama dengan solusi eksaknya. 
 
4.3 Cek Konvergensi, Kestabilan, dan 
Konsistensi 
  

Konvergensi digunakan sebagai 
parameter (alat estimasi) untuk 
memperkirakan bilamana problem yang 
dihadapi memiliki solusi atau jawab yang 
“mendekati solusi eksak”, dapat diterima 
dengan prosentase galat tertentu [2]. Dapat 
disimpulkan bahwa solusi numerik di atas 
konvergen karena solusi numerik 
menggunakan metode ABM mendekati solusi 
eksak dan memiliki  prosentase galat yang 
relatif kecil. 
Ada dua kriteria lain yang diasosiasikan 
dengan kriteria konvergen, yaitu stabilitas dan 
konsistensi. Stabilitas adalah adalah kondisi 
perlu dan cukup agar diperoleh solusi 
konvergen [7], sedangkan konsistensi 
merupakan kondisi ideal dimana solusi dari 
metode Adams Bashfrorth-Moulton (ABM) 
sesuai dengan solusi PDB yang diharapkan. 
Dapat disimpulkan bahwa solusi numerik di 
atas stabil karena solusi mumerik di atas 
konvergen, dan juga dapat dikatakan 
konsisten karena solusi numerik di atas 
mendekati solusi eksak. 
 
5. SIMPULAN 

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan 
bahwa metode ABM orde tiga lebih baik 
dibandingkan metode ABM orde satu, orde 
dua, dan orde empat pada permasalahan 
model penyakit kanker, Hal ini dapat dilihat 
pada grafik simulasi menggunakan ABM orde 
tiga, pada grafik simulasi ABM orde tiga 
menunjukkan seiring bertambahnya waktu 
populasi sel kekebalan efektor 	 dan 
populasi molekul efektor  semakin 
meningkat kemudian stabil. Populasi sel 
kekebalan efektor  stabil pada angka 
33.3336, sedangkan populasi molekul efektor 

 stabil pada lingkup angka 33.333, 
dikatakan berada pada lingkup 33.333 karena 
perubahan populasi molekul efektor  tidak 
dapat diketahui dengan pasti. Sedangkan 
populasi sel kanker  tetap bernilai 0 pada 

tiap iterasi (stabil) yakni tetap berada dalam 
kondisi bebas kanker.  
 

6. DAFTAR PUSTAKA 

[1] Apriadi, Prihandono, B., & Noviani, E. 
(2014). Metode Adams Bashforth-
Moulton dalam penyelesaian Persamaan 
Diferensial Non-Linear. Buletin Ilmiah 
Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster), 
107-116. 

[2] Intellectual Property Of Dr. Ir. Setijo 
Bismo, DEA., TGP-FTUI. In Modul.  

[3] Kementerian Kesehatan RI. (2015). Info 
Data dan Informasi Kementerian 
Kesehatan RI. Stop Kanker, pp. 1-6. 

[4] Lestari, D. (2013). Model Matematika 
Terapi Gen untuk Perawatan Penyakit 
Kanker. Yogyakarta : Universitas Negeri 
Yogyakarta. 

[5] Munir, R. (2010). Metode Numerik. 
Bandung : Informatika Bandung. 

[6] Pertamawati, L. (2013). Aplikasi Kendali 
Optimum pada Kemoterapi Kanker. In 
Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam 
Negeri Sunan Kalijaga. 

[7] Rohemah, S. (2015). Penyelesaian Model 
Perpindahan Panas Pada Substrat Asam 
Nukleat  Menggunakan Metode 
Leapfrog. In Skripsi. Pamekasan : 
Universitas Islam Madura. 

[8] Yanse, N. M. (2012). Efektivitas Metode 
Adams Bashforth-Moulton Order 
Sembilan dalam Menganalisis Model 
Penyebaran Penyakit Demam Berdarah 
Dengue (DBD). In Skripsi. Jember : 
Universitas Jember.