177 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 Pengaruh Kitosan secara Topikal terhadap Penyembuhan Luka Bakar Kimiawi pada Kulit Rattus norvegicus The Influence of Topical Chitosan on Chemical Burn Healing in Skin Rattus norvegicus Aditiya Pramudya Wardono1, Barii Hafidh Pramono1, Rizqi Afrian Jamaludin Husein1, Sri Tasminatun2* 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: tasmi_a@yahoo.co.id Abstrak Kontak antara kulit dengan zat kimia iritatif seperti asam sulfat dapat menyebabkan luka bakar kimiawi. Senyawa yang telah diteliti efektif mempunyai kemampuan mengakselerasi proliferasi sel, migrasi sel PMN, daya antiinfeksi, dan bersifat basa adalah kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kitosan secara topikal terhadap penyembuhan luka bakar kimiawi pada kulit tikus putih terinduksi asam sulfat. Penelitian eksperimental invivo, sebanyak 30 ekor tikus dibagi enam kelompok (kontrol tanpa perlakuan, kontrol vaselin, kontrol Bioplacenton®, salep kitosan dosis 1,25%, 2,5%, dan 5%). Luka bakar kimiawi diinduksi dengan 0,1 ml asam sulfat 75%. Data dianalisis dengan metode ANAVA dilanjutkan uji Tuckey. Waktu sembuh paling cepat adalah kelompok salep kitosan dosis 2,5% (20,2±2,9 hari) dan yang paling lama adalah kelompok kontrol tanpa perlakuan (30,4±4,8 hari). Pemberian salep kitosan dosis 1,25%, 2,5%, dan 5% signifikan mempercepat waktu sembuh dibandingkan kontrol tanpa perlakuan dan vaselin. Salep kitosan 2,5% paling signifikan mempercepat waktu sembuh dibandingkan kontrol tanpa perlakuan dan vaselin (p=0,003; p=0,006). Persentase penyembuhan kelompok salep kitosan 1,25%, 2,5%, dan 5% mempunyai kurva peningkatan persentase lebih tinggi dari semua kelompok kontrol. Salep kitosan 2,5% signifikan meningkatkan persentase penyembuhan dibandingkan semua kelompok kontrol termasuk kontrol positif® (p=0,008). Disimpulkan bahwa kitosan mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan luka bakar kimiawi. Kata kunci: kitosan, luka bakar kimiawi, penyembuhan luka, persentase penyembuhan, waktu sembuh Abstract Contact between skin with chemicals substance such as sulfuric acid can cause chemical burns. A compound that had been researched effective have ability to accelerate cell proliferation, migration of PMN cells, the anti-infective, and the base pH is Chitosan. The aims is to determine the effect of topical chitosan on chemical burn healing in skin rat induced sulfuric acid. Experimental in-vivo with 30 female rats divided into six groups (control without treatment, Vaseline control, Bioplacenton® control, Chitosan ointment 1.25%, 2.5%, and 5% dose). Chemical burn was induced with 0.1 ml of 75% sulfuric. Data were analyzed by Anova method continued with Tuckey test. The results of healing time which fastest was Chitosan ointment 2.5% (20.2±2.9 days) and which longest was control without treatment group (30.4±4.8 days). Chitosan ointment 1.25%, 2.5%, and 5% dose significantly accelerated healing time compared with without treatment and Vaseline control groups. Chitosan ointment 2.5% most significantly acceler- ated the healing time compared with without treatment and Vaseline control (p=0.003 p=0.006). The healing percentage of Chitosan ointment 1.25%, 2.5%, and 5% dose have higher percentage increasing curve than all control groups. Chitosan ointment 2.5% dose significantly increased the healing percent- ARTIKEL PENELITIAN 178 Aditiya Pramudya Wardono, Pengaruh Chitosan secara Topikal ... PENDAHULUAN Kulit merupakan suatu struktur pembungkus tubuh dan pelindung organ-organ yang ada di da- lamnya.1 Kulit merupakan pelindung utama yang menghalangi masuknya zat-zat kimia, mikroba dan material asing lain yang mempunyai sifat iritatif, toksigenik, dan patogenik.2 Kerusakan kulit dikarenakan oleh banyak hal, salah satu diantaranya adalah terjadinya kontak antara kulit dengan zat kimiawi. Semakin kuat daya iritasi dari zat kimia maka semakin tinggi tingkat kerusakan jaringan kulit. Zat yang mempunyai daya iritasi kuat adalah asam kuat seperti asam sulfat.3 Keseluruhan hasil proses kerusakan jaringan kulit itu menyebabkan luka bakar kimiawi.4 Luka bakar kimiawi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan pada kulit yang disebabkan kontak dengan bahan kimia.5 Insidensi luka bakar di Indonesia adalah se- besar 2,2%. Insidensi tertinggi terdapat di Provinsi NAD dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%.6 Kerusak- an jaringan kulit menyebabkan kemampuan kapiler untuk berfungsi sebagai sawar difusi hilang, cairan keluar dari sistem vaskular dan memicu proses peradangan yang disebabkan oleh peran media- tor peradangan histamin dan prostaglandin.7 Penatalaksanaan medis luka bakar kimiawi dikategorikan penanganan darurat (emergency). Penanganan luka derajat pertama adalah dengan irigasi air mengalir untuk mencegah penumpukan sel radang dan cairan filtrat. Luka derajat dua dan tiga memerlukan pembersihan luka secara bedah, pemberian obat anti inflamasi, pemberian antibiotik, dan apabila mungkin penanaman (kultur) kulit dari bagian tubuh lain. Pemberian obat secara khusus untuk luka bakar kimiawi selama ini belum ada.8 Salah satu zat yang perlu untuk dikaji adalah kitosan. Kitosan adalah suatu turunan dari kitin yang diolah dari kulit kepiting, udang, atau kerang dengan proses demineralisasi, deproteinisasi, dan deasetilisasi. Kitosan yang merupakan konstituen organik penting pada skeleton adalah suatu kopo- limer molekuler tinggi dengan acetiloglukosamin dan glu­kosamin pada rantai­nya. Pada bidang kesehatan kitosan digunakan sebagai agen antiobesitas, antikanker, antibakteria, antifungi, antiperdarahan dan penyembuh luka. Kitosan telah diteliti mampu memacu proliferasi sel, meningkatkan kolagenisasi, dan mengakselerasi regenerasi sel (reepitelisasi) pada kulit yang terluka.9,10,11,12,13 Kitosan dapat memacu migrasi sel PMN, mengaktivasi makrofag, dan memediasi proses fagositosis pada jaringan yang terluka.13,14,15 Kitosan mempunyai daya antiinfeksi yaitu kemam- puan anti bakteria dan antifungi.16,17 Kitosan mam- pu menghentikan perdarahan pada fase awal lu- ka.13,18 Kitosan juga mempunyai sifat kimia dari polimernya yang cenderung basa sehingga di- mungkinkan terjadi proses penetralan dari asam sulfat penyebab luka bakar kimiawi pada fase awal paparan.19 age than all control groups including positive control (p=0.008). It was concluded that chitosan have an influence on the healing of chemical burn. Key words: chitosan, chemical burn, wound healing, healing percentage, healing time 179 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 Kitosan dalam berbagai bentuk sediaan telah diteliti mempunyai pengaruh terhadap percepatan proses penyembuhan luka insisi, sehingga diduga pemberian salep kitosan juga bisa berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka bakar kimiawi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kitosan secara topikal terhadap penyem- buhan luka bakar kimiawi pada kulit tikus putih terinduksi asam sulfat. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian eksperimental in vivo dengan hewan uji. 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague Dawley (umur 6-8 minggu dan berat +180-230 gram), serbuk kitosan murni yang diperoleh dari PT. Ultratrend Biotech Indonesia, Va- selin golongan album, Bioplacenton®, asam sulfat 75%, aether, kapas dan alkohol 70%. Dengan menggunakan modifikasi Metode Morton dibuat luka bakar kimiawi. Luka bakar kimia- wi pada penelitian ini adalah luka bakar derajat tiga dengan penyembuhan sekunder. Parameter peni- laian penyembuhan luka adalah berdasarkan waktu sembuh dan persentase penyembuhan. Kriteria makroskopis luka bakar derajat tiga adalah tidak dijumpai bula (penumpukan cairan infiltrat), permukaan kulit terlihat berlemak, kerusak- an meliputi epidermis, dermis, subkutan, folikel ram- but, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, kulit yang terluka berwarna merah atau pucat abu-abu. Penyembuhan lukanya termasuk dalam kategori penyembuhan sekunder karena tidak dilakukan intervensi untuk merapatkan tepi luka dengan penjahitan atau jenis intervensi lain. Indikator kesembuhan adalah pengamatan lu- ka secara makroskopis dengan data diameter luka dan persentase penyembuhan yang dihitung dari waktu ke waktu telah mencapai diameter 0 mm (persentase 100%),20 dan ditunjang dengan tanda- tanda luka bakar derajat tiga yang menghilang ter- gantikan jaringan parut sebagai penanda kesem- buhan serta tanda-tanda radang yang menghilang. Dengan menggunakan dasar pijakan di atas maka luka bakar kimiawi dapat dianalisis penyembuhan lukanya. Penelitian dilakukan dengan mencukur rambut pada punggung kanan bawah tikus hingga bersih. Tikus dibagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok kon- trol negatif tanpa perlakuan, kontrol negatif vaselin, kontrol positif Bioplacenton®, perlakuan salep kitosan dosis 1,25%, perlakuan salep kitosan dosis 2,5%, dan perlakuan salep kitosan dosis 5%. Pem- buatan salep kitosan dilakukan dengan menformu- lasikan kitosan dengan bahan pembawa vaselin golongan album pada dosis 1,25%, 2,5% dan 5%. Salep kitosan sebanyak 0,125 ml dioleskan pada kulit punggung tikus setelah induksi asam sulfat. Tikus dianastesi dan diinduksi luka bakar kimiawi dengan meneteskan sejumlah 0,1 ml asam sulfat 75% pada kulit yang telah diberi cincin pembatas luka berbentuk lingkaran berdiameter 15 mm. Luka ditunggu selama 10 menit kemudian diukur diameter awal dan diberi perlakuan bahan uji sesuai kelompoknya masing-masing. Tikus diberi perlakuan bahan uji, diamati penyembuhan, dan dicatat waktu sembuhnya setiap hari. Peng- ukuran diameter luka dilakukan dalam berbagai arah seperti pada Gambar 1. dengan Metode Morton 20 dan dihitung diameter rata-ratanya de- ngan rumus sebagai berikut: 180 Aditiya Pramudya Wardono, Pengaruh Chitosan secara Topikal ... dx (1) + dx (2) + dx (3) + dx (4) dx = 4 Keterangan: dx : diameter luka hari ke-x (dalam mm) dx(1),(2),(3) dan (4) : diameter luka diukur dalam berba- gai arah Hasil pengukuran diameter kemudian dirubah menjadi persentase penyembuhan (dalam %) de- ngan menggunakan ”Rumus Konversi Persentase”: d1 2 - dx2 Px = x 100 % d1 2 Keterangan: Px : persentase penyembuhan hari ke-x (dalam %) d1 : diameter luka hari pertama dx : diameter luka hari ke-x Pada akhir penelitian didapatkan data meliputi waktu sembuh (dalam hari) dan persentase pe- nyembuhan (dalam %). Data dianalisis dengan metode ANAVA dilanjutkan uji Tuckey. HASIL Pada akhir penelitian telah dibuat suatu model luka bakar kimiawi pada kulit tikus putih yang diin- duksi dengan asam sulfat 75%. Hasil akhir luka bakar kimiawi memenuhi kriteria makroskopis luka bakar derajat tiga pada pengamatan setelah sehari tanpa perlakuan apapun. Luka bakar derajat tiga pada subyek tikus penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 1. menunjukkan bahwa kelompok salep kitosan dosis 1,25%, 2,5% dan 5% signifikan mem- percepat waktu sembuh dibandingkan kontrol negatif tanpa perlakuan dan kontrol negatif vaselin. Menyusul di urutan kedua dan ketiga yang mem- punyai perbedaan bermakna adalah salep kitosan 5% dan salep kitosan 1,25%. Kontrol positif (Bioplacenton®) tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok ma- napun. Pada uji Tuckey diketahui bahwa salep kitosan 2,5% terhadap waktu sembuh mempunyai perbedaan paling signifikan dibandingkan kontrol Gambar 1. Cara Mengukur Diameter Luka 20 A B Gambar 2. Luka Bakar Kimiawi Terinduksi Asam Sulfat 75% A. Luka bakar kimiawi setelah 10 menit B. Luka bakar kimiawi setelah sehari Tabel 1. Rata-rata Waktu Sembuh Luka Bakar Kimiawi Kelompok Perlakuan Rata-rata Waktu Sembuh Kontrol Negatif (Tanpa Perlakuan) 30,4 ± 4,83 a Kontrol Negatif (Vaselin) 29,8 ± 5,31 a Kontrol Positif (Bioplacenton®) 24,4 ± 2,70 a, b Salep Kitosan 1,25 % 22,2 ± 3,96 b Salep Kitosan 2,5 % 20.2 ± 2,95 b Salep Kitosan 5 % 20.4 ± 1,82 b Keterangan: angka yang diikuti huruf berbeda (a, b, c) memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) 181 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 negatif tanpa perlakuan dan kontrol negatif vaselin dengan nilai p masing-masing yaitu p=0,003 dan p=0,006. Perbandingan rata-rata waktu sembuh lu- ka bakar kimiawi antar kelompok dapat dilihat pada Gambar 3. Pada gambar ditampilkan lebih jelas manakah kelompok yang mencapai waktu sembuh lebih cepat dibandingkan kelompok perlakuan lain. Hasil rata-rata persentase penyembuhan luka bakar kimiawi dari semua kelompok pada penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan dua factor list yaitu, data waktu (hari) dan kelompok per- lakuan. Oleh karena itu, dalam pengolahan dan pe- nyajiannya terdiri dari 3 komponen yaitu, data ra- ta-rata persentase penyembuhan, waktu dan ke- lompok perlakuan. Perbandingan perkembangan rata-rata per- sentase penyembuhan luka bakar kimiawi dari se- mua kelompok selama 37 hari dapat dilihat pada kurva yang disajikan pada Gambar 3. Pada Gam- bar 3. ditampilkan lebih jelas tentang kelompok yang mempunyai peningkatan persentase penyem- buhan lebih baik dan cepat dibandingkan kelompok perlakuan lain. Kurva yang lebih baik dan cepat pada peningkatan persentase penyembuhan ada- lah yang memiliki posisi disebelah kiri dan men- capai persentase 100% dengan waktu (hari) yang lebih cepat. Data rata-rata persentase penyem- buhan luka bakar kimiawi dari semua kelompok, kemudian dianalisis dengan metode ANAVA dua arah dilanjutkan uji Tuckey. Hasil analisis ANAVA dua arah dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat analisis dari kurva di Gambar 4. Hasil ANAVA dua arah tersebut menam- pilkan bahwa pemberian salep kitosan 2,5% signi- fikan meningkatkan persentase penyembuhan di- bandingkan semua kelompok, kecuali salep kitosan 5% dengan detail lengkap nilai p yaitu, terhadap kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan sebesar 0,001; kelompok kontrol negatif vaselin sebesar 0,000; kontrol Bioplacenton® sebesar 0,008; salep kitosan dosis 1,25% sebesar 0,006 dan salep kitosan dosis 5% sebesar 0,431. Uji Tuckey juga menampilkan bahwa pemberian salep kitosan 2,5% adalah yang paling signifikan meningkatkan per- sentase penyembuhan. DISKUSI Pada Tabel 1. terlihat bahwa kelompok salep kitosan 2,5% memiliki rata-rata waktu sembuh yang paling cepat yaitu 20,2 ±2,9 hari jika dibandingkan -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Waktu Sembuh (Hari) P e rs e n ta s e P e n y e m b u h a n ( % ) Kontrol Negatif (Tanpa Perlakuan) Kontrol Negatif (Vaselin) Kontrol Positif (Bioplacenton) Salep Chitosan 1,25 % Salep Chitosan 2,5 % Salep Chitosan 5 % Gambar 4. Grafik Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka Bakar Kimiawi 182 Aditiya Pramudya Wardono, Pengaruh Chitosan secara Topikal ... dengan kelompok lainnya. Waktu sembuh yang paling lama adalah pada kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan) yaitu 30,4±4,8 hari (lihat Tabel 3). Ilustrasi lebih jelas bisa dilihat pada histogram rata-rata waktu sembuh. Urutan waktu sembuh semua kelompok dari yang tercepat adalah salep kitosan dosis 2,5%, salep kitosan 5%, salep kitosan 1,25%, kontrol positif Bioplacenton®, kontrol negatif vaselin dan terakhir kontrol negatif tanpa perlakuan. Berdasarkan analisis statistik antara kelompok perlakuan terhadap data waktu sembuh didapatkan hasil yaitu distribusi normal, variasi yang sama dan independensi data maka selanjutnya bisa dilakukan uji hipotesis parametrik dengan metode ANAVA sa- tu arah (one way anova). Hasil analisis Tuckey me- nyatakan bahwa salep kitosan 2,5% mempunyai perbedaan waktu sembuh paling bermakna (signi- fikan) dibandingkan kontrol negatif tanpa perlakuan dan kontrol negatif vaselin (p=0,003 dan p=0,006). Menyusul di urutan kedua dan ketiga yang mempu- nyai perbedaan bermakna adalah salep kitosan 5% dan salep kitosan 1,25%. Kontrol positif (Bio- placenton®) tidak memiliki perbedaan bermakna terhadap semua kelompok. Gambar 4. menyatakan bahwa kelompok sa- lep kitosan 2,5% mempunyai peningkatan persen- tase penyembuhan tertinggi dari hari ke hari sampai luka menjadi sembuh (persentase 100%). Hal ini dikarenakan kelompok perlakuan ini memiliki garis kurva di posisi paling kiri dan mencapai nilai per- sentase penyembuhan 100% dengan waktu sem- buh yang lebih cepat (hari ke-26), sedangkan ke- lompok yang mempunyai peningkatan persentase penyembuhan terendah adalah kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan) dan kontrol negatif (vase- lin) karena keduanya memiliki garis kurva di posisi paling kanan dan mencapai nilai persentase pe- nyembuhan 100% dengan waktu sembuh yang pa- ling lama (hari ke-37). Kelompok lainnya mem- punyai kurva yang terletak diantaranya dengan urutan sebagai berikut: salep kitosan 5%, salep kitosan 1,25% dan kontrol positif (Bioplacenton®). Pada kurva di Gambar 4. terlihat bahwa pada hari pertama sampai keempat semua kelompok mengalami pelebaran luka yang ditandai dengan penurunan persentase sampai nilainya minus. Ke- lompok yang memiliki pelebaran luka paling besar adalah kontrol vaselin dan salep kitosan 1,25%, namun setelah hari keempat keatas, terjadi pemu- lihan luka yang ditandai dengan peningkatan per- sentase penyembuhan. Hal ini dikarenakan luka bakar kimiawi pada fase awal masih terjadi reaksi erosif dari zat asam tersisa yang terus menerus masih mendenaturasi lapisan epitel dan keratin kulit sehingga luka sema- kin melebar. Pada fase awal ini juga masih terjadi reaksi inflamasi yang menyebabkan pelebaran luka tersebut.3 Mengenai kelompok vaselin dan salep kitosan 1,25% yang melebar paling besar adalah dikarenakan bahwa pemberian vaselin saja tidak mampu menetralkan asam sulfat dibandingkan pemberian perlakuan kelompok yang lain. Pembe- rian vaselin juga tidak mempunyai daya sembuh karena peranannya hanya sebatas bahan pemba- wa, sedangkan mengapa pemberian salep kitosan dosis 1,25% juga melebar paling besar sama se- perti kelompok vaselin, diduga karena dosis 1,25% tidak cukup untuk menetralkan asam sulfat pada fase awal, tetapi setelah hari keempat, salep kitosan 1,25% ini mampu menyembuhkan luka yang telah melebar secara lebih baik dibandingkan semua kelompok kontrol karena salep kitosan 183 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 1,25% mempunyai agen penyembuh yaitu kadar kitosan sejumlah 1,25% tersebut. Dengan kata lain kemampuan salep kitosan adalah pada fase awal tidak mampu menetralkan asam sulfat lalu setelah hari keempat kitosan mampu m empercepat penyembuhan luka.10, 19 Hasil dari uji Tuckey HSD diketahui bahwa ke- lompok salep kitosan 2,5% mempunyai perbeda- an yang bermakna pada persentase penyembuh- annya jika dibandingkan terhadap semua kelom- pok perlakuan kecuali terhadap salep kitosan 5%, sedangkan salep kitosan 5% hanya memiliki per- bedaan bermakna terhadap kontrol negatif vaselin (p=0,012), selain kelompok tersebut tidak terdapat suatu perbedaan bermakna. Nilai p dari salep Kitosan 2,5% terhadap setiap kelompok adalah ke- lompok kontrol negatif tanpa perlakuan sebesar 0,001; kelompok kontrol negatif vaselin sebesar 0,000; kontrol Bioplacenton® sebesar 0,008; salep kitosan dosis 1,25% sebesar 0,006; dan salep kitosan dosis 5% sebesar 0,431. Nilai p tersebut membuktikan bahwa pemberian salep kitosan 2,5% signifikan meningkatkan persentase penyembuhan dibandingkan semua kelompok kontrol termasuk Bioplacenton®, kecuali dibandingkan dengan salep kitosan 5%. Berdasarkan hasil penelitian secara keselu- ruhan didapatkan hasil bahwa kelompok tikus yang diberi salep kitosan kadar 2,5% adalah yang mem- punyai perbedaan paling signifikan dibandingkan kelompok lain. Ini berarti kelompok salep kitosan 2,5% paling berpengaruh terhadap persentase pe- nyembuhan dan waktu sembuh luka bakar kimia- wi. Kelompok 1,25% dan 5% mempunyai nilai signi- fikan yang berada dibawah salep kitosan 2,5%. Kemampuan kitosan 2,5% yang lebih baik daripada salep kitosan 1,25% adalah kemungkin- an sesuai dengan pembahasan sebelumnya yang menyatakan bahwa kitosan 1,25% mempunyai ke- mampuan menetralkan asam sulfat pada fase awal yang kurang dibandingkan kitosan 2,5%, karena prinsipnya semakin tinggi kadar zat yang bersifat basa (kitosan) maka semakin tinggi sifat basa pada campuran salep tersebut.19 Luka yang sangat lebar pada kitosan 1,25% menjadikan penyembuhan lukanya lebih lama dan lebih lambat dalam kenaikan persentase penyembuhan luka dibanding luka pada kitosan 2,5% yang lebih kecil lukanya pada fase awal. Jadi, kemampuan penetralan asam pada kitosan pada dosis 2,5% yang lebih tinggi adalah yang membuat salep kitosan dosis 2,5% lebih baik dibanding 1,25% dalam menyembuhkan luka dengan berbagai jalur penyembuhan luka. Kemampuan kitosan 2,5% persen yang lebih baik daripada salep kitosan 5% adalah kemung- kinan karena kadar kitosan yang terkandung da- lam salep kitosan 5% terlalu tinggi sehingga ku- rang mampu untuk memacu berbagai proses dal- am jalur penyembuhan luka. Sesuai penelitian sebelumnya bahwa kitosan semakin kecil kadar- nya semakin memiliki kemampuan daya sembuh dalam memacu jalur-jalur penyembuhan. Kadar kitosan yang telah diteliti adalah dalam rentang antara 0,1%–5% untuk dosis topikal. Dosis yang lebih kecil pada kitosan 2,5% lah yang memiliki kemampuan lebih baik dibanding dosis 5%. 20 Jadi, dapat dikatakan bahwa salep kitosan 2,5% memiliki dosis yang optimum dalam penyem- buhan luka bakar kimiawi. Dosis topikal 2,5% ada- lah pertemuan dosis paling optimum pada kombina- 184 Aditiya Pramudya Wardono, Pengaruh Chitosan secara Topikal ... si kemampuan penetralan asam-basa dan kemam- puan memacu jalur-jalur penyembuhan pada luka bakar kimiawi. Penjelasan terjadinya proses penyembuhan luka bakar kimiawi yang lebih baik dan lebih cepat dengan pemberian salep kitosan 2,5% dapat diba- gi kedalam 7 jalur penyembuhan luka bakar kimia- wi. Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang pertama adalah penetralan zat kimia iritatif penye- bab luka yaitu asam sulfat. Sifat kimia alami dari kitosan yang berupa polimer yang cenderung ba- sa dengan pH>5 membuat kitosan mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam sulfat 75% pada fase-fase awal paparan luka bakar kimiawi.19 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang kedua adalah menghentikan perdarahan pada fase awal luka. Ini berdasarkan penelitian yang dilaku- kan oleh Masami dkk. (2002),18 yang menyatakan bahwa larutan kitosan mampu menghentikan per- darahan secara komplet sehari setelah pembuatan luka dengan menumbuhkan sejumlah besar fibrin pada permukaan luka, dan setelah itu luka dengan cepat akan mengkerut. Kitosan adalah hemostat yang membantu pembekuan darah alami dan memblok akhiran saraf untuk mengurangi nyeri.9 Jinab dkk. pada tahun 2006 melakukan penelitian tentang perbandingan kitosan dan heparin pada luas awal luka bakar dengan hasil derajat luka ba- kar pada kelompok kitosan lebih ringan daripada kelompok kontrol dan kitosan sangat baik untuk mencegah meluasnya luka bakar pada fase awal, sedangkan heparin tidak berpengaruh sama sekali. 21 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang ketiga adalah dengan memacu (akselerator) sel PMN (polymorphonuclear) pada fase awal luka (fase inflamasi). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa mekanisme penyembuhan luka dapat dipercepat oleh kitin dan kitosan dengan memacu aktivitas dan akumulasi sel PMN. Hal ini terjadi karena aktivasi komplemen melalui alternative pathway atau jalur alternatif. Pada jalur ini, sejumlah tinggi anaphylatoxins (C3a dan C5a) akan diproduksi dan mengaktivasi PMN, sel mononuclear (MN), dan endotelium. Migrasi PMN dan MN terjadi segera setelah pemberian kitosan atau kitin pada luka.15 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang keempat adalah dengan memediasi proses fagosi- tosis atau mengaktivasi makrofag. Kitosan dan derivatnya menginduksi apoptosis pada peritoneal makrofag setelah pemberian low-molecular soluble chitosan. Kitosan adalah makrofag aktivator yang memediasi fagositosis dan mempercepat penyem- buhan luka.14,22 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang kelima adalah menstimulasi proliferasi sel (reepite- lisasi) dan penyedia matriks non protein untuk per- tumbuhan jaringan. Ketika fase proliferasi seluler yaitu fase terbentuknya granulasi jaringan baru de- ngan memproduksi kolagen dan protein matriks ekstraseluler yang lain, serta meningkatkan vas- kularisasi ke luka untuk memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh sintesis protein. Kitosan menye- diakan matrik non protein untuk pertumbuhan ja- ringan 3D dan mengaktivasi makrofag untuk akti- fitas tumorisidal. Kitosan menstimulasi proliferasi sel dan mengorganisasi jaringan histoarchitectural. Epitelisasi merupakan pembentukan epitelium di- atas permukaan kulit, epitelisasi dari luka melibat- kan migrasi sel di pinggir luka dalam jarak kurang dari satu milimeter, luka diepitelisasi lebih dari 48 jam setelah terjadi luka.21,23 Hasil penelitian Oka- 185 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 moto dkk. (2003),13 menunjukkan reepitalisasi cenderung lebih besar pada kelompok kitin dan ki tosan daripada kelompok kontrol. Kitosan mempunyai efek positif pada reepitalisasi dan regenerasi lapisan granular.10 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang keenam adalah meningkatkan kolagenisasi, fibro- blas dan vaskularisasi (pembuluh darah). Hal ini berdasarkan penelitian Chiba dkk. pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa hewan yang diberi perla- kuan chitosan oligosaccharide menunjukkan reso- lusi yang lebih cepat pada pembentukan pembuluh darah baru, induksi fibroblas yang lebih besar, dan berikut produksi serat kolagen dibandingkan de- ngan kontrol.20 Penelitian lain juga menunjukkan bahwa proliferasi fibroblas dan peningkatan jumlah kapiler diobservasi pada kelompok kontrol dan per- lakuan, namun granulasi jaringan lebih banyak terdapat pada kelompok kitosan. Hasil ini menje- laskan bahwa kitosan sendiri memfasilitasi pe- nyembuhan luka.24 Kitosan akan melepas N-ace- tyl-b-D-glucosa-mine yang menginisiasi proliferasi fibroblast, membantu mengatur deposisi kolagen dan menstimulasi peningkatan level dari sintesis asam hialuronik alami pada luka. Ini membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah bekas luka. Pada fase awal proses penyembuhan luka, makrofag mengeluarkan kolagenase dan elestase yang memproduksi kolagen dan melepas- kan sitokin.21 Selanjutnya pada fase remodeling, jaringan granulasi digantikan oleh kolagen dan serat elastik yang membentuk bekas luka. 9 Jalur penyembuhan luka bakar kimiawi yang ketujuh adalah efek kitosan sebagai antiinfeksi (antibakteri dan antifungi). Menurut penelitian, kitosan memberikan hasil efektif dalam mengham- bat pertumbuhan bakteri secara in vitro pada spe- sies Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella paratyphi dan bakteri gram positif Staphylococcus aureus. Kitosan juga efektif menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, Trichophyton mentagrophytes dan Mi- crosporum canis. Pada penelitian secara in vivo dengan model luka infeksi pada tikus, Kitosan memberikan hasil lebih efektif dibandingkan kontrol antibiotik silver sulfadiazine dan kontrol negatif tan- pa perlakuan karena kitosan mampu secara cepat membunuh bakteri pada luka sebelum bakteri ter- sebut menyebar sistemik.16,17 SIMPULAN Salep kitosan 1,25%, 2,5% dan 5% mempu- nyai pengaruh mempercepat waktu sembuh dan meningkatkan persentase penyembuhan luka ba- kar kimiawi. Pengaruh paling signifikan adalah pada kelompok salep kitosan 2,5%. DAFTAR PUSTAKA 1. Wasitaatmadja, S.M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Anatomi Kulit. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 2. Corwin, E.J. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 1. Jakarta: EGC. 2001. 3. Sularsito, S.A. dan Djuanda, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Dermatitis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. 4. Moenajat, S.B. Luka Bakar dan Penangan- annya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2003. 5. American College of Surgeons. Advance Trau- ma Life Support® For Doctors 7th Edition. Chi- cago, USA. 2004. 186 Aditiya Pramudya Wardono, Pengaruh Chitosan secara Topikal ... 6. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta. 2008. 7. Cox, R.D. Chemical Burns. 2008. Diakses 12 Januari 2009, dari http://emedicine.medscape. com/article/769336-overview 8. Khasim, B. Trauma Wajah, Luka Bakar dan Luka Avulsi. Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus. 1992; 80: 31-34. 9. Shelma R., Paul, W. and Sharma C.P. Chitin Nanofibre Reinforced Thin Chitosan Films for Wound Healing Application. Trends Biomate- rials and Artificial Organs, 2008; 22 (2): 111- 115. 10. Kojima, K., Okamoto, Y., Kojima, K., Miyatake, K., Fujise, H., Shigemasa, Y., dkk. Effects of Chitin and Chitosan on Collagen Synthesis in Wound Healing. J Vet Med Sci, 2004; 66 (12): 1595-1598. 11. Sezer, D.A., Hatipoglu, F., Cevher, E., Ogurtan, Z., Bas, A.L. & Akbuga, J. Chitosan Film Con- taining Fucoidan as a Wound Dressing for Der- mal Burn Healing: Preparation and In Vitro/In Vivo Evaluation. AAPS PharmSciTech, 2007; 8 (2): Article 39. 12. Paul, W. and Sharma, C.P. Chitosan and Algi- nate Wound Dressings: A Short Rev iew. Trends Biomaterial, 2004; 18 (1): 18-23. 13. Okamoto, Y., Shibazaki, K., Minami, S., Matsuhashi, A., Tanioka, S. and Shigemasa, Y. Evaluation of Chitin and Chitosan on Open Wound Healing in Dogs. J Vet Med Sci. 2003; 57 (5): 851-4. 14. Mori, T. Study on The Mechanisms of Wound Healing Acceleration by Chitin and Chitosan. Jpn J Vet Res, 1998; 46 (2-3): 113-114. 15. Minami, S. Mechanisms of Wound Healing Ac- celeration by Chitin and Chitosan. Jpn. J Vet Res, 1997; 44 (4) 218-219. 16. Burkatovskaya, M., Tegos, G.P., Swietlik E., Demidova, T.N, Sactano A.P. and Hamblin M.R. Use of Chitosan Bandage to Prevent Fatal Infections Developing from Highly Con- taminated Wounds in Mice. Biomater. 2006; 27 (22): 4157-4164. 17. Ramisz, A.B., Pajak, A.W., Pilarczyk, B., Ramisz, A., Laurans, L. Antibacterial and Anti- fungal Activity of Chitosan. ISAH 2005 - War- saw, Poland, 2005; 2: 406-408. 18. Masami, I., Hiromichi, O., Rui, I., Masahiro, N., Kiyotaka, W., Seiichi, K., dkk. Effect of Liquid Chitosan in Wound Healing of Cattle. J Clin Vet Med, 2002; 20 (2):46-49. 19. Park, J.W., Choi, K.H. and Park, K.K. Acid Base Equilibria and Related Properties of Chitosan. Bulletin of Koreans Chemical Society, 1983; 4 (2): 68-72. 20. Chiba, Y., Kamada, A., Sugashima, S., Taya, K., Matsubuchi, S., Saito, T., dkk. Effects of Intravenous Administration of Chitosan Oli- gosaccharide on the Wound Healing Process of Oral Mucosal Injury in Mice. Ohu University Dental Journal. 2006; 33 (4): 207-213 21. Jinab, Y., Lingab, P.X., Heb, Y.L. and Zhangab, T.M. Effects of Chitosan and Heparin on Early Extension of Burns. Burns. 2006; 33 (8): 1027- 1031. 22. Rom o T, Pearson JM, Yal am anchi l i H, Zoumalan RA. Wound Healing, Skin. Med- scape Web site. emedicine.medscape.com/ article/884594-overview. Accessed January 5, 2009. 187 Mutiara Medika Vol. 12 No. 3: 177-187, September 2012 23. Azad, A.K., Serm si ntham , N., Chan- drkrachang, S. and Stevens W.S. Chitosan Membrane as a Wound Healing Dressing: Characterization and Clinical Application. J Biomed Mat Res. 2004; 69 (2): 216-22. 24. Mizuno, K., Yamamura, K., Yano, K., Osada, T., Saeki, S., Takimoto, N., dkk. Effect of Chitosan Film Containing Basic Fibroblast Growth Factor on Wound Healing in Geneti- cally Diabetic Mice. J. of Biomed Mat Res. 2002; 64A (1): 177-181.