155 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 155-162, September 2012 Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik Buah Morinda citrifolia L. sebagai Agen Khemopreventif Kanker Payudara yang Potensial In Vitro Study Fruit of Morinda citrifolia L. Ethanolic Extract as Potential Chemopreventive Agent for Breast Cancer Treatment Rifki Febriansah1*, Desy Bintang2, Dwi Susilo Hardika3, Dita Prabaningrum4, Dzilqi Bustanul Hadi5, Nur Oktafiyani6 1Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2,3,4,5,6 Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: briansyah_rifki@yahoo.com Abstrak Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia yang menyebabkan kematian sampai 4,3 juta orang per tahun. Sampai saat ini pengobatan yang biasa dijalani oleh penderita kanker payudara adalah dengan melakukan kemoterapi, tetapi karena efek sampingnya yang relatif besar, banyak pengobatan alternatif mulai dikembangkan. Pengobatan menggunakan bahan herbal menjadi populer untuk menggantikan pengobatan kimiawi tidak hanya karena memiliki efek yang serupa, tetapi juga karena keamanannya. Salah satu agen khemopreventif dari bahan alam adalah menggunakan buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanolik buah mengkudu dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara melalui uji sitotoksik dan uji apoptosis. Sebanyak 300 gram serbuk mengkudu diekstraksi dengan 2 Liter etanol kemudian diujikan terhadap sel kanker payudara MCF-7. Uji sitotoksik dilakukan dengan metode MTT untuk mendapatkan nilai IC50. Uji Induksi Apoptosis dilakukan dengan metode double staining menggunakan reagen etidium bromida-akridin oranye. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 adalah sebesar 1117 ¼g/ml dan dari hasil pengamatan uji apoptosis menunjukkan adanya kenaikan apoptosis sel dengan peningkatan dosis pemberian ekstrak etanolik. Disimpulkan bahwa ekstrak etanolik buah mengkudu berpotensi sebagai agen kemopreventif melalui mekanisme induksi apoptosis pada sel MCF-7. Kata kunci: Morinda citrifolia L., MCF-7, uji sitotoksik, induksi apoptosis Abstract The incidence of breast cancer is the biggest one that causing a huge number of deadly in Indone- sia until 4,3 million per years. Until this time, the common medication to threat the cancer by chemo- therapy still popular, but because of the negative effect, many alternative herbal medicine was devel- oped faster not only because the safety but also the effectivity to treat. One of the natural substance which can be used as chemopreventive agent is fruits Morinda citrifolia L. The purpose of the research is to know the effects of noni’s extract as chemopreventive agent for breast cancer by inhibitory cell prolif- eration and the ability for apoptotic induction. Three hundred grams noni’s flour extracted with 2 liters 70% ethanol then tested to MCF-7 breast cancer cell lines. Cytotoxic test was done by MTT assay method to get IC50 value. Apoptotic assay was analyzed by double staining method used ethidium bro- mide-acrydine orange reagent. The result showed that IC50 value of noni’s extract was 1117 mg/ml and the result of apoptotic assay showed that in higher concentration of ethanolic extract could increased apoptotic induction. The conclusion of the research is noni’s etanolic extract having potency as chemopreventive agent by increased apoptotic induction of MCF-7 cell lines. Keywords: Morinda citrifolia L, MCF-7, cytotoxicity assay, apoptotic induced ARTIKEL PENELITIAN 156 Rifki Febriansah, dkk., Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik ... PENDAHULUAN Kanker merupakan suatu penyakit yang dise- babkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal dan tidak terkontrol.1 Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada jaringan payudara dan umumnya diderita oleh wanita. Kan- ker payudara merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker leher rahim di Indonesia.2 Diperkira- kan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan di negara berkembang.3 Kanker payudara merupa- kan penyebab utama kematian pada wanita pada berbagai belahan dunia, disebabkan oleh metasta- sis dari kanker tersebut.4 Oleh karena itu, perlu dila- kukan pencegahan terhadap penyakit kanker sedini mungkin mengingat resiko yang ditimbulkannya cukup besar. Pencegahan kanker dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor pencetus kanker dan mem- perbaiki pola makan yang lebih sehat. Khemoterapi merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk mengobati kanker selain dengan metode pembe- dahan, radioterapi, dan pengobatan dengan hor- mone.5 Tetapi kebanyakan orang lebih memilih un- tuk tidak memeriksakan ataupun mengobati kan- ker tersebut menggunakan terapi medis seperti obat-obatan dan penyinaran dengan berbagai ala- san, seperti takut akan adanya efek samping obat, biaya terapi yang cukup mahal serta takut akan ketergantungan terhadap obat-obat tersebut kare- na harganya yang relatif mahal. Oleh karena itu, peng- obatan alternatif yang lebih minim efek samping dan lebih murah terus dikembangkan, salah satunya adalah dengan pengembangan tanaman obat yang berkhasiat sebagai agen khemopreventif. Salah satu bahan alam yang dipercaya memili- ki khasiat sebagai agen khemopreventif adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Kandungan buah mengkudu di antaranya adalah golongan se- nyawa antrakuinon seperti damnachantal, alizarin dan proxeronine yang diduga sebagai senyawa yang bertanggung jawab atas aktivitasnya sebagai agen khemopreventif.6 Pada penelitian ini akan dilakukan uji sitotoksik dan pengamatan pemacuan apoptosis dari ekstrak etanolik buah mengkudu terhadap sel kanker payu- dara MCF-7. Uji dilakukan secara in vitro melalui uji sitotoksik dengan metode MTT dan uji apoptosis dengan metode double staining untuk mengetahui potensi antikanker dari ekstrak tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan ekstrak eta- nolik buah mengkudu sebagai agen khemopreven- tif kanker payudara yang potensial yang berasal dari bahan alam. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanolik buah mengkudu dalam meng- hambat pertumbuhan sel kanker payudara melalui uji sitotoksik dan uji apoptosis. BAHAN DAN CARA Penelitian dilakukan di laboratorium Fitome- dicine Program Studi Farmasi FKIK UMY dan Labo- ratorium Parasitologi FK UGM pada bulan Februari - Mei 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental laborato- rium, yang meliputi metode ekstraksi dan in vitro. Alat penelitian yang digunakan di antaranya adalah seperangkat alat ekstraksi, alat gelas, lampu UV, Laminar Air Flow (LAF), mikropipet, cawan petri, timbangan, oven, inkubator, mikroskop, well plate, 157 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 155-162, September 2012 cover slip dan sebagainya. Bahan penelitian yang digunakan di antaranya adalah buah mengkudu, etanol 70%, media kultur DMEM, tripsin-EDTA, rea- gen MTT, etidium bromida, akridin oranye, dan sebagainya. Ekstraksi buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dilakukan dengan cara buah mengkudu yang sudah berwarna kuning dipanen di daerah Kota- gede, Yogyakarta. Sebanyak 5 kg buah mengkudu yang sudah dipanen dan dipilih berdasarkan kese- ragaman kekerasan dan warna dicuci bersih de- ngan air mengalir sebanyak tiga kali untuk memasti- kan bahwa buah mengkudu sudah benar-benar bersih dari kotoran yang menempel, kemudian buah mengkudu dipotong tipis-tipis dan dikeringkan pada oven dengan suhu 60oC sampai benar-benar kering. Simplisia yang sudah kering kemudian diser- buk dengan menggunakan blender. Penyerbukan dilakukan untuk memperkecil ukuran dan memper- mudah penarikan zat aktif dari simplisia. Serbuk halus yang didapat sebanyak 300 gram. Setelah didapatkan serbuk halus kemudian dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi. Pada proses maserasi, pelarut yang diguna- kan adalah etanol teknis 70%. Sebanyak 300 gram serbuk mengkudu dibagi ke dalam 2 bejana. Ma- sing-masing bejana berisi 150 gram serbuk yang dimaserasi dengan 700 ml etanol. Kemudian be- jana ditutup dengan kain hitam agar terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari. Maserasi dilakukan selama 5 hari. Selama proses maserasi bejana digojog setiap hari. Setelah 5 hari kemudian dilakukan penyaringan. Sisa penyaringan di rema- serasi selama 2 hari tanpa penggojogan. Maserat hasil penyaringan yang pertama disimpan dalam erlenmeyer dan ditutup dengan kain hitam. Setelah 2 hari, dilakukan penyaringan hasil remaserasi. Ha- sil dari seluruh penyaringan kemudian dievaporasi agar didapatkan ekstrak kental. Dari hasil evaporasi didapatkan ekstrak kental sebanyak 85 gram. Uji sitotoksik ekstrak etanolik buah meng- kudu pada sel MCF-7. Uji sitotoksik dilakukan menurut metode yang dilakukan oleh Meiyanto et al., 2009.7 Dalam uji sitotoksik hal pertama yang dilakukan adalah persiapan media. Larutan DMEM dibuat dengan melarutkan DMEM dalam aquadest, lalu ditambah 2,0 gram NaHCO3 dan 2,0 gram Hepes. Larutan selanjutnya di-stirer sampai homo- gen kemudian di-buffer dengan HCl encer 1N hing- ga pH 7,2-7,4 diukur dengan pH meter. Selanjutnya larutan disaring dengan filter polietilen sulfon steril 0,2µm secara aseptis. Media kultur dibuat dengan cara mencampurkan larutan DMEM steril dengan FBS 10%, dan penisilin-streptomisin 1% secara aseptis di dalam LAF. Setelah media kultur disiap- kan, kemudian disiapkan sel kanker yang akan digunakan untuk uji sitotoksik. Sel diambil dari inku- bator CO2 kemudian diamati terlebih dahulu, untuk dapat memanen sel harus dipastikan terlebih dahu- lu bahwa sel telah 80% konfluen. Media tempat tumbuh sel kemudian dibuang dan sel dicuci de- ngan PBS sebanyak 2 kali. Selanjutnya ditam- bahkan tripsin-EDTA 1x dan diinkubasi di dalam inkubator selama 3 menit. Setelah itu ditambahkan media ± 5 ml dan diresuspensi untuk kemudian dimasukkan ke dalam conical steril. Kemudian dilakukan preparasi sampel. Preparasi sampel diawali dengan penimbang- an sampel kurang lebih 5 mg dalam ependorf dan ditambahkan 50 µl DMSO dan dilarutkan dengan vortex. Kemudian dibuat seri kadar sampel dengan 158 Rifki Febriansah, dkk., Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik ... pengenceran stok dalam DMSO manggunakan media kultur. Setelah itu dilakukan perhitungan sel. Sel diambil dari inkubator CO2 kemudian me- dia tempat tumbuh dibuang dan sel dicuci dengan PBS sebanyak 2 kali. Selanjutnya ditambahkan tripsin-EDTA 1x dan diinkubasi dalam inkubator selama 3 menit. Setelah itu ditambahkan 2-3 ml media dan diresuspensi kemudian dimasukkan ke dalam conical steril dan diresuspensi kembali de- ngan menambahkan 2-3 ml media kultur. Selanjut- nya diambil 10 µl sel yang sudah dipanen dan dima- sukkan ke dalam hemositometer kemudian sel dihi- tung di bawah mikroskop. Untuk sel yang akan di- beri perlakuan dilakukan transfer sejumlah sel yang diperlukan ke dalam conical yang lain dan ditam- bahkan media kultur sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Uji sitotoksik dilakukan dengan mengambil sel dari inkubator CO2 kemudian sel dipindahkan ke dalam sumuran masing-masing 100 µl dan disisa- kan 3 sumuran kosong. Selanjutnya sel diinkubasi kedalam inkubator kemudian dibuat seri konsen- trasi sampel untuk perlakuan. Setelah terbentuk seri konsentrasi sampel kemudian sel diambil dari inkubator dan media sel dibuang. Selanjutnya dimasukkan 100 µl PBS ke dalam semua sumuran yang terisi sel kemudian dibuang dengan mem- balikkan plate dan sisa cairan ditiriskan dengan tis- sue. Selanjutnya seri konsentrasi dimasukkan ke dalam sumuran kemudian diinkubasi selama 24 jam. Setelah diinkubasi sel dikeluarkan dari inku- bator dan media sel di buang dan di cuci dengan PBS 1x kemudian ditambahkan reagen MTT 100 µl ke dalam tiap sumuran termasuk kontrol media dan diinkubasi selama 2-4 jam sampai terbentuk formazan. Setelah terbentuk formazan ditambah- kan stopper 100 µl SDS 10% dalam 0,1 N HCl. Selanjutnya plate dibungkus alumunium foil dan diinkubasi di tempat yang gelap pada suhu kamar selama satu malam. Hasil kemudian dibaca dengan ELISA reader dengan panjang gelombang 595 nm untuk mendapatkan data absorbansinya. Selanjut- nya data absorbansi yang telah didapatkan diolah dengan software Excel untuk mendapatkan regresi linear yang kemudian digunakan untuk menghitung persentase sel hidup dan analisis harga IC50. Uji Apoptosis ekstrak etanolik buah meng- kudu pada sel MCF-7. Uji sitotoksik dilakukan menurut metode yang dilakukan oleh Da’i et al., 2007.8 Pengamatan apoptosis dilakukan dengan menggunakan metode Double staining. Sel diambil dari inkubator CO2 kemudian dilakukan panen sel dan perhitungan sel. Selanjutnya membuat pe- ngenceran suspensi sel sehingga didapatkan kon- sentrasi sel akhir 5x104 sel/1000 ¼l MK kemudian disiapkan 24 well plate dan cover slip. Selanjutnya 1000 ¼l suspensi sel dipindahkan ke atas cover slip yang telah dimasukkan ke dalam sumuran un- tuk kemudian diinkubasi dalam inkubator selama semalam. Selanjutnya dibuat satu konsentrasi sam- pel yaitu pada IC50 untuk perlakuan dan satu kontrol sel, masing-masing sebanyak 1000 ¼l. Kemudian sel yang telah diinkubasi diambil dan buang semua MK secara hati-hati dan dicuci dengan PBS ma- sing-masing 500 µl dan kemudian PBS dibuang perlahan. Selanjutnya sampel dengan konsentrasi tertentu dimasukkan sebanyak 1000 µl ke dalam sumuran. Untuk kontrol sel digunakan media dan untuk kontrol pelarut digunakan pelarut DMSO kemudian plate diinkubasi dalam inkubator selama 10 jam. Setelah inkubasi selesai plate dikeluarkan dari inkubator dan semua media dikeluarkan dari 159 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 155-162, September 2012 sumuran secara perlahan. Selanjutnya sel dicuci dalam sumuran dengan PBS masing-masing 500 µl kemudian PBS dibuang dengan hati-hati. Setelah PBS dibuang cover slip diambil menggunakan pinset dengan bantuan ujung jarum dengan hati- hati. Selanjutnya di atas object glass diletakkan cover slip dan diberi label. Selanjutnya sel ditetesi dengan reagen campuran etidium bromida-akridin oranye di atas cover slip dan digoyang perlahan untuk meratakan. Selanjutnya hasil diamati di bawah mikroskop flouresen. HASIL Dalam uji aktivitas antikanker ini digunakan ekstrak etanolik buah mengkudu di mana yang diduga memiliki aktivitas antikanker adalah senya- wa antrakuinon yang ada di dalamnya yakni senya- wa damnachantal, alizarin dan proxeronine.6 Eks- traksi dilakukan menggunakan penyari etanol 70% karena senyawa-senyawa tersebut bersifat relatif polar, sehingga diharapkan senyawa tersebut akan tersari pada ekstrak yang diperoleh. Hasil uji penda- huluan analisis kandungan senyawa kimia pada ekstrak menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) diketahui bahwa ekstrak mengandung senyawa antrakinon ditunjukkan dari adanya ber- cak khas yang menunjukkan adanya senyawa ter- sebut. Selanjutnya untuk menguji aktivitas ekstrak etanolik buah mengkudu sebagai agen kemopre- ventif kanker payudara yang potensial dilakukan dua uji yaitu uji sitotoksik menggunakan metode MTT dan uji induksi apoptosis menggunakan meto- de double staining dengan pengecatan etidium bro- mide-akridin oranye.7 Hasil perhitungan uji sitotok- sik, diketahui bahwa ekstrak etanolik buah meng- kudu memiliki potensi cukup rendah dalam meng- hambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 ditunjukkan dari harga IC50 sebesar 1,17 mg/mL (Tabel 1). Menurut penelitian Ueda et al. (2002) disebutkan bahwa suatu ekstrak dinyatakan aktif dan memiliki potensi besar untuk dijadikan agen antikanker apabila nilai IC50-nya kurang dari 100 ¼ g/mL.9 Nilai tersebut menunjukkan bahwa dengan konsentrasi yang diujikan masih belum mampu menghambat 50% pertumbuhan dari sel kanker MCF-7 (Gambar 1). Tetapi bukan berarti dengan nilai IC50 yang sangat kecil, ekstrak tersebut se- Gambar 1. Grafik Hasil Uji Sitotoksik Ekstrak Buah Morinda citrifolia L. pada Sel MCF-7 160 Rifki Febriansah, dkk., Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik ... makin berpotensi. Hal tersebut disebabkan kekha- watiran dari sifat toksisitas yang berlebihan akan menyebabkan kematian pada sel jaringan yang lain sehingga ekstrak tersebut bukan hanya mengham- bat pertumbuhan sel kanker tetapi juga mengham- bat pertumbuhan sel normal. Pengamatan kematian sel dapat dilihat dari ha- sil uji induksi apoptosis. Apoptosis merupakan ke- matian sel yang terprogram yang tidak menyebab- kan terjadinya inflamasi dan luka pada jaringan. Uji induksi apoptosis ekstrak etanolik buah meng- kudu terhadap sel MCF-7 dilakukan dengan pe- nambahan etidium bromida dan akridin oranye (double staining). Ekstrak etanolik buah mengkudu diberikan dalam dua variasi dosis yakni dosis 500 ¼g/mL dan dosis 1000 ¼g/mL. Dosis yang diujikan lebih besar dari dosis uji sitotoksik sehingga diha- rapkan mempunyai efek apoptosis yang lebih tinggi. Sel yang hidup akan berfluorosensi hijau dengan penambahan etidium bromida, hal ini dise- babkan karena enzim di dalam mitokondria tidak mengalami kerusakan, sel yang tidak rusak akan dapat bereaksi dengan reagen etidium bromida yang berwarna hijau, sedangkan sel yang rusak akan dapat menyerap reagen akridin oranye se- hingga sel yang mati akan berfluorosensi oranye dengan pengamatan dibawah mikroskop fluoro- sence. Hasil pengamatan dapat dinyatakan bah- wa ekstrak etanolik buah mengkudu dapat meng- induksi apoptosis sel MCF-7 dan aktivitasnya me- ningkat dengan semakin tingginya pemberian dosis ekstrak (dose dependent) (Gambar 2). DISKUSI Buah mengkudu merupakan salah satu obat tradisional yang sudah cukup dikenal masyarakat. Beberapa khasiat dari penggunaan buah mengku- du di antaranya sebagai anti diabetes, menurunkan tekanan darah, kanker, artritis, aterosklerosis, me- ngurangi rasa nyeri dan sebagainya. Penelitian se- belumnya menyebutkan bahwa buah mengkudu mempunyai aktivitas antitumor yang cukup poten- sial pada hewan uji dengan menghambat pertum- buhan tumor dengan potensi perbaikan yang cukup tinggi.6 Pada penelitian sebelumnya disebutkan bah- wa jus buah mengkudu tidak bersifat sitotoksik pada beberapa sel kultur (sel kanker paru-paru Lewis, sel sarkoma 180, normal sel NIH/3T3), tetapi secara tidak langsung dapat mematikan sel kanker melalui aktivasi sistem imun seluler dengan mensti- mulasi aktivitas makrofag, sel natural killer (NK Kontrol sel Dosis 500 g/ml Dosis 1000 g/ml Gambar 3. Hasil Uji Apoptosis Ekstrak Buah Morinda citrifolia L. Pada Sel MCF-7 (tanda menunjukkan sel hidup, tanda menunjukkan sel apoptosis) 161 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 155-162, September 2012 cells), dan sel T. Oleh karena itu, jus buah mengku- du merupakan salah satu imunostimulator yang kuat sebagai antitumor tanpa efek toksik yang membahayakan pasien.6 Kandungan senyawa antrakuinon, skopoletin, flavonoid dan alkaloid yang terdapat dalam buah mengkudu yang bersifat relatif polar diharapkan dapat tersari dengan menggunakan penyari etanol 70%, sehingga diharapkan mempunyai efek sito- toksik yang lebih kuat dibandingkan dengan jus buah mengkudu.10 Hal ini dikarenakan penyari eta- nol 70% bersifat semi polar dan sesuai dengan po- laritas senyawa flavonoid yang terkandung di dalam buah mengkudu, sehingga diharapkan kandungan senyawa flavonoid dalam ekstrak tersebut akan semakin besar. Kemungkinan mekanisme ekstrak etanolik buah mengkudu terutama dari kandungan senyawa flavonoid di dalamnya adalah dengan menghambat sintesis DNA dan protein serta mam- pu menghambat sintesis RNA sehingga menyebab- kan replikasi pada sel kanker payudara MCF-7 menjadi terganggu. Terganggunya proliferasi sel akan menghambat biosintesis membran sel sehing- ga mengakibatkan gangguan fungsi sel. Selanjut- nya sel akan mengalami lisis dan kemudian mati.6 Hasil kedua uji tersebut dapat dilihat bahwa ekstrak etanolik buah mengkudu memiliki potensi sebagai agen khemopreventif melalui mekanisme induksi apotosis, karena dari hasil apoptosis terli- hat kematian sel yang cukup tinggi seiring dengan kenaikan dosis uji yangdigunakan. Senyawa yang diduga berpotensi adalah golongan senyawa antra- kuinon antara lain damnachantal, alizarin dan pro- xeronine yang pada penelitian sebelumnya telah terbukti memiliki khasiat sebagai antioksidan dan antibakteri.6 Hal ini memberikan harapan yang be- sar terhadap pemanfaatan tanaman khususnya buah mengkudu sebagai agen khemopreventif pa- da kanker payudara, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan buah mengkudu akan dapat dijadikan salah satu alternatif terapi untuk mence- gah, menghambat, mengobati dan merehabilitasi pertumbuhan sel kanker payudara. SIMPULAN Ekstrak etanolik buah mengkudu Morinda citri- folia L. mempunyai aktivitas sitotoksik yang lemah pada sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 1117 ¼ g/mL. Pada hasil uji apoptosis dike- tahui bahwa pada pemberian ekstrak dosis 500 dan 1000 ¼ g/mL mampu meningkatkan induksi apop- tosis pada sel kanker payudara MCF-7. DAFTAR PUSTAKA 1. Hanahan D. dan Weinberg, RA. Hallmarks of Cancer: The Next Generation. Cell. 2011; 144 (5): 646-674. 2. Tjindarbumi, D. and Mangunkusumo, R. Can- cer in Indonesia, Present and Future. Jpn. J. Clin. Oncol. 1995; 32 (Supplement 1): 517-521. 3. Parkin DM, Bray F., Ferlay J., Pisani P. Global Cancer Statistic, 2002. CA Cancer J. Clin. 2005; 55 (2):74-108. 4. Walker, R.A., Jones, J.L., Chappel, S., Walsh, T. and Shaw, J.A. Molecular Pathology of Breast Cancer and Its Aplication To Clinical Management. Cancer and Metastatis Rev. 1997; 16 (1-2): 5-27. 5. Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indone- sia. Volume 3. Jakarta : Niaga Swadaya. 1999. 6. Furusawa, E. Anticancer Activity of Noni Fruit 162 Rifki Febriansah, dkk., Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik ... Juice Againts tumors in Mice. Proceedings of the 2002 Hawaii Noni Conference. USA: Uni- versity Of Hawaii at Manoa. 2002. 7. Meiyanto, E., Handayani S., Setisetyani, E.P., Susidarti, R.A. Synergistic Effect of Areca cat- echu L. Ethanolic Extract and its Chloroform Fraction with Doxorubicin on MCF-7. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2009; 7 (1): 13- 18. 8. Dai M., Supardjan AM., Meiyanto E., Jenie UA., and Masashi K. Potensi Proliferatif Analog Kur- kumin: Pentagamavunon terhadap Sel Kanker Payudara T47D, Artocarpus, 2007; 7 (1):14- 20. 9 Ueda, J.Y., Tezuka, Y., Banskota., A.H., Tran, Q.L., Tran, Q.K., Harimaya, Y., et al. Antiproli- ferative Activity of Vietnamese Medicinal Plants, Biol. Pharm. Bull. 2002; 25 (6): 753- 760. 10 Febriansah, R., Aditya Asyhar, Rosana Anna A., Ratna Asmah S., Muthi’ Ikawati, dan Edy Meiyanto. Ekstrak Etanolik Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa) Berefek Antiproliferasi terhadap Sel Hepar Tikus Galur Sprague Dawley Terinduksi 7, 12 Dimetil Benz(a)antra zena Melalui Penghambatan Ekspresi Protein c-Myc, Proceeding Kongres Ilmiah XVI Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2008. pp. 88–93.