93 Mutiara Medika Vol. 12 No. 2: 93-101, Mei 2012 Identifikasi Pola Kepekaan dan Jenis Bakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Identification of Bacteria Type and Its Sensitivity Pattern from Urinary Tract Infections Patient in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital Fergiawan Indra Prabowo1, Inayati Habib2* 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: inaythabib@yahoo.co.id Abstrak Angka kejadian Infeksi saluran kemih (ISK) di Indonesia masih terbilang tinggi. Resistensi bakteri pada penggunaan antibiotika merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri dan pola kepekaannya pada penderita ISK di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Pengukuran dan pengambilan data dilakukan secara cross sectional dan hasilnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan 20 pasien yang menderita ISK, didapatkan 25 bakteri antara lain Escherichia coli (72%), Salmonella parathypi (4%), Enterobacter aerogenes (4%), Staphylo- coccus aureus (8%), Streptococcus sp (12%). Hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik didapatkan Es- cherichia coli sensitif terhadap antibiotik meropenem (88,89%). Salmonella parathypi sensitif terhadap meropenem (100%). Enterobacter aerogenes sensitif terhadap meropenem (100%). Staphylococcus aureus sensitif terhadap meropenem (100%), ciprofloxacin (100%), trimetophrim-sulfomethoxazole (100%), dan gentamicin (100%). Streptococcus sp sensitif terhadap meropenem (66,67%) dan gentami- cin (66,67%). Disimpulkan bahwa jenis bakteri yang menjadi penyebab terbesar ISK adalah Escherichia coli. Antibiotik yang memberikan hasil sensitif terbesar terhadap bakteri penyebab ISK adalah meropenem. Kata kunci: bakteri, pola kepekaan kuman, Infeksi saluran kemih Abstract In Indonesia the prevalence of urinary tract infections (UTIs) remains high. Bacteria resistance in antibiotic-using is one of the problems that happen in the world. This research aims to know the type of bacteria and its sensitivity pattern in UTIs patient at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital. Type of this research is laboratory experimental research. The measurement and data collection done by cross sectional and its result is analyzed by descriptive analyses. This research shows 20 UTIs patients. From 20 samples of UTIs patients, founded 25 bacterium which are Escherichia coli 18 bacterium (72%), Salmonella parathypi (4%), Enterobacter aerogenes (4%), Staphylococcus aureus (8%), Streptococcus sp (12%). The result from sensitivity test toward antibiotic, founded Escherichia coli sensitive toward meropenem antibiotic (88,89%). Salmonella parathypi sensitive toward meropenem (100%). Enterobacter aerogenes sensitive toward meropenem (100%). Staphylococcus aureus sensitive toward meropenem (100%), ciprofloxacin (100%), trimetophrim-sulfomethoxazole (100%), and gentamicin (100%). Strepto- coccus sp sensitive toward meropenem (66,67%) and gentamicin (66,67%). It was concluded that the most bacteria cause of UTIs is Escherichia coli. Antibiotic that gives the most sensitive result toward the bacteria caused UTIs is meropenem. Key words: bacteria, sensitivity pattern, Urinary tract infections ARTIKEL PENELITIAN 94 Fergiawan Indra Prabowo, Identifikasi Jenis Bakteri dan Pola Kepekaannya ... PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penya- kit yang perlu mendapatkan perhatian serius dikare- nakan angka kejadian kasus ini masih terbilang tinggi. Di Amerika dilaporkan setidaknya 6 juta pasien datang ke dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK.1 ISK merupakan masalah kesehatan yang serius dan memiliki kecenderungan yang te- rus meningkat jumlah penderitanya. Di Indonesia sendiri tingkat prevalensi kejadian ISK masih cukup tinggi.2 Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan taraf kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standar dan tidak meratanya tingkat kehi- dupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau ber- dampak langsung pada kasus infeksi saluran kemih di Indonesia.2 ISK dapat menyerang mulai dari anak–anak, remaja, dewasa hingga lansia. Pada bayi laki–laki dan perempuan memilki tingkat prevalensi kejadian ISK yang sama. Insiden akan menurun pada laki– laki dan meningkat pada perempuan pada saat usia 6 bulan. ISK rata–rata 5 kali lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki–laki pada usia 1 tahun pertama. Insiden ISK tertinggi pada bayi perem- puan yang terlahir prematur dan berat badan lebih rendah.3 Melihat angka kejadian infeksi saluran kemih yang sangat tinggi yang mana infeksi tersebut di- sebabkan faktor kebersihan, maka sebaiknya untuk menghindari infeksi tersebut kita harus menjaga kebersihan. Adapun sesuai dengan surah Al Baqarah ayat 222 yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan or- ang-orang yang menyucikan diri”. Mikroorganisme yang paling sering menyebab- kan ISK adalah mikroorganisme gram negatif se- perti Eschericia coli, Proteus mirabilis, Klebsiela, Citrobacter, Enterobacter dan Pseudomonas. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah bakteri Eschericia coli.4 Mikroorganisme gram positif se- perti Enterococcus faecalis, Staphylococcus sapro- phyticus dan group B Streptococci dapat juga menyebabkan ISK. Chlamydia dan Mycoplasma juga diketahui dapat menyebabkan ISK yang sering ditularkan secara seksual.5 Permasalahan resistensi bakteri pada penggu- naan antibiotika merupakan salah satu masalah yang berkembang di seluruh dunia. WHO dan be- berapa organisasi telah mengeluarkan pernyataan mengenai pentingnya mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan masalah tersebut, termasuk strategi untuk mengendalikan kejadian resistensi dengan memilih antibiotik yang sesuai dengan berdasarkan pola kepekaan kuman yang didapat.6 Semua hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil diagnosis dan terapi maksimal yang kemudian akan berpengaruh pada pasien ISK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri dan pola kepekaannya pada pasien infeksi saluran kemih di RS PKU Muhammadiyah Yogya- karta. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian ini adalah penelitian ekspe- rimental laboratorium. Pengukuran dan pengambil- an data dilakukan secara cross sectional. Pengam- bilan sampel penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juni sam- pai Oktober 2011 dan hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara asep- tis dengan cara mengambil urin pancar tengah 95 Mutiara Medika Vol. 12 No. 2: 93-101, Mei 2012 (midstream) pada pasien infeksi saluran kemih. Pancaran urin dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: 1/3 bagian adalah urin yang pertam keluar, meru- pakan pendorong atau pembersih kuman yang ada di uretra, bagian ini tidak diambil, 1/3 bagian berikutnya ditampung dalam kontainer steril, dan 1/3 bagian adalah urin akhir – dibuang. Pada proses transportasi semua spesimen urin dimasukkan lemari pendingin segera atau lang- sung diperiksa dalam waktu tidak melebihi 2 jam. Jika urin harus ditranspor untuk jarak jauh urin dipak dalam es kering atau dipreservasi dengan cara: penambahan 0,5 gram boric acid pada kontainer steril kemudian diisi dengan urin (kira–kira 28 ml, atau konsentrasi 1,8%). Penggunaan boric acid untuk menghambat pertumbuhan bakteri tanpa me- nurunkan jumlahnya dan bekerja sebagai buffer untuk mencegah kerusakan leukosit. Peneliti memakai sarung tangan dan masker untuk menghindari terjadinya kontaminasi flora nor- mal pada pembiakan bakteri. Seluruh panjang ka- wat ose dipijarkan di atas lampu bunsen tidak lupa melewatkan juga tangkainya di atas api, didingin- kan beberapa saat, kemudian dicelupkan ose pada urin penderita infeksi saluran kemih sampai mengisi lingkaran ose kemudian digoreskan urin pada me- dia tanam MacConkey dan agar darah yang telah disediakan. Diberi nomor pada media tanam sesuai dengan nomor urut penderita. diinkubasi dalam su- hu 370C selama 24 jam kemudian diamati karak- teristik bakteri secara makroskopis. Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: pemeriksaan makroskopis yang dapat diamati pada hasil kultur urin dan pemeriksaan mi- kroskopis terdiri dari pengecatan gram, dan yang ketiga uji biokimia. Proses pengecatan gram dimu- lai dengan pembakaran obyek glass di atas lampu bunsen untuk menghilangkan lemak dan organis- me-organisme yang mungkin terdapat pada obyek glass, kemudian diteteskan satu tetes larutan for- malin untuk mensterilkan obyek glass. Selanjutnya, dipijarkan seluruh panjang kawat ose di atas lampu bunsen tidak lupa melewatkan juga tangkainya di atas api lalu dianginkan beberapa saat. Diambil sa- tu atau dua koloni bakteri pada media tanam de- ngan menggunakan ose, diletakkan pada obyek glass lalu diratakan dan dibiarkan kering dan dile- takkan di atas lampu Bunsen. Pada sediaan yang telah tersedia, dituang cat gram A dibiarkan 1 menit, kemudian, zat warna dibuang dan segera diberi cat gram B (tanpa dicuci terlebih dahulu), dibiarkan 1 menit kemudian dibuang dan sediaan dicuci de- ngan cat gram C sampai tidak ada lagi zat warna yang terlarut. Sediaan dicuci air bersih dan ditetesi cat gram D dan dibiarkan 1 menit lalu dicuci dengan air kran sampai bersih dan dikeringkan, kemudian dilihat di bawah mikroskop cahaya dengan perbe- saran 1000 kali yang terlebih dahulu ditetesi minyak imersi. Pada penelitian ini terdapat uji biokimia untuk bakteri gram positif dan negatif. Pada bakteri gram positif menggunakan uji katalase dan uji koagulase dan pada bakteri gram negatif menggunakan uji deret biokimia Uji katalase dimulai dengan mengambil bebe- rapa koloni pada media agar darah menggunakan ose bulat dan diletakkan pada obyek glass, kemu- dian ditambahkan 1 tetes reagen H2O3 3% lalu di- amati dalam waktu kurang dari 30 detik. Uji katalase positif ditandai dengan pembentukan gelembung udara (O2). 96 Fergiawan Indra Prabowo, Identifikasi Jenis Bakteri dan Pola Kepekaannya ... Uji koagulase dimulai dengan mengambil be- berapa koloni pada media agar darah dengan menggunakan ose bulat, dibuat emulsi pada obyek glass sehingga menyerupai suspense susu, kemu- dian ditambahkan satu mata sengkelit plasma kelinci dan dicampur dengan baik. Tes koagulase positif apabila terjadi aglutinasi. Uji deret biokimia dilakukan pada media Klieger Iron Agar (KIA), Semi Solid Sucrose (SSS), Luminescence Immuno Assay (LIA) dan Motilitas Indole Ornithine (MIO). Pertama dipanaskan ose di atas lampu bunsen kemudian dibiarkan dingin, kemudian diambil 1-2 koloni dari media tanam lalu digoreskan pada 4 media uji deret biokimia. diin- kubasi media 24 jam pada suhu 370C. Identifikasi dilakukan dengan mengamati reaksi biokimia dan motilitas. Uji kepekaan kuman dilakukan dengan metode difusi disk/cakram dengan cara Kirby Bauer, peme- riksaan dimulai dengan mengambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar dima- sukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditam- bahkan NaCl hingga kekeruhan tertentu sesuai dengan standar konsentrasi kuman Mac Farlan >108. Setelah itu kapas lidi steril dicelupkan ke dalam suspensi kuman lalu ditekan-tekan pada din- ding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah, kemudian dioleskan pada permukaan media agar hingga rata, kemudian diletakkan disk/cakram yang mengandung antibiotika di atasnya dan diinkubasi pada 370C selama 19-24 jam. Pembacaan hasil diukur dengan penggaris millimeter, diukur lebar diameter zone hambatan pada cakram/disk dan diinterpretasikan hasilnya (sensitif, resisten, atau intermediet). Untuk masing-masing antibiotik dan jenis kumannya, mempunyai diameter yang berbe- da-beda untuk dinilai sebagai antibiotik yang sen- sitif atau resisten. Penentuan kepekaan kuman ber- dasarkan pada Tabel National Committee on Clini- cal Laboratory Standards (NCCLS). HASIL Pada Tabel 1. menunjukkan dari 20 pasien yang didapatkan, pasien infeksi saluran kemih yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (55%) dan pasien yang berjenis kelamin perempuan seba- nyak 9 orang (45%). Berdasarkan usia, dari 20 pa- sien yang didapatkan, pasien infeksi saluran kemih pada rentang usia 15-30 tahun didapatkan seba- nyak 5 orang (25%), rentang usia 31-45 tahun dida- patkan sebanyak 2 orang (10%), rentang usia 46- 60 tahun didapatkan sebanyak 6 orang (30%) dan rentang usia 61-75 tahun didapatkan sebanyak 7 orang (35%). Pada Tabel 2. persentase jenis bakteri pada pasien infeksi saluran kemih di RS PKU Muham- madiyah Yogyakarta didapatkan 25 bakteri. 25 bak- teri yang didapatkan, ditemukan Escherichia coli sebanyak 18 bakteri (72%), Salmonella parathypi sebanyak 1 bakteri (4%), Enterobacter aerogenes sebanyak 1 bakteri (4%), Staphylococcus aureus sebanyak 2 bakteri (8%) dan Streptococcus sp sebanyak 3 bakteri (12%). Tabel 1. Persentase Pasien ISK Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-Laki 11 55% Perempuan 9 45% Total 20 100% Usia 15-30 5 25% 31-45 2 10% 46-60 6 30% 61-75 7 35% Total 20 100% 97 Mutiara Medika Vol. 12 No. 2: 93-101, Mei 2012 Tabel 3. Persentase Hasil Uji Sensitivitas pada Pasien ISK di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Bakteri Jumlah Amoxicillin Meropenem Sensitif % Resisten % Sensitif % Resisten % Gram Negatif Escherichia coli 18 3 16,67 15 83,33 16 88,89 2 11,11 Salmonella parathypi 1 0 0 1 100 1 100 0 0 Enterobacter aerogenes 1 0 0 1 100 1 100 0 0 Gram Positif Staphylococcus aureus 2 1 50 1 50 2 100 0 0 Streptococcus sp 2 1 33,33 2 66, 67 2 66,67 1 33,33 Cefixime Ciprofloxacin Gram Negatif Escherichia Coli 18 2 11,11 16 88,89 8 44,44 10 55,56 Salmonella Parathypi 1 0 0 1 100 0 0 1 100 Enterobacter aerogenes 1 0 0 1 100 0 0 1 100 Gram Positif Staphylococcus Aureus 2 0 0 2 100 2 100 0 0 Streptococcus Sp 3 1 33,33 2 66,67 1 33,33 2 66,67 Gentamicin Cothrimoxazole Gram Negatif Escherichia coli 18 6 33,33 12 66,67 4 22,22 14 77,78 Salmonella parathypi 1 0 0 1 100 0 0 1 100 Enterobacter aerogenes 1 0 0 1 100 0 0 1 100 Gram Positif Staphylococcus aureus 2 2 100 0 0 2 100 0 0 Streptococcus sp 3 2 66,67 1 33,33 1 33,33 2 66,67 DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium dengan peng- ambilan sampel urin secara cross sectional pada pasien ISK yang rawat jalan dan rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Juni sampai Oktober 2011 didapatkan 20 pasien yang menderita ISK yang ditandai dengan angka kuman >105 CFU pada kultur urin. Sampel tersebut dida- patkan 25 bakteri yang kemudian dilakukan uji ke- pekaan kuman (uji sensitivitas). Pada Tabel 1. persentase pasien infeksi salur- an kemih di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin, dari 20 pasien yang di- dapatkan, pasien infeksi saluran kemih yang ber- jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang (55%) dan pasien yang berjenis kelamin perempuan seba- nyak 9 orang (45%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien infeksi kelamin yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan, tetapi, perbandingan persen- tase antara keduanya tidak berbeda jauh. Pada Tabel 1. persentase pasien infeksi salur- an kemih di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan usia, dari 20 pasien yag didapatkan, pasien infeksi saluran kemih pada rentang usia 15- 30 tahun didapatkan sebanyak 5 orang (25%), ren- tang usia 31-45 tahun didapatkan sebanyak 2 or- ang (10%), rentang usia 46-60 tahun didapatkan sebanyak 6 orang (30%), dan rentang usia 61-75 tahun didapatkan sebanyak 7 orang (35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien infeksi salur- an kemih lebih banyak didapatkan pada remaja, dewasa muda, dan lanjut usia. Hal tersebut ke- mungkinan bisa terjadi karena faktor kebersihan diri dan faktor imunitas dari pasien. Tabel 2. Persentase Jenis Bakteri pada Pasien ISK Jenis Bakteri Jumlah % Escherichia coli 18 72% Salmonella parathypi 1 4% Enterobacter aerogenes 1 4% Staphylococcus aureus 2 8% Streptococcus Sp 3 12% Total 25 100% 98 Fergiawan Indra Prabowo, Identifikasi Jenis Bakteri dan Pola Kepekaannya ... Pada Tabel 2. persentase jenis bakteri pada pasien infeksi saluran kemih di RS PKU Muham- madiyah Yogyakarta, dari 25 bakteri yang didapat- kan, ditemukan Escherichia coli sebanyak 18 bak- teri (72%), Salmonella parathypi sebanyak 1 bakteri (4%), Enterobacter aerogenes sebanyak 1 bakteri (4%), Staphylococcus aureus sebanyak 2 bakteri (8%), dan Streptococcus sp sebanyak 3 bakteri (12%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak ditemukan pada pasien infeksi saluran kemih di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian lain- nya yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi FK UGM tahun 2002-2004 didapatkan Escherichia coli adalah bakteri yang paling banyak diisolasi.7 Pada penelitian Helmansyah yang dilakukan pada perio- de 2003-2006 di RS PKU Muhammadiyah Yogya- karta didapatkan bakteri penyebab infeksi saluran kemih terbanyak yaitu Escherichia coli (25%), Pseudomonas aeroginosa (22,5%), Enterococcus (15%), Staphylococcus aureus (7,5%), Entero- bacter aerogenes (2,5%).8 Pada Tabel 3. hasil uji sensitivitas terhadap antibiotik didapatkan bakteri gram negatif Escheri- chia coli sensitif terhadap antibiotik meropenem (88,89%), tetapi resisten terhadap antibiotik lainnya yaiitu: ciprofloxacin (55,56%), gentamicin (66,67%%), trimetophrim-sulfomethoxazole (77,78%%), amoxi- cillin (83,33%%) dan cefixime (88,89%). Hasil ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan pene- litian yang dilakukan oleh Helmansyah pada perio- de 2003-2006 didapatkan hasil Escherichia coli sensitif terhadap meropenem (89%) dan resisten terhadap amoxicillin (100%), ciprofloxacin (80%), trimetophrim-sulfomethoxazole (70%), cefixime (50%).8 Bakteri Salmonella parathypi didapatkan sensitif terhadap antibiotik meropenem (100%), tetapi bakteri tersebut resisten terhadap antibiotik lainnya yaitu amoxicillin (100%), cefixime (100%), ciprofloxacin (100%), gentamicin (100%) dan trimetophrim-sulfomethoxazole (100%). Bakteri gram negatif yang lainnya yaitu Entero- bacter aerogenes sama seperti pada bakteri Sal- monella parathypi didapatkan sensitif terhadap anti- biotik meropenem (100%), tetapi bakteri tersebut resisten terhadap antibiotik lainnya yaitu amoxicillin (100%), cefixime (100%), ciprofloxacin (100%), gentamicin (100%) dan trimetophrim-sulfome- thoxazole (100%). Hasil ini ada sedikit perbedaan apabila dibandingkan dengan penelitian yang dila- kukan oleh Helmansyah pada periode 2003-2006 didapatkan hasil Enterobacter aerogenes sensitif terhadap meropenem (100%), ciprofloxacin (100%), cefixime (100%), dan gentamicin (100%) dan resisten terhadap amoxicillin (100%), trimeto- phrim-sulfomethoxazole (100%).6 Hasil lainnya, bakteri gram positif staphylococcus aureus sensitif terhadap antibiotik meropenem (100%), ciproflo- xacin (100%), trimetophrim-sulfomethoxazole (100%), gentamicin (100%) disusul amoxicillin (50%), tetapi bakteri tersebut resisten terhadap anti- biotik cefixime (100%). Bakteri gram positif yang lainnya yaitu Streptococcus sp didapatkan sensitif terhadap antibiotik meropenem (66,67%) dan gen- tamicin (66,67%), tetapi resisten antibiotik lainnya yaitu amoxicillin (66,67%), cefixime (66,67%), ci- profloxacin (67%) dan trimetophrim-sulfome- thoxazole (66,67%). Penelitian lainnya yang dilakukan di laborato- rium mikrobiologi FK UGM tahun 2002-2004 dida- patkan antibiotik pilihan pertama untuk bakteri gram negatif penyebab infeksi saluran kemih pada tahun 99 Mutiara Medika Vol. 12 No. 2: 93-101, Mei 2012 2002 dan 2003 adalah amikasin, sedangkan pada tahun 2004 adalah meropenem. Antibiotik pilihan pertama untuk bakteri gram positif penyebab infeksi saluran kemih pada tahun 2002 adalah amoksisi- slin-asam klavunalat, pada tahun 2003 adalah klo- ramfenikol, dan pada tahun 2004 adalah amikasin.7 Antibiotik tidak selamanya selalu efektif mem- bunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai fak- tor, salah satunya adalah terjadinya resistensi bak- teri terhadap antibiotik tertentu. Resistensi kuman adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotik. Terdapat 5 mekanisme yang menyebabkan mi- kroorganisme bersifat resisten terhadap obat, yai- tu pertama, menghasilkan enzim yang menghan- curkan obat aktif contohnya Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin G menghasilkan ²-lacta- mase yang menghancurkan obat. ²-laktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang gram negatif. Kedua mengubah permeabilitas terhadap obat, contohnya tetrasiklin menumpuk pada bakteri yang rentan te- tapi tidak pada bakteri resisten. Resistensi terhadap polimiksin juga dikaitkan dengan permeabilitas ter- hadap obat. Streptococcus mempunyai sawar per- meabilitas alami terhadap aminoglikosida. Resis- tensi terhadap amikasin dan beberapa aminogli- kosida lain dapat bergantung pada kurangnya per- meabilitas terhadap obat-obatan. Ketiga dengan mengubah target struktural untuk obat, contohnya organisme resisten eritromisin mempunyai resep- tor yang berubah pada subunit 50S ribosom, dise- babkan oleh metilasi RNA 23S ribosom. Keempat dengan mengubah jalur metabolik yang dilintasi oleh reaksi penghambatan obat, contohnya bebe- rapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak memerlukan PABA ekstraseluler tetapi, seperti sel mamalia, dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk sebelumnya. Kelima dengan meng- ubah enzim yang masih dapat melakukan fungsi metaboliknya tetapi kurang dipengaruhi obat, con- tohnya pada bakteri yang resisten trimetropim, asam dihidrofolat reduktase dihambat kurang efi- sien daripada pada bakteri yang rentan trimetro- pim.9 Pada penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar bakteri penyebab ISK sensitif terhadap me- ropenem. Meropenem merupakan antibiotik yang bersifat bakterisidal dengan menghambat pemben- tukan dinding sel bakteri. Kemampuannya yang tinggi mempenetrasi dinding sel, dan sangat stabil terhadap berbagai serine enzim beta lactamase serta ditandai dengan afinitas yang tinggi terhadap penicillin-Binding Proteins (PBPs) menjelaskan aktivitas poten yang dimiliki meropenem sebagai antibiotik spektrum luas baik terhadap bakteri aerob maupun anaerob.8 Pada penelitian ini juga didapatkan hasil seba- gian besar bakteri penyebab ISK resisten terhadap cefixime dan amoxicillin. Tingginya angka resistensi terhadap golongan beta laktam ini diakibatkan oleh kemampuan bakteri membentuk enzim beta lacta- mase. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman ini, telah disintesa dua jenis senyawa, yaitu derivate yang tahan beta lactamase dan yang memblok beta lactamase.8 Turunan sefalosporin masih tahan terhadap bermacam-macam lactamase yang dibentuk oleh berbagai kuman, namun kenyataannya bakteri penyebab infeksi saluran kemih, sebagian besar menunjukkan angka resistensi yang cukup tinggi terhadap sefalosporin. Tingginya angka resistensi 100 Fergiawan Indra Prabowo, Identifikasi Jenis Bakteri dan Pola Kepekaannya ... terhadap sefalosporin diakibatkan oleh pengguna- an sefalosporin secara luas dan tidak rasional.8 Ciprofloxacin biasanya digunakan sebagai kemoterapika cadangan untuk pengobatan infeksi yang disebakan oleh bakteri yang resisten terha- dap obat-obat standar, namun kini memperlihatkan angka resisten tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Terjadinya resis- tensi pada kuman diakibatkan oleh kemampuan kuman melakukan mutasi pada DNA atau mem- bran sel kuman.8 Resistensi terhadap sulfonamida dapat terjadi sebagai hasil mutasi, menyebabkan produksi PABA yang berlebihan, suatu perubahan struktur dalam enzim folat sintetase dengan penu- runan afinitas terhadap sulfonamida atau kehilang- an permeabilitas.9 Gentamicin merupakan antibiotik spektrum luas golongan aminoglikosida. Kebanyakan bakteri streptococcus resisten terhadap gentamisin kare- na kegagalan obat ini untuk mencapai ribosom di dalam sel kuman.10 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka antibiotik yang direkomendasi- kan untuk infeksi saluran kemih secara umum dan infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram negatif adalah meropenem. Antibiotik yang direkomendasikan untuk infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram positif adalah gen- tamicin, ciprofloxacin, dan trimethoprim-sulfome- thoxazole. Antibiotik yang tidak direkomendasikan sebagai pengobatan infeksi saluran kemih adalah cefixime dan amoxicillin karena memiliki resistensi yang tinggi terhadap bakteri penyebab infeksi salur- an kemih. SIMPULAN Escherichia coli merupakan bakteri yang pal- ing sering ditemukan pada pasien infeksi saluran kemih. Meropenem merupakan antibiotik dengan sensitivitas terbesar terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO. (2005). Urinary Tract Infections in In- fants and Children in Developing Countries in the Context of IMCI. WHO: Department of Child and Adolescent Health and Development. 2. Wilianti, N.P. Rasionalitas Penggunaan Anti- biotika Pada Pasien Infeksi Saliran Kemih Pa- da Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP Dr. Kari- adi Semarang tahun 2008. Laporan Akhir Pe- nelitian Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakul- tas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2009. 3. O’Donovan, D, J. (2010). Urinary tract infec- tions in newborns. Epidemiology Urinary tract infection in newborn. 4. Coyle, EA & Prince, RA. Urinary Tract Infec- tion, in Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6 th , Apleton & Lange, Stamford. 2005. 5. Hasibuan, H. Pola Kuman Pada Urin Penderita yang Menggunakan Kateter Uretra Di Ruang Perawatan Intensif Dan Bangsal Bedah. Me- dan: Sub Departemen Bedah Urologi Departe- men Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Univer- sitas Sumatera Utara. 2007. 6. Saepudin, Sulistiawan R,Y., Hanifah S,. Per- bandingan penggunaan antibiotika pada peng- obatan pasien infeksi saluran kemih yang men- jalani rawat inap di salah satu RSUD di Yogya- 101 Mutiara Medika Vol. 12 No. 2: 93-101, Mei 2012 karta tahun 2004 dan 2006. 2006. Diakses pada 5 Mei 2011 dari http://www.lintas.me/ar- ticle/journal.uii.ac.id/perbandingan-penggu- naan-antibiotika-pada-pengobatan-pasien- infeksi-saluran-kemih-yang-menjalani-rawat- inap-di-salah-satu-rsud-di-yogyakarta-tahun- 2004-dan-2006/1 7. Paramita, L. Pola kepekaan bakteri penyebab infeksi saluran kemih terhadap beberapa anti- biotika di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. 2006. 8. Helmansyah, R. Pola Kepekaan Bakteri Isolat Urin Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2003-2006. Karya Tulis Ilmiah. Yogya- karta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehat- an Universitas Muhammadiyah. 2006. 9. Jawetz, M & Adelberg. Mikrobiologi Kedokter- an edisi 23 alih bahasa hartanto, huriawati, dkk. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG. 2004. 10. Katzung, G.B. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta: EGC. 1995.