Novita Kurnia Sari, Pengaruh Pendidikan Kesehatan ............ 1 Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Perineum terhadap Kesembuhan Luka Episiotomi Klien Post Partum di BKIA Aisyiyah, Karangkajen, DIY The Influence of Giving Health Education of Perineum Care on Episiotomy Wound Healing on Post Partum Clients at BKIA Aisyiyah, Karangkajen, DIY Novita Kurnia Sari Bagian Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK UMY Abstract Infection incidental rate which is caused by episiotomy is still high. Based on preface study, the high level of infection is caused by lack of treatment. Lack of treatment is further triggered by lack of knowledge about episiotomy care. One of interventions which can be done is by giving health education on perineum care. This is an experimental research with the static group comparison design. The design uses 30 respondents of post partum client at BKIA Aisyiyah, Karangkajen, DIY, analyzed by Chi-Square statistical analytic. The result of this research shows that episiotomy wound healing is not influenced by providing health education on perineum care, with the value of significant level: 0.05. This study concludes that giving health education on perineum care does not give significant influence on episiotomy wound care. Key words: health education, perineum care, episiotomy, post partum Abstrak Angka kejadian infeksi akibat tindakan episiotomi masih tinggi. Berdasarkan studi pendahuluan, angka infeksi masih tinggi dikarenakan kurangnya perawatan. Kurangnya perawatan dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan tentang cara merawat luka episiotomi. Salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan tentang perawatan perineum. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain perbandingan kelompok statis. Penelitian ini menggunakan 30 responden klien post partum di BKIA Aisyiyah, Karangkajen, DIY, dianalisis dengan menggunakan Chi-Square. Secara deskriptif hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang perawatan perineum tidak berpengaruh terhadap kesembuhan luka episiotomi, dengan tingkat signifikansi 0,05. Kata kunci: pendidikan kesehatan, perawatan perineum, episiotomi, post partum Pendahuluan Angka kematian maternal di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup dan merupakan angka kematian tertinggi di ASEAN1. Perdarahan dan sepsis menjadi angka tertinggi untuk penyebab kematian maternal yaitu 24,8% dan 14,9%2. Salah satu penyebab sepsis adalah infeksi perineum yang disebabkan oleh tindaka episiotomi3. Salah satu upaya yang ditempuh untuk menurunkan angka kematian maternal adalah program safe maotherhood. Dalam safe motherhood disebutkan tentang perawatan post partum dimana komplikasi seperti perdarahan, sepsis dan trauma perineal sering terjadi. Perawatan post partum harus benar-benar diperhatikan karena 50% kematian ibu terjadi setelah melahirkan4. Mutiara Medika Vol. 7 No. 1: 1-6, Januari 2007 2 Berdasarkan studi pendahuluan di BKIA Aisyiyah Karangkajen, DIY terhadap tujuh ibu hamil, 54,2% (empat orang) mengungkapkan ketakutan mereka akibat tindakan episiotomi. 71,4% (lima responden) menyatakan keraguannya dalam membersihkan luka episiotomi sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan. Menyadari fenomena tersebut, keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pendidikan kesehatan sebagai fungsi mandiri dari praktik keperawatan yang bertujuan membantu individu untuk beradaptasi dengan masalah kesehatannya, mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi serta belajar untuk memecahkan masalah ketika menghadapi situasi yang baru5. Kesembuhan luka episiotomi sangat terantung pada efektifitas penanganan, salah satunya dengan perawatan perineum6. Banyak faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka episiotomi antara lain pengetahuan, kebersihan diri, gizi dan cara perawatan. Faktor pengetahuan dipandang sangat penting karena merupakan hal yang paling mendasar dari perilaku manusia. Pengetahuan klien dapat ditingkatkan dengan memberikan pendidikan kesehatan karena dengan pendidikan dapat memberikan pengetahuan baru sehingga derajat kesehatan optimal dapat terpenuhi. BKIA Aisyiyah Karangkajen, DIY memberikan pelayanan kesehatan terutama untuk membantu klien dalam mengatasi masalah persalinan, dimana sebagian besar pertolongan persalinan dilakukan tindakan episiotomi untuk memudahkan proses persalinan. Fenomena inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan kesembuhan luka episiotomi pada klien post partum di BKIA Aisyiyah Karangkajen, Yogyakarta? Bahan dan Cara Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain perbandingan kelompok statis dilakukan di BKIA Aisyiyah Karangkajen, DIY, menggunakan sampel sebanyak 30 orang, dengan rincian 15 orang sebagai kelompok eksperimen dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Cara pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling. Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan perineum kemudian dilakukan observasi tentang hari kesembuhan luka dan cara perawatannya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Analisis data menggunakan uji statistik dalam program SPSS 11.0 for windows, dengan menggunakan tabel distribusi Chi-Square. Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Insisi Nutrisi Jumlah partus Lama Kala II Pengetahuan tentang Sembuh Perawatan perineum Sepsis Pendidikan kesehatan Kesembuhan Luka Episiotomi Penyakit: DM dan obesitas Novita Kurnia Sari, Pengaruh Pendidikan Kesehatan ............ 3 Hasil Pada kelompok eksperimen distribusi berdasarkan usia terbesar adalah responden dengan usia 20-30 tahun dan > 30 tahun yaitu 7 responden (47%), sebagian besar adalah multipara yaitu 9 orang (60%), dan sebagian besar dengan persalinan normal yaitu 14 responden (93%) Pada kelompok kontrol distribusi berdasarkan usia 20-30 tahun dan > 30 tahun yaitu 7 responden (47%), sebagian besar adalah multipara yaitu 9 orang (60%), dan sebagian besar dengan persalinan normal yaitu 14 responden (93%). Tabel 1. Karakteristik responden kelompok eksperimen Karakteristik Responden Jumlah % Usia <20 th 20-30 th >30 th 1 7 7 6 47 47 Status Paritas Primipara Multipara 6 9 40 60 Status Obstetrik Normal Dengan tindakan 14 1 93 7 Tabel 2. Karakteristik responden kelompok kontrol Karakteristik Responden Jumlah % Usia <20 th 20-30 th >30 th 2 11 2 13 74 13 Status Paritas Primipara Multipara 10 5 67 33 Status Obstetrik Normal Dengan tindakan 15 - 100 - Tabel 3. Analisis bivariat crosstabel frekuensi pemberian pendidikan kesehatan dengan kesembuhan luka episiotomi Kesembuhan Luka Episiotomi Sembuh Tidak Sembuh Frekuensi Penkes Jml % Jml % Jml % 1X 2X 1 1 6,7 6,7 5 8 33,3 53,3 6 9 40 60 Jml 2 13 15 % 13,3 86,7 100 Mutiara Medika Vol. 7 No. 1: 1-6, Januari 2007 4 Berdasarkan uji Chi-Square, dimana Zhit 0,096 dan Ztab 3,841 dengan df :1 dan a: 0,05 maka didapatkan Zhit < Ztab yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara frekuensi pendidika kesehatan terhadap kesembuhan luka episiotomi. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan dengan kesembuhan luka episiotomi. Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional adalah memunculkan perubahan pada perilaku7. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merubah pengetahuan responden tentang bagaimana melakukan perawatan pada luka episiotomi. Dengan demikian dapat memunculkan perilaku yang dilakukan dengan sadar atas kemauan sendiri untuk melakukan perawatan perineum walaupun klien sudah pulang ke rumah. Dari teori yang sudah ada bahwa efek dari dilakukannya perawatan perineum pada luka episiotomi dapat mempercepat kesembuhan luka tersebut. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh faktor tertentu seperti kesiapan belajar, lingkungan belajar, dan teknik yang digunakan8. Kesiapan untuk belajar termasuk didalamnya status fisik dan emosional serta pengalaman terdahulu dalam pembelajaran. Begitu pula pada responden penelitian ini yang masih mengalami nyeri akibat tindakan episiotomi yang dijalaninya tidak akan mampu memfokuskan perhatian selain nyeri bila dituntut untuk berkonsentrasi pada materi yang diajarkan9. Berdasarkan uji Chi-Square, dimana Zhit 0,096 dan Ztab 3,841 dengan df :1 dan a: 0,05 maka didapatkan Zhit < Ztab yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara waktu pemberian pendidikan kesehatan terhadap kesembuhan luka episiotomi. Perubahan dari pengetahuan, sikap, dan tindakan yang biasa disebut dengan perilaku tidak berlangsung dalam rentang waktu yang sangat cepat. Untuk perubahan terhadap pengetahuan mungkin mungkin akan lebih cepat waktunya dibandingkan dengan merubah sikap apalagi merubah tindakan. Begitu pula yang terjadi dalam penelitian ini, frekuensi pemberian pendidikan yang hanya satu kali saja mungkin tidak akan cukup untuk merubah perilaku responden secara keseluruhan. Hal ini karena dalam jangka lima hari sampai dilakukannya evaluasi kondisi luka episiotomi, responden baru saja sampai pada tahap perubahan sikap yaitu baru saja menyadari bahwa masalah kesehatan yang sedang dialami sekarang ini adalah ancaman bagi kesehatan dirinya. Sehingga hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu kesembuhan luka episiotomi yang lebih cepat belum tercapai karena hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas. Tabel 4. Analisis bivariat crosstabel waktu pemberian pendidikan kesehatan dengan kesembuhan luka episiotomi Kesembuhan Luka Episiotomi Sembuh Tidak Sembuh Waktu Penkes Jml % Jml % Jml % 30 menit 60 menit 1 1 6,7 6,7 5 8 33,3 53,3 6 9 40 60 Jml 2 13 15 % 13,3 86,7 100 Novita Kurnia Sari, Pengaruh Pendidikan Kesehatan ............ 5 Tabel 5. Analisis bivariat crosstabel perbandingan kesembuhan luka episiotomi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Berdasarkan uji Chi-Square, dimana Zhit 0,240 dan Ztab 3,841 dengan df :1 dan a: 0,05 maka didapatkan Zhit < Ztab yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa kesembuhan luka antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak ada perbedaan yng signifikan dan tidak bermakna. Variabel lain yang harus dikendalikan dalam melakukan penelitian tentang pendidikan kesehatan antara lain usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan, pendidikan dan faktor kepatuhan terhadap tindakan terapeutik. Sangat penting untuk mengelompokkan usia, hal ini tidak hanya terkait dengan maturasi tetapi juga sudut pandang dari faktor kontekstual seperti bagaimana cara melihat masa lalu dan efeknya di hari kemudian. Usia juga dipandang sangat berpengaruh terhadap sikap klien dalam menerima pendidikan kesehatan. Jenis kelamin mempunyai pengaruh silang dengan usia dan interaksi sehingga walaupun dalam ukuran sampel yang besar sekalipun perbedaan hasil dari penelitian tentang pendidikan kesehatan dapat terlihat. Status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan juga merupakan dua hal yang selalu ditemukan dalam penelitian tentanng pendidikan kesehatan. Dengan asumsi bahwa tingkat pendidikan yang tinggi mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan menjadi lebih baik pula. Faktor kepatuhan klien terhadap program teraputik yang sedang dijalani juga mempengaruhi hasil dari pendidikan kesehatan yang diterimanya. Masalah ketidakpatuhan terhadap program terapeutik adalah masalah substansial yang harus diatasi untuk membantu klien berpartisipasi dalam perawatan diri dan untuk mencapai tingkat kesehatan potensial yang maksimal. Pada penelitian ini ternyata variabel- variabel penganggu seperti yang telah dijelaskan diatas belum dikendalikan mengingat waktu penelitian yang sangat singkat sehingga hasil dari penelitian ini tidak berpengaruh. Kesembuhan luka episiotomi yang diharapkan lebih cepat dari teori ternyata tidak terlihat dalam penelitian ini. Menurut Brunner dan Suddarth, ada dua faktor yang mempengaruhi kesembuhan dari suatu luka yaitu faktor internal dan faktor eksternal5. Faktor internal antara lain fase penyembuhan luka dan ketahanan tubuh dalam mengolah sistem imun. Untuk hal ini peneliti tidak dapat mengendalikannya. Faktor eksternal antara lain nutrisi, cara perawatan yang dilakukan, hygiene yang dilakukan mengingat luka episiotomi ada pada perineum dimana letaknya yang berada diantara saluran kencing, vagina dan anus sedangkan kondisi responden sendiri sedang berada pada masa nifas dan lochia masih keluar.10 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa perawatan luka episiotomi dengan benar sangat diperlukan untuk mempercepat kesembuhan luka episiotomi walaupun tidak dapat dibuktikan kemaknaannya secara statistik. Kesembuhan Luka Episiotomi Sembuh Tidak Sembuh Kelompok Jml % Jml % Jml % Kontrol Eksperimen 3 2 10 6,7 12 13 40 43,3 15 15 50 50 Jml 2 13 15 % 16,7 83,3 100 Mutiara Medika Vol. 7 No. 1: 1-6, Januari 2007 6 Saran Dengan memperhatikan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan antara lain: 1. Untuk ilmu keperawatan agar lebih mengembangkan teori keperawatan Henderson bahwa pendidikan kesehatan ini merupakan kebutuhan tiap individu agar derajat kesehatan optimal dapat tercapai. 2. Kepada perawat di ruang maternitas agar lebih memperhatikan pendidikan kesehatan tentang perawatan perineum kepada klien sejak awal. 3. Untuk klien postpartum agar tetap melakukan perawatan luka episiotomi dengan benar, rutin dan seserng yang dianjurkan agar mempercepat kesembuhan luka dan mengurangi ketidaknyamanan akibat luka episiotomi. 4. Kepada peneliti lanjutan agar lebih memperhatikan variabel pengganggu antara lain usia, tingkat pendidikan, jumlah jahitan, nutrisi maupun keterbatasan dalam penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan sehingga terwujud penelitian yang lebih baik dan bermanfaat bagi pengembangan profesi keperawatan. Daftar Pustaka 1. Manuaba, Gde Ida Bagus. (1999). Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. 2. http://www.who.int/reproductive-health/ publications/abstract/maternalmortality/ 1995 3. Wignosastro, Hanifa. (1994). Ilmu Bedah Kebidanan . Yayasan Bina Prawirohardjo. 4. http://unicef.org/ffi/02 5. Brunner, and Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 6. Reeder, Sharon J. (1997). Maternity Nursing: Family, Newborn, and Women Health Care. Philadelphia: Lippincot. 7. Rankin, Sally H., et al. (1996). Patient Education: Issues, Principles, Practice. Philadelphia: Lippincot-Raven Publisher. 8. Doak, Cecilia Conrath. (1996). Teaching Patient with Low Lateracy Skill. Philadelphia: JB. Lippincot Company. 9. Chesnut, Mary Ann, RN. (1997). Maternal-Newborn Home Care Manual. Philadelphia: JB. Lippincot Company. 10. Pilliteri, Adele. (1999). Maternal and Child Health Nursing. Philadelphia: JB. Lippincot Company.